Anda di halaman 1dari 26

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO

UPTD PUSKESMAS MAOSPATI

PUSKESMAS MAOSPATI
Jl. RAYA MAOSPATI NO.148 MAOSPATI
Telp (0351) 869033, 869118
2021

0
DAFTAR ISI

BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN...................................................


A DEFINISI........................................................................................... 2
B RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
2
LINGKUNGAN....................................................................................
C PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI
2
PUSKESMAS......................................................................................
D DOKUMENTASI 5
BAB II MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS............................................. 6
A DEFINISI.............................................................................................. 6
B RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN
6
KLINIS.................................................................................................
C PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI LAYANAN
7
KLINIS..................................................................................................
D DOKUMENTASI................................................................................... 9
BAB III MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN
PROGRAM............................
A DEFINISI............................................................................................... 10
B RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN
10
KLINIS...................................................................................................
C PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI LAYANAN
10
KLINIS..................................................................................................
D DOKUMENTASI.................................................................................. 11
BAB IV TATALAKSANA................................................................................. 12
REFERENSI ...................................................................................................... 24

1
BAB I
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN

A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada
lingkungan.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi
lingkungan Puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar Puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Bumiayu meliputi :


- Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
- Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan
dan toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan
udara, penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas
1) Toilet dan Kamar Mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air minum dan air bersih,
4) Hygiene dan sanitasi makanan
5) Pengolahan limbah,
6) Pengolahan limbah medis
7) Pengelolaan linen
8) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
9) Dekontaminasi dan sterilisasi
10)Promosi hygiene dan sanitasi

2
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Maospati diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampaka risiko terhadap lingkungan
yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Poskesdes dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/ pengunjung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata
serta menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi
dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan
 Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang
Kepala Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan
rekam medis bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang
penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
 Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
 Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan
tempat penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara
lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana

3
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah
medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik (sampah basah) dan non
organik (sampah kering) di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi

4
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
dilaksanakan oleh petugas sanitasi

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

5
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS

A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal
keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk
mencegahterjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan
manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling
aman untuk pelanggan Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk
mencegah kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur
untuk meminimalkan risiko (patient safety).
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
Gayunganmeliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti
Puskesmas lainnya

6
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
Gayungandilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan
klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli KIA dan KB
4. Poli Gigi dan Mulut
5. Poned
6. Pelayanan Gawat Darurat
7. Laboratorium
8. Unit Layanan Obat / Farmasi

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga


dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Gayungan yang
melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi:
Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes/Ponkesdes dan Posyandu.
.
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang
bisa didapatkan dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas:
Unit Layanan Risiko
Loket Pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
Rekam Medis - Kesalahan pengambilan rekam medis

Poli umum, Poli - Kesalahan diagnosis


KIA/KB, PONED dan - Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
UGD - Kesalahan pemberian terapi
- Kesalahan pemberian resep
- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan

7
Unit Layanan Risiko
- Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang
baik
- Insiden tertusuk jarum bekas pakai
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Menggunakan peralatan tidak steril

Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel sehingga


menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang

Kamar Obat/Farmasi - Kesalahan membaca resep


- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis/formula obat
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kesalahan penulisan label
- Pemberian obat rusak
- Kesalahan pengambilan obat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

2. Analisis risiko (Risk Assessment)

Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis


oleh Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat
kegawatan dari risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA
(Failure Mode and Effect Analysis) seperti dalam Formulir berikut:

8
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas Maospati
RPN
KEMUDAHA
FAILURE FREKUENSI (OC
N PENYEBA EFE KEGAWATA N SOLUS VALIDAS
(Kegagalan/Kesalahan TERJADINY Cx
o B K N (SV) TERDETEKSI I I SOLUSI
) A (OCC) SV x
(DT)
DT)
                   
                   

Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat
sulit dideteksi

3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah
menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis)
kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment)
ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap
tindakan perbaikan.Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada
Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas
lainnya.

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

9
10
BAB III
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM

A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan
upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau
risiko atas pelaksanaan program Puskesmas.

B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia

C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan

Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi


- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis

11
Program Risiko
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

2. Analisis risiko
3. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA
dan analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root
Caused Analysis).Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi
merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi
risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya

D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

12
BAB IV
TATA LAKSANA

Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan


sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko.
A. Tahapan Proses Manajemen Risiko
Tahapan proses manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
Tahapan pertama dalam proses manajemen risiko adalah tahap
menetapkan lingkup manajemen risiko seperti Risiko yang terkait dengan
pelayanan pasien, Risiko yang mungkin dialami oleh tenaga klinis
2. Idensifikasi Risiko
Tahapan kedua dalam proses manajemen risiko adalah tahap
identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara
sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan personil
perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang
terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang
mungkin terjadi pada suatu pekerjaan, harus diidentifikasi. Adapun proses
identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak
ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi. Dalam
pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan beberapa teknik,
antara lain:
a. Audits
b. Complaints
c. Claims
d. Incidents
3. Analisa Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi, selanjutnya
dapat dilakukan suatu analisa untuk menganalisa dampak risiko secara
keseluruhan, dengan menggunakan matriks evaluasi risiko. Analisis risiko
merupakan upaya untuk menentukan estimasi risiko secara kuantitatif atau
kualitatif berdasarkan tehnik-tehnik evaluasi maupun matematis. Analisis
risiko merupakan proses untuk mengenali bahaya yang mungkin terjadi dan
bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut. Analisa risiko dengan
cara : Severity analysis (analisis tingkat kegawatan, Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA)/analisis terhadap kegagalan dan efek prosedur, Root Cause
Analysis (RCA)/ analisis akar penyebab masalah.

13
3.1 Severity Analysis (Analisis Kegawatan/Bahaya)
Severity analysis dengan menggunakan parameter probabiltas dan
severity. Severity, meliputi minor, moderat,mayor dan extreme. Severity
assesment, menilai kegawatan / bahaya dengan memadukan probability
dan severity seperti pada tabel.
Langkah dalam severity assesment adalah menentukan :
a) Probability, meliputi sangat sering, kemungkinan besar, mungkin,
sepertinya tidak akan dan sangat kecil
Tabel Tingkat Probabilitas

DESKRIPSI INSIDEN

Hampir sering muncul dalam waktu


Sangat Sering
yang relative singkat
Kemungkinan besar
Beberapa kali terjadi dalam 1 Tahun
terjadi

Mungkin terjadi Terjadi kira – kira 1 – 2 tahun

Sepertinya tidak akan


Terjadi kira – kira 2 – 5 tahun
terjadi
Sangat kecil Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5
kemungkinan terjadi - 30 tahun)

b) Severity meliputi sangat gawat, gawat, sedang, tidak begitu gawat


dan tidak gawat
Tabel Severity
DESKRIPSI INSIDEN
Penderita meninggal tidak terkait
proses alami penyakit. Contoh:
Sangat gawat meninggal karena persalinan,
kesalahan prosedur yg menyebabkan
kematian atau kerusakan saraf
Pasien dengan kerugian permanen
Gawat fungsi utama tubuh (sensorik, motorik,
psikologi, intelegensi) cacat
Pasien dengan berkurangnya
permanen fungsi tubuh. Contoh: cidera
Sedang ringan sampai sedang, penambahan
lama perawatan/operasi
tambahan/prosedur tambahan
Pasien dengan peningkatan tingkat
Tidak begitu gawat
perawatan termasuk review dan

14
evaluasi
Pasien tanpa cidera atau tanpa terkait
Tidak gawat
perawatan/lama menginap

Tabel Assesment Severity catagory of incidents

Severity
Tidak
Probability Sangat Gawat Sedang begitu Tidak
gawat gawat gawat

Sangat Sering 1 1 2 2 3

Kemungkinan 3 3
1 2
besar terjadi 1
Mungkin terjadi 2 2 3 4
1
Sepertinya tidak 4 4
2 3
akan terjadi 1
Sangat kecil
kemungkinan 2 3 3 4 4
terjadi

Keterangan :
1 = extreme risk
2 = high risk
3 = moderate risk
4 = low risk
Kejadian yang masuk dalam katagori 1=extreme risk (warna
merah) dan katagori 2 = high risk (warna kuning) adalah
kejadian yang perlu dilakukan investigasi / RCA.

3.2 Root Cause Analysis (RCA)


Langlah RCA adalah sebagai berikut :
a) Investigasi kejadian:
 menentukan masalah,
 mengumpulkan bukti-bukti yang nyata,
 melakukan wawancara,
 meneliti lingkungan kejadian,
 mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
timbulnya kejadian,
 menggambarkan rantai terjadinya kejadian.
b) Rekonstruksi kejadian :

15
 mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya
adverse event ataupun near miss,
 melakukan analisis dengan menggunakan pohon
masalah untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang
menyebabkan timbul kejadian,
 lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar
belakangi timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan
lagi untuk melanjutkan
c) Analisis sebab :
 mengidentifikasi akar-akar penyebab:
 Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem
pengelolaan sumber daya manusia termasuk reward
system
 Sistem breakdown, system failure, system
incapability
 Sistem pengendalian
 Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan
manajemen sumber daya
 rumuskan pernyataan akar masalah
d) Menyusun rencana tindakan :
 menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi
penyebab yang diidentifikasi, dan dapat diterima oleh
pihak yang terkait dengan kejadian.
 Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab
kejadian dan pengukuran untuk menilai efektifitas
tindakan thd akar penyebab
 Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam
organisasi
e) Melaporkan proses analisis dan temuan kepada Kepala
Puskesmas:
 Catat proses dan alat yang digunakan
 Biaya yang dibutuhkan
 Ringkasan kejadian
 Proses investigasi dan analisis
 Temuan

16
Diagram Root Cause
Masala
h

ROOT CAUSE

3.3 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)


Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan, dengan mencari penyebab terjadinya,
mengenali akibat dari kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi
dengan melakukan perubahan disain/prosedur
Langkah – langkah FMEA adalah sebagai berikut :
 Bentuk tim FMEA: orang-orang yang terlibat dalam suatu proses
 Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim
 Tetapkan peran dari tiap anggota tim
 Gambarkan alur proses yang ada sekarang
 Kenalilah Failure modes pada proses tersebut
 Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
 Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model
kesalahan/kegagalan
 Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:

17
 Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)
0 : tidak pernah, 10 sangat sering
 Kegawatannya (severity): (SV)
0 : tidak gawat, 10 sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
 Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x
SV x DT
 Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
 Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
 Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
 Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut

Saverity Rating Scale (SV)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Amat sangat Kesalahan yang dapat menyebabkan kematian
berbahaya pelanggan dan kerusakan sistem tanpa tanda-tanda
yang mendahului
9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera
8 berat/permanen pada pelanggan atau gangguan
serius pada sistem yang dapat menghentikan
pelayanan dengan adanya tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan cedera ringan
sampai sedang dengan tingkat ketidak puasan yang
tinggi dari pelanggan dan/atau menyebabkan
gangguan sistem yang membutuhkan perbaikan
berat atau kerja ulang yang signifikan
6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan dengan
sedikit ketidakpuasan pelanggan dan/atau
5 menimbulkan masalah besar pada sistem
4 Berbahaya ringan Kesalahan menyebabkan cedera sangat ringan atau
sampai sedang tidak cedera tetapi dirasakan mengganggu oleh
3 pelanggan dan/atau menyebabkan masalah ringan
pada sistem yang dapat diatasi dengan modifikasi
ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya masalah tetapi

18
berpotensi menimbulkan cedera ringan atau tidak
berakibat pada sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak
berdampak pada sistem

Occurance Rating Scale (Occ)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadi paling tidak sekali sehari
dapat dipastikan atau hampir setiap saat
9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau
dihindarkan terjadi setiap 3 sampai 4 hari
8 Kemungkinan terjadi Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling
7 sangat tingggi tidak seminggu sekali
6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan
5 tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tiap
3 sedang tiga bulan
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi sekitar
rendah sekali setahun
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi,
amat sangat rendah atau tidak ada yang ingat kapan terakhir
terjadi

Detection Rating Scale (Dt)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Tidak ada peluang untuk Tidak ada mekanisme untuk mengetahui
diketahui adanya kesalahan
9 Sangat sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
8 yang menyeluruh, tidak feasible dan tidak
segera dapat dilakukan
7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan
6 inspeksi manual atau tidak ada proses yang
baku untuk mengetahui, sehingga ketahuan
karena kebetulan
5 Berpeluang sedang Ada proses untuk double checks atau
untuk diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau dilakukan

19
secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang
untuk diketahui otomatis
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan
diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan

Tabel FMEA

Failure Cause Effects Occ SV DT RP Design Design


Mode of of N Action/Solution Validatio
Failure Failur n

1. Evaluasi Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa,
langkah selanjutnya melakukan evaluasi risiko. Tim manajerial menentukan
apakah risiko memerlukan tindakan atau tidak. Jika suatu risiko memerlukan
tindakan maka tim manajerial menyusun rencana aksi.
2. Tindakan / treatment terhadap risiko
Tim manajerial memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat.
Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari
risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan
dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol
terhadap risiko. Tindakan risiko bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
3. Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk mengamati dan meninjau pelaksanaan
tindakan, apakah pelaksana melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
4. Komunikasi
Komunikasi risiko dilakukan kepada stakeholders, tim manajerial dan
pelaksana agar proses manajemen risiko dapat diterapkan dengan efektif.

20
B. Tim Manajemen Risiko
Tim manajemen risiko terdiri dari Risk Manager, Assistant Risk Manager dan
Health & Safety Manager.
 Risk Manager : Kepala Puskesmas
 Assistant Risk Manager : Wakil Manajemen Mutu/Ketua Tim Mutu
 Health & Safety Manager :
 Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),
 Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
 Koordinator Mutu bidang Administrasi dan Manajemen (Admen).
Tim manajemen risiko mempunyai peran memfasilitasi,
mengkoordinasi, memonitor kegiatan manajemen risiko baik klinis maupun
non-klinis dalam organisasi. Fungsi utama dalam menjalankan peran adalah
menyediakan dukungan, dan meningkatkan kesadaran melalui pelatihan
terhadap seluruh karyawan tentang mengelola risiko
Uraian tugas dan Tanggung jawab tim manajemen risiko :
a. Risk Manager
Uraian tugas :
 Merumuskan,memelihara dan mereview secara periodik efektivitas
penerapan manajemen resiko
 Menetapkan kebijakan dan pedoman manajemen resiko
 Memberikan arahan strategis tentang penerapan manajemen resiko

Tanggung jawab : bertanggung jawab dan akuntabilitas terhadap


keseluruhan manajemen risiko

b. Assistant Risk Manager


Uraian tugas Assistant Risk Manager adalah sebagai berikut :
 Mengkoordinasikan penetapan konteks risiko.
 Mengintegrasikan penerapan manajemen risiko pada lintas fungsi
organisasi.
 Memelihara efektivitas penerapan manajemen risiko secara
periodik.
 Mengelola risiko korporat yang berdampak strategis dan risiko unit
kerja yang signifikan.
 Memberikan saran mengenai penerapan manajemen risiko kepada
Risk Manager

21
 Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik tentang
penerapan manajemen
 Meningkatkan kesadaran tantang manfaat penerapan manajemen
risiko di seluruh karyawan.
 Memfasilitasi kegiatan–kegiatan penerapan manajemen risiko di
lingkungan Puskesmas.
 Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di
unit–unit kerja.
 Memonitor penerapan manajemen risiko di unit-unit kerja.
 Melakukan tugas-tugas sebagai counterpart dalam penerapan
manajemen risiko.
 Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif di
lingkungan Puskesmas.
 Memfasilitasi pengembangan kompetensi para pihak yang terkait
dalam penerapan manajemen
Tanggung jawab Assistant Risk manager adalah bertanggung jawab
terhadap manajemen risiko pada semua tingkat operasional pelayanan
c. Health & Safety Manager
Uraian tugas Health & Safety Manager adalah :
 Menerapkan manajemen risiko terhadap pencapaian sasaran dan
tujuan di unit kerjanya.
 Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis
risiko, dan evaluasi risiko.
 Melakukan penanganan (mitigasi) terhadap risiko yang menjadi
tanggung jawab unit kerjanya.
 Melakukan monitoring dan reviu atas penerapan manajemen risiko
serta melakukan analisis terhadap potensi timbulnya risiko baru.
 Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada
assistant risk manager
 Memelihara dan mendokumentasikan data pengelolaan risiko.
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko Klinis
Strategi dalam manajemen resiko klinis antara lain :
a. Strategi Proaktif :
o Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu
risiko klinis yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan
kendali pada semua lini pelayanan.
o Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan
sehingga tidak terjadi tumpang tindih

22
o Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
o Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam
mengoperasikan peralatan medis/klinis
o Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara
konsisten
o Kebijakan dalam:
o fire safety,
o infectious and non-infectious waste management,
o infection control
o occupational health
o Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang
nyata.
o Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat
dan terjamin ketelursuran
o Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
o Serah terima dilakukan secara adekuat
o Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan
pasien/keluarga mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
o Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya
alergi, dsb, pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani
b. Strategi Reaktif :
o Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan
dibuktikan dengan “consent” dari semua pihak yang terkait
o Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal
faktor-faktor yang dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan
yang terbaik diberikan
o Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar
masalah (root cause) dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak
menyalahkan
o Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik
klinis maupun non klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat
dalam risk register untuk audit dan analisis.

D. Penanganan terhadap KTD, KPC, KTC dan KNC


Langkah–langkah penanganan KTD, KPC, KTC dan KNC adalah sebagai
berikut:
1. Catat setiap kejadian risiko pada register/catatan kejadian risiko

23
2. Laporkan setiap kejadian risiko mulai dari pelaksana kegiatan, penanggung
jawab upaya, Tim mutu dan Kepala Puskesmas
3. Lakukan Severity analysis untuk menentukan prioritas kegawatan/bahaya
dari kejadian risiko;
4. Lakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk mengetahui akar penyebab
masalah dan rencana tindak lanjut untuk kejadian risiko yang masuk katagori
extreem risk dan high risk;
5. Tindaklanjuti temuan hasil RCA
6. Lakukan FMEA untuk menganalisis prosedur;
7. Lakukan Monitoring dan Komunikasi antara Kepala Puskesmas, tim
manajemen, dan pelaksana.

24
REFERENSI

 Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, Peraturan Menteri Kesehatan


RepublikIndonesia No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit

25

Anda mungkin juga menyukai