PUSKESMAS MAOSPATI
Jl. RAYA MAOSPATI NO.148 MAOSPATI
Telp (0351) 869033, 869118
2021
0
DAFTAR ISI
1
BAB I
MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen
risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau
kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada
lingkungan.
2
C. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Maospati diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampaka risiko terhadap lingkungan
yaitu:
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Poskesdes dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/ pengunjung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata
serta menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi
dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah I toilet dan 1 kamar mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan
Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang
Kepala Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan
rekam medis bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang
penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
Risiko sedang: meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
Risiko tinggi: meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan
tempat penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara
lain:
1. Sarana
o Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
3
o Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah
medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik (sampah basah) dan non
organik (sampah kering) di setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non infeksius
o Linen / kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
4
o Linen / kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
10. Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk.
d. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan
dilaksanakan oleh petugas sanitasi
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
5
BAB II
MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS
A. DEFINISI
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan
dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal
keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk
mencegahterjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan
manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling
aman untuk pelanggan Puskesmas.
6
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
Gayungandilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan
klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Poli Umum
3. Poli KIA dan KB
4. Poli Gigi dan Mulut
5. Poned
6. Pelayanan Gawat Darurat
7. Laboratorium
8. Unit Layanan Obat / Farmasi
7
Unit Layanan Risiko
- Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang
baik
- Insiden tertusuk jarum bekas pakai
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Menggunakan peralatan tidak steril
8
Formulir Analisis FMEA
Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas Maospati
RPN
KEMUDAHA
FAILURE FREKUENSI (OC
N PENYEBA EFE KEGAWATA N SOLUS VALIDAS
(Kegagalan/Kesalahan TERJADINY Cx
o B K N (SV) TERDETEKSI I I SOLUSI
) A (OCC) SV x
(DT)
DT)
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 =
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat
sulit dideteksi
3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah
menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis)
kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment)
ataukah tidak.
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
9
10
BAB III
MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
A. DEFINISI
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan
upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau
risiko atas pelaksanaan program Puskesmas.
B. RUANG LINGKUP
Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
C. PENERAPAN
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
11
Program Risiko
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat
2. Analisis risiko
3. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir FMEA
dan analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root
Caused Analysis).Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi
merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi
risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
12
BAB IV
TATA LAKSANA
13
3.1 Severity Analysis (Analisis Kegawatan/Bahaya)
Severity analysis dengan menggunakan parameter probabiltas dan
severity. Severity, meliputi minor, moderat,mayor dan extreme. Severity
assesment, menilai kegawatan / bahaya dengan memadukan probability
dan severity seperti pada tabel.
Langkah dalam severity assesment adalah menentukan :
a) Probability, meliputi sangat sering, kemungkinan besar, mungkin,
sepertinya tidak akan dan sangat kecil
Tabel Tingkat Probabilitas
DESKRIPSI INSIDEN
14
evaluasi
Pasien tanpa cidera atau tanpa terkait
Tidak gawat
perawatan/lama menginap
Severity
Tidak
Probability Sangat Gawat Sedang begitu Tidak
gawat gawat gawat
Sangat Sering 1 1 2 2 3
Kemungkinan 3 3
1 2
besar terjadi 1
Mungkin terjadi 2 2 3 4
1
Sepertinya tidak 4 4
2 3
akan terjadi 1
Sangat kecil
kemungkinan 2 3 3 4 4
terjadi
Keterangan :
1 = extreme risk
2 = high risk
3 = moderate risk
4 = low risk
Kejadian yang masuk dalam katagori 1=extreme risk (warna
merah) dan katagori 2 = high risk (warna kuning) adalah
kejadian yang perlu dilakukan investigasi / RCA.
15
mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya
adverse event ataupun near miss,
melakukan analisis dengan menggunakan pohon
masalah untuk mengetahui kegiatan atau kondisi yang
menyebabkan timbul kejadian,
lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatar
belakangi timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan
lagi untuk melanjutkan
c) Analisis sebab :
mengidentifikasi akar-akar penyebab:
Faktor manusia: kelalaian, incompetence, sistem
pengelolaan sumber daya manusia termasuk reward
system
Sistem breakdown, system failure, system
incapability
Sistem pengendalian
Sumber daya (fasilitas dan peralatan) dan
manajemen sumber daya
rumuskan pernyataan akar masalah
d) Menyusun rencana tindakan :
menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi
penyebab yang diidentifikasi, dan dapat diterima oleh
pihak yang terkait dengan kejadian.
Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab
kejadian dan pengukuran untuk menilai efektifitas
tindakan thd akar penyebab
Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam
organisasi
e) Melaporkan proses analisis dan temuan kepada Kepala
Puskesmas:
Catat proses dan alat yang digunakan
Biaya yang dibutuhkan
Ringkasan kejadian
Proses investigasi dan analisis
Temuan
16
Diagram Root Cause
Masala
h
ROOT CAUSE
17
Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)
0 : tidak pernah, 10 sangat sering
Kegawatannya (severity): (SV)
0 : tidak gawat, 10 sangat gawat
Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)
0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi
Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x
SV x DT
Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas
Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)
Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil
Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut
18
berpotensi menimbulkan cedera ringan atau tidak
berakibat pada sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan tidak
berdampak pada sistem
19
secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang
untuk diketahui otomatis
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan
diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan
Tabel FMEA
1. Evaluasi Risiko
Setelah risiko-risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dan dianalisa,
langkah selanjutnya melakukan evaluasi risiko. Tim manajerial menentukan
apakah risiko memerlukan tindakan atau tidak. Jika suatu risiko memerlukan
tindakan maka tim manajerial menyusun rencana aksi.
2. Tindakan / treatment terhadap risiko
Tim manajerial memformulasikan strategi penanganan risiko yang tepat.
Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial / konsekuensi dari
risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan
dampak potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol
terhadap risiko. Tindakan risiko bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan resiko yang mungkin timbul.
3. Monitoring
Monitoring dilaksanakan untuk mengamati dan meninjau pelaksanaan
tindakan, apakah pelaksana melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
4. Komunikasi
Komunikasi risiko dilakukan kepada stakeholders, tim manajerial dan
pelaksana agar proses manajemen risiko dapat diterapkan dengan efektif.
20
B. Tim Manajemen Risiko
Tim manajemen risiko terdiri dari Risk Manager, Assistant Risk Manager dan
Health & Safety Manager.
Risk Manager : Kepala Puskesmas
Assistant Risk Manager : Wakil Manajemen Mutu/Ketua Tim Mutu
Health & Safety Manager :
Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP),
Koordinator Mutu bidang Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
Koordinator Mutu bidang Administrasi dan Manajemen (Admen).
Tim manajemen risiko mempunyai peran memfasilitasi,
mengkoordinasi, memonitor kegiatan manajemen risiko baik klinis maupun
non-klinis dalam organisasi. Fungsi utama dalam menjalankan peran adalah
menyediakan dukungan, dan meningkatkan kesadaran melalui pelatihan
terhadap seluruh karyawan tentang mengelola risiko
Uraian tugas dan Tanggung jawab tim manajemen risiko :
a. Risk Manager
Uraian tugas :
Merumuskan,memelihara dan mereview secara periodik efektivitas
penerapan manajemen resiko
Menetapkan kebijakan dan pedoman manajemen resiko
Memberikan arahan strategis tentang penerapan manajemen resiko
21
Melaporkan dan mengkomunikasikan secara periodik tentang
penerapan manajemen
Meningkatkan kesadaran tantang manfaat penerapan manajemen
risiko di seluruh karyawan.
Memfasilitasi kegiatan–kegiatan penerapan manajemen risiko di
lingkungan Puskesmas.
Memfasilitasi kegiatan-kegiatan penerapan manajemen risiko di
unit–unit kerja.
Memonitor penerapan manajemen risiko di unit-unit kerja.
Melakukan tugas-tugas sebagai counterpart dalam penerapan
manajemen risiko.
Mensosialisasikan penerapan manajemen risiko secara efektif di
lingkungan Puskesmas.
Memfasilitasi pengembangan kompetensi para pihak yang terkait
dalam penerapan manajemen
Tanggung jawab Assistant Risk manager adalah bertanggung jawab
terhadap manajemen risiko pada semua tingkat operasional pelayanan
c. Health & Safety Manager
Uraian tugas Health & Safety Manager adalah :
Menerapkan manajemen risiko terhadap pencapaian sasaran dan
tujuan di unit kerjanya.
Melakukan risk assessment yang meliputi identifikasi risiko, analisis
risiko, dan evaluasi risiko.
Melakukan penanganan (mitigasi) terhadap risiko yang menjadi
tanggung jawab unit kerjanya.
Melakukan monitoring dan reviu atas penerapan manajemen risiko
serta melakukan analisis terhadap potensi timbulnya risiko baru.
Mengkomunikasikan hasil penerapan manajemen risiko kepada
assistant risk manager
Memelihara dan mendokumentasikan data pengelolaan risiko.
C. Strategi Dalam Manajemen Risiko Klinis
Strategi dalam manajemen resiko klinis antara lain :
a. Strategi Proaktif :
o Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu
risiko klinis yang mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan
kendali pada semua lini pelayanan.
o Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan
sehingga tidak terjadi tumpang tindih
22
o Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
o Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam
mengoperasikan peralatan medis/klinis
o Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara
konsisten
o Kebijakan dalam:
o fire safety,
o infectious and non-infectious waste management,
o infection control
o occupational health
o Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang
nyata.
o Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat
dan terjamin ketelursuran
o Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
o Serah terima dilakukan secara adekuat
o Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan
pasien/keluarga mengenai keputusan terapi/tindakan klinis
o Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya
alergi, dsb, pada rekam medik, yang secara legal ditandatangani
b. Strategi Reaktif :
o Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan
dibuktikan dengan “consent” dari semua pihak yang terkait
o Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal
faktor-faktor yang dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan
yang terbaik diberikan
o Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar
masalah (root cause) dan dilakukan dengan pendekatan budaya tidak
menyalahkan
o Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik
klinis maupun non klinis, termasuk kejadian near miss, dan dicatat
dalam risk register untuk audit dan analisis.
23
2. Laporkan setiap kejadian risiko mulai dari pelaksana kegiatan, penanggung
jawab upaya, Tim mutu dan Kepala Puskesmas
3. Lakukan Severity analysis untuk menentukan prioritas kegawatan/bahaya
dari kejadian risiko;
4. Lakukan Root Cause Analysis (RCA) untuk mengetahui akar penyebab
masalah dan rencana tindak lanjut untuk kejadian risiko yang masuk katagori
extreem risk dan high risk;
5. Tindaklanjuti temuan hasil RCA
6. Lakukan FMEA untuk menganalisis prosedur;
7. Lakukan Monitoring dan Komunikasi antara Kepala Puskesmas, tim
manajemen, dan pelaksana.
24
REFERENSI
25