Anda di halaman 1dari 57

KELOMPOK II – XL:

1. dr. TRIASWORO NAWANGWULAN


2. apt. DIWANDA HANIFA NURANI,

Nilai Dasar
S.Farm.
3. dr. ROHMINISA HASNAH

ASN
4. EVI DWI ATIKA SARI, S.KM.
5. apt. LILIS AMONGSARI, S.Farm.

BerAKHLAK
6. WAHYUNI, S.K.M.
7. REGITA DAMAYANTI SAPUTRI, S.K.M
8. PUPUT BAYU PUTRA, S.Kep., Ns
9. RATNA YULITA, S.Kep., Ns
10. ALSA BILLAH SEPTIVA, S.Kep., Ns
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomer 20 Tahun 2021 tanggal 26

Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding ASN,

disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu

strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World

Class Government), Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar)

ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,

Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif dan Employer Branding

(Bangga Melayani Bangsa).


2
“ DEFINISI
Pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan
Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang BERORIENTA
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
SI
Berorientasi pelayanan adalah sikap dan perilaku kerja ASN PELAYANAN
dalam memberikan pelayanan terbaik kepada yang dilayani
antara lain meliputi masyarakat, atasan, rekan sekerja, unit kerja
terkait, dan/ atau instansi lain.
Seorang ASN haruslah memiliki 'jiwa yang bisa melayani". ASN
adalah abdi masyarakat yang harus bisa melayani masyarakat
tanpa pamrih.
3 UNSUR PENTING PELAYANAN

“ PUBLIK

1) penyelenggara pelayanan publik yaitu


ASN/Birokrasi,
2) penerima layanan yaitu masyarakat,
BERORIENTA
stakeholders, atau sektor privat, dan
SI
PELAYANAN
3) kepuasan yang diberikan dan/atau
diterima oleh penerima layanan.
.
“ PANDUAN PERILAKU / KODE ETIK

1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat


.
Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang pertama ini BERORIENTA
diantaranya: SI
• Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
PELAYANAN
• Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak
• Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian

• Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama


“ PANDUAN PERILAKU / KODE ETIK

2. Ramah, Cekatan, Solutif dan dapat diandalkan


Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan
panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini diantaranya:
BERORIENTA
• Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
SI
• Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah
PELAYANAN
• Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
.
“ PANDUAN PERILAKU / KODE ETIK

3. Melakukan Perbaikan tiada henti


Upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara,
antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif,
kolaborasi, dan benchmark. Nilai Dasar ASN yang dapat
BERORIENTA
diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan SI
yang ketiga ini diantaranya: PELAYANAN
• Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada public

• Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong


kinerja pegawai.

STUDI KASUS

Contoh kasus yang terdapat pada poin berorientasi pelayanan adalah


pengurusan perijinan praktek untuk tenaga Kesehatan di Magetan. Pelayanan
tersebut masih memiliki beberapa kelemahan antara lain:

• Kurang responsive. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi,


maupun harapan masyarakat seringkali lambat.
BERORIENTA
• Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan SI
kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada
masyarakat. Contohnya informasi mengenai persyaratan apa saja
PELAYANAN
yang dibutuhkan atau yg harus diserahkan kepada perijinan.

• Kurang koordinasi. Beberapa unit pelayanan yang terkait satu dengan


lainnya kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang
tindih informasi. Contohnya persyaratan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi berbeda dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
kantor perijinan.

STUDI KASUS

• Banyak masyarakat kita telah menjadi korban dari adanya diskriminasi atau perbedaan
perlakuan dalam pelayanan publik yang terjadi di lingkungan pemerintahan.
Bentuk diskriminasi ini dapat menyangkut kepada sesuatu yang berhubungan dengan

BERORIENTA
kekerabatan, pertemanan, keluarga, etnis, status sosial dan lainnya. Misalnya A yang
mendapatkan SIM C nya lebih cepat tanpa proses ujian SIM, seperti biasanya.

• Banyak sekali para petugas front end atau yang berhubungan dengan layanan masyarakat SI
secara langsung itu bersikap tidak ramah dan cenderung untuk semena-mena. Apalagi
saat kita mengurus administrasi penduduk yang notabene petugas tersebut berstatus
PELAYANAN
sebagai aparat sipil negara

• Puluhan PNS Karaoke saat jam kerja

9
“ PENYELESAIAN

Permasalahan utama pelayanan publik berorientasi pelayanan yaitu


berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri.
Pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek,
yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), BERORIENTA
dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan. Penyelesaian
dari masalah tersebut mungkin bisa diatasi dengan :
SI
• Penetapan Standar Pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang
PELAYANAN
sangat penting dalam pelayanan publik. Standar pelayanan
merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk
menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang
ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan
kemampuan penyelenggara pelayanan.
• “ PENYELESAIAN

Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP). Untuk memastikan bahwa


proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan adanya Standard
Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang
dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan
acuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten. Contohnya sudah BERORIENTA
ditetapkan persyaratan apa saja yang diperlukan untuk mengurus perijinan,
waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perijinan, dan prosedur pengurusan
SI
perijinan. PELAYANAN
• Pengembangan Survey Kepuasan Pelanggan. Untuk menjaga kepuasan
masyarakat, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme penilaian kepuasan
masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Dalam konsep manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai
apabila produk pelayanan yang diberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi
kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, survey kepuasan
11
pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan pelayanan publik.
“ PENYELESAIAN

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Penjatuhan Sanksi Administrasi


Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah penjatuhan hukuman disiplin terhadap Pegawai
Negeri Sipil yang tidak menaati kewajiban dan larangan yang ditentukan dalam peraturan

BERORIENTA
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan. Menjatuhkan sanksi administrasi
disiplin kepada Pegawai Negeri Sipil, perlu pertimbangan. Sejalan dengan itu Wursanto
(2003:119), menyatakan bahwa pertimbangan terhadap penjatuhan sanksi administrasi
disiplin adalah:
SI
1. Hukuman harus bersifat mendidik; PELAYANAN
2. Jenis pelanggaran yang dilakukan;
3. Faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan terjadinya pelanggaran disiplin;
4. Hukuman disiplin harus setimpal dengan jenis pelanggaran yang dilakukan pegawai
yang bersangkutan, dan
5. Hukuman disiplin harus bersifat adil.

12
“ DEFINISI
Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai

ASPEK AKUNTABILITAS AKUNTABEL


• Akuntabilitas adlh sebuah hubungan
• Akuntabilitas berorientasi pd hasil
• Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
• Akuntabilitas memerluka konsekuensi
• Akuntabilitas memperbaiki kinerja

13
“ FUNGSI UTAMA
• Menyediakan kontrol demokratis
• Mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan
• Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas AKUNTABEL
TINGKATAN AKUNTABILITAS
• Personal
• Individu
• Kelompok
• Organisasi
14
• Stakeholder
“Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme
ini dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi
hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu akuntabilitas kejujuran
dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program dan akuntabilitas

AKUNTABEL
kebijakan. Akuntabilitas tidak mungkin terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah
perencanaan strategis, kontrak kinerja dan laporan kinerja. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan yaitu: kepemimpinan, transparansi, integritas,
responsibilitas, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan
konsistensi. Langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework
akuntabilitas di lingkungan kerja PNS yaitu: tentukan tanggungjawab dan
tujuan, rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, laukan
implementasi dan monitoring kemajuan, berikan laporan secara lengkap,
serta berikan evaluasi dan masukan perbaikan.
15
“ STUDI KASUS 1

AKUNTABEL
SUAP

16
“ PENYEBAB

AKUNTABEL

17
“ PENYELESAIAN

Kontrol atasan
Edukasi langsung yang lebih
Meningkatkan ketat dan menyeluruh
pelayanan publik masyarakat
Memotivasi
berupa memangkas berupa kampanye Adanya inspeksi pegawai agar
waktu pelayanan dan publik untuk tidak berkala dari pihak
selalu bekerja
memangkas jalur memberi tips Atasan
dengan akuntabel
birokrasi dengan kepada Petugas
Laporan dan responsibilitis
memanfaatkan Pelayanan serta
pertanggungjawaban terhadap tugas-
teknologi informasi transparansi dalam
kegiatan secara rutin tugasnya
secara digital hal biaya oleh setiap unit
pengurusan pelayanan sebagai
administrasi publik bahan monitoring dan
evaluasi perbaikan
18
“ STUDI KASUS 2

AKUNTABEL
KUALITAS
PELAYANAN
MENURUN

19
“ PENYEBAB

AKUNTABEL

20
“ SDM
PENYELESAIAN

EVALUASI PROSES AKUNTABEL


• Evaluasi beban • Evaluasi terhadap • Review SOP dan • Tentukan UTW
kerja laporan kinerja disosialisasikan dan tujuan
• Jika kurang > pegawai secara rutin kepada petugas • Rencanakan
lakukan dan konsisten oleh pelayanan public dan
perencanaan atasan • Inovasi IT dalam laksanakan
menambah • Pemberian sanksi hal pelayanan • Laporkan hasil
pegawai terhadap pegawai dan pengawasan monitoring dan
• Motivasi pegawai yang tidak bekerja baik dalam hal evaluasi serta
dalam hal perilaku baik pelayanan rencana
akuntabel dan • Pemberian reward ataupun kinerja perbaikan
responsibilitas kepada pegawai karyawan
• Pelatihan yang bekerja dengan
pemahaman sikap baik
perilaku akuntabe 21
“ DEFINISI
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal
1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi
faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan
kompetitif. Kompetensi Memiliki tiga aspek penting berkaitan
dengan perilaku kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. KOMPETEN

22
PERILAKU KOMPETEN
“ ASN

1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab

tantangan yang selalu berubah KOMPETEN


2. Membantu orang lain belajar

3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik

23

STUDI KASUS

Dinas Kesehatan memberlakukan system pelaporan terbaru.


Masing-masing UPTD hanya mendapatkan kuota pelatihan
sebanyak 2 orang. Kemudian 2 orang tersebet setelah
mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan, menyampaikan KOMPETEN
kepada seluruh pihak terkait di UPTD-nya. Sayangnya sebagian
orang yang berhubungan dengan system pelaporan tersebut
kurang bisa memahami system yang baru dan memilih untuk
mengandalkan kawan yang lain.

. 24

PENYELESAIAN

Mau membantu
orang lain belajar
• Instansi melaksanakan
sosialisasi secara bertahap Tugas
dengan
dengan diikuti oleh seluruh • Karyawan yang sudah mahir,
karyawan mau membagikan ilmu
kepada karyawan yang
masih kesulitan. Tapi dengan
dorongan agar karyawan
kualitas
tersebut bisa mandiri
• Membuat SOP terbaik
Meningkatkan
kompetensi diri

KOMPETEN

25


DEFINISI
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), makna dan
tulisan kata ‘harmonis’ yang benar yaitu har·mo·nis a bersangkut
paut dengang (mengenai) harmoni; seia sekata

• Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara


berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor
tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. HARMONIS
• Pentingnya Suasana Harmonis yaitu menjadi Salah satu kunci
sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat
kerja. Energi positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan
dampak positif bagi karyawan yang akhirnya memberikan efek
domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja
secara keseluruhan

26
PERILAKU BERETIKA PERUBAHAN MIND SET
ASN
Penerapan sikap perilaku beretika yang
ASN
Perubahan mindset ini merupakan
menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. reformasi birokrasi yang paling penting,
Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan setidaknya mencakup tiga aspek penting
dengan: yakni:
1. Toleransi 1. Pertama, berubah dari penguasa
2. Empati menjadi pelayan;
3. Keterbukaan terhadap perbedaan. 2. Kedua, merubah dari ’wewenang’
menjadi ’peranan’;
3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah.

27
“ PERAN ASN
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas
dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap
netral dan adil.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok HARMONIS
kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,
peraturan yang mendiskriminasi
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. PNS juga harus memiliki suka menolong
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan
masyarakatnya

28
“ STUDI KASUS
Pemberian pelayanan di rumah sakit yang berbeda antara
pasien kelas 3 dengan pasien kelas VIP oleh petugas. Sebagai
contoh misal seorang perawat yang memberikan pelayanan
yang ramah sopan santun dan penuh senyum ketika
memberikan pelayanan di ruang VIP, melayangi keluhan dan
permintaan dari pasien dan keluarga dengan sigap. Hal itu
terkadang bertolak belakang dengan pelayanan perawat di HARMONIS
ruang kelas 3 ketika menjawab pertanyaan atau keluhan pasien
dan keluarga yang terkadang menjawab dengan kurang sopan
dan ramah dan terkadang membentak jika merasa tidak suka
dengan pertanyaan atau permintaan yang di keluhkan oleh
pasien dan keluarga sehingga membuat keluarga atau pasien
trauma atau takut saat akan meminta tolong kepada perawat
yang bertugas.

29
“ PENYELESAIAN
Berdasarkan kasus tersebut, dapat kita lihat jika
sebagai ASN khususnya yang berprofesi sebagai
perawat harus bersikap adil dalam melaksanakan
tugasnya.
Perlunya di buat SPO pada setiap pasien yang di rawat
di ruangan tersebut untuk mengisi kolom komentar
HARMONIS
terkait pelayanan, baik kritik dan saran.
Jika ternyata ditemukan oknum perawat atau petugas
kesehatan lainnya yang dalam konteks ini tidak bisa
menjaga keharmonisan dengan pasien atau keluarga
atau dengan petugas kesehatan lainnya, maka perlu di
berikan bimbingan.
30


DEFINISI
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil,
kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
LOYAL
• Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat
dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara
31
LOYAL DALAM KONTEKS


ORGANISASI
PEMERINTAH
Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS

AKTUALISASI PANDUAN
LOYAL
PERILAKU LOYAL
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal diantaranya adalah
komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.

32
PANDUAN PERILAKU
“ LOYAL
Panduan Perilaku
1. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah.
2. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan
Instansi dan Negara
LOYAL
3. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara

Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela


Negara
Diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya.

33
“ HAL-HAL YANG DAPAT
DILAKUKAN UNTUK
MEMBANGUN RASA LOYAL

1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki


2. Meningkatkan Kesejahteraan
LOYAL
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala

34
“ STUDI KASUS 1

Setiap Rumah Sakit memiliki ruangan-ruangan perawatan yang dipimpin


oleh kepala ruangan dan memiliki gaya kepemimpinan masing-masing.
Ruang A di salah satu Rumah Sakit Daerah di Jawa Timur memiliki
pemimpin ruangan yang demokratis. Setiap pegawai dapat menjalin
kekompakan sehingga tercipta hubungan kerja yang harmonis. Sistem kerja
shift menambah kekompakan antar pegawai karena harus menjalin
komunikasi yang efektif demi kesembuhan pasien. Namun, ketika
LOYAL
pergantian shift, beberapa pegawai terlambat 10 hingga 15 menit dari jam
masuk yang ditetapkan Rumah Sakit. Hal demikian sudah dianggap biasa
dan dimaklumi oleh pegawai lain. Secara garis besar pelayanan kepada
pasien tetap berjalan dengan baik, namun adakalanya ketika ada
permintaan dari pasien di pergatian shift jika dirasa tidak begitu urgen,
pelayanan harus ditunda sembari menunggu pegawai dari shift berikutnya
datang dan melakukan timbang terima pasien.

35
“ PEMBAHASAN
Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa para pegawai di Ruang A
Rumah Sakit X sudah menerapkan nilai-nilai berakhlak seperti harmonis
dan adaptif namun melupakan nilai kedisiplinan yang menjadi salah satu
indikator penting dalam loyalitas terhadap oraganisasi dan negara.
Permasalahan yang terjadi adalah ketidakdisiplinan staff terhadap jam
masuk kerja dan sudah menjadi budaya. Seorang pegawai yang loyal akan LOYAL
selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas, ketaatan ini
timbul dari kesadaran anggota jika peraturan yang dibuat oleh organisasi
semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya pelaksanaan kerja
organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa
merasa terpaksa atau takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila
melanggar peraturan tersebut. Hal tersebut akan berdampak besar jika
tidak segera diatasi dan akan berpengaruh pada nilai-nilai yang lain.
36
“ PENYELESAIAN
1. Memulai dari komitmen diri untuk mematuhi tata tertib yang
ada di Rumah Sakit sebagai bukti ketaatan terhadap
organisasi
2. Mengajak pegawai yang lain untuk datang tepat waktu dan
sebagai role model
3. Melakukan diskusi secara terbuka antar pegawai dan kepala
ruang untuk menyampaikan ketidaksetujuan terkait jam
masuk yang cenderung fleksibel untuk ditindaklajuti bersama. LOYAL
4. Sebagai kepala ruang diharapkan bertanggungjawab
mengawasi dan melakukan pembinaan secara dini
dilingkungan kerjanya mengenai kedisiplinan. Bilamana
terdapat pegawainya yang melanggar tindakan disiplin,
setidaknya segera melakukan pendekatan untuk menanyakan
permasalahan yang dihadapi dan permasalahan yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak disiplin.
5. Melakukan evaluasi secara berkala

37
“ STUDI KASUS 2

"Baru-baru ini tersiar video 7 orang aparatur


berstatus Tenaga Kerja Kontrak Pemkot Bekasi viral di
media sosial Tiktok dan dianggap melanggar norma
kepatutan," kata Sekretaris Daerah Kota Bekasi, Reny
Hendrawati, dalam keterangannya, Rabu (8/9/2021).
LOYAL
Sumber: Liputan6.com, Jakarta.

38
“ PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi di era global merupakan tantangan bagi


ASN untuk memilah informasi dan menyaring budaya yang tepat
untuk dikembangkan sesuai ideologi bagsa kita. Hal tersebut
hanya dapat dihadapi jika seseorang memiliki sifat dan sikap
loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara.
Tindakan yang dilakukan oknum tersebut telah melanggar nilai
loyalitas antara lain:
1. Disiplin Pegawai.
LOYAL
2. Kewajiban menjunjung tinggi kehormatan negara,
pemerintah dan martabat Pegawai Negeri Sipil.
3. Menghindarkan diri dari perbuatan tercela serta menjaga
nama baik diri dan Pemerintah.

39
“ PENYELESAIAN

1. Memberikan sanksi yang sesuai sebagaimana diatur dalam PP


No.53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai kepada oknum
terkait.
2. Melakukan pembinaan kepada oknum terkait.
3. Sebagai ASN kita dapat menjadi pelopor untuk menggunakan
media sosial sebagai ajang menyalurkan kreativitas dan LOYAL
mensosialisasikan tindakan yang sesuai loyalitas terhadap
bangsa dan Negara. Contohnya membagikan video terkait
peringatan hari-hari besar di Indonesia, mempublikasikan
kebijakan umum yang ada saat ini, mengajak masyarakat untuk
menaati himbauan dari pemerintah, dsb. Oleh karena itu,
sebagai ASN harus memiliki wawasan kebangsaan yang baik .

40
“ DEFINISI

Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus berinovasi


dan mengembangkan kreativitas serta bertindak proaktif

Adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan ADAPTIF


keadaan lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi
akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan
diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan.
Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi
terjaminnya keberlangsungan kehidupan

41


ORGANISASI ADAPTIF

Organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon


perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder
dengan cepat dan fleksibel.
• Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di
dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat
ADAPTIF
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan
dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi.
• Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah
strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja.

42
Management Advisory

“ Service UK fondasi
organisasi adaptif
• Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
1. Purpose

• Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang


2. Cultural sesuai dengan karakteristik tugas dan fungsinya.
values

• Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka ADAPTIF
pikir dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam
3. Vision. organisasi

• Nilai-nilai korporat juga menjadi fodasi penting dalam membangun budaya


4. Corporate adaptif dalam organisasi.
values

43

• Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi-strategi yang lebih
operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur,
5. Coporate
strategy
efisien dan efektif.

• Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di


organisasi.
6. Structure

• Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam


organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan. Penyelesaian masalah

ADAPTIF
7. Problem harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
solving

• Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan partnership


maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan dalam penerapan
8. Partnership budaya adaptif
working

• Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak
bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal
9. Rules organisasi.
44

“ STUDI KASUS 1
Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun
telah memaksa pemerintah untuk mengendalikan mobilitas
penduduk dalam beraktivitas. Kondisi tingkat kerawanan
penyebaran virus seperti angka infeksi, tingkat Bed Occupation Rate
(BOR), angka kematian dan angka kesembuhan menjadi indikator-
indikator penting mengenai level mobilitas apa yang akan
diputuskan untuk diterapkan. ADAPTIF
• Menunggu keputusan oleh pemerintah pusat tentu bukan pilihan
yang taktis, apalagi dengan keragaman kondisi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Maka pemerintah daerah memiliki kewenangan
sendiri untuk memutuskan level mana yang akan dipilih, yang
sesuai dengan kondisinya masing-masing.
• Dengan desentralisasi kewenangan yang dilakukan, maka
pemerintah telah menerapkan praktek-praktek berorganisasi yang
adaptif dalam merespon dan mengendalikan penyebaran virus
corona melalui pendekatan berbasis wilayah.
45
“ PENYELESAIAN

Penanganan COVID 19 Pemprov JATIM

Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat halaman


web infocovid19.jatimprov.go.id di halaman web ini
masyarakat se Jawa TImur bisa mendapatkan
pelayanan terkait penangan Covid 19 yaitu adanya ADAPTIF
1. Layanan Call Center 1500 117
2. Layanan Oksigen Gratis Jawa Timur
3. Layanan Isoman Jawa Timur
4. Layanan One Gate Referal System Jawa Timur
5. Fovid Jatim Forum Covid 19 Jawa Timur (forum
obrolan, Tanya jawab dan real time chat covid 19)
6. Radar Covid 19 Radar Peta Persebaran kasus
46
46
“ PENYELESAIAN

ADAPTIF

47
47
“ STUDI KASUS 2

Kasus Budaya Adaptif Taxi BLUE BIRD

Bagi perusahaan-perusahaan, teknologi benar-benar merubah cara


pandang dan selera pelanggan. Kompetisi semakin ketat. Lalu apa
yang harus dilakukan oleh perusahaan yang usianya sudah cukup
matang untuk tetap bisa bertahan? Kuncinya ada pada budaya yang ADAPTIF
adaptif, selaras dengan kondisi eksternal dan tren yang terus
bergerak. Kasus ini dialami oleh perusahaan taksi Blue Bird.
Perusahaan taksi yang sudah puluhan tahun berdiri dan gagah
memimpin pasar. Sekian lama menjadi andalan pelanggan, Blue Bird
menghadapi turbulensi tahun-tahun belakangan karena hadirnya
moda transportasi baru berbasis online. Perusahaan taksi lainnya juga
mengakui bisnis taksi konvensional semakin lesu. Imbasnya, PHK
massal pun tak terelakkan.
48
• “ PENYELESAIAN
Apa yang dilakukan Blue Bird? Ternyata kuncinya cerdik membidik
potensi dan menggerakkan kolaborasi. Jika perusahaan armada taksi
lain kalah saing, Blue Bird justru ambil langkah menjalin kerjasama
baik dengan sang kompetitor. Kerjasamanya dengan Go-Car pada
aplikasi Go-Jek menjadi bukti. Pengguna layanan Go-Car pun bisa
dijemput dengan taksi Blue Bird dengan tarif sama.
• Terobosan lainnya adalah Blue Bird bekerjasama dengan Kementerian
Pariwisata. Layanan Blue Bird yang tersebar di banyak kota besar
Indonesia berpotensi membantu misi Kemenpar untuk
ADAPTIF
mempromosikan pariwisata Indonesia. Armada Blue Bird diberikan
stiker ‘Wonderful Indonesia’ dan peletakan majalah Mutiara Biru yang
mengekspos keindahan Indonesia.
• Apa yang dilakukan Blue Bird menjadi bukti nyata jika budaya
organisasi perlu terus diperbarui. Memegang nilai-nilai organisasi,
sambil terus menyelaraskannya dengan tren dan kondisi saat ini. Agar
mampu efektif, budaya organisasi yang adaptif juga harus mampu
disampaikan ke seluruh elemen karyawan. Diterjemahkan menjadi
kinerja perilaku yang berdampak pada kinerja organisasi, dan mampu
49
49
untuk dievaluasi berkala.
Kolaborasi pemerintahan

1.
(Collaborative Governance)

sebuah proses yang melibatkan


norma bersama dan interaksi
saling menguntungkan antar
aktor governance.
KOLABORAT
2. Collaborative governance IF
mencakup kemitraan institusi
pemerintah untuk pelayanan
publik.

50
50
Proses Yang Harus Dilalui
“ Dalam Menjalin Kolaborasi

1. Trust building :membangun kepercayaan dengan


stakeholder mitra kolaborasi
2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan
baik dan bersungguh-sungguh;
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling KOLABORAT
ketergantungan; sharing ownership dalam IF
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan
bersama;
4. Pemahaman bersama : berkaitan dengan
kejelasan misi, definisi terkait permasalahan
serta mengidentifikasi nilai bersama dan
5. Menetapkan outcome antara.
51
51
Kolaborasi pemerintahan

1.
(Collaborative Governance)

sebuah proses yang melibatkan


norma bersama dan interaksi
saling menguntungkan antar
aktor governance.
KOLABORAT
2. Collaborative governance IF
mencakup kemitraan institusi
pemerintah untuk pelayanan
publik.

52
52
“ Whole of Government (WoG)

Sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya KOLABORAT
kolaboratif pemerintahan dari IF
keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kebijakan,
53
53

MALL PELAYANAN PUBLIK
STUDI KASUS

Permasalahan
Sistem/ prosedur pelayanan publik yang 1. Masyarakat merasa sistem/
berbelit-belit, ketidakpastian waktu dan biaya prosedur pelayanan publik
mengakibatkan pelayanan di Indonesia identik berbelit-belit, ketidakpastian
waktu dan biaya
dengan high –cosy economy (ekonomi biaya

tinggi). Begitu banyaknya permasalahan


mengakibatkan pelayanan di
Indonesia identic dengan KOLABORAT
high –cosy economy
IF
dalam pelayanan publik yang diselenggarakan

pemerintah, maka sangat perlu dilakukan (ekonomi biaya tinggi).


suatu perubahan atau reformasi melalui
2. Untuk mengakses pelayanan
publik cukup menyita waktu
perbaikan pelayanan publik. Mal pelayanan
karena harus berpindah dari
publik merupakan salah satu sorotan yang satu kantor layanan ke
diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam kantor layanan yang lain.
memberikan pelayanan untuk kemudahan

kepada masyarakat.  54
54

Penyelesaian
PENYELESAIAN

1. Dibentuknya mall pelayanan publik sebagai bentuk


kolaborasi antar institusi pemerintahan dalam
menyelenggarakan pelayanan publik.
2. Pada penyelenggaraan mall pelayanan publik terkandung
nilai-nilai kolaborasi seperti memberikan kesempatan pada
berbagai pihak instansi pemerintah untuk berkontribusi, KOLABORAT
terbuka dalam kerjasama dengan berbagai pihak untuk
menghasilkan nilai tambah berupa layanan publik yang lebih IF
mudah dan menggerakkan berbagai sumber daya yang ada
dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.
3. Diselenggarakannya mall pelayanan publik sesuai dengan
pendekatan Whole of Government (WoG), karena mall
pelayanan publik menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor
55
55
KESIMPULAN

56
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai