Nilai Dasar
S.Farm.
3. dr. ROHMINISA HASNAH
ASN
4. EVI DWI ATIKA SARI, S.KM.
5. apt. LILIS AMONGSARI, S.Farm.
BerAKHLAK
6. WAHYUNI, S.K.M.
7. REGITA DAMAYANTI SAPUTRI, S.K.M
8. PUPUT BAYU PUTRA, S.Kep., Ns
9. RATNA YULITA, S.Kep., Ns
10. ALSA BILLAH SEPTIVA, S.Kep., Ns
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri PANRB Nomer 20 Tahun 2021 tanggal 26
Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding ASN,
disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu
“ PUBLIK
• Banyak masyarakat kita telah menjadi korban dari adanya diskriminasi atau perbedaan
perlakuan dalam pelayanan publik yang terjadi di lingkungan pemerintahan.
Bentuk diskriminasi ini dapat menyangkut kepada sesuatu yang berhubungan dengan
BERORIENTA
kekerabatan, pertemanan, keluarga, etnis, status sosial dan lainnya. Misalnya A yang
mendapatkan SIM C nya lebih cepat tanpa proses ujian SIM, seperti biasanya.
• Banyak sekali para petugas front end atau yang berhubungan dengan layanan masyarakat SI
secara langsung itu bersikap tidak ramah dan cenderung untuk semena-mena. Apalagi
saat kita mengurus administrasi penduduk yang notabene petugas tersebut berstatus
PELAYANAN
sebagai aparat sipil negara
9
“ PENYELESAIAN
BERORIENTA
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan. Menjatuhkan sanksi administrasi
disiplin kepada Pegawai Negeri Sipil, perlu pertimbangan. Sejalan dengan itu Wursanto
(2003:119), menyatakan bahwa pertimbangan terhadap penjatuhan sanksi administrasi
disiplin adalah:
SI
1. Hukuman harus bersifat mendidik; PELAYANAN
2. Jenis pelanggaran yang dilakukan;
3. Faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan terjadinya pelanggaran disiplin;
4. Hukuman disiplin harus setimpal dengan jenis pelanggaran yang dilakukan pegawai
yang bersangkutan, dan
5. Hukuman disiplin harus bersifat adil.
12
“ DEFINISI
Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai
13
“ FUNGSI UTAMA
• Menyediakan kontrol demokratis
• Mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan
• Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas AKUNTABEL
TINGKATAN AKUNTABILITAS
• Personal
• Individu
• Kelompok
• Organisasi
14
• Stakeholder
“Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme
ini dapat diartikan secara berbeda-beda dari setiap anggota organisasi
hingga membentuk perilaku yang berbeda-beda pula. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu akuntabilitas kejujuran
dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program dan akuntabilitas
AKUNTABEL
kebijakan. Akuntabilitas tidak mungkin terwujud apabila tidak ada alat
akuntabilitas. Di Indonesia, alat akuntabilitas antara lain adalah
perencanaan strategis, kontrak kinerja dan laporan kinerja. Dalam
menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa aspek yang
harus diperhatikan yaitu: kepemimpinan, transparansi, integritas,
responsibilitas, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan dan
konsistensi. Langkah yang harus dilakukan dalam membuat framework
akuntabilitas di lingkungan kerja PNS yaitu: tentukan tanggungjawab dan
tujuan, rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, laukan
implementasi dan monitoring kemajuan, berikan laporan secara lengkap,
serta berikan evaluasi dan masukan perbaikan.
15
“ STUDI KASUS 1
AKUNTABEL
SUAP
16
“ PENYEBAB
AKUNTABEL
17
“ PENYELESAIAN
Kontrol atasan
Edukasi langsung yang lebih
Meningkatkan ketat dan menyeluruh
pelayanan publik masyarakat
Memotivasi
berupa memangkas berupa kampanye Adanya inspeksi pegawai agar
waktu pelayanan dan publik untuk tidak berkala dari pihak
selalu bekerja
memangkas jalur memberi tips Atasan
dengan akuntabel
birokrasi dengan kepada Petugas
Laporan dan responsibilitis
memanfaatkan Pelayanan serta
pertanggungjawaban terhadap tugas-
teknologi informasi transparansi dalam
kegiatan secara rutin tugasnya
secara digital hal biaya oleh setiap unit
pengurusan pelayanan sebagai
administrasi publik bahan monitoring dan
evaluasi perbaikan
18
“ STUDI KASUS 2
AKUNTABEL
KUALITAS
PELAYANAN
MENURUN
19
“ PENYEBAB
AKUNTABEL
20
“ SDM
PENYELESAIAN
22
PERILAKU KOMPETEN
“ ASN
23
“
STUDI KASUS
. 24
“
PENYELESAIAN
Mau membantu
orang lain belajar
• Instansi melaksanakan
sosialisasi secara bertahap Tugas
dengan
dengan diikuti oleh seluruh • Karyawan yang sudah mahir,
karyawan mau membagikan ilmu
kepada karyawan yang
masih kesulitan. Tapi dengan
dorongan agar karyawan
kualitas
tersebut bisa mandiri
• Membuat SOP terbaik
Meningkatkan
kompetensi diri
KOMPETEN
25
“
•
DEFINISI
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), makna dan
tulisan kata ‘harmonis’ yang benar yaitu har·mo·nis a bersangkut
paut dengang (mengenai) harmoni; seia sekata
26
PERILAKU BERETIKA PERUBAHAN MIND SET
ASN
Penerapan sikap perilaku beretika yang
ASN
Perubahan mindset ini merupakan
menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis. reformasi birokrasi yang paling penting,
Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan setidaknya mencakup tiga aspek penting
dengan: yakni:
1. Toleransi 1. Pertama, berubah dari penguasa
2. Empati menjadi pelayan;
3. Keterbukaan terhadap perbedaan. 2. Kedua, merubah dari ’wewenang’
menjadi ’peranan’;
3. Ketiga, menyadari bahwa jabatan
publik adalah amanah.
27
“ PERAN ASN
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan
menciptakan budaya harmoni dalam pelaksanaan tugas
dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
1. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap
netral dan adil.
2. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok HARMONIS
kelompok minoritas, dengan tidak membuat kebijakan,
peraturan yang mendiskriminasi
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
4. PNS juga harus memiliki suka menolong
5. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan
masyarakatnya
28
“ STUDI KASUS
Pemberian pelayanan di rumah sakit yang berbeda antara
pasien kelas 3 dengan pasien kelas VIP oleh petugas. Sebagai
contoh misal seorang perawat yang memberikan pelayanan
yang ramah sopan santun dan penuh senyum ketika
memberikan pelayanan di ruang VIP, melayangi keluhan dan
permintaan dari pasien dan keluarga dengan sigap. Hal itu
terkadang bertolak belakang dengan pelayanan perawat di HARMONIS
ruang kelas 3 ketika menjawab pertanyaan atau keluhan pasien
dan keluarga yang terkadang menjawab dengan kurang sopan
dan ramah dan terkadang membentak jika merasa tidak suka
dengan pertanyaan atau permintaan yang di keluhkan oleh
pasien dan keluarga sehingga membuat keluarga atau pasien
trauma atau takut saat akan meminta tolong kepada perawat
yang bertugas.
29
“ PENYELESAIAN
Berdasarkan kasus tersebut, dapat kita lihat jika
sebagai ASN khususnya yang berprofesi sebagai
perawat harus bersikap adil dalam melaksanakan
tugasnya.
Perlunya di buat SPO pada setiap pasien yang di rawat
di ruangan tersebut untuk mengisi kolom komentar
HARMONIS
terkait pelayanan, baik kritik dan saran.
Jika ternyata ditemukan oknum perawat atau petugas
kesehatan lainnya yang dalam konteks ini tidak bisa
menjaga keharmonisan dengan pasien atau keluarga
atau dengan petugas kesehatan lainnya, maka perlu di
berikan bimbingan.
30
“
•
DEFINISI
Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil,
kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
LOYAL
• Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat
dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan
mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara
31
LOYAL DALAM KONTEKS
“
•
ORGANISASI
PEMERINTAH
Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
• Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
AKTUALISASI PANDUAN
LOYAL
PERILAKU LOYAL
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal diantaranya adalah
komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian,
yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.
32
PANDUAN PERILAKU
“ LOYAL
Panduan Perilaku
1. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang
Sah.
2. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan
Instansi dan Negara
LOYAL
3. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
33
“ HAL-HAL YANG DAPAT
DILAKUKAN UNTUK
MEMBANGUN RASA LOYAL
34
“ STUDI KASUS 1
35
“ PEMBAHASAN
Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa para pegawai di Ruang A
Rumah Sakit X sudah menerapkan nilai-nilai berakhlak seperti harmonis
dan adaptif namun melupakan nilai kedisiplinan yang menjadi salah satu
indikator penting dalam loyalitas terhadap oraganisasi dan negara.
Permasalahan yang terjadi adalah ketidakdisiplinan staff terhadap jam
masuk kerja dan sudah menjadi budaya. Seorang pegawai yang loyal akan LOYAL
selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan pengertian loyalitas, ketaatan ini
timbul dari kesadaran anggota jika peraturan yang dibuat oleh organisasi
semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya pelaksanaan kerja
organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap taat tanpa
merasa terpaksa atau takut terhadap sanksi yang akan diterimanya apabila
melanggar peraturan tersebut. Hal tersebut akan berdampak besar jika
tidak segera diatasi dan akan berpengaruh pada nilai-nilai yang lain.
36
“ PENYELESAIAN
1. Memulai dari komitmen diri untuk mematuhi tata tertib yang
ada di Rumah Sakit sebagai bukti ketaatan terhadap
organisasi
2. Mengajak pegawai yang lain untuk datang tepat waktu dan
sebagai role model
3. Melakukan diskusi secara terbuka antar pegawai dan kepala
ruang untuk menyampaikan ketidaksetujuan terkait jam
masuk yang cenderung fleksibel untuk ditindaklajuti bersama. LOYAL
4. Sebagai kepala ruang diharapkan bertanggungjawab
mengawasi dan melakukan pembinaan secara dini
dilingkungan kerjanya mengenai kedisiplinan. Bilamana
terdapat pegawainya yang melanggar tindakan disiplin,
setidaknya segera melakukan pendekatan untuk menanyakan
permasalahan yang dihadapi dan permasalahan yang
menyebabkan yang bersangkutan tidak disiplin.
5. Melakukan evaluasi secara berkala
37
“ STUDI KASUS 2
38
“ PEMBAHASAN
39
“ PENYELESAIAN
40
“ DEFINISI
41
“
•
ORGANISASI ADAPTIF
42
Management Advisory
“ Service UK fondasi
organisasi adaptif
• Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
1. Purpose
• Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka ADAPTIF
pikir dan diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam
3. Vision. organisasi
43
“
• Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi-strategi yang lebih
operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur,
5. Coporate
strategy
efisien dan efektif.
ADAPTIF
7. Problem harus menjadi tujuan besar dari proses adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
solving
• Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak
bisa dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternal
9. Rules organisasi.
44
•
“ STUDI KASUS 1
Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun
telah memaksa pemerintah untuk mengendalikan mobilitas
penduduk dalam beraktivitas. Kondisi tingkat kerawanan
penyebaran virus seperti angka infeksi, tingkat Bed Occupation Rate
(BOR), angka kematian dan angka kesembuhan menjadi indikator-
indikator penting mengenai level mobilitas apa yang akan
diputuskan untuk diterapkan. ADAPTIF
• Menunggu keputusan oleh pemerintah pusat tentu bukan pilihan
yang taktis, apalagi dengan keragaman kondisi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Maka pemerintah daerah memiliki kewenangan
sendiri untuk memutuskan level mana yang akan dipilih, yang
sesuai dengan kondisinya masing-masing.
• Dengan desentralisasi kewenangan yang dilakukan, maka
pemerintah telah menerapkan praktek-praktek berorganisasi yang
adaptif dalam merespon dan mengendalikan penyebaran virus
corona melalui pendekatan berbasis wilayah.
45
“ PENYELESAIAN
ADAPTIF
47
47
“ STUDI KASUS 2
50
50
Proses Yang Harus Dilalui
“ Dalam Menjalin Kolaborasi
52
52
“ Whole of Government (WoG)
Sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya KOLABORAT
kolaboratif pemerintahan dari IF
keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kebijakan,
53
53
“
MALL PELAYANAN PUBLIK
STUDI KASUS
Permasalahan
Sistem/ prosedur pelayanan publik yang 1. Masyarakat merasa sistem/
berbelit-belit, ketidakpastian waktu dan biaya prosedur pelayanan publik
mengakibatkan pelayanan di Indonesia identik berbelit-belit, ketidakpastian
waktu dan biaya
dengan high –cosy economy (ekonomi biaya
kepada masyarakat. 54
54
“
Penyelesaian
PENYELESAIAN
56
TERIMA
KASIH