Dalam Undang Undang No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum Nasional
disebutkan bahwa Penyelenggaraan SPAM adalah serangkaian kegiatan dalam
melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sarana yang mengikuti proses dasar
manajemen penyediaan Air Minum kepada masyarakat. Pada awalnya pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum banyak dilakukan oleh pemerintah pusat, namun demikian sejalan
dengan upaya pelaksanaan desentralisasi maka penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) menjadi kewenangan wajib pemerintah daerah. Dengan diterapkannya UU
No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan wajib tersebut lebih
ditegaskan lagi dan dalam pelaksanaannya pemerintah pusat dapat memfasilitasi/membantu
pengembangan SPAM khususnya dalam rangka pengamanan (safeguard) pencapaian
sasaran nasional dan pengendalian pelaksanaan untuk perwujudan standard pelayanan
minimal. Dalam upaya pemenuhan layanan air minum secara nasional pemerintah pusat
menyediakan perangkat kebijakan dan arahan serta program proyek pembantuan kepada
daerah dalam upaya mendorong percepatan capaian oleh masing-masing daerah.
Dasar hukum untuk penyelenggaraan SPAM adalah:
6. Permen PUPR No. 19 tahun 2016 tentang Pemberian Dukungan oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam Kerjasama Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air
Minum.
7. Permen PUPR No. 25 tahun 2016 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan SPAM untuk
Memenuhi Kebutuhan Sendiri oleh Badan Usaha.
Pelayanan air minum diberikan melalui penyelenggaraan system penyediaan air minum
(SPAM). Pengaturan pelayanan SPAM adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan SPAM dalam satu wilayah kabupaten/kota atau SPAM regular menjadi tugas
dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
2. Pelayanan SPAM lintas kabupaten/kota menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah
provinsi.
3. Pelayanan SPAM lintas Provinsi menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah pusat.
Jenis SPAM terbagi menjadi SPAM jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan.
SPAM jaringan perpipaan diselerenggarakan untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas
Air Minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran Air Minum, yang berarti ada jaminan air
dialirkan selama 24 jam setiap hari dengan kuantitas yang cukup untuk kebutuhan pokok air
minum sepanjang hari dengan kualitas yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan. SPAM jaringan perpipaan meliputi air baku, produksi, distribusi dan pelayanan.
SPAM jaringan bukan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air
hujan, terminal air dan bangunan penangkap mata air. Tolak ukur keberhasilan dalam
penyelenggaraan SPAM adalah pembangunan sarana prasarana yang mampu mencakup
operasional, pemeliharaan, perbaikan, peningkatan SDM dan kelembagaan. Untuk
melaksanakannya, diperlukan izin pengelolaan Sumber Daya Air untuk beroperasi yang diatur
dalam ketentuan perundang-undangan tentang Sumber Daya Air. Lembaga yang dimaksud
adalah Pemerintah Pusat dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) SPAM, Pemerintah Daerah
dengan UPTD SPAM, yang keduanya dibentuk khusus untuk melaksanakan tugas teknis
operasional dengan wewenang khusus baik dari organisasi induk maupun dari wilayah. Kedua
unit ini berkaitan erat dengan BUMN/BUMD dan Kelompok Masyarakat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan air minum sendiri atau kelompok. Kegiatan ini berlandaskan kepada
kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM yang selanjutnya disebut Jakstra
SPAM dan RiSPAM.
produksi, unit distribusi dan unit pelayanan (RI-SPAM, FS, DED) dibantu oleh
pemerintah pusat dengan dana pinjaman (loan).
1) Biaya pembangunan unit air baku menjadi tanggung jawab pemerintah pusat (APBN-
DJSDA).
2) Biaya pembangunan unit produksi menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
(APBN-DJCK).
3) Biaya pembangunan pipa JDU menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, dan
dibantu dana APBN- DJCK.
4) Biaya pembangunan unit distribusi dan unit pelayanan menjadi tugas dan tanggung
jawab pemerintah kabupaten/kota.
5) Biaya pembangunan unit air baku, unit produksi dan pipa JDU bisa juga dibiayai
pihak swasta dengan pembiayaan KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha), dengan skema BOT (Bulit, operate, transfer).
6) Biaya pembangunan unit distribusi bisa juga dibiayai pihak swasta dengan
pembiayaan KPBU atau B to B (Business to Business) dengan skema Trade Credit
atau Kontrak Berbasis Kinerja atau dengan pinjaman perbankan.
e. Pembiayaan dokumen DED dan AMDAL bagian hilir (unit distribusi dari off take
ke unit pelayanan dan unit pelayanan), perijinan bagian hilirdan pembangunan
unit distribusi hilir dan unit pelayanan menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Kegiatan ini berlandaskan kepada kebijakan dan Strategi Provinsi Penyelenggaraan SPAM
yang selanjutnya disebut Jakstra SPAM dan RiSPAM. Dalam pengembangan SPAM Regional
terdapat keterkaitan beberapa aspek yaitu:
1) Readiness criteria.
2) Pelaksanaan konstruksi fisik.
Perencanaan teknis terinci pengembangan SPAM adalah suatu rencana rinci pembangunan
SPAM di suatu kota atau kawasan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit
pelayanan Perencanaan teknis terinci disusun berdasarkan Rencana Induk Pengembangan
SPAM yang telah ditetapkan, hasil studi kelayakan, jadwal pelaksanaan konstruksi, dan
kepastian sumber pembiayaan serta hasil konsultasi teknis dengan dinas teknis terkait.
Perencanaan teknis memuat rancangan teknis sistem rinci yang meliputi:
1. konsep desain/perencanaan,
2. nota desain, berupa analisis rancangan detail kegiatan,
3. perhitungan dan gambar teknis, spesifikasi teknis
4. harga satuan, analisa harga satuan pekerjaan dan rencana anggaran biaya
(RAB)
5. rencana kerja dan syarat (RKS),
6. pemaketan pekerjaan,tahapan dan jadwal pelaksanaan, dan
7. dokumen pelaksanaan kegiatan (dokumen lelang, jadwal pelelangan).
2. Data Primer
1) Geomorfologi dan geohidrologi
2) Hidrolika air permukaan
3) Topografi
4) Penyelidikan tanah
5) Lokasi sistem
6) Sumber air (kapasitas/kontinuitas/kualitas)
7) Ketersediaan bahan konstruksi, elektro mekanikal, bahan kimia, sumber
daya energi
8) Ketersediaan dan kemampuan kontraktor
9) Harga Satuan