Anda di halaman 1dari 11

Teori Hubungan Internasional

Global Justice as a Privilege of International Order


Oleh: Indah Novita1

ABSTRAK

Essay ini ditulis bertujuan untuk menjawab pertanyaan “Should the


consideration of International Order always be privileged over
concerns of Global Justice in the Society of States?”. Dengan
diperkuat oleh dua teori dalam Hubungan Internasional (HI) mazhab
Inggris (English School) dan Cosmopolitan Liberalism yang memiliki
kecenderungan untuk menjadikan Global Justice dan International
Order sebagai unit analisa inti. Penulis berargumen bahwa keadilan
global yang berada diantara Society of States harus menjadi satu topik
yang perlu ditekankan dalam kesadaran atas tatanan internasional
demi terciptanya keadilan yang telah menjadi sebuah hak haqiqi bagi
seluruh negara atau individu di dunia.

Kata-kata kunci: English School, Cosmopolitan Liberalism, Global Justice,


International order.

1
Undergraduate Student of International Relations, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
Teori Hubungan Internasional

Pendahuluan

Sebuah sistem yang berlaku tertatih untuk ditegakan keseluruh penjuru


dikancah Hubungan Internasional (HI) dunia3.
kontemporer telah membawa warna baru
Untuk melihat akan fenomena ini,
dalam hubungan antar negara. Rasa
penulis menyetujui bahwa pendekatan yang
persatuan dari masyarakat global, dan
ada didalam mazhab Inggris dan
kecenderungan yang timbul untuk
Cosmopolitan Liberalism (Liberal
menciptakan elaborasi antara negara maju
Kosmopolitan) memiliki diskursus yang
dan negara berkembang, negara barat
tepat untuk menjadi kacamata dalam
maupun negara non-barat, serta timbul nya
menganalisis. Dalam Kosmopolitan
kesadaran atas persamaan Interests antar
Liberal, John Rawls sebagai salah satu
negara di berbagai belahan dunia telah
tokoh inti menganggap bahwa pendekatan
menjadi suatu hal mengenai kesadaran
ini mendukung secara penuh mengenai apa
tentang apa yang disebut dengan
yang disebut sebagai distributive justice4
International Order atau tatanan
atau pendistribusian keadilan. Dan dalam
internasional.
prespektif mazhab Inggris, Bull
Hedley Bull (1977) berpendapat bahwa, berargumen bahwa “…that the order
negara-negara setelah apa yang disebut between states (however challenging for
sebagai Post-Colonialism Era mereka the societies involved) its not an end on
cenderung memelihara keseimbangan itself, but the means of higher objectives
kekuatan antar negara, dan mempertegas that include ensuring security for
kehadiran International Institutions, individuals in their own rights…”5 hal ini
Diplomacy and Law.2 Walau kerjasama memperkuat argument bahwa, dalam
dalam Society of States telah terkonstruksi, lingkup Society of States beserta tatanan
namun Global Justice atau keadilan global
3
seperti argumen Linklater (2005) masih Ibid
John Rawls, “A theory of justice”, Cambridge, Mass:
4

Harvard University Pres, 1971. Pp,36.


Andrew Linklater, “ The English School Conception Andrew Linklater, “ The English School Conception
2 5

of International Society: Reflections on western and of International Society: Reflections on western and
non-western perspective” The International Studies non-western perspective” The International Studies
of Ritsumeikan University: Retsumeikan Annual of Ritsumeikan University: Retsumeikan Annual
Review of International Studies, 2010. ISSN 1347- Review of International Studies, 2010. ISSN 1347-
8214. Vol.9, pp 3. 8214. Vol.9, pp 4.
Teori Hubungan Internasional

yang ada, keadilan global harus tetap Civilizing Process: International Order
dijunjung tinggi antara individu maupun Shifting Phenomenon
yang berdaulat dalam saatu negara.
Apa maksud dari penekanan
Dalam essay ini penulis akan mengenai Order dan Justice dalam dunia
memaparkan secara lebih mendalam yang dipenuhi dengan berbagai macam
mengenai argumen-argumen pendukung aktor, state dan non-state? Bagaimana bisa
bahwa keadilan global harus menjadi suatu negara-negara yang telah memiliki sifat
hal yang memiliki Privilege dalam hal yang berdaulat dapat berbaur satu sama lain demi
7
bersangkutan dengan kesadaran atas terciptanya keadilan global? pertanyaan
tatanan internasional. Pertama, Penulis tersebut mungkin pertanyaan yang
akan membahas mengenai apa yang disebut seringkali mucul dalam fenomena HI
oleh para pemikir sebagai Civilizing kontemporer ketika kita melihat bahwa arus
Process dimana negara-negara dalam dunia Globalisasi telah membawa warga dunia
HI kontemporer scenderung berkerjasama menjadi cenderung satu kesatuan atau
dan memiliki kesadaran untuk Borderless.
mempertahankan keamanan global serta
Tidak perlu dikatakan kembali,
keadilan. Poin kedua, penulis akan
bahwa Order dan Justice dua hal mendasar
membahas mengenai bagaimana Global
yang dapat menjadi kunci jawaban bagi
Justice as Natural,6 atau bagaimana
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Bull
keadilan global, bagi para kaum
berpendapat bahwa faktanya banyak entitas
Kosmopolitan-Liberal merupakan sebuah
berbeda dan juga negara-negara yang saling
hal yang sudah terbentuk oleh sendirinya.
berinteraksi satu sama lain telah
Dalam point ketiga, penulis akan
menciptakan suatu sistem sosial yang
membahas mengenai bagaimana dan
cenderung kompleks.8 Namun interaksi
mengapa Global Justice harus tercipta.
kompleks yang telah terjadi ini bukan

Hedemi Suganami, “The English School in A


7

Nutshell”, The International Studies Association of


Ritsumeikan University: Ritsumeikan International
Studies Review 2010. Pp, 15-28.
8
James (1978) held a similar view. Bull (1977) adds
“Global Inequality Matters” actually inspired by the ‘the balance of power’, ‘great powers’ and ‘war’ to
6

essay written by Menno Kamminga “On Global ‘international law’ and ‘diplomacy’ as the key
Justice”, March 2003. institutional features of international society
Teori Hubungan Internasional

merupakan bukan bentuk asli dari apa yang daripada masa pra-kolonialisme, dan dalam
disebut sebagai Society, melainkan sebuah proses ini, cenderung mengambil posisi
interaksi yang tak lain tercipta dari dalam tatanan global maupun dunia politik
perkumpulan negara-negara yang berdaulat walaupun tidak ada autoritas legal yang
serta bersifat anarki. mengatur diantara negara-negara yang
berdaulat, melainkan tumbuh berdasarkan
Jika dilihat menggunakan
kesadaran dari masing-masing entitas.11
pendekatan mazhab Inggris, negara-negara
yang berinteraksi demi kompetisinya Timbulnya Civilizing Process
mengenai kekuatan dan keamanan antara negara negara yang berdaulat dalam
merupakan salah satu dampak dari sistem dunia HI kontemporer, bukan lagi hanya
atau tatanan dunia yang bersifat anarki penekanan masalah kekerasan ataupun
tersebut.9 Tetapi pada sisi lain, walau kekuatan militer yang diperlukan
dampak anarki dapat menyebabkan setiap melainkan penekanan pada moral. Seperti
negara tidak dapat menghindari perang apa yang di asumsikan oleh Kammiga,
setidaknya mereka telah dapat meraih bahwa penekanan superioritas pada moral
perjanjian atau sekumpulan peraturan merupakan sebuah kebenaran mengenai
internasional mengenai bagaimana keadilan internasional sebagai penyebaran
seharusnya dalam mengkontrol penggunaan pada keadilan global.12 Dengan hal ini,
kekuatan masing-masing negara.10 penulis dapat mengatakan bahwa keadaan
interaksi antar negara dalam dunia HI
Mazhab Inggris cenderung
kontemporer yang sudah tidak lagi
mempercayai dengan apa yang disebut
mengutamakan konflik, namum
dengan Civilizing process yang tengah
mengedepankan kerjasama merupakan
terjadi dalam tatanan internasional, dimana
sebuah tanda dimana keadlian global harus
negara-negara lebih dapat menghormati
sepenuhnya di tekankan dalam tatanan
penggunaan kekuatan masing-masing
internasional demi terciptanya kerjasama
Andrew Linklater, “ The English School Conception
9

of International Society: Reflections on western and


non-western perspective” The International Studies Hedley Bull, “The Anarchical Society: A Study In
11

of Ritsumeikan University: Retsumeikan Annual Order In the World Politics”. London: MacMillan
Review of International Studies, 2010. ISSN 1347- 1997. A second edition published by A.Hurrell was
8214. Vol.9, pp 2. published by Plagrave MacMillan: 2002.
Menno Kammiga, “On Global Justice”, The CDS
12
10
Ibid. Reseach Report Series: March, 2003.
Teori Hubungan Internasional

yang lebih konpeherensif antar negara di justice…”14 setiap negara pada dunia HI
dunia. kontemporer di nilai telah lebih
mementingkan kerjasama demi tercapainya
Global Justice as Natural, Relevant, and
tujuan bersama, walau pada dasarnya masih
Obligatory Among the Society of States
banyak struggles dalam melakukan hal ini,
Mengacu kepada pendapat para contohnya adalah ketimpangan yang masih
pemikir cosmopolitan-liberal penulis terjadi antar negara kaya dan miskin,
menyetujui bahwa the society of states yang konsep yang ini ditawarkan demi
tergabung pada sistem tatanan dunia, terciptanya global justice merupakan
termasuk kepada sistem yang berada sebuah konsep yang ditawarkan oleh
didalam perkumpulan negara-negara harus kebudayaan barat. Skeptisme kerap
dilihat sama dengan struktur yang dimiliki muncul, yang mempertanyakan apakah
secara domestik oleh setiap negara. kerjasama antara negara yang memiliki
Diperkuat dengan arti “Society” oleh kemampuan yang berbeda akan dengan
Rawls, sebagai “…cooperative venture for mudah menciptakan Global Justice15.
mutual advantage…”13 dimana berarti, Untuk dari itu, mungkin keseimbangan
“society” merujuk kepada arti sebuah yang terjadi dalam kancah tatanan global
kerjasama yang terbuat dan memiliki tujuan masih terus berproses hingga memakan
untuk menghasilkan keuntungan bersama, waktu dekade ataupun abad.
walau itu terjadi dalam kancah domestik,
Di sisi lain, penulis menyetujui
maupun kancah antar negara.
pendapat dari Kammiga bahwa jika global
Kerjasamaa atau cooperation yang justice ingin tercapai secara global, maka
telah tercipta dalam fase civilizing process konsep ini harus memiliki kerangka yang
yang diargumentasikan oleh para pemikir sekiranya bisa menjadi bahan acuan
Mazhab Inggris, telah menjadi kunci bagi bagaimana bisa keadilan tersebut di
terciptanya sebuah keadilan, Karena pada distribusikan. 16 Dan sebenarnya konsep ini
dasarnya “…If there were no such telah terjawab pada pasca perang dingin,
cooperation there will be no occasion for
Charles Beitz, “Political Theory and International
14

Relations”, Princeton University Press: 1999, pp.131.


Jones, “Global Justice”, pp.7-8.
15

Menno Kammiga, “On Global Justice”, The CDS


16

Rawls,”Political Liberalism”, p.4.


13
Reseach Report Series: March, 2003. Pp,9.
Teori Hubungan Internasional

atau bahkan perang dunia ke II dimana atau negara di sarankan untuk bertanggung
bermunculan apa yang disebut sebagai jawab atas keadaan nya sendiri ketika
International Institutions, secara penting society setidak nya memberikan sejumlah
institusi-institusi ini memiliki efek yang fasilitas belajar untuk menuntut ilmu yang
besar kepada individu, grup, dan societies baik agar mereka berkembang.19
yang juga akan memiliki dampak distribusi
Keadilan global merupakan sebuah
secara global.17 Hal ini dapat membantu
tanggung jawab diantara perkumpulan
asumsi bahwa sebuah negara secara
negara, ketika komunitas lokal yang berada
nasional akan self-contained jika kehadiran
disubuah negara tidak memiliki sebuah
keadilan internasional ditekankan eksistensi
signifikansi yang dapat menjamin negara
nya dalam kancah tatanan global.
mereka dapat menyamai negara lain
Ketidak adilan global yang selama sehinngga mereka memiliki keadilan yang
ini terjadi dalam kancah hubungan antara sama.20 Seperti yang sudah terstruktur
negara, dinilai sebagai dampak dari dalam tatanan global pada masa
keputusan-keputusan yang pernah diambil kontemporer sekarang ini adalah sebuah
oleh para elite politik pada masa konsep dimana sistem Liberal menjadi
sebelumnya, negara-negara atau orang- sesuatu yang dominan, maka seharusnya
orang yang kurang beruntung dalam kesadaran bersama atas kebutuhan setiap
posisinya merupakan korban yang tak individu atau negara bukan merupakan
berdosa, maka ada beberapa scholar seperti sebuah yang tabu dan sudah bersifat global.
Beitz yang menganggap bahwa hal ini
Global Justice: Mutual Recognition and
merupakan tanggung jawab yang harus
Global Consideration
dihadapi oleh negara-negara yang
memumpuni sekarang ini.18 Argumen ini Manusia mungkin tidak selalu
memang dapat dikatakan sebgai sebuah memiliki banyak kesamaan yang mendetail,
argument yang bersifat defensive, tetapi itu kecuali rasa kemanusiaan mereka. Namun
juga buka sesuatu yang adil ketika individu tidak dapat dipungkiri bahwa, sebagai

Allen Buchanan, “Rawl’s Law of Peoples: Rules For Will Kymlicka, “Contemporary Political Philosophy:
17 19

a Vanished Wesphalian World” Ethics 110 (2000): An Introduction (Second edition: oxford)” , Oxford
679-721, pp.705-711. University Press: 2002, pp.93-94.
Beitz, “Rawl’s Law of People”, pp.691-692 and Menno Kammiga, “On Global Justice”, The CDS
18 20

“Social and Cosmopolitan Liberalism”, pp.526-528. Reseach Report Series: March, 2003. Pp,18.
Teori Hubungan Internasional

mahluk sosial mereka terkoneksi antara global yang sama tetapi mendapatkan
satu dengan yang lain nya tanpa perlakuan atau taraf yang masih berbeda.
terkecuali.21 Dalam beberapa isu, tanggung
Sebagai contoh, penulis akan
jawab atas keadilan global memang
menuliskan sebuah kasus yang telah di
ditekankan juga dalam batasan antar
kutip dari Pogge (2003) mengenai ekspor
negara, karena individu maupun negara
minyak mentah antara Nigeria dan Britania
terus berkembang untuk melaksanakan
Raya. Ke dua negara telah menandatangi
interaksi bahkan bukan hanya interaksi
kontrak ekpor minyak mentah dalam rentan
politik, dan tindakan mereka itu tentu saja
waktu yang sangat lama, dan tanpa
akan memberikan dampak kepada aktor
menerima bantahan dari kedua belah pihak,
yang berada diluar komunitas mereka,22
antara Militer Nigeria yang dinilai memiliki
disinilah kesadaran bersama harus tercipta.
sofat dictator Sani Albacha, dan
Penulis sangat menyetujui argument pemerintahan Inggris, dapat dikatakan
yang dituliskan oleh Young, bahwa hal lain British Oil Company memiliki andil
yang dapat meyakinkan bahwa keadilan didalam nya. Jika hal ini ditinjau
harus menjadi sebuah kesadaran bersama menggunakan kerangka pemikiran lama,
adalah interaksi yang dapat di lihat dalam maka kepercayaan diri dari Nigeria untuk
dunia yang konkrit, kehadiran sebuah mengambil perjanjian ekspor minyak
konsep formal ditengah negara-negara yang mentah terhadap Inggris harus di apresiasi.
menghasilkan sebuah keadaan yang tidak Tapi pada kenyataan nya, menurut Pogge
23
merata. menempatkan keadilan global dalam hal ini Nigeria di kuasai oleh
sebagai suatu hal yang harus menjadi pemerinatahan yang dictator dan korup,
kesadaran bersama agar membuat kita maka eksploitasi berlebihan dalam
sadar bahwa faktanya tidak semua negara komoditi minyak mentah sebenarnya akan
atau orang yang berada pada suatu tatanan menciptakan bahaya untuk warga Nigeria,
tetapi karena negara tersebut dikuasai oleh
segelintir elite politik dan militer yang
Erik Oddavar Eriksen, “Three Conceptions of Global
21

Political Justice”, ARENA Working paper: 2017. diktator, maka mereka tidak mementingkan
Pp,18. masalah dampak, selagi mereka masih
Young, I.M, “Justice and the Politics of Difference”,
22

Princeton: Princeton University Press: 1990.


Young, I.M, “Inclusion and Democracy” , Oxford:
23

Oxford University Press: 2000.


Teori Hubungan Internasional

dapat untung dan sejumlah senjata yang Didalam dunia dimana negara
mereka inginkan.24 saling berinteraksi secara anarki, maka
kerjasama merupakan hal yang sudah
Untuk itu, keadilan sebagai
menjadi kebutuhan setiap negara demi
kesadaran dan pengakuan diantara society
terciptanya sebuah keadilan yang bersifat
of states atau dalam sebuah kesadaran atas
global. Keadilan global atau “Global
tatanan global memerlukan pertimbangan
Justice” dapat dilihat sebagai suatu hal
yang memiliki signifikasi tinggi. Hal
yang menjadi tujuan dari setiap negara atau
tersebut telah menggaris bawahi bahwa
setiap sistem yang telah diciptakan, namun
keadilan global bukan berasal dari relasi
tidak dapat dipungkiri dalam mewujudkan
sosial semata, tetapi memerlukan sebuah
nya didalam kancah negara-negara yang
interaksi nyata yang bersifat praktikal dan
cenderung memiliki kapabilitas yang
mendalami tentang bagaianna regulasi
berbada, ini bukan merupakan sebuah hal
didalam interaksi antar negara.25
yang mudah.
KESIMPULAN
Ketidak adilan global yang telah
Dalam kancah dunia Society of berakar dalam interaksi antar bangsa, telah
States yang kontemporer, dimana negara- menimbulkan dogma mendalam tersendiri
negara di dunia cenderung menciptakan antar negara-negara barat yang dominan
sebuah kerjasama walau tidak ada sebuah nya sebagai negara maju, dan negara-
organisasi atau sebuah institusi yang negara dunia ke 3, yang pada saat ini
memaksa mereka untuk melakukan nya cenderung merupakan negara yang masih
dimana oleh para pemikir Mazhab Inggris berkembang, kadang menimbulkan sedikit
seperti Linklater sebuah Civilizing Process, gap ketika mereka menjalin kerjasama
hal ini telah menjadi indikasi bahwa Global didalam sebuah forum internasional dalam
Justice atau keadilan global antar negara masa sekarang. Hal ini telah menjadi
sudah harus menjadi suatu hal yang perbincangan diantara mazhab Inggris yang
ditekankan dalam konteks kesadaran akan pada dasarnya merupakan sebuah teori
tatanan internasional. penenakan pada sistem internasional, dan
Kosmopolitan-liberal sebagai sebuah
Thomas, W Pogge, “What is Global Justice?”, Oslo:
24

2003, Pp, 1-18. pendekatan yang menekankan pada


Habermas, J, “Between Facts and Norms”,
25

Cambridge, MA: MIT Press: 1996. Distributive of Justice.


Teori Hubungan Internasional

Melalui kedua pendekatan ini, yang sudah mamou dan kokoh untuk
Global Justice dapat dilihat sebagai sebuah berdiri. Kehadiran organisasi internasional,
tanggung jawab serta kesadaran bersama penekanan kesadaran, hingga penekanan
dalam menghadapinya. Karena selama ini, pada nmoral telah ditemukan sebagai tools
menurut beberapa tokoh masyarakat global agar negara ataupun individu mampu untuk
cenderung bersikap tidak peduli pada hal menyadari seberapa penting Global Justice
yang bersifat tidak adil dan jelas-jelas hal harus menjadi konsen dalam sistem tatanan
tersebut masih ada disekitar negara-negara global.
Teori Hubungan Internasional

REFERENSI

Andrew Linklater, “ The English School Conception of International Society: Reflections


on western and non-western perspective” The International Studies of Ritsumeikan University:
Retsumeikan Annual Review of International Studies, 2010. ISSN 1347-8214. Vol.9, pp 3.
Allen Buchanan, “Rawl’s Law of Peoples: Rules For a Vanished Wesphalian World”
Ethics 110 (2000): 679-721, pp.705-711.
Beitz, “Rawl’s Law of People”, pp.691-692 and “Social and Cosmopolitan Liberalism”,
pp.526-528.
Charles Beitz, “Political Theory and International Relations”, Princeton University Press:
1999, pp.131.
Erik Oddavar Eriksen, “Three Conceptions of Global Political Justice”, ARENA
Working paper: 2017. Pp,18.
“Global Inequality Matters” actually inspired by the essay written by Menno Kamminga
“On Global Justice”, March 2003.
Habermas, J, “Between Facts and Norms”, Cambridge, MA: MIT Press: 1996.
Hedemi Suganami, “The English School in A Nutshell”, The International Studies
Association of Ritsumeikan University: Ritsumeikan International Studies Review 2010. Pp, 15-
28.
Hedley Bull, “The Anarchical Society: A Study In Order In the World Politics”. London:
MacMillan 1997. A second edition published by A.Hurrell was published by Plagrave
MacMillan: 2002.
James (1978) held a similar view. Bull (1977) adds „the balance of power‟, „great
powers‟ and „war‟ to „international law‟ and „diplomacy‟ as the key institutional features of
international society
John Rawls, “A theory of justice”, Cambridge, Mass: Harvard University Pres, 1971.
Pp,36.
Jones, “Global Justice”, pp.7-8.
Menno Kammiga, “On Global Justice”, The CDS Reseach Report Series: March, 2003.
Rawls,”Political Liberalism”, p.4.
Thomas, W Pogge, “What is Global Justice?”, Oslo: 2003, Pp, 1-18.
Teori Hubungan Internasional

Will Kymlicka, “Contemporary Political Philosophy: An Introduction (Second edition:


oxford)” , Oxford University Press: 2002, pp.93-94.
Young, I.M, “Justice and the Politics of Difference”, Princeton: Princeton University
Press: 1990.
Young, I.M, “Inclusion and Democracy” , Oxford: Oxford University Press: 2000.

Anda mungkin juga menyukai