Kelas : XI MIPA 1
PENDAHULUAN
Sejak lama, masalah Majas telah banyak dibicarakan para pakar, baik dari
bidang linguistik maupun sastra, namun tampaknya belum ada kejelasan tentang
hal ini. Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk menjelaskan pembentukan
majas dari sudut pandang semantik. Dalam tulisan ini tidak dibahas semua majas,
karena terlalu banyak yang perlu diteliti.
Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya
majas termasuk dalam gaya bahasa. Sebelum masuk pada pembahasan tentang
majas, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian tentang gaya bahasa. Gaya
bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Dalam tulisan ini pengertian gaya
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang
tertentu, untuk tujuan tertentu.
Dalam tulisan ini, kata majas dipakai sesuai dengan apa yang dimaksud dengan
trope (Perancis/Inggris) yaitu kata atau ungkapan yang digunakan dengan makna
atau kesan yang berbeda dari makna yang biasa digunakan. Berbagai usaha untuk
menjelaskan majas telah dilakukan, namun tetap belum memadai. Masih banyak
penjelasan yang perlu dilakukan, baik secara linguistik, maupun dari aspek
komunikasinya. Penelitian kecil ini merupakan suatu upaya pemahaman beberapa
majas melalui proses pembentukannya. Menurut Kerbrat-Orecchioni (1986: hal.
94), semua jenis makna yang mengandung implisit dalam konteks tertentu dapat
membentuk kehadiran majas. Menurut pendapatnya, majas hanya suatu kasus
khusus dari fungsi implisit.
Dalam majas, bentuk yang implisit bersifat denotatif dan bentuk yang
menggantikannya bersifat konotatif. Di sini tidak akan dikemukakan semua jenis
majas, karena hal itu akan luas sekali, melainkan hanya akan ditampilkan
beberapa macam majas yang sering digunakan. Majas dapat diklasifikasikan
dalam beberapa kategori. Berikut adalah klasifikasi majas :
1. Majas pertautan,
2. Majas pertentangan,
3. Majas perbandingan.
Masing-masing jenis majas ini, terdiri dari beberapa subjenis majas. Yang
pertama adalah Majas pertautan. Majas pertautan adalah kata kata kias yang
bertautan dengan gagasan atau ingatan. Contoh majas pertautan diantaranya majas
metonomia, sinekdoke, alusio, elipsis, dan inversi. Yang kedua adalah majas
pertentangan. Majas pertentangan adalah majas yang cara melukiskan hal apapun
dengan memepertentangkan antara hal yang satu dengan hal yang lainnya. Yang
termasuk kedalam jenis majas ini antara lain majas hiperbola, litotes, oksimoron,
paronomasia, ironi, paralipsis, dan lainnya. Dan yang ketiga adalah majas
perbandingan. Majas perbandingan adalah majas yang issinya membandingkan
suatu objek dengan objek lainnya. Majas yang termasuk majas perbandingan
diantarannya majas simile, metafora, alegori, personifikasi, antitesis, eufumisme,
dan lainnya.
Salah satu jenis majas perbandingan adalah majas eufumisme. Tulisan ini
memberikan gambaran analisis dan bentuk eufemisme dalam berita utama Surat
Kabar Sinar Indonesia Baru (SIB). Eufemisme merupakan suatu ungkapan dengan
konotasi penghalusan makna. penggunaan eufemisme yang terdapat dalam
pemberitaan kerap mengaburkan realita yang ada. Hal ini berdampak bagi
pembaca yang sulit membedakan kebenaran yang ada sehingga menimbulkan
berbagai perspektif atas suatu fenomena. Penelitian dalam media ini
menggunakan metode
analisis data dengan menggunakan teori dari Keith Allan and Kate Burridge. Dari
hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ada tujuh bentuk eufemime yang terdapat
dalam surat kabar SIB, diantaranya: (1) ekspresi figuratif, (2) flipansi, (3)
sirkumlokusi, (4) singkatan, (5) satu kata untuk menggantikan kata lain, (6)
hiperbola, (7) metafora