Anda di halaman 1dari 27

REVIEW PERENCANAAN

PERKERASAN JALAN LENTUR

Prof. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, MSc.Eng. IPU


MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK USK

2022
Ketentuan Umum Struktur Perkerasan
Lentur
Tanah Dasar

Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara lain :


1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah
tertentu sebagai akibat beban lalu-lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat
perubahan kadar air.
3. Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan konstruksi.
4. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan
lalu-lintas untuk jenis tanah tertentu.
5. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan
penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir
(granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat
pelaksanaan konstruksi.
Lapis Pondasi Bawah
Lapis pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur
yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya
terdiri atas lapisan dari material berbutir (granular material) yang
dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak, atau lapisan tanah yang
distabilisasi. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebar beban roda.
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar
lapisan-lapisan di atasnya dapat dikurangi ketebalannya
(penghematan biaya konstruksi).
3. Mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan konstruksi berjalan lancar.
Lapis Pondasi
Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak
langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis
pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di
atas tanah dasar.
Fungsi lapis pondasi antara lain :
1. Sebagai bagian konstruksi perkerasan yang menahan beban roda.
2. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk
digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan
pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/setempat (CBR > 90%, PI < 6%) dapat
digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah
yang distabilisasi dengan semen, aspal, pozzolan, atau kapur.
Lapis Permukaan
Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas campuran
mineral agregat dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai
lapisan paling atas dan biasanya terletak di atas lapis pondasi.

Fungsi lapis permukaan antara lain :


1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
2. Sebagai lapisan tidak tembus air untuk melindungi badan jalan
d ari kerusakan akibat cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan untuk lapis permukaan umumnya sama dengan bahan


untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi.
Kriteria Perencanaan

Lalu Lintas
1. Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)
2. Reliabilitas
3. Lalu lintas pada lajur rencana
Koefisien drainase
Indek permukaan (IP)
Koefisien kekuatan relatif bahan
Batas minimum tebal lapis perkerasan
Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam
perencanaan dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif
yang dimodifikasi. Faktor untuk memodifikasi koefisien kekuatan
relatif ini adalah koefisien drainase (m) dan disertakan ke dalam
persamaan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) bersama-sama dengan
koefisien kekuatan relatif (a) dan ketebalan (D).
Persen waktu struktur perkerasan dipengaruhi oleh kadar air
Kualitas drainase yang mendekati jenuh
<1% 1–5% 5 – 25 % > 25 %
Baik sekali 1,40 – 1,30 1,35 – 1,30 1,30 – 1,20 1,20
Baik 1,35 – 1,25 1,25 – 1,15 1,15 – 1,00 1,00
Sedang 1,25 – 1,15 1,15 – 1,05 1,00 – 0,80 0,80
Jelek 1,15 – 1,05 1,05 – 0,80 0,80 – 0,60 0,60
Jelek sekali 1,05 – 0,95 0,08 – 0,75 0,60 – 0,40 0,40
Hubungan Antara Kondisi, Umur dan Jenis
Penanganan Jalan dengan Indek Permukaan

PEMILIHARAAN BERKALA RUSAK RINGAN RUSAK BERAT


4,5 < IRI < 8 8 < IRI < 12 12 < IRI

PEMELIHARAAN BERKALA PENINGKATAN


Po

BATAS
KONTRUKSI
JALAN
Pt
LINTASAN
IDEAL

BATAS
KRITIS

Iri < 4,5 Iri < 4,5 Iri < 4,5 JIKA TANPA PROGRAM
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Rutin PENINGKATAN JALAN

BATAS MASA PELAYANAN TIDAK MAMPU LAGI MELAYANI


LOS YANG ADA
Keterangan:
Keterangan:

Po
Po ::Service
Service Ability
Ability Indeks Indeks Awal (PHO)
Awal (PHO)
Pt : Service Ability Indeks Akhir (Batas Umur
Pt : Service Ability Indeks Akhir (Batas Umur Pelayanan)
Pelayanan)
Nilai
Nilai Po
Po dan dan Ptpada
Pt tergantung tergantung pada
klasifikasi Jalan (N, P, K) danklasifikasi
LHR Jalan (N, P, K) dan LHR
Indek Permukaan
Indeks permukaan ini menyatakan nilai ketidakrataan dan
kekuatan perkerasan yang berhubungan dengan tingkat pelayanan
bagi lalu-lintas yang lewat.
Adapun beberapa ini IP beserta artinya adalah seperti yang
tersebut di bawah ini :
IP = 2,5 : menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan
baik.
IP = 2,0 : menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang
masih mantap.
IP = 1,5 : menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih
mungkin (jalan tidak terputus).
IP = 1,0 : Menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak
berat sehingga sangat mengganggu lalu-lintas kendaraan.
Indek Permukaan

Jenis Lapis Perkerasan IP0 Ketidakrataan *) (IRI,


m/km)
LASTON >4 < 1,0
3,9 – 3,5 > 1,0
LASBUTAG 3,9 – 3,5 < 2,0
3,4 – 3,0 > 2,0
LAPEN 3,4 – 3,0 < 3,0
2,9 – 2,5 > 3,0

Klasifikasi Jalan
Lokal Kolektor Arteri Bebas hambatan

IPt 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -


1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
- 2,0 – 2,5 2,5 2,5
Ketentuan Umum Perkerasan Lentur
Distribusi Beban pada Struktur Perkerasan Jalan
Skema Tegangan Tarik dan Tekan pd Struktur
Perkerasan
Skema Tegangan Tarik dan Tekan pd Struktur Perkerasan
Hubungan DDT dan CBR
Koefisien Kekuatan Relatif Bahan
Hubungan antara Koefisien Kekuatan Relatif dan
Stabilitas Lapisan

a1 = 0,37964 (log (MR, 20oC) – 0,89034

MR (psi)= 1.500 x CBR


Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi beraspal (a2)
Hubungan antara Koefisien Kekuatan Relatif dan
Stabilitas Lapisan
Hubungan antara Koefisien Kekuatan Relatif dan
Stabilitas Lapisan
Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2).
Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi bersemen (a2).
Koefisien kekuatan relatif lapis pondasi
(a2)secara analitis
a2 = 0,249 log (MR) - 0,43883

a2 = {log (CBR) - 0,107265}/9,7944


} Utk pondasi agregat

a2 = 0,49285 log (MR) – 1,62817

a2 = 0,49285 (qu) + 0,09275


} Utk pondasi stabilisasi semen

a2 = 0,32414 log (MR) - 0,47148

a2 = 0,49285 (SM) + 0,107265


} Utk pondasi campuran aspal

Dimana : MR = Modulus Resilient (MPa) = MR (psi)= 1.500 x CBR


CBR = California Bearing Ratio
qu = Kuat Tekan Bebas setelah 7 hari (kg/cm2)
SM = Stabilitas Marshall (kg)
Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a3)

a3 = 0,227 log (MR) – 0,34838

a3 = {log (CBR) + 0,0833}/14,4245


Koefisien kekuatan relatif (a) untuk overlay
BAHAN KONDISI PERMUKAAN Koefisien
kekuatan
relatif (a)
Lapis permukaan Terdapat sedikit atau sama sekali tidak terdapat retak kulit buaya dan/atau hanya 0.35 – 0.40
Beton aspal terdapat retak melintang dengan tingkat keparahan rendah
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan rendah dan/atau 0.25 – 0.35
<5% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan rendah dan/atau 0.20 – 0.30
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan sedang dan/atau
5-10% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan sedang dan/atau 0.14 – 0.20
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan tinggi dan/atau
>10% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan tinggi dan/atau 0.08 – 0.15
>10% retak melintang dengan tingkat keparahan tinggi
Lapis pondasi yang Terdapat sedikit atau sama sekali tidak terdapat retak kulit buaya dan/atau hanya 0.20 – 0.35
distabilisasi terdapat retak melintang dengan tingkat keparahan rendah
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan rendah dan/atau 0.15 – 0.25
<5% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan rendah dan/atau 0.15 – 0.20
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan sedang dan/atau
>5-10% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan sedang dan/atau 0.10 – 0.20
<10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan tinggi dan/atau
>10% retak melintang dengan tingkat keparahan sedang dan tinggi
0.08 – 0.15
>10% retak kulit buaya dengan tingkat keparahan tinggi dan/atau
>10% retak melintang dengan tingkat keparahan tinggi
Lapis pondasi atau Tidak ditemukan adanya pumping, degradation, or contamination by 0.10 – 0.14
lapis pondasi bawah fines.
granular
Terdapat pumping, degradation, or contamination by fines 0.00 – 0.10
Ringkasan Parameter desain yg Digunakan
dlm metoda AASHTO dan MAK

Anda mungkin juga menyukai