Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU MANTIQ

DEFINISI DAN UNSUR-UNSUR ILMU MANTIQ

Dosen Pengampu: Fikri Maulana, M.Pd.

Disusun oleh:

Ais Nur Aisah (221410151)

Citra Arafah (221410031)

Rifda Zahrani (221410021)

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN

JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat-Nya serta berbagai upaya, tugas
makalah mata kuliah Ilmu Mantiq yang membahas tentang “Definisi dan unsur-unsur
Ilmu Mantiq” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam
senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa ummatnya dari zaman kegelapan dengan penuh kebodohan sampai zaman
terang-benderang dengan penuh ilmu.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
Ilmu Mantiq, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Ilmu
Mantiq. Kami sebagai Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna.
Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaanya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk
pembaca.

Bogor, 31 Januari 2023

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Definisi dalam Ilmu Mantiq ............................................................................... 2
B. Unsur-unsur dalam Ilmu Mantiq........................................................................ 6
BAB III ......................................................................................................................... 7
PENUTUP .................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 7
B. Saran ................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpikir kritis adalah kegiatan berpikir mendalam yang melibatkan berbagai macam
prinsip-prinsip penalaran. Dalam kehidupan modern saat ini berpikir kritis sangat diperlukan
seseorang dalam pergaulan sehari-hari agar dapat membedakan antara alasan yang baik dan
yang buruk, membedakan kebenaran dari kebohongan dan bagaimana kita dan orang lain
menggunakan bukti dan logika, maka seseorang harus memahami tentang metode dan prinsip-
prinsip dalam berpikir dan menggunakan logika.

Menurut Baihaqi (2012, hlm.1) Ilmu Mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang
dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang
benar sehingga ia terhindar dari berfikir keliru yang menghasilkan kesimpulan salah. Jadi bisa
disimpulkan bahwa manfaat ilmu Mantiq secara praktis adalah untuk mencari dalil kemudian
kita dapat menyimpulkannya. Dalam menyimpulkan sesuatu haruslah berfikir terlebih dahulu,
baik ungkapan secara tulisan maupun lisan. Tapi, sebelum kita menyimpulkan terdapat
beberapa hal yang harus kita perhatikan dan pahami secara benar. Hal ini sejalan dengan salah
satu materi Ilmu Mantiq yakni materi tentang At-Ta’rif atau biasa disebut dengan definisi, dan
unsur-unsurnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan definisi atau At-Ta’rif?


2. Apa saja unsur-unsur dalam Ilmu Mantiq?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian dari At-Ta’rif


2. Mengetahui pembagian dari At-Ta’rif
3. Mengetahui syarat-syarat dari At-Ta’rif
4. Mengetahui unsur-unsur dalam Ilmu Mantiq

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian At-Ta’rif

Pada dasarnya manusia selalu memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam batas-
batas memahami dan kadar batas maknanya, padahal dalam bahasa, mereka itu sama. Oleh
karena itu itulah dibutuhkan adanya pegangan untuk memahami suatu hal, yaitu ta'rif yang
membatasi mafhum kulli dengan batasan yang terang dan membedakannya dari pada yang
lainnya dengan perbedaan yang jelas.1

Ta’rif berasal dari bahasa arab yang artinya memberitahu, memperkenalkan.


Maksudnya, dengan ta’rif orang dapat mengenal sesuatu dengan lengkap. Dari sini ta’rif
disamakan artinya dengan definisi, pengertian, rumusan dalam bahasa indonesia. Secara istilah
ta’rif adalah pengenalan, pemahaman mengenai pengertian afrad-afrad untuk mendapatkan
gambaran yang jelas terhadap afrad tersebut atau lebih singkatnya ta’rif, ta’rif adalah
memeperkenalkan sesuatu sesuai hakikat atau mahiyah sebenarnya.2

B. Pembagian At-Ta’rif

Ta'rif

Lafdzi Tanbihi Ismi Haqiqi

bil hadd bil rasm

Hadd Hadd Rasm Rasm


tamm naqish tamm naqis
h

1
Chaerudji Abdulchalik dkk, Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada 2013), hlm. 39
2
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq, (Jakarta: Kencana 2009), hlm. 22

2
Perlu dicatat bahwa, dalam sebagian bahasa Ilmu Mantiq, tidak selalu sama skemanya dengan
skema diatas walaupun komponen-komponennya tidak berbeda. Hanya berbeda cara
mengskemakanya, namun hal itu bukan menjadi hal yang harus dipermasalahakan.

1. Tar’rif Lafdzi

Tar’rif Lafdzi yaitu ta’rif suatu lafadzh yang menggunakan lafadz yang lain yang
artinya sama, guna untuk lebih memperjelas bagi sipendegar contoh: pepaya dan kates, kali
dan sungai, sapi dan lembu. Seperti orang berkata, pepaya itu adalah kates. atau kali itu adalah
sungai. atau sapi itu adalah lembu. Yang demikian dinamakan Tar’rif Lafdzi.

2. Tar’rif Tanbihi

Tar’rif Tanbihi, yakni yang menghadirkan gambaran yang ada dalam hayalan
pendengar yang terlupa pada saat itu. Jadi hanya berfungsi mengembalikan ingatan lama.

3. Tar’rif Ismi dan Haqiqi

Tar’rif Ismi dan Haqiqi, mengandung kesamaan, yakni sama-sama merupakan


gambaran yang memperjelas sesuatu yang dita’rifkan tersebut. Perbedaanya terletak pada,
Tar’rif Haqiqi untuk memperjelas suatu hakikat dimana masadaknya telah ada dalam
kenyataan. Sedangkan Tar’rif Ismi untuk menjelaskan suatu hakikat dimana masih dalam
angggapan dan belum jelas ada masadaknya dalam kenyataan.3

a. Contoh Tar’rif Ismi: Burung Garuda, atau Gatot Kaca di jawa, atau Ikan Duyung yang
berkepala manusia, ini wujudnya tidak ada dalam kenyataan.
b. Contoh Tar’rif Haqiqi: Manusia wujud hewan yang berfikir, ini disebut hakiki karna
ada wujud dalam kenyataan.
1) Tar’rif Haqiqi ada 2 jenis:
a) Bil Haad, adalah ta’rif yang semuanya atau sebagiannya menggunakan
Kulli Dzati saja. Ta’rif Bil Haad ada 2 macam yaitu:
(1) Had Tam, yaitu, ta’rif yang menggunakan semua kulli dzati yang dekat,
yang dari padanya tersusun hakikat sesuatu yang dimaksud.
Contohnya, menta’rifkan manusia dengan binatang yang berpikir.

3
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq, (Jakarta: Kencana 2009), hlm. 28-29

3
(2) Had naqish, yaitu ta’rif yang menggunakan sebagian kulli dzati dekat
dan sebagian lainnya kulli dzati jauh atau hanya menggunakan sebagian
kulli yang dekat saja. Contohnya, menta’rifkan manusia dengan jisim
yang berpikir, atau manusia adalah yang berpikir saja.

b) Bil Rasmi, adalah ta’rif yang menggunakan sebagian kulli dzati dan
sebagiannya kulli ‘irdhi. Ta’rif bil rasmi ada dua macam, yaitu:
(1) Rasm tam, yaitu ta’rif yang menggunakan sebagian kulli dzati yang
dekat dan sebagian kulli ‘irdhi yang khasshh. Contohnya, menta’rifkan
manusia dengan binatang yang berdiri tegak dengan dua kaki, atau yang
mampu mempelajari bahasa.
(2) Rasm naqish, yaitu ta’rif yang menggunakan sebagian kulli dzati yang
jauh dan sebagian kulli ‘irdhi yang khasshah atau menggunakan
kulli‘irdhi yang khasshah saja. Contohnya, menta’rifkan manusia
dengan jisim yang tertawa atau manusia ialah yang bisa tertawa saja.

C. Syarat-syarat At Ta’rif
Para ilmuan mantiq menyebutkan beberapa syarat supaya bisa menghasilkan ta’rif
yang benar dan bermanfaat, di mana memperhatikan syarat-syarat tersebut untuk bisa
menghasilkan tujuan ta’rif, sangatlah penting.
1. Ta’rif hendaklah jami’ dan maani’, yaitu ta’rif hendaklah bisa mencakupseluruh
afrad (individu) dari mu’arraf (jami’) dan menolak segala sesuatu yang mungkin
mestinya tidak termasuk ke dalam cakupan ta’rif (maani’). Supaya ta’rif bersifat
jami’ dan maani’, hendaklah nisbah (hubungan) antara mu’arrif (yang
mendefinisikan) dan mu’arraf (yang didefinisikan) adalah tasawi.
a. Contoh: Manusia adalah hewan yang bisa membaca (tidak jami’ karena ada
manusia yang tidak bisa membaca)

b. Contoh: Manusia adalah hewan (tidak maani’ karena tidak menutup kambing,
sapi, kerbau dengan ta’rif manusia tersebut)
2. Ta’rif hendaklah lebih jelas bagi orang lain dan mudah dipahami, karena guna
ta’rif adalah untuk memperjelas pengertian.
a. Contoh: Genap adalah bilangan yang lebih satu dari ganjil (pengertian seperti
ini kurang jelas dan sulit dipahami, sehingga bukan memperjelas malah

4
membuat kabur)4
3. Ta’rif hendaklah memiliki perbedaan secara mafhum dari mu’arraf. Tidak dibenarkan
dalam ta’rif di mana perbedaan mu’arraf dan mu’arrif hanya dari segi lafadz saja
sementara dari segi mafhum sama.
a. Contoh: Mendefinisikan “insan” dengan basyar (yang seperti ini disebut ta’rif lafdzi

atau ta’rif lughowi).


4. Hendaklah ta’rif itu sunyi dari daur, seperti si A melahirkan si B dan si B
melahirkan si C dan si C melahirkan si A, dan seterusnya.5
5. Tidak boleh mengandung lafadz yang ghaib. Yakni lafadz yang tidak terang
maknanya atau dilalahnya.
a. Contoh: Kertas adalah kayu yang dihancurkan yang dipres berbentuk lembar-
lembar yang tipis (memang bisa berarti kertas, tetapi juga bisa berarti triplek
tipis).

4
Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq, (Jakarta: Kencana 2009), hlm. 32-33
5
Chaerudji Abdulchalik dkk, Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada 2013), hlm. 43

5
D. Unsur-unsur Ilmu Mantiq

1. Konsep atau Pengertian (Tashawwur)


“Konsep” adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Latin conceptus yang
dibentuk dari kata conceptum yang berasal dari kata kerja concipio. Kata conceptus
berarti “serapan, bayangan dalam fikiran, pengertian dan tangkapan”. Jadi, konsep
atau idea memiliki arti yang sama, yaitu gambar atau bayangan dalam fikiran yang
merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap sesuatu entitas yang menjadi obyek
pikiran.6 Contoh: pulpen, buku, dll.
2. Pembenaran (Tashdiq)
Tashdiq dibagi menjadi dua cabang yaitu al-Tashdiq al-Dharuriy dan al-
Tashdiq al-Nadhariy. Definisi mengenai dua cabang tersebut akan dijelaskan
sebagaimana berikut:
a. Al-Tashdiq al-Dharuriy adalah bentuk Tashdiq yang tidak membutuhkan proses
berpikir yang mendalam dalam memutuskan atau menghukumi suatu hal dengan
benar atau salah.
b. Al-Tashdiq al-Nadhariy adalah bentuk Tashdiq yang membutuhkan
terhadapadanya proses berpikir yang mendalam dalam memutuskan atau
menghukumi suatu hal tersebut, baik berupa pembenaran atau penyangkalan.7

6
Muhammad Roy Purwanto, Ilmu Mantiq, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2019), hlm.59
7
Nayef bin Nahar, Muqaddimah fi Ilm al-Mantiq, (Qatar: Muassasah Wa’iy li al -Dirasat wa al-
Abhats,2016), hlm.25.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ta’rif adalah suatu cara atau alat untuk mengenal dan memahami tentang
pengertian afrad dan untuk penggambaran yang sejelas-jelasnya terhadap afrad itu.
Ta’rif berasal dari bahasa Arab yang artinya memberi tahu, memperkenalkan.
Maksudnya, dengan ta’rif orang dapat mengenal sesuatu dengan lengkap. Dari sini ta’rif
disamakan artinya dengan definisi, pengertian, rumusan dalam bahasa Indonesia.

Unsur-unsur dalam ilmu mantiq yaitu tashawwur dan tashdiq. Tashawwur


yang berarti gambar atau bayangan dalam fikiran yang merupakan hasil tangkapan akal
budi terhadap sesuatu. Sedangkan Tashdiq berarti Pembenaran dalam memutuskan atau
menghukumi suatu hal.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdulchalik, chaerudji dkk. 2013. Ilmu Mantiq Undang-Undang berpikir Valid. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.

Djalil, Basiq. 2009. Logika Ilmu Mantiq. Jakarta: Kencana.

Nahar, Nayef Bin. 2016. Muqaddimah Fi Ilmi al-Mantiq. Qatar: Muassasah Wa’iy li al -Dirasat
wa al- Abhat.

Purwanto, Muhammad Roy. 2019. Ilmu Mantiq. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai