Anda di halaman 1dari 13

ILMU DAN HADITS TARBAWI

“HADITS-HADITS TENTANG PENDIDIKAN AKAL”


(Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu dan Hadits Tarbawi Dosen
Pengampu Ibu Prof. Hj. Nina Nurmila, MA, Ph.D)

Disusun oleh Kelompok 6 :

Ardi Rakasiwi 218004027

KELAS K-A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami selaku pemakalah diberi
kesempatan dan waktu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Hadits-hadits Tentang Pendidikan Akal”.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
dan Tafsir Tarbawi dengan dosen pengampu Ibu Prof. Hj. Nina Nurmila, MA,
Ph.D.
Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak lainnya, karena
dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
teman-teman dan pihak lainnya. Semoga Allah berkenan membalas budi bagi
semua pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan kepada
kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka
dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandung, 17 Oktober 2018

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Teks dan Terjemah Hadits Tentang Pendidikan Akal...............................2
B. Teori Pendidikan Akal...............................................................................3
C. Istinbath Hukum Hadits Tentang Pendidikan Akal...................................8
D. Implikasi Hadits terhadap Pendidikan.......................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Simpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai pembawa misi rahmatan lil alamin sangat menekankan agar
manusia melaksanakan amanahnya untuk menggerakkan segala potensinya karena
ia sebagai khalifah di bumi.Amanah itu ialah bagaimana manusia mampu
memahami rahasia ilahi yang simpan dibalik alam jagad raya ini.Untuk itulah
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Allah
menitipkan akal untuk berfikir, menitipkan hati untuk berbudi, dan menitipkan
jasmani untuk berkreasi sehingga mampu menemukan rahasia dibalik ciptaanNya.
Akal manusia akan berfungsi apabila terdapat rangsangan-rangsangan
indrawi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang akan diolah oleh akal.
Dengan olah akal inilah manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan yang
akan menjawab semua misteri dibalik alam jagad raya ini. Sedangkan hati
berusaha mengontrol dan mempengaruhi akal untuk senantiasa ingat akan
keagungan Tuhannya, dan jasmani berupaya mengimplementasikan dari kerja
otak dan hati. Disinilah pentingnya suatu pendidikan bagi manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang pendidikan
akal ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan akal ?
3. Bagaimana istinbath hukum dari hadits tentang pendidikan akal ?
4. Bagaimana implikasi hadits terhadap pendidikan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang
pendidikan akal.
2. Untuk mengetahui definisi pendidikan akal.
3. Untuk mengetahui istinbath hukum dari hadits tentang pendidikan
akal.
4. Untuk mengetahui implikasi hadits terhadap pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks dan Terjemah Hadits Tentang Pendidikan Akal
Hadits 1

‫َتَفَّك ُرْو ا ِفْي َأَالِء ِهَّللا َو َال َتَفَّك ُرْو ا ِفْي ِهَّللا َع َّز َو َج َّل‬
“Berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala dan jangan
berpikir pada Dzat Allah subhanahu wa ta’ala.”(HR. Ath-Thabarani, al-Lalikai,
dan al-Baihaqi dari Ibnu ‘Umar. Lihat ash-Shahihah no. 1788 dan asy-Syaikh al-
Albani menyatakan hasan)
Hadits 2

‫َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َأُّيوَب َو ُقَتْيَبُة َو اْبُن ُحْج ٍر َق اُلوا َح َّد َثَنا ِإْس َم ِع يُل َع ْن‬
‫اْلَع اَل ِء َع ْن َأِبيِه َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َقاَل َأَتْد ُروَن َم ا اْلِغ يَبُة َقاُلوا ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأْع َلُم َقاَل ِذ ْك ُرَك َأَخ اَك ِبَم ا‬
‫َيْك َرُه ِقيَل َأَفَر َأْيَت ِإْن َك اَن ِفي َأِخ ي َم ا َأُق وُل َق اَل ِإْن َك اَن ِفيِه َم ا‬
‫َتُقوُل َفَقْد اْغ َتْبَتُه َو ِإْن َلْم َيُك ْن ِفيِه َفَقْد َبَهَّتُه‬
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr
mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Al A'laa dari
Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bertanya: "Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab;
'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai
sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah
menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan
yang saya ucapkan? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila
benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah

2
3

menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya,
maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' (HR. Muslim
No. 4690)
Hadits 3

‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن ِإْس َح اَق َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا َو ُهَو اْبُن اْلُمَباَرِك َق اَل َح َّد َثَنا‬
‫اَأْلْو َز اِع ُّي َع ْن َيْح َيى ْبِن َأِبي َك ِثيٍر َع ْن َأِبي ِقاَل َب َة َع ْن َأِبي َم ْس ُعوٍد‬
‫اَأْلْنَص اِر ِّي َقاَل ِقيَل َلُه َم ا َسِم ْعَت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫َيُقوُل ِفي َز َع ُم وا َقاَل ِبْئَس َم ِط َّيُة الَّرُج ِل‬
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yaitu Ibnu Mubarak berkata; Telah menceritakan kepada kami Al
Auza'i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah dari Abu Mas'ud Al Anshari
berkata; ada yang bertanya kepadanya, "Apa yang telah kau dengar dari
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang perkataan 'ZA'AMU'. Beliau
bersabda: "Sejelek-jelek cara bagi seseorang." (maksudnya adalah yaitu orang
yang banyak meriwayatkan hadits yang dia tidak tahu kesahihannya sehingga
tidak aman dari kedustaan, atau kebiasaan yang paling jelek dari seseorang
adalah menggunakan kalimat ZA'AMU, sebagai sarana untuk menyampaikan
maksudnya lalu dia menyampaikan sebagai taklid saja Za'amu maknanya adalah
mereka beranggapan) (HR. Ahmad No. 16.458)

B. Teori Pendidikan Akal


1. Pengertian Pendidikan Akal
Kata akal berasal dari kata Arab al-Aql ( ‫) العقل‬, yang merupakan
kata benda. Sesungguhnya kata akal sudah familiar dalam bahasa
Indonesia karena memang kata tersebut adalah serapan dari bahasa Arab.
Sedangkan secara bahasa, arti kata dari akal adalah ikatan. Kata ini sangat
cocok dengan pengambilannya. Ibarat tali mengikat unta, maka akal
mengikat manusia agar senantiasa tidak mengikuti hawa nafsunya.
Adapun secara istilah, kata akal setelah dipindahkan dari makna
aslinya ialah pengetahuan atas perkara yang mesti diketahui. Perkara yang
4

dapat diketahui dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari
panca indera dan pengetahuan yang didapat dari dalam diri sendiri.
Menurut Hamka akal bukanlah suatu sifat yang berdiri sendiri,
tetapi hasil dari tiga sifat yaitu pikiran, kemauan, dan perasaan (al-wijdaan,
al-fikr, al-iradah), rasa, periksa, dan karsa. Dari pemaparan tersebut akal
merupakan muara dari pepaduan pengetahuan luar dan pengetahuan
daalam sehingga memunculkan suatu proses berfikir yang berbuah ilmu.
Akal senantiasa membawa manusia untuk memahami segala fenomena
ciptaan tuhan sehingga dengan olah akal manusia itulah ia menjadi
makhluk yang paling utama dari pada makluk lainnya.
Sebagaimana ungkapan Hamka : “Kepada akal bersandar segala
perkara yang wajib dia lakukan atau wajib dia tinggalkan. Adapun hewan
jenis lain, yang dirasainya hanyalah semata-mata kelezatan perasaan kasar.
Dikejarnya kelezatan itu, dengan tidak menimbang dan tidak memikirkan
terlebih dahulu.”
Orang yang berakal adalah orang yang senantiasa melihat suatu hal
tidak dari sisi luarnya saja, namun lebih dari itu, orang yang berakal
senantiasa melihat isi dari sesuatu itu. Artinya kecerdasan akal manusia
muslim selalu mendapat pancaran inayah Allah, sehingga akan
menjauhkan manusia dari hal-hal yang negatif.
Orang yang berakal adalah orang yang telah mendapat inayah dari
Allah, dan barang siapa mendapat inayah dari Allah maka dia akan merasa
lebih kaya dari seorang milyoner karena dari dalam batinnya memancar
cahaya hidayah robbaniyah. Pandangan akal manusia muslim tidak hanya
melihat dari luar kulitnya saja, namun juga sampai pada isinya. Akal juga
dapat membawa manusia pada puncak kejayaan. Segala bentuk keilmuan
yang tercipta saat ini dan juga kemajuan teknologi, kata kuncinya adalah
akal. Tamaddun (kemajuan) yang dicapai barat saat ini, adalah beberapa
saripati daripada berbagai tamaddun yang ada, yaitu Yunani, Rumawi,
Zaman tengah, Renaisance, dan Zaman baru. Tapi isinya satu yaitu akal.
Apabila ditarik pada pendidikan akal, maka sesungguhnya pendidikan akal
5

ialah menambah ilmu pengetahuan dan memperbanyak pendidikan.


Dengan pendidikan akal inilah manusia bisa merdeka dan mampu
melepaskan dirinya dari suatu keraguan menuju keyakinan, dan juga
dengan pendidikan akal seseorang akan bisa menerima yang baru datang
dan tidak tetap atas yang lama, sebelum ditetapkan oleh akal sendiri.
Islam melakukan pembinaan tenaga akal dengan pembuktian dan
pencarian kebenaran. Akal merupakan suatu alat berfikir manusia yang
dapat mengantarkan manusia pada tingkatan yang paling tinggi, bahkan
lebih mulia daripada malaikat. Untuk mencapai predikat manusia ulul
albab, pendidikan akal mempunyai peranan sangat penting. Hal ini
disebabkan bahwa pendidikan akal itu didasarkan pada :
1. Membebaskan akal dari segala kekangan dan belenggu.
2. Membangkitkan indera dari perasaan, karena hal itu merupakan
pintu untuk berpikir
3. Membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang bisa
membersihkan akal dan meninggikan kriterianya.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan akal adalah
pembentukan pola pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat,
seperti ilmu agama, kebudayaan dan peradaban. Dengan demikian
pemikiran anak menjadi matang, bermuatan ilmu, kebudayaan dan
sebagainya”. Sementara itu Muhammad Qutb mengatakan bahwa Islam
melakukan pembinaan tenaga akal dengan pembuktian dan pencarian
kebenaran”.
Pandangan ini lebih mengarah pada aspek metodologis daripada
definitif. Namun memberikan arah kepada kita bahwa membina berarti
juga mendidik agar akal menjadi kreatif, berkembang sewajarnya untuk
meneliti kebenaran. Jadi membina tenaga akal berarti mendidik akal.
Pernyataan diatas menunjukkan pentingnya pendidikan kecerdasan (akal).
Manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki keseimbangan antara
kebutuhan jasmani dan rohaninya. Upaya pendidikan akal adalah dalam
rangka memenuhi kesejahteraan kehidupan rohaniah manusia.
6

2. Metode Pendidikan Akal


Menurut Ibnu Qoyyim al-Jawziyyah, Metode pendidikan akal
adalah memikirkan mahkluk-makhluk Allah dan ayat-ayat Allah berupa al
Qur’an dan syari’at Allah, menjalankan perintah Allah dan istiqomah di
atas manhaj-Nya, meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya rintangan
yang menghalangi perkembangan pikiran, dan mewaspadai bahaya
maksiat.
Budaya taklid harus dihindari, karena taklid akan membekukan
akal dan pikiran, taklid juga akan mengosongkan dari hal-hal yang
bermanfaat. Menjauhkan dari hal-hal yang mengosongkan dan semangat
berfikir serta mengingat pentingnya aktivitas akal.
Metode pendidikan akal yang ditawarkan oleh Hamka adalah
penjagaan (pembinaan) dan penyelidikan supaya akal dapat berkembang
dengan baik. Dengan akal yang baik umat manusia akan mencapai
keyakinan yang kuat, dan terhindar kelalaian, sebagaimana ungkapan
Hamka: Kekuatan pikiran,bisa bertambah kuat dan bisa lemah, bisa nyala
dan bisa padam dan mati, semuanya dengan penjagaan dan penyelidikan.
Kalau diberikannya saja kekuatan pikiran, tidak diberi pupuk, maka
bermacam-macam waham dan syakwasangka akan menempati tempat
yang kosong, yang sedianya boleh menjadi tempat ilmu pengetahuan. Kata
ahli bulan gerhana terjadi sebab matahari terhalang oleh bumi, sehingga
tidak beroleh cahaya dari matahari., tapi kata orang bodoh, sebab bulan itu
ditelan ular naga.
Menurut Hamka akal akan menjadi sehat apabila ditegakkan
tiangnya. Adapun tiangnya akal adalah memperbanyak muthala’ah dan
banyak berfikir. Apabila itu sudah dilakukan maka sehatlah akal manusia
itu. Semakin banyak akal manusia berfikir, maka akan tercipta dendrite
baru yang bertunas dan menciptakan kilatan yang luar biasa dalam otak
manusia. Apabila otak manusia tidak digunakan untuk beraktivitas, maka
secara spontan otak manusia akan mengalami pruningisasi. Maka pakar
7

neorologi berkata “gunakan otak anda atau informasi yang ada didalamnya
akan hilang dengan sendirinya”.
Selanjutnya Hamka memaparkan tips-tips untuk menjaga
kesehatan akal dan ingatan manusia secara terperinci sebagai metode
pendidikan akal itu sendiri, sebagai berikut :
a. Membaca, walaupun satu kali dalam sehari, sehingga hari-harinya
tidak terlewatkan tanpa membaca.
b. Menjauhkan roman hikayat yang membangunkan syahwat (cabul).
c. Jangan menelik kehidupan dan masalah yang terkandung didalamnya
dengan kacamata lawanmu. Ingatlah bahwa setiap perkara itu selalu
mempunyai banyak hukum, sekurang-kurangnya dua hukum. Karena
dilihat dari segala sudut.
d. Menghukum hendaklah insaf, mengeluarkan pendapat hendaknya
jujur, mengeluarkan perkataan hendaknya benar. Pakailah keadilan
walaupun pada diri sendiri.
e. Janganlah urusan kecil menjadi sesuatu mengguncangkan dalam hati,
karena terbiasa terguncang dengan hal yang kecil, tanganmu akan
lemah menghadapi yang lebih besar.
f. Cukupkanlah persediaan akal dan jiwa untuk menghadapi kesusahan
dan perjuangan.
g. Sediakan waktu satu jam atau setengah jam untuk mengistirahatkan
akal dan tubuh.
Perjuangan hayat selalu menghendaki kepayahan akal. Akal yang
menang adalah akal yang selalu diasuh dan dicobakan. Kalau akal ini
dibawa berjuang, maka kerapkali dia akan memperoleh kemenangan dan
sedikit sekali peluang untuk kalah. Inti dari metode pendidikan akal yang
dikemukakan Hamka diatas adalah mendidik akal selalu beraktifitas
dengan cara membiasakan berfikir yang sehat dan terhindar dari pola pikir
negatif serta memperbanyak membuka memori dengan materi baru yang
dapat diterima dan dicerna oleh akal dengan belajar. Disamping itu Hamka
menyarankan untuk menjaga kesehatan akal supaya akal dapat
8

dipergunakan sebagai media dalam berjuang untuk memperoleh


kemerdekaan hidup.
C. Istinbath Hukum Hadits Tentang Pendidikan Akal
Istinbath hukum atau kesimpulan hukum dari hadits yang pertama adalah
kita dianjurkan berfikir tentang ciptaan Allah artinya semua yang ada di alam
semesta ini boleh kita pikirkan, namun kita tidak boleh berfikir tentang dzatnya
Allah, maksudnya kita tidak boleh berfikir bagaimana wujud Allah ? Apakah
sama seperti manusia ?. Mengapa tidak boleh demikian ? karena ilmu kita tidak
akan pernah sampai.

Kemudian istinbath hukum hadits yang kedua adalah tentang pengertian


ghibah, hasad dan fitnah. Tentunya ketiga perkara ini adalah kegiatan yang
dilarang oleh Allah maka hal ini harus kita hindari. Namun pada hadits ini dapat
kita jumpai ada dialog yang komunikatif antara Rasulullah dan para sahabat ketika
Rasulullah bertanya pada para sahabatnya mengenai pengertian ghibah. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam sebuah pendidikan itu harus membangun komunikasi
yang baik antara guru dan murid agar terwujudnya tujuan pendidikan yang
diharapkan.

Terakhir istinbath hukum hadits ketiga yaitu larangan Rasulullah untuk


taklid, karena taklid adalah sejelek-jeleknya cara atau cara yang paling buruk.
Oleh karena itu kita tidak boleh hanya bertaklid namun kita juga harus berfikir
atau mencari ilmunya agar tidak hanya sekedar taklid namun ittiba’.

D. Implikasi Hadits terhadap Pendidikan


Berdasarkan beberapa hadits yang telah disampaikan kita dapat
mengetahui bagaimana implikasi hadits tersebut terhadap pendidikan, yaitu :

1. Kita dituntut untuk selalu berfikir


2. Metode pembelajaran yang digunakan salah satunya dialog
3. Terjadi komunikasi yang baik antara guru dan murid
4. Kita tak boleh taklid dalam berilmu
5. Menjaga akal agar selalu sehat adalah dengan cara digunakan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kata akal berasal dari kata Arab al-Aql ( ‫) العقل‬, yang merupakan kata
benda. Sesungguhnya kata akal sudah familiar dalam bahasa Indonesia karena
memang kata tersebut adalah serapan dari bahasa Arab. Sedangkan secara bahasa,
arti kata dari akal adalah ikatan. Kata ini sangat cocok dengan pengambilannya.
Ibarat tali mengikat unta, maka akal mengikat manusia agar senantiasa tidak
mengikuti hawa nafsunya.
Adapun secara istilah, kata akal setelah dipindahkan dari makna aslinya
ialah pengetahuan atas perkara yang mesti diketahui. Perkara yang dapat diketahui
dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari panca indera dan
pengetahuan yang didapat dari dalam diri sendiri.
Metode pendidikan akal ada banyak sekali, namun diantaranya adalah
dengan penjagaan dan penyelidikan. Maksudnya adalah kita menjaga akal kita
dengan senantiasa menghindari dari hal-hal yang dapat menumpulkan akal
diantaranya adalah bermaksiat kemudian maksud dari penyelidikan adalah kita
harus senantiasa berfikir, jangan pernah berhenti berfikir agar akal kita tetap
terpelihara.
Kemudian implikasi hadits terhadap pendidikan yaitu :
1. Kita dituntut untuk selalu berfikir
2. Metode pembelajaran yang digunakan salah satunya dialog
3. Terjadi komunikasi yang baik antara guru dan murid
4. Kita tak boleh taklid dalam berilmu
5. Menjaga akal agar selalu sehat adalah dengan cara digunakan

9
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. (1987). Tasawuf Modern. Jakarta : Pustaka Panjimas.

Hamka. (2001). Lembaga budi. Jakarta : Pustaka Panjimas.

Herdi, Asep. (2014). Memahami Ilmu Hadis. Bandung : Tafakur.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Jakarta : Balai Pustaka.

Masud, Abdurrahman, dkk. (2001). Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Munawwir, Ahmad Warson. (1984). Al Munawwir : Kamus Arab-Indonesia.


Yogyakarta : Pesantren Al Munawwir.

Nata, Abuddin. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama.

Qutb, Muhammad. (1993). Sistem Pendidikan Islam. Bandung : Al Ma’arif.

Tafsir, Ahmad. (2006). Filsafat Pendidikan Islam : Integrasi Jasmani, Rohani,


dan Kalbu Memanusiakan Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya.

10

Anda mungkin juga menyukai