KELAS K-A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami selaku pemakalah diberi
kesempatan dan waktu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Hadits-hadits Tentang Pendidikan Akal”.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
dan Tafsir Tarbawi dengan dosen pengampu Ibu Prof. Hj. Nina Nurmila, MA,
Ph.D.
Kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak lainnya, karena
dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
teman-teman dan pihak lainnya. Semoga Allah berkenan membalas budi bagi
semua pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan kepada
kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka
dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Teks dan Terjemah Hadits Tentang Pendidikan Akal...............................2
B. Teori Pendidikan Akal...............................................................................3
C. Istinbath Hukum Hadits Tentang Pendidikan Akal...................................8
D. Implikasi Hadits terhadap Pendidikan.......................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
A. Simpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai pembawa misi rahmatan lil alamin sangat menekankan agar
manusia melaksanakan amanahnya untuk menggerakkan segala potensinya karena
ia sebagai khalifah di bumi.Amanah itu ialah bagaimana manusia mampu
memahami rahasia ilahi yang simpan dibalik alam jagad raya ini.Untuk itulah
sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Allah
menitipkan akal untuk berfikir, menitipkan hati untuk berbudi, dan menitipkan
jasmani untuk berkreasi sehingga mampu menemukan rahasia dibalik ciptaanNya.
Akal manusia akan berfungsi apabila terdapat rangsangan-rangsangan
indrawi yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang akan diolah oleh akal.
Dengan olah akal inilah manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan yang
akan menjawab semua misteri dibalik alam jagad raya ini. Sedangkan hati
berusaha mengontrol dan mempengaruhi akal untuk senantiasa ingat akan
keagungan Tuhannya, dan jasmani berupaya mengimplementasikan dari kerja
otak dan hati. Disinilah pentingnya suatu pendidikan bagi manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang pendidikan
akal ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan akal ?
3. Bagaimana istinbath hukum dari hadits tentang pendidikan akal ?
4. Bagaimana implikasi hadits terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hadits dan terjemahnya yang menjelaskan tentang
pendidikan akal.
2. Untuk mengetahui definisi pendidikan akal.
3. Untuk mengetahui istinbath hukum dari hadits tentang pendidikan
akal.
4. Untuk mengetahui implikasi hadits terhadap pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teks dan Terjemah Hadits Tentang Pendidikan Akal
Hadits 1
َتَفَّك ُرْو ا ِفْي َأَالِء ِهَّللا َو َال َتَفَّك ُرْو ا ِفْي ِهَّللا َع َّز َو َج َّل
“Berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala dan jangan
berpikir pada Dzat Allah subhanahu wa ta’ala.”(HR. Ath-Thabarani, al-Lalikai,
dan al-Baihaqi dari Ibnu ‘Umar. Lihat ash-Shahihah no. 1788 dan asy-Syaikh al-
Albani menyatakan hasan)
Hadits 2
َح َّد َثَنا َيْح َيى ْبُن َأُّيوَب َو ُقَتْيَبُة َو اْبُن ُحْج ٍر َق اُلوا َح َّد َثَنا ِإْس َم ِع يُل َع ْن
اْلَع اَل ِء َع ْن َأِبيِه َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
َقاَل َأَتْد ُروَن َم ا اْلِغ يَبُة َقاُلوا ُهَّللا َو َر ُسوُلُه َأْع َلُم َقاَل ِذ ْك ُرَك َأَخ اَك ِبَم ا
َيْك َرُه ِقيَل َأَفَر َأْيَت ِإْن َك اَن ِفي َأِخ ي َم ا َأُق وُل َق اَل ِإْن َك اَن ِفيِه َم ا
َتُقوُل َفَقْد اْغ َتْبَتُه َو ِإْن َلْم َيُك ْن ِفيِه َفَقْد َبَهَّتُه
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr
mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Al A'laa dari
Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
pernah bertanya: "Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab;
'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai
sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah
menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan
yang saya ucapkan? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Apabila
benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah
2
3
menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya,
maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' (HR. Muslim
No. 4690)
Hadits 3
َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن ِإْس َح اَق َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا َو ُهَو اْبُن اْلُمَباَرِك َق اَل َح َّد َثَنا
اَأْلْو َز اِع ُّي َع ْن َيْح َيى ْبِن َأِبي َك ِثيٍر َع ْن َأِبي ِقاَل َب َة َع ْن َأِبي َم ْس ُعوٍد
اَأْلْنَص اِر ِّي َقاَل ِقيَل َلُه َم ا َسِم ْعَت َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم
َيُقوُل ِفي َز َع ُم وا َقاَل ِبْئَس َم ِط َّيُة الَّرُج ِل
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq Telah menceritakan kepada kami
Abdullah yaitu Ibnu Mubarak berkata; Telah menceritakan kepada kami Al
Auza'i dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Qilabah dari Abu Mas'ud Al Anshari
berkata; ada yang bertanya kepadanya, "Apa yang telah kau dengar dari
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang perkataan 'ZA'AMU'. Beliau
bersabda: "Sejelek-jelek cara bagi seseorang." (maksudnya adalah yaitu orang
yang banyak meriwayatkan hadits yang dia tidak tahu kesahihannya sehingga
tidak aman dari kedustaan, atau kebiasaan yang paling jelek dari seseorang
adalah menggunakan kalimat ZA'AMU, sebagai sarana untuk menyampaikan
maksudnya lalu dia menyampaikan sebagai taklid saja Za'amu maknanya adalah
mereka beranggapan) (HR. Ahmad No. 16.458)
dapat diketahui dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari
panca indera dan pengetahuan yang didapat dari dalam diri sendiri.
Menurut Hamka akal bukanlah suatu sifat yang berdiri sendiri,
tetapi hasil dari tiga sifat yaitu pikiran, kemauan, dan perasaan (al-wijdaan,
al-fikr, al-iradah), rasa, periksa, dan karsa. Dari pemaparan tersebut akal
merupakan muara dari pepaduan pengetahuan luar dan pengetahuan
daalam sehingga memunculkan suatu proses berfikir yang berbuah ilmu.
Akal senantiasa membawa manusia untuk memahami segala fenomena
ciptaan tuhan sehingga dengan olah akal manusia itulah ia menjadi
makhluk yang paling utama dari pada makluk lainnya.
Sebagaimana ungkapan Hamka : “Kepada akal bersandar segala
perkara yang wajib dia lakukan atau wajib dia tinggalkan. Adapun hewan
jenis lain, yang dirasainya hanyalah semata-mata kelezatan perasaan kasar.
Dikejarnya kelezatan itu, dengan tidak menimbang dan tidak memikirkan
terlebih dahulu.”
Orang yang berakal adalah orang yang senantiasa melihat suatu hal
tidak dari sisi luarnya saja, namun lebih dari itu, orang yang berakal
senantiasa melihat isi dari sesuatu itu. Artinya kecerdasan akal manusia
muslim selalu mendapat pancaran inayah Allah, sehingga akan
menjauhkan manusia dari hal-hal yang negatif.
Orang yang berakal adalah orang yang telah mendapat inayah dari
Allah, dan barang siapa mendapat inayah dari Allah maka dia akan merasa
lebih kaya dari seorang milyoner karena dari dalam batinnya memancar
cahaya hidayah robbaniyah. Pandangan akal manusia muslim tidak hanya
melihat dari luar kulitnya saja, namun juga sampai pada isinya. Akal juga
dapat membawa manusia pada puncak kejayaan. Segala bentuk keilmuan
yang tercipta saat ini dan juga kemajuan teknologi, kata kuncinya adalah
akal. Tamaddun (kemajuan) yang dicapai barat saat ini, adalah beberapa
saripati daripada berbagai tamaddun yang ada, yaitu Yunani, Rumawi,
Zaman tengah, Renaisance, dan Zaman baru. Tapi isinya satu yaitu akal.
Apabila ditarik pada pendidikan akal, maka sesungguhnya pendidikan akal
5
neorologi berkata “gunakan otak anda atau informasi yang ada didalamnya
akan hilang dengan sendirinya”.
Selanjutnya Hamka memaparkan tips-tips untuk menjaga
kesehatan akal dan ingatan manusia secara terperinci sebagai metode
pendidikan akal itu sendiri, sebagai berikut :
a. Membaca, walaupun satu kali dalam sehari, sehingga hari-harinya
tidak terlewatkan tanpa membaca.
b. Menjauhkan roman hikayat yang membangunkan syahwat (cabul).
c. Jangan menelik kehidupan dan masalah yang terkandung didalamnya
dengan kacamata lawanmu. Ingatlah bahwa setiap perkara itu selalu
mempunyai banyak hukum, sekurang-kurangnya dua hukum. Karena
dilihat dari segala sudut.
d. Menghukum hendaklah insaf, mengeluarkan pendapat hendaknya
jujur, mengeluarkan perkataan hendaknya benar. Pakailah keadilan
walaupun pada diri sendiri.
e. Janganlah urusan kecil menjadi sesuatu mengguncangkan dalam hati,
karena terbiasa terguncang dengan hal yang kecil, tanganmu akan
lemah menghadapi yang lebih besar.
f. Cukupkanlah persediaan akal dan jiwa untuk menghadapi kesusahan
dan perjuangan.
g. Sediakan waktu satu jam atau setengah jam untuk mengistirahatkan
akal dan tubuh.
Perjuangan hayat selalu menghendaki kepayahan akal. Akal yang
menang adalah akal yang selalu diasuh dan dicobakan. Kalau akal ini
dibawa berjuang, maka kerapkali dia akan memperoleh kemenangan dan
sedikit sekali peluang untuk kalah. Inti dari metode pendidikan akal yang
dikemukakan Hamka diatas adalah mendidik akal selalu beraktifitas
dengan cara membiasakan berfikir yang sehat dan terhindar dari pola pikir
negatif serta memperbanyak membuka memori dengan materi baru yang
dapat diterima dan dicerna oleh akal dengan belajar. Disamping itu Hamka
menyarankan untuk menjaga kesehatan akal supaya akal dapat
8
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. (1987). Tasawuf Modern. Jakarta : Pustaka Panjimas.
Nata, Abuddin. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama.
10