Anda di halaman 1dari 96

SALIN

PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2OT7

IENTANG

JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA


ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a bahwa pembangunan nasional bertujuan


mewujudkan untuk
masyarakat adil dan *d rrrr* yang
berdasarkan pancasila dan Undang_U;;il-
Negara Republik Indonesia Tahun Dasar
l94S;
b bahwa sektor jasa konstruksi
merupakan
masyarakat mewujudkan bangunan yang kegiatan
sebagai pendukung atau p.""u,ru.r. berfungsi
ekonomi aktivitas sosial
kemasyarakatan guna
terwujudnya tujuan pembangunan nasionar;menunjang
c bahwa penyelenggaraan jasa
menjamin . konstruksi harus
ketertiban dan kepastian h;il;;^"'
d bahwa Undang-Undang Nomor
18 Tahun lggg tentang
Jasa Konstruksi p.J* dapat memenuhi
kebutuhan tata kelola y;; baik tuntutan
p erke mban gan penye
dan dinamika
I e n gg.rrr"r, j as a
kon. t.rf.. i;
e bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a; hu;i b, huruf
d perlu membentuk Undang_gndang c, dan huruf
Konstruksi; ,.","rrg Jasa

Mengingat: Pasal 20 dan pasal 2l Undang_Undang


Republik Indonesia Tahun I94,i; Dasar Negara

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:
PRES IDEN
REItrUBLIK INDONESIA

-2-
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1 Jasa Konstruksi adaiah rayanan jasa konsurtansi
konstruksi dan / atau pekerj u."r, ko,
2 Konsultansi Konstruksi adalah rayanan "truks"i.
keseruruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi
perancangan, pengawasan, dan iengt<4ian, perencanaan,
penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
manajemen

3 Pekerjaan Konstruksi adarah keseruruhan


kegiatan yang meliputi pembang"""rr, - atau sebagian
f"rgop"rasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan"pemu.r.frr^n
suatu bangunan. kembali
4 Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan
usaha jasa konstruksi yang dibiayai jenis
-",.r1' p"r.r"rintah
"."ai.ioilh
Pusat, Pemerintah Daerarr, uaaan r""rr",
*."yarakat,
dan dapat merarui pora kerja
sama untuk mewujudkan,
memiliki, menguasai, mengusahakan, dan/atau
meningkatkan kemanfaatan bangunan.
5 Pengguna Jasa adarah pemilik atau pemberi
pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa Konstruksi.
6 Penyedia Jasa adarah pemberi layanan
Jasa Konstruksi.
7 subpenyedia Jasa adalah pemberi rayanan
kepada Penyedia Jasa. Jasa Konstruksi
8. Kontrak Kerja Konstruksi adarah keseluruhan
kontrak yang mengatur hubungan hukum dokumen
antara pengguna
Jasa dan penyedia Jasa djam penyelenggaraan
Konstruksi. Jasa
9 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
Keberlanjutan adarah pedoman teknis dan
keselamatan, kesehatan L*p"t keamanan,
perlindungan sosial tenaga kerja,kerja konstruksi, da,
".rt" t^t,
setempat dan pengeloiaan ringkung"., lingkungan
--_hia...,p
dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

10. Kegagalan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-
10' Kegagalan Rangunan adalah suatu keadaan keruntuhan
bangunan danf atau tidak berfungsi"y"-u""gunan seterah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstiuksi.
1 1' Sertifikat Badan usaha adarah tanda bukti pengakuan
terhadap klasifikasi dan kuarifikasi atas kemampuan
badan
usaha Jasa Konstruksi termasuk hasil penyetaraan
kemampuan badan usaha Jasa Konstruksi
asing.
12' sertifikasi Kompetensi Kerja adarah proses pemberian
sertifikat kompetensi merarui uji kompetensi
sesuai ;;;g""
standar kompetensi kerja nasionai Indonesia,
internasional, dan/atau stlndar khusus. standar
13. sertifikat Kompetensi Kerja adarah tanda bukti
pengakuan
kompetensi tenaga kerja k-onstruksi.
l4 Tanda Daftar Usaha perseorangan adalah
diberikan izin yang
kepada usaha orang perseorangan untuk
menyelenggarakan kegiatan Jasa Konsiruksi. '
15. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang seranjutnya
usaha adarah izin disebut Izin
{ang
untuk menyelenggarakan
diberik"an r..p"a" badan usaha
kegiatan Jasa i<onstruksi.
16' Pemerintah pusat adalah presiden Republik
Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan negara yang
Indonesia yang dibantu ot"rr wrt il presiden Republik
sebagaimana dimaksud dan menteri
$a]am
Negara Republik Indonesia Tahun
U;i;;;
o Undang Dasar
194S.
77. Pemerintah Daerah adalah kepara daerah
penyelenggara pemerintahan - daerah - -rr.r*
sebagai unsur
pelaksanaan urusan pemerintahan memimpin
,
kewenangan daerah otonom.
yang menjadi
18' Menteri adarah.
.menteri yang menyerenggarakan
pemerintahan di bidang sc urusan
Jasa Konstniksi.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berrandaskan
pada asas:
a. kejujuran dan keadilan;
b. manfaat;

c. kesetaraan;
F]RES IDEN
REFUBLIK INDONESIA

-4-
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;
i. kemitraan;
j. keamanan dan keselamatan;
k. kebebasan;
1. pembangunan berkelanjutan; dan
m. wawasan iingkungan.

Pasal 3

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan


untuk:
a' memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan
Konstruksi untuk.mewujudkan struktui usaha Jasa
andal, berdaya saing tinggi, dan hasit .lasa yang kukuh,
berkuaiitas; ronstruksi yang
b. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan
yang menjamin kesetaraan -kedutlkan Jasa Konstruksi
Jasa dan penyedia Jasa dalam *.".;"f.rrf."r, antara pengguna
kewajiban, serta meningkatkan r..p"t"il"" hak dan
ketentuan peratur"., p.r.,f.rdan g_undangan sesuai dengan
;
c' mewujudkan.peningkatan partisipasi masyarakat
Jasa Konstruksi; ----*J' di bidang
l

d' menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu


keselamatan publik dan _.rr"ipt.k.., mewujudkan
lingkungan terbangun; kenyamanan
e' menjamin tata kelora penyerenggaraan Jasa
Konstruksi yang
baik; dan
f' menciptakan integrasi nilai tambah dari
seruruh tahapan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

BAB III
PRES I DEN
REFUBLII( INDONESIA

-5-
BAB iII
TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN

Bagian Kesatu
Tanggung Jawab

Pasal 4

(1) Pemerintah pusat bertanggung jawab atas:


a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa
Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyerenggaraan
Jasa Konstruksi yang transparan, p.r..irrgari-usatra
yang sehat, serta jaminan keselaraan hak dan
pengguna
kewajiban antara Jasa dan penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, iu..,
Keberlanjutan;
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan
produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional;
e' meningkatnya kualitas penggunaan material dan
peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam
negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi.
dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.
(2) Tanggung jawa_b sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri, berkoordinasi dLngan menteri
teknis terkait.

Bagian Kedua
Kewenangan

Paragraf 1
Kewenangan Pemerintah pusat

Pasal 5

(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah pusat memiliki
I
Kewenangan:

a. mengembangkan
PRE S IDEN
REPUELIK INIDONESIA

-6-
a mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi;
b mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa
Konstruksi;
c, menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa
Konstruksi;
d menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan
Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai
pasok Jasa Konstruksi;
e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi 1embaga yang
melaksanakan sertifikasi badan usaha;
f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi;
C'
b. mengembangkan sistem permodalan dan sistem
penjaminan usaha Jasa Konstruksi;
h. memberikan dukungan dan perindungan bagi peraku
usaha Jasa Konstruksi nasionar dalam mengakses pasar
Jasa Konstruksi internasional;
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi;
j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan
usaha asing dan rzin usaha daram rangka penanaman
modal asing;
k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar;
1. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa
Konstruksi;
m mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi
yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara
yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi
nasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa
Konstruksi nasional dan internasional;
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam
pasar Jasa Konstruksi;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi
nasional;
q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha
Jasa Konstruksi nasionar yang
Konstruksi internasional; dan -".rg.=k... p..r. Jasa
r menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha
Jasa Konstruksi.

(2) Untuk
FRES I DEN
REPUELIK INDONESIA

-7 -

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf b, pEmerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a' mengembangkan sistem pemilihan penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang
menjamin kesetaraan hak dan kewajiban antara
Pengguna Jasa dan penyedia Jasa;
c' mendorong digunakannya arternatif penyeresaian
sengketa perryelenggaraan Jasa Konstrulsi
pengadilan; dan di ruar
d' mengembangkan sistem kinerja penyedia Jasa
daram
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud


Pasal 4 ayat (1) huruf c, pemerintah pusat dalam
kewenangan: memitiki
a. mengembangkan Standar Keamanan,
Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan
Jasa Konstruksi;
b menyelenggarakan pengawasan penerapan
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Standar
keberlanjutan
da.lam penyelenggaraan dan pemanfaatan
_
Konstruksi oleh badan usaha Jasa Iionstruksi; Jasa
c menyelenggarakan registrasi penilai ahli;
dan
d meneta-pkan penilai ahli yang teregistrasi
terjadi Kegagalan daram hal
Bangunan.
(4) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
Pasal 4 ayat (1) huruf d, pemerintah pusat dalam
kewenangan: memiliki
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan
pelatihan Jasa Konstruksi;
b. memberdayakan lembaga pendidikan
dan pelatihan
kerja konstruksi nasionaT;
C menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja
strategis dan percontohan; konstruksi
d mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi
kerja konstruksi. tenaga

e. menetapkan
FRES I DEN
REPUELIK INDONESIA

-8-
e. menetapkan standar remunerasi minimar bagi
tenaga
kerja konstruksi;
f' menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi,
pelatihan,dan standar remunerasi minimal bagi ,.".s"
kerja konstruksi;
g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan
lisensi bagi lembaga sertifikasi prJfesi;
h' menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
i' menyelenggarakan registrasi pengaraman profesional
tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan
pelatihan kerja di bidang konstruksi; dan
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja
asing; dan
konstruksi
k' membentuk rembaga sertifikasi profesi untuk
melaksanakan tugas Sertifikasi Kompetensi
belum dapat d,akukan rembag"
Kerja ,""*
profesi yang
dibentuk.oreh asosiasi profesi -rt",
".rtirir.asi
rembaga pendidikan
dan pelatihan.
(5) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
Pasal 4 ayat (1) huruf e, pemerintah pusat dalam
kewenangan: memiliki
a' mengembangkan standar materiar dan peralatan
konstruksi, serta inovasi teknologi konstruksi;
b' mengembangkan skema kerja sama antara
penelitian dan pengembangan dan institusi
seluruh pemangku
kepentingan Jasa Konstruksi;
c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
d. memublikasikan materiar dan peraratan konstruksi
serta teknologi konstruksi daram negeri
pemangku kepentingan, baik iasionar kepada
".irirr,-
maupun
internasional;
e' menetapkan dan meningkatkan penggunaan
mutu material standar
1.., peraiatan ..*L.i"tengan standar
Nasionai Indonesia;
f' melindungi kekayaan interektual atas material
peiaratan konstruksi dan
serta teknorogi konstruksi hasil
penelitian dan pengembangan dalam"nele.i;
aan
g' membangun sistem rantai pasok materiar,
dan teknologi konstruksi. peralatan,

(6) Untuk
PRES IDEN
REFUBLIK INDONESIA

-9 -

(6) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah pusat memiliki
kewenangan:
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas
dan bertanggung jawab dalam pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa
Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi
sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi;
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap
penyelenggaraan ertifikasi Kompet"r, K.4 a; d an
S
e. meningkatkan partisipasi masyarakat"1yang berkualitas
9". bertanggung jawab daiam usaha" penyedia.an
Bangunan.

(7) Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.

(8) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah pusat memiliki
kewenangan:
a mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi
nasional; dan
b mengumpulkan data dan informasi Jasa
Konstruksi
nasional dan internasional.

Pasal 6

(1) untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4,ayat (1) huruf a, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi;
b' menyelenggarakan pengawasan proses pemberian rzin
Usaha nasional;
c' menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi di provinsi;
d' menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok
konstruksi di provinsi; dan

e. memfasilitasi
trRES IDEN
REPUBLII< INDONESIA

- 10-
e memfasilitasi kemitraan antara badan usaha
Konstruksi di provinsi dengan badan usata-aari Jasa
provrnsl luar

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud


Pasal 4 ayat (1) huruf b,- gubernur sebagaidaram
wakil
Pemerintah pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. menyelenggarakan pengawasan pemilihan penyedia Jasa
dalam penyelenggaraar Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan Kontrak Kerja
Konstruksi; dan
c' menyele.nggarakan pengawasan tertib penyerenggaraan
dan tertib pemanfaat"rrJ""" Konstruk"iai prorrii;. --

(3) untuk mengapai tujuan sebagaimana dimaksud


daram
Pasal 4 ayat (1)-huruf c, gubern,i. ..u"g"i wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewerrurrg.ri--menyerenggarakan
pengawasan penerapan Standar Keamanan,
Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjuta, dalam p."t;i;;;;;;;ri;
pemanfaatan Jasa Konstruksi oreh batan
Konstruksi kuatifikasi kecil dan men."g"fr. - usaha Jasa

(4) Untuk. mencapai tujuan sebagaimana dimaksud


Pasal 4 daram
.?v?t (1) huruf d, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan menyelenggarakan
pengawasan:
a. sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja;
b. pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
c. upah tenaga kerja konstruksi.
(s) mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
!n!k
Pasal 4..ayat (1) hurui e, gubernur sebagai
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
wakil pemerintah
a. menyelenggaraka, pengawasan penggunaan
peralatan, dan teknologi konstruksi; materiar,
b. memfasilitasi kerja sama antara
institusi peneritian dan
pengembangan Jasa Konstruksi a."'g""--
pemangku kepentingan Jasa Konstruksi; seruruh
c. memfasilitasi pengembangan
teknologi prioritas;
d. menyelenggarakan pengawasan
pemanfaatan sumber material konstrrt
pengelolaan dan
"ila".,
e. meningkatkan
PRES IDEN
REIsUBI-II( INIDONESIA

- 11-
e. meningkatkan penggunaan standar mutu material dan
peralatan sesuai dengan standar Nasional Indonesia.

(6) untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf f, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan:
a. memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa
Konstruksi provinsi;
b. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam
pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi;
dan
c. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam usaha
Penyediaan Bangunan.

(7) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g, gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat di daerah memiliki kewenangan mengumpulkan data
dan informasi Jasa Konstruksi di piovinsi.

paragraf 2
Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi

Pasal 7

Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa


Konstruksi meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan
daerah provinsi.

Paragraf 3
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pasal B

Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada sub-


urusan Jasa Konstruksi meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;

b. penyelenggaraan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-72_
b' penyelenggaraan sistem informasi Jasa
Konstruksi cakupan
daerah kabupate n / kota;
c' penerbitan lzin Usaha nasional kualifikasi
kecil, menengah,
dan besar; dan
d' pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan,
oo- dan tertib
Pemanfaatan Jasa Konstruksi.

Pasal 9

Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana


dalam Pasal 5. saSpai dengan pasal dimaksud
B, pemerintah pusat
dan/atau pemerintah baerar, i"put meribatkan
Konstruksi. masyarakat Jasa

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai
kewenangan sebagaimlna dimaksud tanggung jawab dan
aaraffi-pasat 4 sampai
dengan Pasal 9 dialur dalam p"r.trr", pemerintah.

BAB IV
USAHA JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Struktur Usaha Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Umum

Pasal 11

Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:


a' jenis, sifat, krasifikasi, dan rayanan usaha; dan
b. bentuk dan kualifikasi usaha.

Paragraf 2
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

-13-
Paragraf 2
Jenis, Sifat, Klasifikasi, dan Layanan Usaha

Pasal 12
Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:
a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

Pasal 13
(1) Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 huruf a meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(2) Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rruruia antaia
lain:
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. rekayasa terpadu; dan
d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
(3) Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang
bersifat
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b
antara lain:
a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan
b. pengujian dan analisis teknis.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oreh jasa Konsurtansi
Konstruksi yang bersifat umum sebagaiirrana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengkajian;
b. perencanaan;
c. perancangan;
d. pengawasan; dan/atau
e. manajemen penyelenggaraan konstruksi.

(5) Layanan
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-14-
(s) Layanan usaha yang dapat diberikan oreh jasa
Konsurtansi
Konstruksi yang bersifat spesiaris sebagaimana ahaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. survel;
b. pengujian teknis; dan/atau
c. analisis.

Pasal 14
(1) Sifat usaha pekerjaan Konstruksi sebagaimana
-o' d.imaksud
dalam pasal 12 huruf b meliputi:
a. umum; dan
b. spesialis.
(2) Klasifikasi usaha pekerjaan Konstruksi yang bersifat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) rrur"r umum
a meliputir
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
(3) Klasifikasi pekerjaan
Konstruksi yang bersifat
.usaha
spesialis sebagaimana dimaksud paaa ayat (1) huruf b
antara lain:
a. instalasi;
b. konstruksi khusus;
c. konstruksi prapabrikasi;
d. penyelesaian bangunan; dan
e. penyewaan peralatan.
(4) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh pekerjaan
Konstruksi yang berJifat umum sebagaimana
pada ayat (1) huruf a meliputi: dimaksud
a. pembangunan;
b. pemeliharaan;
c. pembongkaran; dan/atau
d. pembangunankembali.
(5) Layanan usaha
-yang dapat diberikan oieh pekerjaan
Konstruk"i,I3ls bersifat spesiaris
".u.t"i*ana dimaksurd
pada ayat (1) huruf b meliputi per.efairr-u"gi"n
tertentu
dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik
rainnya.

Pasal 15
PRES IDEN
REPUBLII< INDONESIA

-15-

Pasal 15
(1) Klasifikasi usaha pekerjaan Konstruksi terintegrasi
sebagaimana dimaksud daram pasal 12 huruf c meliputil
a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipit.
(2) Layanan usaha yang dapat diberikan oleh pekerjaan
Konstruksi terintegrasi sebagaimana dimaksud pada Lv"t
(1) meliputi:
a. rancang bangun; dan
b. perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.

Pasal 16

Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstrul<si


sebagaimana dimaksud daram pasal 12 sampai dengan pasal
15
dilakukan dengan memperhatikan perubahan klasiflkasi proauk
konstruksi yang berlaku secara inteinasional dan perkembangan
layanan usaha Jasa Konstruksi.

Pasal 17
(1) Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha
rantai pasok sumber daya konstruksi.
(2) lun_rber daya konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diutamakanberasa1dariproduksida1amnegeri

Pasal 18

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi, layanan


usaha, perubahan atas krasifikasi dan layanan usaha, dan
y.""h3 rantai pasok sumber daya konstiuksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 11 sampai dengan pasal 17 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-16-
Paragraf B
Bentuk dan Kuaiifikasi Usaha

Pasal 19

Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan


atau badan usaha, baik yang berbadan hukur., .rr"rrpun
berbadan hukum. tidak

Pasal 20
(1) Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana
dimaksud
dalam pasai 19 terdiri atas:
a. kecil;
b. menengah; dan
c. besar.

(2) Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana


dimaksud ---'
ayat (1) dilaksanakan melalui penillian terhadap: rpada
a. penjualan tahunan;
b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
d' kemampuan dalam penyediaan peraratan konstruksi.
(3) Kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada
menentukan batasan kemampuan usaha ayat (1)
pasar usaha Jasa
dan ..g*..rt".i
Konstruksi.
(4) Ketentuan rebih ranjut mengenai penetapan
usaha sebagaimana dimaksuJ pada ayat kualifikasi
Peraturan Menteri. 1zy aiu.t r dalam

Bagian Kedua
Segmentasi pasar Jasa Konstruksi

Pasal 21
(1)
!sa!a or1.,g perseorangan sebagaimana dimaksud dararn
Pasal 19 dan badan ,."hu. Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasar 20 kualifikasi kecir
hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi huruf a
"y"i*1ry pada
segmen pasar yang:

a berisiko
F1RES IDEN
REPUELIK INDONESIA

-17-
a. berisiko kecil;
b. berteknologi sederhana; dan
c. berbiaya kecil.

(2) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud


ayat (1) hanya dapat menyelenggarakan pekerjaan pada
sesuai dengan bidang keahliannya.-
,"r*

Pasal22
Badan usaha Jasa Konstruksi kuarifikasi menengah
sebagaimana dimaksud daram p_asal 20 ayat (1)
huruf b h;;"
dapat menyelenggarakan Jasa Konstruk"i p.J. segmen
yang: pasar
a. berisiko sedang;
b. berteknologi madya; dan/atau
c. berbiaya sedang.

Pasal 23
Badan usaha Jasa Konstruksi kuarifikasi besar
sebagaimana
dimaksud dalam pasar 20 ayat (1) huruf y""g t.rbadan
dan perwakilan usaha .lasa 'Konstruksl" u,Jirrg hanyahukum
dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada
pasar yang:
a. berisiko besar; ".gro.,
b. berteknologi tinggi; dan/atau
c. berbiaya besar.

Pasal 24
(1) Dalam hal penyerenggaraan Jasa Konstruksi menggunakan
anggaran pendapatan dan beranja daerah serta
memenuhi
kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknorogi
sederhana sampai dengan madya, dan Elruiaya
sampai dengan pemerintrh'D..r.r, kecil
sedang, p.tri"si dapat
membuat kebijakan khusus.
(2) Kebijakan khusus sebagaimana dimaksud pada
meliputi: ayat (1)

a. kerja sama
PRES IDEI\I
REPUBLIK INDONIESIA

-18-
a. kerja sama operasi dengan badan usaha
Konstruksi daerah; dan/atau Jasa
b. penggunaan Subpenyedia Jasa daerah.

Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai segmentasi
risiko, teknologi, dan biaya"sebagaimana pasar serta kriteria
dimat<sua daram pasal
21 sampai dengan pasal i+ ai^tuidalam p"r.tr..n pemerintah.

Bagian Ketiga
Persyaratan Usaha Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Umum
Pasal 26
(1) Setiap usaha olang perseorangan sebagaimana
dalam Pasal t O yu"g ut rr, -L.mberikan dimaksud
Konstruksi layanan Jasa
wajib Lemiliki i;;;;'*'b.?i., Usaha
Perseorangan.
(2) setiap badan usaha Jasa Konstruksi
dimaksud dalam pasar to yiig akan sebagaimana
Jasa Konstruksi wajib memberikan rayanan
-.*iliki-Izin Usaha.

randa Daftar ,-,""nr'ffi"1?1.?rgan dan


rzin Usaha
Pasal 2T
Tanda Daftar Usaha. perse-orangan
Pasal 26 avat (1) diberiiansebagaimana
oreh
dimaksud daram
pemerintah Daerah
kabupaten/koia kepada ,"^fr"
berdomisili di wilayahny" perseorangan yang
-orang r.ii.rrrr.n
perundang-undangan. ".",r.i dengai peratura,

Pasal 28
rzin usaha sebagaimana dimaksud pasal 26 ayat (2)
diberikan oleh pemerintah Daerahdalam
badan usaha vang berdomisili ar. r.uu"p.[ n/kota kepada
ketentuan p.."irran w,ayad;; sesuai dengan
perundang_undangan.

Pasal 29
FRES IDEN
REPUBLIK INDONIESIA

-79-

Pasa1 29

(1) Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha perseorangan


berlaku
untuk melaksana.kan kegiatan usaha Jasa Konstruksi
seiuruh wilayah Republik Indonesia. di
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 2z dan pasal 2g memberituk peraturan
daerah mengenai rzin Usaha dan Tanda Daftar di
rerseorangan. Usaha

Paragraf 3
Sertifikat Badan Usaha

Pasal 30
(1) Setiap badan usah-a yang mengerjakan Jasa
wajib memiliki Sertifikat eadan Usaha. Konstruksi

(2) Sertifikat Badan g:*" sebagaimana dimaksud


(1) diterbitkan melalui suatu p"ro""" sertifikasi
pada ayat
oleh Menteri. dan
registrasi

(3) sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada


(1) paling sedikit ayat
memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasifikasi usaha; dan
d. kualifikasi usaha.
(4) untuk mendapatkan Sertifikat Badan usaha
dimaksud pada ay,at (1), badan usaha -Jasasebagaimana
mengajukan permohonan kepada Menteri Konstruksi
meralui
Sertifikasi Badan usaha yang dibentuk oreh 1.;;;;
asosiasi badan
usaha terakreditasi.
(5) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha'yang diberikan
persyaratan: memenuhi
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;

d. sarana
IsRES IDEN
REPUBLIT( INDONESIA

-20-
d, sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(6) setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi
y_ajiu menjalankan kewajiban yang diatur dalam peraturan
Menteri.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan registrasi
badan usaha sebagaim".r, ti-aksud p"a" ayat
6 d;;
akreditasi asosiasi badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) diatur dalam peraturan Meiteri.

Paragraf 4
Tanda Daftar pengalaman

Pasal 31
(1) Untuk mendapatkan pengakuan pengaraman usaha, setiap
badan usaha Jasa Konstruksi kuari"fikasi menengah
besar harus melakukan registrasi p.rg.t.*., kepadadan
Menteri.
(2) Registrasi pengalaman sebagaimana dimaksud pada
di buktikan den gan tand a d Jftar p.., gu.t..rrr..,
ayat (1)
.

(3) Tanda daftar pengaraman sebagaimana dimaksud.


pada ayat
(2) paling sedikit memuat:
a. nama paket pekerjaan;
b. PenggunaJasa;
c. tahun peiaksanaan pekerjaan;
d. nilai pekedaan; dan
e. kinerja penyedia Jasa.
(4) Pengalaman yalg diregistrasi ke daram tanda
pengalaman sebagaimana dimaksud pada daftar
merupakan pengalaman menyelenggarakan Jasa .y"t 1i1
yang sudah melalui proses serah t"ri*". Konstruksi

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi pengalaman


sebagaimana dimaksud pad]"
Peraturan Menteri. "y"r-li) diatur daram

Bagian Keempat . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-27-

Badan Usaha Jasa Konstruk.t i"1f,r:ffif;xfrl perseorangan Jasa Konstruksi


Asing

Pasal 32

Badan usaha Jasa Konstruksi asing atau usaha perseorangan


Jasa Konstruksi asing yang akan merakukan usaha Ja_sa
Konstruksi di wilayah Indonesia wajib membentuk:
a. kantor perwakilan; dan/atau
b' badan usaha berbadan hukum Indonesia melalui kerja
sama modal dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasionai.

Pasal 33

(1) Kantor perwakilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32


huruf a wajib:
a- berbentuk badan usaha dengan kuarifikasi yang setara
dengan kualifikasi besar;
b. memitiki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi
asing;
c' membentuk keda sama operasi dengan badan usaha
Jasa Konstruksi nasionai berkualiflkasi besar yang
memiliki Izin usaha daram setiap kegiatan usaha Jasa
Konstruksi di Indonesia;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia
daripada tenaga kerja asing;
e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai pimpinan
tertinggi kantor perwakilan;
f. mengutaTulT penggunaan material dan teknologi
konstruksi dalam negeri;
g. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan
lingkungan, serta memperhatikan kearifan lokal;
h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
i. melaksanakan kewajiban rain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang_undangan.
(2) lzin perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b diberikan oreh Menteri sesuai i".rg.r ketentuan
peraturan perundang_undangan.

(3) Kerja sama


PRES IDEN
REPUBLII( INDOI\IESIA

-22-
(3) operasi sebagaimana.
5.t:"^..T3
huruf c dilakukan
dimaksud pada ayat (1)
dengan prinsip kesetaraain- kualifika.si,
kesamaan layanan, dan irrrggrr,g renteng.

Pasal 34

(1) Ketentuan mengenai kerja sama modar sebagaimana


dimaksud daram pasal s2 huruf b dilaksanakan
dengan sesuai
ketentuan peraturan perundang_undangan.
(2) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk
daram rangka
kerja sama modar sebagaimana dimaksud dalam pasal
huruf b harus memenuhi persyaratan kualifikasi 32
sebagaimana dimaksud daram pasal 20 besar
ayi(1) huruf c.
(3) Badan usaha J":1 Konstruksi yang dibentuk
kerja sama modar sebagaimaia limaksuJ p"audalam rangka
wajib memiliki Izin Usaha. ayat (2)
(4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
oleh Menteri sesuai dengan -ketentlan' peraturan
diberikan
perundang-undangan.

Pasal 35
Ketentuan iebih ranjut mengenai pember ian
cara kerja sama operasi, dan penggunaan izinperwakilan, tata
keda Indonesia, sebagaimana dima-tisua lebih banyak tenaga
daram-pasal 33 ayat (1)
huruf b, huruf c, huruf d, dan pemberian
sebagaimana dimaksud dalam pasar lzin Usaha
Peraturan Menteri.
si ii"t-'t+l diatur daram

Bagian Kelima
Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi

Pasal 36
(1) Pengemb?nqan jenis usaha Jasa Konstruksi
dimaksud dalam pasal 12 dapat dilakuka., sebagaimana
Penyediaan Bangunan. .rr.l"rri Usaha

(2) Usaha
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

_23_
(2) usaha penvgliaan Bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas Usaha penyeJir., Bangunan gedung
dan Usaha penyediaan Bangrrr"r. sipil.

(3) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud


pada
ayat (1) dibiayai melalui investasi ya-rrg bersumber
dari:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah Daerah;
c. badan usaha; dan/atau
d. masyarakat.
(4) Perizinan Usaha penyedraan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dit.kukr,r, ..",1.i Jengan ketentuan
peraturan perundang_undangan.

(5) Ketentuan rebih lanjut mengenai Usaha penyediaan


Bangunan sebagaimana aimatJud pad-J
dengan ayat (3)
ayat (i) sampai
peraturan
diatur dalam presiden.

Bagian Keenam
Pengembangan Usaha Berkelanjutan

Pasal 37
(1) Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus
pengembangan merakukan
usaha berkelanjutan.
(2) Pengembangan usaha berkeranjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertujuan untuk:
a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik; dan
b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk tanggung
jawab badan usaha terhadap
_""V"r"f."t.
(3) Pengembangan usaha berketanjutan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diserenggarakari oreh
asos?sr badan usaha
Jasa Konstruksi.

(4) Ketentuan rebih ranjut mengenai pengembangan usaha


berkelanjutan sebagalmana dimat<sui p;;;
dalam peraturan Menteri. ayat (1) diatur

BAB V
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

-24-
BAB V
PENYELENGGARIA\T{N JASA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 38
(1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas
penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan
penyelenggaraan Usaha penyediaan Bangunan.
(2) Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui pengikatan Jasa Kontruksi.
(3) Penyelenggaraan usaha penyediaan Bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikerjakan sendiri atau
melalui perjanjian penyediaan bangunan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha
Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri-sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan penyelenggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan sebagaimani dimaksii pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan presiden.

Bagian Kedua
Pengikatan Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Pengikatan Para Pihak

Pasal 39
(1) Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. PenggunaJasa; dan
b. Penyedia Jasa.
(2) Pengguna Jasa dan penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.

(3) Pengikatan
PRES IDEN
REPUELIK INIDONESIA

-25-
(3) Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat
dipertanggungiawabkan secara keilmuan.

Pasal 40

Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak


sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 berlaku sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai hukum keperdataan kecuali ditentukan t"in a-atam
Undang-Undang ini.

Paragraf 2
Pemilihan Penyedia Jasa

Pasal 41

Pemilihan Penyedia Jasa hanya dapat diikuti oleh penyedia Jasa


yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksld dalam
Pasal 26 sampai dengan pasal 34.

Pasal 42
(1) Pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 47 yang menggunakan sumber pembiayaan dari
keuangan Negara dilakukan dengan tender atau
"r." penunjukan
seleksi, pengadaan secara elektronik,
langsung, dan pengadaan langsung sesuai dlngan
ketentuan peraturan perundang-und.rg-rrr.
(21 Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifika;i;
atau tender cepat.
(3) Pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan metode pemilihan penyedia Jasa y"rrg
sudah tercantum dalam kataiog.
(41 Penunjukan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan dalam hal:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan
masyarakat;

b. pekedaan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-26-
b. pekerjaan y.lq kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh penyedia Jasa yaig sangat terbatas
atau hanya dapat dilakukan oleh p"*"["rrg hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut
keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau
e. kondisi tertentu.
(s) Pengadaan langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e dan
tertentu nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

Pasal 43
(1) Pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan penyedia Jasa
{31am pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
dilakukan dengan mempertimUangkan:
a' kesesuaian antara bidang usaha dan ruang ringkup
pekerjaan;
b. kesetaraan antara kuarifikasi usaha dan beban kerja;
c. kinerja penyedia Jasa; dan
d' pengalaman menghas,kan produk konstruksi sejenis.
(2) Dalam hal pemilihan penyedia rayanan jasa Konsurta,si
Konstruksi yang menggunakan tlnaga "t<e4a
konstruksi
pada jenjang jabatan ahli, peng"guna Jasa harus
memperhatikan standar remunerasi minlmar.
(3) Standar remunerasi minimal sebagaimana dimaksud
pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 44
Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud dalam pasar
39 ayat (2)
dilarang menggun"F"-r penyedia .1"*" y""g terafitiasi
pembangunan untuk kepentingan urrium"tan-pa pada
atau seleksi, atau pengadaar, meralui tender
"*".u. elektronik.

Pasal 45
PRES IDEN
REPUBLII( INDOI\ESIA

-27 -

Pasal 45

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan penyedia Jasa dan


penetapan Penyedia Jasa dalam hubungan kerja Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Fasal 4i sampai
dengan Pasal 44 diatur dalam peraturan pemerintah.

Paragraf 3
Kontrak Kerja Konstruksi
Pasal 46
(1) Pengaturan hubungan kerja antara pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa harus dituangkan dalani- Kontrak Kerja
Konstruksi.
(2) Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dJngan
ketentuan peraturan perundang_undangan.

Pasal 47
(1) Kontrak Kerja Konstruksi paring sedikit harus mencakup
uraian mengenai:
a para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;
b rumusan pekerjaan, memtrat uraian yang jelas dan
rinci
tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan,-ir".g" satuan,
lumsum, dan batasan waktu plhk"l.r".r; o-
c *?"3 pertanggungan, memuat tentang jangka waktu
pelaksanaan dan pemeliharaan yang menjadi
jawab Penyedia Jasa; tanggung
d hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna
Jasa untuk memperoleh hasii Jasa Konstruksi dan
kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan, serta hak penyedia Jasa
memperoleh informasi dan imbalan jasa untuk
serta
kewaj ibannyamelaksanakan layanan Jasa Konstruksi;
e penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat
kewajiban
mempekerj akan tenaga kerj a kon struksi bersertifikat;
f. cara pembayaran, memuat ketentuan
tentang kewajiban
Pengguna Jasa dalam melakukan p.*U"57"o"
layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya hasil
jaminan atas pembayaran;

g. wanprestasi
PRES IDEN
REFUBLIK INDONESIA

-28-
o
b wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab
dalam hal sarah satu pihak tidaf ,rrJtzt
kewajiban sebagaimana diplrjanjikan "..rakan
;
h penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan
tata cara penyelesaian perselisihantentang akibat
ketidaksepakatan;
i' pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat
ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi
yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya
kewajiban
salah satu pihak;
j' keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang
yang timbul di ruar kemauan dan kemampuan kejadian
nifak yang menimbulkan kerugian ;;;t salah para satu
pihak;
k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang
kewajiban penyedia Jasa dan/atau n"rggrrr"
Kegagalan Bangunan dan Jasa atas
pertanggungj awaban ialigka waktu
Ke gagalan B angr.r""l
l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan
kewajiban para pihak daram peraksanaan tentang
keseramatan
dan kesehatan keda serta jaminan sosial; --
m' pelindungan terhadap pihak ketiga serain para
dan pekerja, memuat kiwajiban p?. pihak
Orn^U
terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan dalam hal
kerugian atau
menyebabkan kecelakaa n dan atau kematirrr;
/
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak
pemenuhan ketentuan tentang lingku"i""; datam
o' jaminan atas risiko yang timbur dan tanggung jawab
hukum kepada pihak rairr-d"lr* peraksanaln pet
Konstruksi atau akibat dari Kegag"f"" e"";nan; erjaan
dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada
Kontrak Keda Konstruksi dapat^memuat ayat (1),
pihak tentang pemberian ins#tif. kesepakatan para

Pasal 48
selain memuat ketentuan sebagaimana cimaksud
47, Kontrak Kerja dalam pasal
Konstruksi:
a yntuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan
tentang hak kekayaan intelektual;

b. untuk
PRES I DEN
REPUBLIK INDONIESIA

-29-
b untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat
memuat ketentuan tentang Subpenyedia Jasa serta pemasok
bahan, komponen bangunan, din/itau peraratan yang harus
memenuhi standar yang berlaku; dan
c yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih
teknologi.

Pasal 49
Ketentuan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4T berlaku juga dalam Kontrak Kerja
Konstruksi antara penyedia Jasa aan-su-bpenyedia Jasa.

Pasal 50
(1) Kontrak Keda Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
(2) Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan
pihak asing harus dibuat dalam bahasa Ind.onesia dan
bahasa Inggris.
(3) Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) aigurraian Kontrak
Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia.-

Pasal 51
Ketentuan lebih mengenai Kontrak Kerja Konstruksi
]anjgt
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 sampai dengan pa"al sb
diatur dengan Peraturan pemerintah.

Bagian Ketiga
Pengelolaan Jasa Konstruksi

Paragraf 1
Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa

Pasal 52
Penyedia Jasa dan subpenyedia Jasa daram penyelenggaraan
Jasa Konstruksi harus:
a. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;

b. memenuhi
FRES I DEN
REPUELIK INDONESIA

-30-
b' memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan
Keberlanjutan; dan
c' mengutamakan warga negara Indonesia sebagai
pimpinan
tertinggi organisasi proyek.

Pasal 53
(1) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan
hanya dapat diberikan kepada-. Subpenyedia utama
Jasa yang
bersifat spesialis sebagaimata dimaksud dalam pasal
.

dan Pasal 14. 13

(2) Pemberian pekerjaan utama kepada subpenyedia


bersifat spesiaris sebagaimana dimaksud padaJasa yang
harus mendapat persetuJuanpengguna
ayat (1)
.fasa.
(3) Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia
dengan kuarifikasi menengah dan/atau Jasa
mengutamakan untuk memberitan pekerjaan besar
kepada Subpenyedia p.rrr.rffi
Jasa dengan kualifikasi kecil.
(4) Penyedia Jasa da:r subpenyedia Jasa
wajib
dan kewajiban sebagaimana tercantum aatammemenuhi hak
Konstruksi. Kontrak Kerja

Pasal 54
(1)
lalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, penyedia Jasa
dan/atau subpenyedia Jasa wajib *.rry.ohkan
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat hasir
mutu, dan tepat
waktu sebagaimana tlrcanttim' d;;;'-'[o]-rt..r.
Konstruksi. Kerja
(2) Penyedia Jasa dan/atau subpenyedia
menyerahkan hasil pekerjaannyS secara
Jasa yang tidak
tepat biaya, tepat
mutu, danlatau tepat waktu slbagaim.".
ayat (1) dapat dik-enai ganti kErugian ti-.ksud pada
kesepakatan dalam Kontrak" Kerja Konstruksi.*."""i dengan

Paragraf 2
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

_31 _

paragraf 2
Pembiayaan Jasa Konstruksi
pasal 55

(1) Pengguna,
_r-1." . bertanggurs jawab atas biaya Jasa
d e n gan" r." Jf atu.t"r, a.]._
[#:ffif :,t. ". "" ", "
Ko n trak Kerj a

(2) Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1)
dapat bersumber dari dana pemerintah pusat, pemerintah
Daerah, badan usaha, dan/atau *""V*"f..,.
(3) Tanggung jawab atas biaya Jasa
Konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibuktika" J;;;;;,
a. kemampuan memb ayar; dan/atau
b' komitmen atas pengusahaan produk Jasa
Konstruksi.
(4) Kemampuan membayar sebagaimana
dimaksud pada ayat
(3) huruf a dibuktikan derigan aor.,r*"r,
perbankan dan/atau lembafa r.""""g"" dari ,embaga
dokumen ketersediaan angg aran, bukan bank,
atau dokumen lain yang
disepakati daiam Kontrak lie4a Konstruksi.
(5) Komitmen ata-s- pengusahaan produk
sebagaimana dimaksud pr.d, Jasa Konstruksi
is)^- fr,;rrr U didukung
"*, U.;;
dengan jaminan metaiui p!4an3ian
;;;..

Pasal 56
(1) Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa
dibuktikan dengar, -L"Lr-puar^ membayar Konstruksi
dimaksud dalam pasal 55 ayat (3) sebagaimana
wajib melaksanakan pembayaran huruf l, e.rrgguna Jasa
penyedia .lasa secara atas penyerahan hasil
*:i::i"" tepat jlmlah dan tepat
(2) Pengguna Jasa yang tidak menjamin
ketersediaan biaya dan
tidak meraksana]<an p.*b"y".", atas
pekerjaan penyedia -rasa secara penyerahan hasil
waktu sebagaimana tepat jlmlah dan tepat
dimaksud
-pada ayat (1) dapat dikenai
ganti kerugial sesuai dengan k.".p.k.t.r,
Keda Konstruksi. e aaum Kontrak

(3) Dalam
PRES I DEN
REFUELII< INDOI\IESIA

-32-
(3) Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi
yang dilakukan melalui komitmen atas pengusahaan
produk Jasa Konstruksi, penyedia Jasa harus mengetahui
risiko mekanisme komitmen atas pengusahaan prodrk Jr.."
Konstruksi dan memastikan fungsionalitas prodrrk sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 57
(1) lalam pemilihan penyedia Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42, penyedia Jasa *".5r"r"hkan jaminan
kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban
sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan
Penyedia Jasa.
(2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. jaminan penawaran;
b. jaminan pelaksanaan;
c. jaminan uang muka;
d. jaminan pemeliharaan; dan/atau
e. jaminan sanggah banding.
(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
dicairkan tanpa syarat sebesar rrltri y.rrg dijaminkan dan
dalam batas waktu tertentu setelah iern]rataan pengguna
Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh-penyedia .rasa.
(4) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dikeluarkan oleh lembaga perbankan, pe.usahaan'asuransi,
dan/atau perusahaan penjaminan daram bentuk bank
garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Perubahan atas jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan memperhatikan dinamika
perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik
nasional maupun internasional.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan perubahan atas jaminan
sebagaimana dimaksud pada ayat (S) diatur dalam
Peraturan Presiden.

Bagian Keempat
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESII\

-33-

Bagian Keempat
Perjanjian penyediaan Bangunan

Pasal 58
(1) Usaha Penyediaan Bangunan sebagaimana dimaksud
dll"p.Pasal 36 ayat (1) dapat dikerjakln sendiri atau oleh
plnak laln.

(2) Dalam hal dikerjakan ofeh pihak lain sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), penyelenggaraan Usaha
Penyediaan Bangunan dilakukan melalui pery'anjian
penyediaan bangunan.

(3) Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan


sebagaimana dimaksud pada ayat
121 teiairi atas:
a. pihak pertama sebagai pemilik bangunan; dan
b. pihak kedua sebagai penyedia bangunan.
(4) Para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
atas: terdiri
a. orang perseorangan; atau
b. badan.

(5) usaha Penyediaan Bangunansebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dilakukan melarui "kerja sama pemerintah
Pusat danf atau pemerintah Daerar. d."g"r, badan usaha
dan/atau masyarakat.
(6) ?."1"T pedanjian penyediaan bangunan
sebagaimana
dimaksud pada (2), penyelenggaian Jasa Konstruksi
harus dilakukan "{"-t
oleh penyedia Jasa.
(7) Ketentuan rebih ranjut mengenai perjanjian penyediaan
bangunan sebagaimana dimaksud 'prh.'"y"t
dalam peraturan presiden.
(2) diatur

BAB VI
PRES I DEN
REPTJBLII( INDONESIA

-34-
BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN,
DAN KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

Pasal 59

(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pengguna


Jasa dan penyedia Jasa wajib memenuhi stanaar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberranjutan.

(2) Dalam memenuhi standar Keamanan, Keseramatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat _ (1) Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa harus
memberikan pengesahan atau persetujuai atas:
a, hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau
perancangan;
b rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan. material, peralatan dan/atau
teknologi;
dan/atau
e hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (r) paring
sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil peraksanaan urasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g' pedoman peUndungan sosiar tenaga kerja daram
pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai i.rg"., ketentuan
peraturan perundang_undangan; dan
h' standar pengelolaan ringkungan hidup sesuai dengan
ke tentuan peraturar, p..urrdang_und".rg.rr.

(4) Standar
PRES IDEN
REPUELIK INIDONESIA

-35-
(41 Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh menteri
teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(s) Dalam menJrusun Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) memperhatikan kondisi ge6grafis yang rawan
gempa dan kenyamanan 1ingkungan terbangun.

Bagian Kedua
Kegagalan Bangunan

Paragraf 1
Umum

Pasal 60
(1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutah sebagaimana dimaksud dalam pasal 59,
Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa dapat menjadi
pihak yang bertanggung jawab terhadap' Kegagilan
Bangunan.
(2) Kegagalan Banguna.n sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh penilai ahti.
(3) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Menteri harus menetapkan penilai ahri dalam waktu paring
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung '".3"i
diterimanya laporan mengenai teijadinya Xegagaian
Bangunan.

Paragraf 2
Penilai Ahli

Pasal 61
(1) Penilai ahli sebagaimana dimaksud daram pasal 60 ayat (2)
harus:

a. memiliki
trRES IDEN
REPUBLIK INDOI\ESIA

-36-
a. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang
jabatan ahli di bidang yang sesuai a.rrgl, klasifikasi
produk bangunan yang mengalami Kegagalan
Bangunan;
b memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana,
danf atau_ pengawas pada Jasa Konstruksi
sesuai
dengan klasifikasi produk bangunan yang mengarami
Kegagalan Bangunan; dan
c terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang Jasa
Konstruksi.
(2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
mempunyai tugas antara 1ain:
a. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar
Keamanan, Keseramatan, Kesehatan, dan Keterianjrtr.,
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b' menetapkan penyebab terjadinya Kegagaran
Bangunan;
c' menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan;
d. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
Kegagalan Bangunan;
e' melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan
instansi -p"fi.rg
men[etuarkan izin membangrr.r,
lambat 90.Iang
(semb,an puruh) hari t.f"-t".hitung sejak
tanggal pelaksanaan
tugas; dan
f' memberikan rekomend.asi kebijakan kepada
Menteri
dalam rangka pencegahan " t..j"ai"V. Kegagalan
Bangunan.

u,1*""
(1) Dalarn ,r"r"u."ro"Tfl sebagaimana dimaksud
Pasal 61 ayat (2) penilai ahri dapat berkoordinasi daram
pihak berwenang yang terkait. dengan

(2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat


bekerja secara profesional dan tidak (1) wajib
salah -"":"Ji bagian dari
satu pihak.

Pasal 63
PRES I DEN
REPUBLII( INDONESIA

-37-
Pasal 63
Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki Kegagalan
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6o ayat
1"ry"yang
disebabkan kesalahan penyedia Jasa.

Pasal 64
Ketentuan lebih lanjut mengenai penitai ahli dan penilaian
Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60
sampai dengan Pasal 63 diatur dalam peraturan Menteri.

Paragraf 3
Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan

Pasal 65
(1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagaran
Bangunan dalam jangka waktu yr.rg ditentukan-slsuai
dengan rencana umur konstruksi.

(2) Dalam hal rencana umur konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) rebih dari 10 (sepuruhf t"hrrr,
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan dalam jangka waktu paling rama 10
tahun terhitung sejak tanggal p..ry"oh"r, akhirlsepitun;
layanan
Jasa Konstruksi.

(3) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan


Bangunan yang terjadi seterah jangka waktu yan; ?"r"r,
ditentukan sebagaimana d,imaksud pada ayat (tl dan ayat
(2).

(4) Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas


Kegagalan Blngynan sebagaimana aimat<srla pada ayat (i1
dan ayat (2) harus dinyatakan daram Kontrak - Kerja
Konstruksi.

(5) Ketentuan .lebih lanjut mengenai kewajiban dan


pertanggungiawaban penyedia Jasa atas Kegagaran
Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
peraturan
ayat (2) diatur dalam pemerintah.

Pasal 66
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-38-
Pasal 66

(1) Pengguna Jasa dan/atau pihak rain yang


Kegagalan Bangunan daplt merapoir.".i
dirugikan akibat
Kegagalan Bangunan kepada Menteri. e;ei"ya
suatu

(2) Ketentuan
_lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan
terjadinya Kegagalan
_Bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) diatur dalam peraturan MJnteri.

pasal 67

(1) Penyedia Jasa d,anf


.atau-pengguna -rasa wajib memberikan
ganti kerugian daram rra IE4_aai
sebagaimana dimaksud dalam irasal
K;g"#il Bangunan
os- 7), ayat (2),
dan ayat (3). "?i^i
(2) Ketentuanrebih
J"ru-"t mengenai pemberian ganti kerugian
sebagaimana dimaksud p-"au ayat (1) diatur daram
Peraturan pemerintah.

BAB VII
TENAGA KERJA KONSTRUKSI

Bagian Kesatu
Klasifikasi dan Kualifikasi

Pasal 68
(1) Tenaga kerja konstruksi dikrasifikasikan
bidang keilmuan yang terkait Jasa berdasarkan
xo.r"t*t"i.
(2) Tenaga Keda Konstruksi terdiri atas
jabatan: kuarifikasi dalam
a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli.

(3) Kualifikasi
PRES IDEN
REPUBLII( INIDONESIA

-39-
(3) Kualifikasi dalam jabatan sebagaimana dimaksud
ayat (2) memiliki pada
jenjang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang_undangan.

(4) Ketentuan lebih ianjut mengenai krasifikasi


dan
tenaga kerja konstruksi sebagaimana dimaksud kualifikasi
(1) dan ayat (2) d.iatur dalam ieraturan
pada ayat
Menteri.

Bagian Kedua
Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi

Pasal 69

(1) Pelatihan tenaga kerja konstruksi diserenggarakan


metode pelatihan k:.j1 yang relevan, dengan
-' aan efisien
sesuai dengan Standar fomp-etensi
Keda."r.'[tii,
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
untuk meningkatkan produktivitas kerja. \- ditujukan

(s) Standar Kompetensi Kerja sebagaimana


dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. peraturan

(4) Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana


dimaksud
pada avat (1) diserenggarakan oleh r.;a;;]endidikan
dan pelatihan kerja se-suai dengan ketentrran
perundang-undangan. peraturan

(s) Lembaga pendidikal


.d1, peiatihan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (41diregistrasi oleh Menteri.
(6) Menteri sebagaimana dimaksud pada
registrasi terhadap lem!1Sa pendidikanayat (5) merakukan
kerja - d;r, pelatihan
.y-rrg terah memilikr iiin dan/atau terakreditasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan.

(7) Ketentuan lebih., lanjut mengenai tata


lembaga pendidik"rr._.a?l pelZtihan cara registrasi
kerja
dimaksud pada ayat (5) diatur dalam peraturansebagaimana
Menteri.

Bagian Ketiga
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-40-
Bagian Ketiga
Sertifikasi Kompetensi Kerja

Pasal 70
(1) setiap tenaga kerja konstruksi y.ang bekerja
di bidang Jasa
Konstruksi wajib memiliki sertiritai xo,,,pli*i
Keda.
(2) Setiap Pengguna Jasa danf atau penyedia Jasa
wajib
Temgekerjakan tenlga kerja konstrulisi v.rs mem,iki
sertifikat Kompetensi Kerja sebagaim.r. ai*.ksud
ayat (1). pada

(3) Sertifikat
-Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diperoleh melalui uji kompetensi
Standar Kompetensi Kerja. """""i dengan
(4) Sertifikat. Kompetensi Kerja sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) diregistrasi oleh Menteri.
(s) reia\yn-l."n uji kompetensi sebagaimana dimaksud
ayat (3) dilakukan oleh lembaga pada
p..f..i.
".rtifik."i
(6) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana
dimaksud pada
ayat (5) wajib mengikuti ketentuan peraksanaan
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan uji
perundang-undangan.

Pasal 71
(1) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana
Pasal 7O ayat (5) dapat dibentuk oleh:
dimaksud dalam
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b' lembaga pendidikan
_dan peratihan yang memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_
undangan.

(2) Akreditasi terhadap asosiasi profesi


dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan sebagaimana
kepada oleh Menteri
asosiasi profesi'yang memenuhi p"r.y"ot.r'
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;

c pemiiihan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-47-
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan_undangan.
(3) Lembaga sertifikasi profesi sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) diberikan lisensi sesuai dengan
pe_raturan perundang-undangan setelah ketentuan
mendapat
rekomendasi dari Menteri.
(4) Dalam hal iembaga sertifikasi profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk prtfesi tertentu belum
terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertifikasi
Kompetensi Kerja.
(s) setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib
menjalankan kewajiban yang diatur daram peraturan
Menteri.
(6) Ketentuan lebih ranjut mengenai tata cara akreditasi
asosiasi profesi sebagaimr.rru, di*u.ksud paaa ayat
(2)
tata cara Menteri merakukan sertifikasi komp.t..r.i dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur kerja
dalam
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Registrasi pengalaman profesional
pasal T2
(1) Untuk mendapat}.l pengakuan pengalaman profesional,
setiap tenaga kerja konstruksi harus merakukan registrasi
kepada Menteri.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuktikan
dengan tanda daftar pengalaman piofesionat.' '
(s) Tanda daftar pengalaman profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
a. jenis iayanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasir
layanan profesional;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
d. nama Pengguna Jasa.

(4) Ketentuan
trRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA

-42-
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi
dan tata cara
pemberian tanda daftar p"r,.gu.l"-.r, profesional
sebagaimana dim-aksud pada ayat dan
dalam Peraturan
d) ayaf (2) diatur
Menteri.

Bagian Kelima
Upah Tenaga Kerja Konstruksi

Pasal 73
(1) s_etiap tenaga
kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja berhak atas imbaran
layanan jasa yang diberikan. v""g-r"yak atas
(2) Imbalan yang layak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
diberikan dalam- bentuk upah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam
Tenaga Kerja Konstruksi Asing

Pasal74
(1) Pemberi keda tenaga kerja konstruksi asing
wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga kerja ,,"irg- dan
mempekerjakan v o izin
tenaga kerja ising.
(2)
J9n1sa kerja konstruksi asing dapa: merakukan pekerjaan
di bidang Jasa Konstruksi- di Indonesia h"rry" pada
jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan
Jasa Konstruksi yang akan aipet<e4ar.." ahli dipemberi
bidang
kerja ","r,
harus memiliki surat tanda regisirasi dari Menteri.
P5"L. tanda registrasi sebagaimana
(4)
dimaksud pada ayat
(3) diberikan berdasarkan -sertifikat r.o*p.I.""i tenaga
kerja konstruksi asing menurut hukum
(s)
".g"r"ry..
Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan
melaksanakan atih pengetahuai dan arih teknologi
ahri wajib
tenaga kerja p-endamping sesuai dengan ketentuan kepada
peraturan perundang_undangan.

(6) Pengawasan
FRES I DEN
REFUBLIK INDONESIA

-43-

(6) Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing


dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi
tenaga kerja konstruksi asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (4)'diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketujuh
Tanggung Jawab Profesi

Pasal 75
(1) Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa
Konstruksi harus bertanggung ja',vab secara profesional
. terhadap hasii pekerjaannya.
(2) Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasii
layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.

BAB VIII
PEMBINAAN

Bagian Kesatu
Penyelenggaraan Pembinaan

Pasal 76

(1) Pembinaan Jasa Konstruksi yang menjadi tanggung jawab


Pemerintah Pusat diselenggarakan melalui:
a. penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi
nasionai;
b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi yang bersifat strategis, lintas negara, lintas
provinsi, dan/atau berdampak pada kepentingan
nasional;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional;

d. pengembangan
PRES I DEN
REPUBLII< INDONESIA

-44-
d. pengembangan kerja sama dengan pemerintah Daerah
provinsi dalam _ mgnyeleng[arakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Fasal Z; d.an
e dukungan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah
Pusat.

(2) Pembinaan Jasa Konstruksi yang dilaksanakan oleh


gubernur sebagai wakil pemerintaf, pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e diserenggaraka, meralui:
a. penetapan pedoman teknis pelaksanaan
kebijakan
Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi;
b. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi
yang
berdampak lintas kabupaten/kotadi wilayah provinsi;
C. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
kebijakan
pengembangan Jasa Konstrukii nJs]onal di wilayah
provinsi; dan
d penyelenggaraan pemberdayaan pemerintah
Daerah
kabupatenlkota dalam kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal g.
(3) Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah dilakukan oleh - grb.rrrw dan/atau
walikota/bupati.
(4) Pembinaan Jasa Konstruksi oleh pemerintah
Daerah di
kabupate n I kota dilaksanakan melalui:
a' penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang
berdampak hanya di wilayah kabupat."U f.oi";
dan
b' pemantauan evaruasi penyerenggaraan kebijakan
Jasa Konstruksi.dan
nasionar di wilayar, [Iu"p"len/kota.

Pasal TT
Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana
dimaksud daram
Pasal 76, Pemerintah pusat dapat *".r[ikutsertakan
Jasa Konstruksi. masyarakat

Bagian Kedua
PRES IDEI\
REFUELIK INDONESIA

-45-
Bagian Kedua
Pendanaan

pasal 7g
(1) Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal T6 dan sub_urusan Jasa Konstruksi
yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat sebagaimana
dimaksud dalam pasal s dan pasal 6
didanai
anggaran pendapatan dan belanja negara. dengan

(2) Penyelenggaraan sub_urusan Jasa


Konstruksi yang
menjadi kewenangan pemerintah Daerah--frtrri.r"i
Pemerintah Daerah dan
- zkabupaten/kota
dimaksud dalam pasal sebagaimana
aan pasar g didanai dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Bagian Ketiga
Pelaporan

Pasal 79
(1) Gubernur melaporkgn penyerenggaraan
Konstruksi kepad, :vt.r,t..i sub-urusan Jasa
,"r* menjadi satu kesatuan
tidak terpisahkan den[an-trpor.r,
Iurg
Pemerintah Daerah provins"i sesuai p"rrrcf".rggaraan
peraturan perundang_undangan. a""g"rr- ketentuan
(2) Bupati dan walikota melaporkan penyelenggaraan
urusan Jasa Konstruksi
- sub-
kepad.. grU"r.rrr; fi;g menjadi
'terpisirrk";
satu kesatuan yang tidak
penyelenggaraan Pemerintah Daerah ;";;;" laporan
sesuai
f."Ui,p"t.n/kota
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat
Pengawasan

Pasal 80
Pemerintah pusat dan/atau pemerintah
kewenangannya melakukan. pengawasan Daerah sesuai dengan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi *- terhadap
meriputi:-
a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

b. tertib
PRES IDEN
REFUBLII( INDONESIA

-46-
b' tertib usaha dan perizinan tata fangunan sesuai
ketentuan peraturan perundangan_unCangan; dengan
dan
c' tertib pemanfaatan dan kinerja Renyeaia
menyelenggarakan Jasa Konstruksi. Jasa dalam

Pasal 81
selain melakukan pengawasan sebagaimana
Pasal 80, pemerintah Fusat melakufan dimaksud daram
penyelenggaraan Jasa Konstruksi ;.*;*asan
r- ---o- terhadap
pada:
a' bangunan perwakilan Repubrik Indonesia di
luar negeri; dan
b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.

Pasal 82
Ketentuan lebih^ ranilt- mengenai pembinaan
dimaksud dalam.pasai zo sampai dengan pasar g1 sebagaimana
Peraturan pemerintah. r- diatur daram

BAB IX
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI

Pasal 83
(1) Untuk menyediakan data dan infor:nasi
terintegrasi dal1m penyetenggaraan yang akurat dan
dibentuk suatu sistem informaJi"yang Jasa Konstruksi
terinili.""i.
(2) sistem informasi yang terintegrasi
pada avat (1) memuat data a"an sebagaimana dimaksud
dengan:
info.mis+;;; berkaitan
a. tanggung jawab dan kewenangan
di bidang Jasa
Konstruksi yang d,akukan oleh F.*..i.rtJtr pu"at aan
Pemerintah Daerah;
b' tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi
yang
jliU"U"n pemerintah pusat-dan pemerintr.f, O^.r"fr;
c' tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi
dilakukan oleh masyarakat j?sa konstruksi. yang

(3) Setiap
PRES I DEN
REPUBLII( INDONESIA

-47-
(3) setiap Pengguna Jasa dan penyedia Jasa serta institusi
yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan
data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan
layanan sebagaimana dimaksud pad a iyat
121.

(4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikelola oleh Pemerintah pusat.

(s) Pembiayaan yang diperlukan daram pengembangan dan


pemeliharaan sistem informasi -v"rg
terLtegrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) aiteEantan kefada
anggaran pendapatan dan belanja negara.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang


terintegrasi diatur dalam peraturan Menteri.

BAB X
PARTI SIPASI MASYARAKAT

Pasal 84
(1) Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat
sebagaimana dimaksud dalam pasa-i 5 mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi.

(2) Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan merarui satu rembaga
yang dibentuk oleh Menteri.

(3) Unsur pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada


ayat (21dapat diusulkan dari:
a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
c' institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi
kriteria; dan
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria.
(4) selain unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
pengurus lembaga dapat diusurkan dari asosiasi
rantai pasok konstruksi yang terakreditasi. terkait

(5) Pengurus
FRES I DEN
REFUBLIK INDONESIA

-48-
(s) Pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri seterah mendapatt<an persetujuan
dari Dewan Perwakilan Rakyat.
(6) Asosiasi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diberikan oreh Menteri kepada yang memenuhi
persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d' sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan
e' pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang_undangan.
(7) Penyelenggaraan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilakufan oleh l-embaga
dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja
negara
dan/atau sumber rain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(8) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan
penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dalam
diiakukan
lembaga sebagaimarra di-aksud padi
penerimaan negara bukan pajak sesuai"y"i 1ii-erupakan
dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(e) Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian
kewenangan pemerintah pusat yang mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi dan p.*u.rrt -t an lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat
dengan Peraturan Menteri.
it; dan ayat (2) diatur

pasal gS
(1) Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstrukii dengan .".",'
a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan
kegiatan konstruksi yang berdampai p"aa kepentingan
masyarakat;
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
terhadap dalRak yang ditimbulkan akibat klgiatan
Jasa Konstruksi; dan

c. membentuk
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-49_
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha
di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang_undangan.

(2) selain berpartisipasi daram pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), masyarakat juga dapat
-
memberikan masukan kepada pemeiintah pusat d
Pemerintah Daerah dalim perumusan kebijakan
an/aiau
Jasa
Konstruksi.

(3) Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dengan


ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih ianjut mengenai pengaduan, gugatan,


d.an
upaya . mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat
111 trurur b diatur daram
Peraturan Pemerintah.

Pasal 86
(1) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam p1*l gs ayat (1) huruf b akan
dugaan kejahatan dan/atau- pelangg.r.., adanya
dalam. penyelenggaraan Jasa Konstiuks-i, t""_ disengaja
pemeriksaan hukum proses
pengguna .1"." dan/atau
-terhadap
Penyedia Jasa dilakukan dengan tiJaf<
-"rgg.rrggu atau
menghentikan proses penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
(2) Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam pasar 85 ayat (1) huruf b terkait
kerugian negara dalam pen5lelenggaraan Jasa dengan
proses pemeriksaan hukum hanya dapatKonstruksi,
dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan a"ri"r.*tr[. t.g"r"
yang
berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan
jawab keuangan negara. tanggung

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


(2) dikecualikan daiam hal:
dan ayat
a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau
b' tertangkap tangan merakukan tindak pidana korupsi.

Pasal 87
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

-50-
Pasal 87
selain penyelenggaraan partisipasi. masyarakat
dimaksud daram pasar 'g5, partisipasi sebagaimana
masyaratat dapat
masyarakat Jasa Konstruksi m.tarui
*:Xt[:?:,],.n ror,r_-Ji*

BAB XI
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 88
(1) sengketa yang terjadi daram Kontrak
diselesaikan deSgan prinsip dasar Kerja Konstruksi
mencapai musyawarah untuk
kemufakatan.
(2) Dalam hal musyawarah para pihak
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tia* d"i;;;.rrfr.p.i
kemufakatan, para piirak menempuh suatu
penyelesaian sengketa yang tercantumtahapan upaya
Kerja Konstruksi.
J o daram Kontrak

(3) Dalam upaya penyelesaian


sengketa tidak tercantum
dalam -hal
Kontrak Kerja xorr"i.,rt si sebagaimana
pada ayat (2), para pihak yang dimaksud
suatu persetujuan tertulis mengenaibersengketa membuat
penyelesaian sengketa yang tata cara
akan dipilili.
(4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa
dimaksud pada sebagaimana
a. mediasi; ^y^i ^.fipuii,
121-

b. konsiliasi; dan
C. arbitrase.
(s) Selain upaya penyeresaian sengketa
dimaksud pada sebagaimana
dapat membentuk TVat $) huruf a dan huruf b, para pihak
dewan
"."gt "t..
(6) Dalam hal upaya penyeresaian
sengketa d,akukan dengan
membentuk dewan sengketa sebagaimana
ayat (5), pemilihan - keanggotaan dewan dimaksud pada
dilaksanakan berdasart sengketa
p?ir,"ip profesionaritas dan
tidak menjadi bagian dari ".r
salat-"atu pihak.

(7) Ketentuan...
PRES I DEN
REFLIELII( INDONESIA

-51 -

(7) Ketentuan lebih. ranjut mengenai penyelesaian


sengketa
sebagaimana dimaksud -
p"I" ayat (1) diatur
Peraturan Pemerintah. dalam

BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF

pasal g9
(1) Setiap usaha orang perseorangan yang tidak memiliki
Tanda Daftar Usaha perseorang"r,
dimaksud
""tr.gii_".r,
dalam Pasal 26 ayat (1) difenai sanksi administratif
berupa:
a. penngatan tertulis;
b. denda administratif; dan/ atau
c. penghentian sementara kegiatan layanan
Konstruksi. Jasa

(2) setiap badan usaha dan badan usaha asing


memenuhi kewajiban memiliki rzin u".h.--yrrrg yang tidak
berlaku sebagaimana dimaksud daram pasat masih
26 ayat (2)
dan Pasal34 ayat (3), dikenai sanksi adminisir.iif
b..rrp.,
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif; dan/atau
c' penghentian sementara kegiatan layanan
Konstruksi. Jasa

Pasal 90
(1) setiap badan usaha yang mengerjakan
tidak memiliki sertifikal Bada. u".t Jasa
a
- Konstruksi
dimaksud dalam pasai 30 ayat (1) dikenai"ebagaimana
administratif berupa: sanksi
a. dendaadministratif;
b' penghentian sementara kegiatan layanan
Konstruksi; dan/atau Jasa
c. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap asosiasi badan usaha yang tidak
kewqjiban merakukan
sesuai dengan ketentuan- p_eraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud oatam p.".t'so
dikenai sanksi administratif berupa: ayat (6)

a. permgatan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONIESIA

-52-
a. peringatantertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/atau
c. pencabutanakreditasi.

Pasal 91
Setiap badan usaha Jasa Konstruksi
perseorangan Jasa Konstruksi asing *"t.,
atau usaha orang
asing
usaha Jasa Konstruksi tidak *.r.r..,,rhi t;;? melakukan
dimaksud daram pasal sz aike;ai kete-ntuan sebagaimana
sanksi
a. peringatantertulis; "a*i"i"tratif berupa:
b. denda administratif; d,anf atau
c' penghentian sementara kegiatan rayanan
Jasa Konstruksi.

pasal 92

Setiap kantor perwak,an badan


menjalankan kewajiban sebagaimurru usaha asing yang tidak
ayat (1) dikenai sanksi admini'stratif ai*.r."r]a aa.m pasar 33
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan rayanan
d. pencantuman dalam daftar hitam; Jasa Konstruksi;
e. pembekuan izin; dan/atau
f. pencabut an izin.

Pasal 93
Setiap Pengguna Jasl yang
menggunakan layanan profesional
tenaga keda konstruk.i pia"
yang tidak memperhatikan r.ffitfik*i':.#"r*
standar
jabatan ahri
sebagaimana dimaksud daram pasar ,L*trr".."i minimar
administratif berupa: 4s ayat (2) dikenai sanksi
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. denda administratif.

Pasal 94
PRES I DEN
REPLIELIK INDONESIA

-53-
Pasal 94

setiap Pengguna Jasa yang menggunakan penyedia Jasa yang


terafiliasi untuk pembangunan kepentingan umum tanpa
melaiui tender atau sereksi-, atau pengadaa-n secara elektronik
s1ba.s{m"r.? dimaksud daram pasal 44 dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis; danf atau
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.

Pasal 95
Setiap Penyedia Jasa yang meranggar ketentuan pemberian
pekerjaan utama sebagaimana dimar<sua dahm pasar
53 ayat (1)
dikenai sanksi adminiJtratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi.
Lr ur\sr,
dan/atau
d. pembeku an izin.

Pasal 96

(1) setiap Penyedia Jasa dan/atau pengguna Jasa yang


memenuhi standar Keamanan, KeJe-lamatan, tidak
Kesehatan,
dan Keberianiutan dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi sebagaimana dimaksud daiam pJsar
59 ayat (1)
dikenai sanksi administratif berupa:
a. perrngatan tertulis;
b. denda administratif;
C. penghentian sementara
kegiatan layanan Jasa
Konstruksi;
d pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembeku an izin; dan/ atau
f. pencabutan izin.

(2) Setiap Pengguna Jasa dan/atau penyedia Jasa


memberikan pengesahan atau persetujuanyang daram
ketentuan sebagaimana dimaksud daram "pasal melanggar
dikenai sanksi administratif berupa: s9 ayat (2)

a. peringatan
PRES IDEN
REtrUBLIK INDONESIA

-54-
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan
Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftai hitam;
e. pembekuan izin; dan/atau
f. pencabutan izin.

Pasal 97
setiap pen,ai ahli.yang dalam melaksanakan
menjalankan kewajiban tugasnya tidak
ayat (2) ".u"g.i*ana dimaksud
--.- daram pasar 62
dikenai sanksi administratif beru*
a. permgatan tertulis;
b. pemberhentian dari tugas;
dan/atau
c. dikeluarkan dari daftar
pen,ai ahli yang teregistrasi

Pasai 98
Penyedia Jasa y3rg tidak memenuhi
atau memperbaiki Kegagaran e".rrsr1"nkewa,,iban untuk mengganti
dalam pasar 63 dikenai J""r."i sebagaimana dimaksud
.aniinistraiii-u.il,p.,
a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan
Jasa Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembeku an izin; dan/atau
f. pencabutan izin.

Pasal 99
(1) setiap tenaga kerja konstruksi
valg bekerja di bidang Jasa
Konstruksi tidak mem,iki tJrtirL"r-
sebagaimana dimaksud daram pasar r<Llp"i.rr"i Kerja
administratif berrpu
70 ayat (r) dikenai
;il::t f"-berhentia'n dari tempat
(2) Setiap Pengguna. Jasa danf atau penyedia
mempekerjakan tenaga kerja Jasa yang
memiliki sertifikat
-. konstrrlk"i*
-il;""' y.rg tidak
xo*p.l."*
dimaksud dalam pasal iO ayat
administratif berupa:
"lo.gaimana
(2) dikenai sanksi

a. denda
PRES IDEN
REPUBLIK INIDONESIA

-55-
a, denda administratif; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan
Konstruksi.
layanan Jasa
(3) setiap lembaga sertifikasi profesi yang tidak
ketentuan pelaksanaan_
. mengikuti
kompetJn"l-l.u.gaimana
dimaksud dalam pasar "ji io ayar (g) dikenai
administratif berupa: sanksi
a- penngatan tertulis;
b denda administratif;
c. pembekuan lisensi; dan/atau
d pencabutan lisensi.

Pasal 100
setiap asosiasi profesi yang tidak melakukan
dengan ketentuan-gerltu.a' p".urdan kewajiban sesuai
g-undangan se bagaimana
dimaksud daram pasar zt ayat (s) dik"enri
administratif
berupa: ""rr."i
a. peringatantertulis;
b. pembekuan akreditasi; dan/atau
c. pencabutan akreditasi.

pasal 101
(1)
tenaga kerja konstruksi asing
ffi:i, T*;[,u.1" _yans
konstruk"t ;.-t; Ji:"UX ffiiHHi?",'.#ffi;"
konstruksi asing sebagaim.rr"- di*.ksud
dalam pasal T4
f:l:
ayat (1) dan mempekedakan tenaga
yang tidak memiliki registrasi dari kerja konsiruksi
-".t.gaimana
asing
Ment..1
dimaksud dalam pasal Z4 ayat (S),
administratif berupa: dikenai sanksi
a. peringatantertulis;
b. denda administratif;
c' penghentian sementara kegiatan layanan
Konstruksi; dan/atau Jasa
d. pencantuman dalam daftar hitam.
(2) Setiap. tenaga kerja konstruksi
yang tidak meraksanakan kewajiba"
asing pada jabatan ahri
alih .teknologi sebagaimana iimaksud "T*r'p..rglfahuan dan
ayat (5) dikenai sanksi administratif daram
----^ pasal T4
berup;,

a. penngatan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-56-
a perlngatan tertulis;
b denda administratif;
C. pemberhentian dari pekerjaan; dan/atau
d pencantuman dalam daftar hitam.

Pasal 102
Ketentuan lebih, lanjut mengenai tata
administratif seb.gul-.rr. d'imaksud cara pengenaan g9
sanksi
dalam'pasat
dengan Pasal 101 diatur aaram peraturan pemerintah. sampai

BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 103

Lembaga yang dibentuk berdls^arkan


peraturan pelaksanaan
dari undang-Undang Nomor--lg Tahun
Konstruksi (Lemb.r., Negara iigg tentang Jasa
Republik lnaone"ia Tahun rggg
Nomor s4 Tambahan LeLbaran Negara Republik Indonesia
Nomor 38s3) tetap menjarant u, trgrJ
sertifikasi dan registrasi
badan usaha d; tenlga f..r:" fonstruk.i
dengan
lembag" ""*pri
tT:H::,*ra "J"g"imana dimaksud datam- u"a"?e^-

BAB XIV
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-57-
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 104

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:


a' semua peraturan perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari undang-Ur-drrg Nomor 1g
Tahun Tggg tentang Jasa Konstrukli (Lem6aran Negara
Republik Indonesia Tahun lggg Nomor s4 Tambahan
Lembaran Negara Repubrik Ind.onesia Nomor 3g3s)
dinyatakan masih tetap berraku
=.p."Cg ;td"k
bertentangan dengan ketenluan dalam Undang-undang
ini;
dan

b Undang-undang Nomor 1g rahun Tggg tentang


Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Repubrik Indonesia Tahun
1999 Nomor s4 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3933) dicabut dan ainf,atat an tidak
berlaku.

Pasal 105

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini


ditetapkan paling iama 2 (dua) tahun t"?rrit""g sejak harus
Undang ini diundangkan. Undang-

Pasal 106
Undang-Undang ini murai berlaku pada tanggar
diundangkan

Agar
PRES I DEN
REPUBLII( INDONIESIA

-58-

Agar setiap orang


. mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undan[_Undang ini dengan
dalam Lembaran Negara-Republik Indonesia. penempatannya

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 72 Januari 2OlT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd
JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2OlT
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TAHUN 2077 NOMOR
11

-undangan,

Djaman
PRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG

JASA KONSTRUKSI

I. UMUM

Pembangunan nasional bertujuan untuk me'*rujudkan masyarakat


adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan lJndlng-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun tg+s, sesuai t"rg., tujuan
pembangunan tersebut maka kegiatan pembangunan baik fGit maupun
non hsik memiliki peranan yang penting bagi kisejahteraan masyara-kat.
Sektor Jasa Konstruksi merupakan kJgiatan masyarakat dalam
mewujudkan bangunan yang berfungsi sebagai pendukung atau prasarana
aktivitas sosial ekonomi kemasyarakatan dan menunjang terwujudnya
tujuan pembangunan nasionai.
Selain berperan mendukung berbagai bidang pembangunan, Jasa
Konstruksi berperan pula untuk mendukung tumbuh dan beikembangnya
berbagai industri barang dan jasa yang dipeilukan dalam penyelenggr.I"rl
Jasa Konstruksi dan secara luas mendukung perekcnomian nlsional. Oleh
karena penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menjamin ketertiban dan
kepastian hukum, sedangkan Undang-undang Nomor 1g rahun rggg
tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata
kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa
konstruksi, maka perlu dilakukar penyempr-rrrr.r, pengaturan bidang
Jasa Konstruksi.
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada
asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian,
keseimbangan, profesionalitas, kemandirian, keterbukaan, kemitraan,
keamanan dan keselamatan, kebebasan, pembangunan berkelanjutan,
serta berwawasan lingkungan. undang-Undang ini mengatur
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan tujuan untuk memberikan
arah
pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas; mewujudkan terti-b p.liy.t.rrggaraan Jasa
Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara perlgguna Jasa

dan
PRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA
-2-
dan Penyedia Jasa daram menjarankan hak dan
meningkatkan kepatuhan kewajiban, serta
sesuai dingan r.etentan peraturan perundang_
undangan; mewujudkan peningkatai p".ti"ipu.r
Jasa Konstruksi; rrr.r"1" si-stem i."" ?onstruksi rrr""y...k.t'di bidang
mewujudkan keseramatan publik dan menciptakanyang mampu
lingkungan terbangun; menjamin tata kelora kenyamanan
Konstruksi yang baik; dan menciptakan penyerenggaraan Jasa
integrasi
seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi. nilai tambah dari
Pengaturan penyerenggaraan Jasa Konstruksi
ini diiakukan b9u9.ra.ng fJnyesuaian dalam undang-undang
guna-ai-mengakomodasi kebutuhan
hukum yang terjadi- altam praktik .*fi.i"
legislasi yang terkait dengan penyelenggaraan *""y".akat dan dinamika
Berkembangnya sektor Jasa "xonstru\"i Jasa Konstruksi.
;;??
semakin tingginya tingkat persainga" t^y^r.ri semakin kompreks dan
tingkat nasional. .l^.. Konstruksi baik di
-"r[r. internasional membutuhkan payung hukum
yang dapat menjamin kepastian hukum
Jasa Konstruksi terutama perindung"r, dan u"gi
kepastia.,
^pengguna,r.^-hr. di bidang
Jasa, tenaga kerja konstruk"i, d"., masyarakat Jasa, penyedia
Jasa Konstruksi.
Sebagai penyempurnaan terhadap Undang_Undang
terdapat beberapa materi mu1!an- yarrg seberumnya,
disempurnakan daram Undang-Undang diuba'h, aii.fiu.rrtr.r, dan
iirr
Konstruksi; kualifikasi usaha Jasa Kon"struksi; lain cakupan Jasa
^rrt.ra
pengembangan
usaha Jasa Konstruksi; pembagia" ;Gg";g jawa6 layanan
-?.*enangan
antara Pemerintah pusat dan pemerintati-oaerah a^.,
Jasa Konstruksi; penguatan standar dalam penyerenggaran
Keamanan, K-eselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan daram penyerengg".;;;;:a
tenaga kerja konstruksi yang "t o*pr.rrensif Konstruksi; pengaturan
iokal maupun asing; diblntrlknya sistem uuil. t.""e;;A konstruksi
terintegrasi; dan perubahan paradigma informasi Jisa KJntruksi yang
keikutsertaan masyarakat Jasa Konslruksikelembagaan sebagai bentuk
Konstruksi; serra penghapusan r.L-t.*""; daram penyelenggaraan Jasa
pada sanksi administiatii d'1- asp-ek ;il""" dengan menekankan
sengketa antar para pihak. keperdataan aitam rr", terjadi
.r1,"_t
penyelenggaraan Jasa konstruksi, *"".;u,,ir, keberranjutan proses
Ijld;;;
bahwa terhadap adanya dugau.r, kejahatari L;r,a".rg ini juga mengatur
Pengguna Jasa dan/atau R?nyedia".ru*", dan/atau peranggaran oleh
dilakukan dengan tidak *.r,gg"rrgg., p.o".. pemeriksaan hukum
penyelenggaran Jasa Konstruksi.5dJfi atau menghentikan proses
pelanggaran terkait dengan kerugian har dugaan kejahatan dan/atau
,r.g.r., p-.r.rerit
i3ffi: jlf}ukan
b e rd as a"rkan ha J "*. iir..^ri, a"ri l.;".r.,;s;rr*um
p
a
hanya
;;sara yan s

Secara
PRES I DEN
REFUBLIK INDONESIA
-3-
secara umum materi muatan dalam Undang-Undang ini meliputi
tanggung jawab dan kewenangan; usaha Jasa - Konstruksi;
penyelenggaraan usaha Jasa Kon-struksi;
keamanan, keseramatan,
kesehatan, d3, keberranjutan_ konstruksij tenaga
pembinaan; sistem kerja konstruksi;
inforrnasi
Jasa Konstruksi; partisipasi masyarakat;
penyelesaian sengketa; sanksi administratii;
Jan tetentuan peralihan.
Tanggung jawab dan kewenangan mengatur
kewenangan antara Pemerintah eusai, p"*..irrtah tentang pembagian
Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam Daerah provinsi dan
Konstruksi sesuai. dengan ketentuan J"i"- penyeienggaraan Jasa
mengatur mengenai pemerintahan Daerah. undang_undang yang
Daram p.rrg^ir-ran u"ah, Jasa
Konstruksi diatur mengenai struktur usaha
pasar Jasa Konstruksi; persyaratan Jasa Konstruksi, segmentasi
usaha Jasa Konstruksi; badan usaha
Jasa Konstruksi dan ^ r""hr, perseorangan Jasa
pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi asing;
Konstniksi yakni u".rr. penyediaan
Bangunan; dan pengembangan usaha u".t
selanjutnya Undang-U".du.rg ini "i.rr3utan.
juga mengatur mengenai
_
penyelenggaraan Jasa Kon-struksi lang r".rirr"t penyerenggaraan
Jasa Konstruksi d.l penyelenggaraan Usaha penyediaan usaha
Penyelenggaraan usaha-.lasa xoristrut Bangunan.
o a"p"t dikerjakan sendiri atau
melalui pengikatan Jasa Kontruksi, seaarrgtian
Penvediaan Bangunan dapat dikerjaka" penyerenggaraan usaha
penyediaan bangunan. pentingnya pemenuhan;;;;i.i atau *"rH;l- perjanjian
Keselamatan, Kesehatan, dan Klberranjutan standar Keamanan,
xonstruksi oreh pengguna
Jasa dimaksudian untuk *"r,".g.r,
*ui-"tY;##:fdia t.4rai.,y"
Penguatan sumber daya manusia Jasa
menghadapi persaingan global membutuhkan Konstruksi daram rangka
Undang-Undang penguatan secara regulasi.
mJngatur
.ini kon"struksi;mengenai klasifikasi
-tcompetensidan kualifikasi;
pelatihan tenaga kerja
seitifitcasi kerja; registrasi
pengalaman profesional; upah tenaga
tenaga kerja konstruksi asing serta
kerja konstruksi; dan pengaturan
tanggung jawab profesi.
Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pemerintah
melakukan pembinaai yang pusat
mencakup
penyelenggaran kebijakanl pemantauan penetapan kebijakan,
penyelenggaraan pemberd ayaan dan evaruasi, serta
lerhadap pemerintah Daerah. selain itu
diatur tentang pendanau-i, p"iu.po."r, d;
menyediakan data dan informasi y.rg pengawasannya. Untuk
dan terintegrasi dibentuk
"r."iui
Jasa Konstruk"I y.r,j ierintegrasi
;:flr*,il,"j;Titl",:-asi dai- aLeror, or.r,

Untuk
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Untuk mengakomodasi partisipasi masyarakat
penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pemerintah pusat daram
mengikutsertakan dapat
masyarakat Jasa Konstruksi dalam r.r.rry"l..rggarakan
sebagian kewenangan Pemerintah Pusat di bidang Jasa
Konstruksi
dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk ole"h vtenteri, yang yang
unsurnya ditetapkan seterah mendapat persetujuan -dari unsur- Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
Dalam hal terjadi sengketa antar para pihak, undang-undang
mengedepankan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai ini
Terhadap pelanggaran administratif dalam Undang-urirrrg femufakatan.
sanksi administratif , sedangkan iri dikenai
undang-Undang ini mengatur bahwa -untuk menghind".T k.ko"oig1 hukum
lembagf y"rg dibentuk berdasarkan
peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Ntmor 1g
menjalankan tugas sertifikasi dan -registrasi terhadap
rahun rggg tetap
badan usaha dan
tenaga kerja konstruksi sampai terbentuknya iembaga yang
dalam Undang-Undang ini. dimaksud

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
yang dimaksud dengan "asas kejujuran
dan keadilan,, adalah
bahwa kesadaran fungsinya dalam p.ry"t".rggaraan
?k?"serta -bertanggung
tertib Jasa Konstruksi jawau memenuhi
berbagai kewajiban guna memperotefr framla.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "asas manfaat,, adarah
bahwa segara
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan berlandaskan
pada prinsip profesionaritas daram kemampuan
jawab, efisiensi dan efektivitas dan tanggung
yang dapat menjamin.
terwujudnya nilai tambah yang optimar ulgi pa';; pihak
daram
- bagi kepentingan
fll:1."ggaraan Jasa Konsiruksi dan
nasional.
Huruf c
Yang dimaksud dengan "asas kesetaraan,, adalah bahwa
kegiatan Jasa Konstruksi harus dilaksanakan dengan
memperhatikan kesetaraan hubungan kerja antara pengguna
Jasa dan penyedia Jasa.

Huruf d
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Huruf d
Yang dimaksud. dengan "asas keserasian,, adalah
harmoni dalam interaksi bahwa
pengguna
antara dan penyedia
Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Jasa
Konstruksi yang
berwawasan -rlntuk
lingkungan menghasilkan produk yang
berkualitas dan bermanfaat tinggi.

Huruf e
Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan,,
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus adarah bahwa
l".t.rra.skan
prinsip yang menjamin terwujudnya keseimbangan fu;
kemampuan penyedia Jasa dan ueuan t.f antara
..ry..
Jasa dalam menetapkan penyedia Jasa *;Jrb;.matuhi
pengguna
ini, untuk menj1li1 terpililinya penyedia Jasa yang asas
sesuai, dan di sisi rain dapat mlmberil."" p"r*ng paling
yang proporsional dalam kesempatan kerja p;d;- pemerataan
Jasa. i;;;;;;
Huruf f
Yang dimaksud dengan "asas profesionalitas,,
penyelenggaraan Jasa Konstruksi merupakan adarah bahwa
yang menjunjung tinggi nilai profesionalisme. kegiatan profesi

Huruf g
Yang dimaksud dengan "asas kemandirian,,
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukanadalah bahwa
mengoptimalkan sumber daya nasional di dengan
Konstruksi. bidang Jasa

Huruf h
Yang dimaksud dengan "asas keterbukaan,,
ketersediaan infor-r.i adarah bahwa
p"r. pihak sehingga
dapat diakses
terwujudnya transparanii daramor"rr
Konstruksi ya:g 'p."i.-r.rrggaraan
pihak
Jasa
.memungkinkan O;;---
melaksanakan kewajiba.,rryu secara optimal, dapat
kepastian akan haknya, au. merakukan memperoreh
dapat
koreksi sehingga
dihindari adanya-kekurangan dan penyimpangan.
Huruf i
Yang dimaksud dengan ,,asas kemitraan"
hubungan kerja pa; pihak yang bersi.fatadalah bahwa
harmonis, terbuka, dan sinergis. timbal balik,

Huruf j
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Huruf j
Yang dimaksud dengan "asas keamanan dan keseramatan,,
adalah bahwa terpenuhinya tertib p..ry.t..rggaraan
Jasa
Konstruksi, keamanan ringkungan dan iceserairatan kerja,
serta pemanfaatan hasil Jasa Konstruksi dengan t.t#
memperhatikan kepentingan umum.

Huruf k
Yang dimaksud dengan "asas kebebasan,, adaiah
bahwa daram
penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdapat
kebetasan
berkontrak antara penyedia Jasa dan plngguna
gan ketentuan peraturan perundang_undaln gan.
Jasa sesuai
_den
Huruf I
Yang dimaksud dengan "asas pembangunan berkelanjutan,,
adalah bahwa penyelenggaraan Jasa Konstruksi
dengan memikirkan -dampak yang ditimburkan dilaksanakan
lingkungan yang tedaga pada
terus menerus menyangkut
"."u-.,
aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya.

Huruf m
Yang dimaksud dengan "wawasan lingkungan,,
adarah bahwa
penyelenggaraan Jasa Konstruk.i "
-."*p.rhatikan dan
mengutamakan pelindungan dan pemerihair.r"r
hidup. ringkungan

Pasal 3
Huruf a
Jasa Konstruksi mempunyai peranan penting dan
strategis
dalam sistem pembangr-.r, 'nasional, untrlt mendukung
berbagai bidang kehidupan masyarakat dan
menumbuhkembangkan berbagai industri blrang
yang diperlukan dalam penyeleiggaraan pekerjaan dan jasa
Konstruksi.
Huruf b
Salah yt, upaya untuk menjamin kesetaraan
kedudukan
antara Pengguna Jasa dan penyedia Jasa dilakur..r,
menertibkan penerapan norma, standar, prosedur, a."g.r,
termasuk penerapan dokumen pererangan dan dan kriteria
kontrak standar. dokumen

Huruf c
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -

Huruf c
Partisipasi masyarakat meliputi partisipasi baik yang bersifat
langsung sebagai penyedia L""",- eenglrrna Jasa, misyarakat
Jasa Konstruksi, dan pemanfaat hasll penyerenggrr"J, Jasa
Konstruksi, maupun partisipasl yang bersiiat ti;;k 1"rrg"rr.rg
sebagai warga negara yang berkewajlb"n turut melaksanakan
pengawasan untuk menegakkan ketertiban penyelenggaraan
Jasa Konstruksi dan merindungi kepentingan umum.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "kenyamanan ringkungan terbangun,,
adalah suatu-kondisi bangunan sebagai hasil p-enyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang dapat dimanfaJtkan sesuai dengan
yang
direncanakan.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas

Pasal 4
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan "masyarakat Jasa Konstruksi,,
adalah bagian dari masyaiakat yang
-L*purryd
kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan
dengan Jasa Konstruksi antia iain asoslasi perusahaan,
asosiasi profesi, pengguna jasa, perguruan tinggi, pakar,
pelaku rantai pasok, dan pemerhati tonstruksi]'

Huruf g
PRES IDEN
REPUBLI}( INDONESIA
-8-
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "menteri teknis terkait" adalah menteri
lain yang memiliki keterkaitan dengan bidang Jasa Konstruksi.

Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud dengan "rarttai pasok Jasa Konstruksi"
adalah alur kegiatan produksi dan distribusi material,
peralatan, dan teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi.

Huruf e
Cukup jelas

Huruf f
Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Huruf h
Cukup jelas

Huruf i
Cukup jelas

Huruf j
Cukup jelas

Huruf k
Cukup jelas

Huruf I
FRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -

Huruf I
Cukup jelas

Huruf m
Cukup jelas.

Huruf n
Cukup jelas

Huruf o
Cukup jelas

Huruf p
Cukup jeias

Huruf q
Cukup jelas,

Huruf r
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat @)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan
percontohan antara lain pemberian pelatih"an bagi
penerapan teknologi, metode, dan standar kompetenri
baru.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
PRES I DEN
REPUBLII( INDONESIA
-10-
Huruf e
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompieksitas dari jenis layaian
profesional, biaya, risiko, dan t&nologi dari
penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang terkaii dengan
hasil layanan profesional, dan/atau hlrga pasar yang
berlaku di provinsi tempat diserenggrrik"rrrry" i""f
Konstruksi.

Huruf f
Cukup jelas

Huruf g
Cukup jelas

Huruf h
Cukup jelas.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j
Cukup jelas.

Huruf k
Cukup jelas.

Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
Teknologi prioritas meliputi:
1) teknologi sederhana tepat guna dan padat karya;
2) teknologi yang berkaitan dengan posisi geografis
Indonesia;
3) teknologi konstruksi berkelanjutan;
4) teknologi material baru yang berpotensi tinggi di
Indonesia; dan
5) teknologi dan manajemen pemeliharaan aset
infrastruktur.

Huruf d
PRES IDEN
REPUBLIK INIDONESIA
- 11-

Huruf d
Cukup jelas

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Cukup jelas.

Huruf g
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas

Ayat (8)
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas

Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 1 1

Cukup jelas.

Pasal 12
Huruf a
Cukup jetas.

Huruf b
Cukup jelas

Huruf c
PRES IDEN
REFUBLIK INIDONESIA
_t2_
Huruf c
Pekerjaan Konstruksi terintegrasi merupakan gabungan antara
Pekerjaan Konstruksi dan jasa Konsultansi l(oistrukii.

Pasa1 13
Ayat (1)
Huruf a
Usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum
harus memenuhi kriteria yang mampu memberikan jasa
konsultansi secara utuh yang menghasilkan dokumen
pengkajian, perencanaan, perancangan, dan
pengawasan.
Huruf b
usaha jasa Konsurtansi Konstrurcsi yang bersifat
spesialis harus memenuhi kriteria yang mampu
melaksanakan bagian tertentu dari proses konsultansi
yang menghasilkan dokumen pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan/atau manajemen
penyelenggaraan konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum harus
memenuhi kriteria yang mampu mengerjakan bangunan
konstruksi atau bentuk fisik iain, .,'..itri dari penyiapan
lahan sampai dengan penyerahan aknir atau
berfungsinya ban gunan.

Huruf b
Usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesiaris harus
memenuhi kriteria yalg mampu mengerjakan bagian
tertentu dari bangunan konstruksi atau Grrt t fisik lain.

Ayat (2)
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_13_
Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup je1as.

Ayat (a)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Huruf a
Pekerjaan Konstruksi rancang bangun
menunjukkan
integrasi penyediaan jasa antara pekerjaan
dengan Konsultansi Ktnstruksi yang Konstruksi
mencakup seruruh
aspek penyelenggaraan Jasa Konslruksi,
mencakup'pro tetapi tidak
ses pengadaan.

Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 16
Perubahan produk konstruksi yang berraku secara
internasional,krasifikasi
dan perkembang"" i"f"rr.., usaha Jasa
Konstruksi
antara lain perubahan skerna t t."inu"i-subkiasifikasi-produk
berdasarkan Krasifikasi L"g";;;; usaha Indonesia (KBLI)
dan/atau central Productg"Ly ctassificat?oi" (cpc) untuk klasifikasi
usaha pekerjaan Konstruksi..

Pasal 17
Ayat (1)
Dukungan rantai pasok sumber daya
diserenggarakan -rienjamin
daram rangka kontruksi
keberlanjutan pasokan sumbe] daya klcukupan dan
ko.rstruksi.
Usaha rantai pasok sumber daya
pemasok bahan bangunan, usaha konstruksi antara iain usaha
konstruksi, usaha pemasok teknologi p"-""ol* peraratan
pemasok sumber daya manusia. konstruksi, dan usaha

Ayat (2)
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-74-
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Yang dimaksud dengan "usaha orang perseoran garf
yang dilakukan rangsung oreh o.rr! tersebut adalah usaha
badan usaha.
I"rpu membentuk
Pasal 20
Ayat (1)
Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan
usaha Jasa suatu
Konstruksi dalam melaksanakan Jasa Konstruksi
pada saat yang bersamaan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat g)
Cukup jelas

Pasal 2 1
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal24
Ayat (1)
Kebijakan khusus dimaksudkan untuk mengembangkan
usaha Jasa Konstruksi. dan tenaga kerli konst?uksibadan
berdomisili yang
di provinsi dengan t.t"p mengedepankan prinsip
persaingan sehat.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 25 . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_15_
Pasal 25
Cukup jelas

Pasal 26
Cukup jelas

Pasal 27
Cukup jelas

Pasal 28
Cukup jelas

Pasal 29
Cukup jelas.

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
sertifikasi oleh Menteri merupakan proses
pemberian sertifikat
atas penilaian untuk *..rdrp.tkan p.rrg.t ru, terhadap
klasifikasi dan kuarifikasi
atas kemampuan badan usaha di
bidang Jasa Konstruksi.
Registrasi oleh Menteri merupakan pendataan
sertifikat badan usaha aaam rangka pembinaandan pencatatan
Konstruksi. Jasa

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (a)
Yang dimaksud dengan "sertifikasi Badan
proses pemberian sertifikat atas penilaian usaha,, adarah
pengakuan terhadap klasifikasi untuk mendafatkan
;;; kuarifikasi atas
kemampuan .badan usaha di bidang .1u""-xorrstruksi
penyetaraan badan usaha Jasa Konitruksi termasuk
asing.
Pengajuan permohonan sertifikasi Badan
lembaga sertifikasi Usaha kepada
badan usaha dilakukan tanpa menghambat
proses pemohonan dan dengan tujuan
agar proses Sertifikasi
Badan Usaha dijangkau oleh "badan usaha Jasa
Konstruksi yang i"plt
beidomisifi aI f."U"p"t." /kota.

Ayat (5)
IsRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
_16_

Ayat (5)
Persyaratan akreditasi asosiasi badan usaha ditetapkan
dengan mempertimbangkan kategori asosiasi sesuai anggaran
dasar/anggaran rumah tangga yang meliputi
bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang
""o"i""r'yang
memiliki
cabang atau tidak memiliki cabang.

Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b
Pemberdayaan kepada anggota antara rain dilakukan
melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, diseminasi,
dan sosialisasi yang terkait dengan usaha Jasa
Konstruksi.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengaraman usaha,, adarah
pengalaman penyedia
sebagai .Jasa atau subpenyedia Jasa,
termasuk pengalaman sebagai penyedia Jasa-daLm ."rrgr."
kerja, sama operasi, baik di dalam negeri maupun di ruar
negeri.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat ft)
PRES I DEN
REFUELIK INDONESIA
-17-

Ayat g)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Cukup jelas

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
yang dimaksud dengan "tanggung
renteng,, adarah
operasi yang dimurai saat mingikuti" p.oses kerja sama
pemilihan,
pelaksanaan, sampai dengan p.rrg"khirr, pekerjaan
konstruksi secara bersama-."*" dan secara sendiri-sendiri
dengan tanggung jawab yang sama kepada p.rrggr.,rra jasa.

Pasal 34
Cukup jelas.

Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.

Pasal 37
Ayat (1)
Yang.dimaksud dengan "pengembangan usaha
berkeranju.tan,,
adalah upaya terus-menerus yang dil^krrk.n untuk
menjaga
atau meningkatkan kemampuan badan usaha, sehingga
usaha tersebut tetap mampu meraksanakan peke4aan badan
dengan sertifikat badan usaha yang dimilikinyu. ----'- sesuai

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat ft)
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_18_
Ayat (a)
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri
merupakan kegiatan yang pekerjaannya "dir"rr"r.rrakan,
dikerjakan, dan/atau diawasi- ot.ft kementerian,
"..rdiri p".r"rrggrrrg
lembaga, dinas, atau instansi sebagai jawab
anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atair" kilompok
masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan
-l_ner:anjian penyediaan bangunan,,
adalah perjanjian yang ailat<utcan ,.rrir.rr. pemilik dan/atau
penanggung jawqb bangunan dengan pemilik
pengembang untuk mewujudt* bangunan yang
modal atau
dana investasi -usaha dibiayai dengan
badan aaiTatau masyarakat. yang
termasuk perjanjian penyediaan
pedanjian 9d*
bangunan antara lain
kerjasama antara pemerintah dengan badan usaha,
perjanjian kerjasama antara pengembang dengan
badan usaha
Jasa Kon-struksi, yang pernbaya.rrrn!, dilakukan merarui
pengembalian investasi daram tenggang waktu yang
Ji..f.mti.
Ayat @)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud d.engan ,,badan,, adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi p.r""ro.rr te-rbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama
dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, f.8p.r""i, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan,-yay"*"'.r, organisasi
massa, organisasi sosiar poritik, atau -organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak
investasi, kolektif dan bentuk usahl Letap.

Ayat (3)
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
_19_

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "dipertanggungiawabkan secara
keilmuan" adalah- diperianggungiawau[In s"r.i
sudah ada dan/atau -- kaidah yang
prinsip-- atau teori
".irui
pertanggungiawaban yang dikembangkan
sesuai dengan iil;
pengetahuan.
Kaidah daram pengikatan hubungan kerja
Jasa
antara rain teknik dan kesellmatan Konstruksi
.
meliputi bangunan,
keuangan, kontrak, manajemen. prinsip
hubungan kerja Jasa 13" pengikatan
Konstruksi berraku untut< pengikatan
yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah Daerah,
BUMN, BUMD maupun Swasta.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "prakualifikasi"
adalah proses penilaian
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan
badan usaha sebelum pemasukan dokume" p;;;;;;.r. terhadap

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "katarog,, adarah informasi
yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, tingtcai-komponen
dalam negeri, produk dalam.negeri, produk
SNI, produk hijau,
negara asal, harga, penyedia, da, informasi
barang atau jasa tertentu.
i"i""y" terkait
Ayat (a)
Huruf a
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi daram keadaan
dapat dilakukan tidak hanya untuk bangunan darurat
bersifat sementara namun dapat juga untuf, yang
yang bangunan
bersifat permanen.
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas

Huruf e
Cukup jelas

Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompreksitas dari jenis t"y.ir,
profesional, biaya, risiko, dan teknologi dari p.r..4".r,
konstruksi yangterkait dengan hasil l{ranan profesional,
dan/atau harga pasar yang berlaku di
diselenggarakannya Jasa Iionslruksi. frovinsi tempat
Pengguna Jasa menjamin bahwa penyedia jasa yang
melaksanakan layanan jasa konsultasi-mJnerapkan
Standar
Remunerasi Minimal.

Ayar (3)
Cukup jelas.
Pasal 44
Yang dimaksud dengan "penyedia Jasa yang terafitiasi,,
Penyedia Jasa yang memiliki suatu hubungan/pertarian adarah
pihak pengguna Jasa karena: dengan
a. hubungan kekerabatan/kekeluargaan karena perkawinan
keturunan sampai derajat kedua 6aik secara hirizontal dan
vertikal; atau maupun
b. hubungan usaha d.an/atau hubungan kerja, atau pihak yang
mempengaruhi pengel0raan perusahaan pengguna
.lasa.
Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-21 -
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan
kebutuhan untuk mengakomodasi bentuk-bentuk Kontrak
Kerja Konstruksi yang beikembang di *""y"r.t"1.--
Bentuk kontrak mengikuti d.etiuery sgstem penyerenggaraan
konstruksi yaitu antara rain: rancang-penawaran_bangun
(design-bid-build); rancang-bangun (design-buitd);
perekayasaan-pengadaan-peraksanaan
@ngineering-
procurement-constntction); manajemen konstruksi;
kemitraan. serain d.e.riuery d;
-dun
"g"i"*, bentuk kontrak juga
mengikuti sistem pembayair..r sistem perlritungan hasir
pekedaan. Sistem pembayaran jasa mencakup
muka, progress, milestone, dan turnkey. sedangt<an antara lain: di
perhitungan hasil pekery'aan mencakup Lntara sistem
harga satuan, gabungan harga rumsum dan harga tain: tumsum,
presentase nilai, cost reimbursable, d,an target satuan,
cost.
Pasal 47
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ,'identitas para pihak,,
nama, alamat, adalah
kewarganegaraan, wewenang
- domisili.
penandatanganan, dan

Huruf b
Lingkup kerja meliputi hal_hal berikut:
1) Volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang
harus dilaksanakan- termasuk vorume pekerjaan
tambah atau kurang. Dalam mengadakan perubahan
volume pekerjaan, perlu ditetapkan^ besaran
perubahan volume yang tidak memerlukan
persetujuan para pihak terlebih dahulu.
Bagi pekerjaan perencanaan dan pengawasan,
lngkun pekerjaan dapat berupa f"iorrr, hasil
Pekerjaan Konstruksi ' ya.r;'
dipertanggungjawabkan yang merupakan wqjib hasil
kemajuan pekerjaan yang ditriangk"" a;l.L
bentuk
dokumen tertulis.

2) Persyaratan
FRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
2) Persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus
dipenuhi oleh para pihak dalam m"rrg^daka,
interaksi.
3) Persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang
wajib dipenuhi oleh penyedia Jasa.
4) Pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk
perlindungan antara iain untuk pelaksanaan
pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat. perlindungan tersebut
dapat berupa antara lain asuransi atau jaminan yang
diterbitkan oleh bank atau lembaga bukan bank.
5) Laporan hasil pekerjaan Konstruksi dan/atau
Konsultansi Konstruksi, yakni hasil kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen
tertulis.
Nilai pekerjaan, yakni jumiah besaran biaya yang akan
diterima oleh Penyedia Jasa untuk - pelaksanaan
keseluruhan lingkup pekerjaan.
Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaik4n keseluruhan lingkup pekedaan termasuk
masa pemeliharaan.

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Yang dimaksud dengan "informasi" adalah dokumen yang
lengkap dan benar yang harus d.isediakan penggurr" i""f
bagi Penyedia Jasa agar dapat melakukan--pekerjaan
sesuai dengan tugas dan kewajibannya.
Dokumen tersebut, antara lain meliputi izin mendirikan
bangunan dan dokumen penyeiahan penggunaan
lapangan untuk bangunan beserta fasilitasnya.

Huruf e
Cukup jelas.

Huruf f
Pembayaran dapat dilaksanakan secara berkala, atau
atas dasar persentase tingkat kemajuan pelaksanaan
pekerjaan, atau cara pembayaran yang dilakukan
sekaligus setelah proyek selesai.

Huruf g
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
Huruf g
Yang dimaksud dengan "wanprestasi" adalah suatu
keadaan apabila sarah satu pihak dalam Kontrak Kerja
Konstruksi:
1) tidak melakukan apa yang diperjanjikan; dan/atau
2) melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak
sesuai dengan yang diperjanjikan; dan
/ataw
3) melakukan apa yang dipedanjikan, tetapi terlambat;
danf atau
4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukannya.
Tanggung jawab antara rain berupa pembbrian
kompensasi, penggantian biaya dan/atau perpanjangan
waktu, perbaikan atau peraksanaan -ulang " hlsit
pekerjaan yang tidak .seiuai dengan apa yang
diperjanjikan, atau pemberian ganti rugil
Huruf h
Penyelesaian perserisihan memuat ketentuan tentang
tatacara penyeresaian perselisihan yang diakibatkai
antara lain oreh ketidaksepakatan dalam f,al peng"rti"",
penafsiran, atau peraksanaan berbagai ketentuan
dalam
Kontrak Kerja Konstruksi serta keten-tuan tentang tempat
dan cara penyelesaian.
Penyelesaian perselisihan ditempuh melalui antara lain
musyawarah, mediasi, arbitrase, ataupun pengadilan.

Huruf i
Cukup jelas.

Huruf j
Keadaan memaksa mencakup:
1) keadaan memaksa yang bersifat mutrak (absorut)
yakni _bahwa para pihak tidak, mungkin
melaksanakan hak dan kewajibannya;dan
2) keadaanmemaksa yang bersifat tidak mutrak (relatif),
yakni bahwa para pihak masih dimungkinkan untuii
melaksanakan hak dan kewajibannya.
Risiko yang diakibatkan oreh keadaan memaksa dapat
diperjanjikan oleh para pihak, antara lain melalui
lembaga pertanggungan (asuransi).

Huruf k
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
Huruf k
Cukup jelas.

Huruf I
Pelindungan pekerja disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang_undangan yang mengatur
mengenai keselamatan dan kesehaian kerja, "serta
jaminan sosial tenaga keda.

Huruf m
Pelindungan terhadap pihak ketiga berraku selama masa
pertanggungan.

Huruf n
Aspek lingkungan meliputi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan lingkungan hidup.

Huruf o
Jaminan akibat dari Kegagalan Bangunan tidak harus
berbentuk jaminan terkait rangsung dengan keuangan.

Huruf p
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "insentif' adarah penghargaan yang
diberikan kepada Penyedia Jasa atas prestasinya, antara lain,
kemampuan menye-lesaikan pekerjaan lebih "awar daripada
yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu
dengan
yang dipersyaratkan. Insentif dapal 6..rrp" uang
"""u"iataupun
bentuk lainnya.
Pasal 48
Yang dimaksud "kekayaan intelektual" adalah
perencana konstruksi dalam guatu pelaksanaan hasil inovasi
Konstruksi baik bentuk hasil akhir p.i.rr"".raan danKontrak Kerja
bagiannya yang kepemilikannya dapat diperjanjikan. t/atau
- bagian

Penggunaan hak atas kekayaan intelektual yang telah


terdaftar harus
dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan.
Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
PRES IDENI
REPUBLIK INDONESIA
-25-
Pasal 50
Cukup jelas

Pasal 51
Cukup jelas

Pasal 52
Cukup jelas

Pasal 53
Ayat (1)
Pengikutsertaan subpenyedia Jasa dibatasi oreh adanya
tuntutan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan
ditempuh merarui mekanisme subkontrak, ae.,gan tidak
mengurangi tanggung jawab penyedia Jasa ierhadap
seruruh
hasil pekerjaannya.
Pengikutsertaan subpenyedia Jasa bertujuan memberikan
pelua,g b?gi subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian
spesifik melalui mekanisme keterkaitan deng"r, e..,y"dia
Jasa.
Yang dimaksud dengan "pekerjaan utama,, adarah rangkaian
kegiatan dalam suatu penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang
memiliki tingkat risiko terbisar dalam mengakibatkan
terj adinya ke terrambatan penyere saian Jasa
Konstruksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ,.pekedaan penunjang,, adalah
rangkaian kegiatan daiam - penyelenig"i"r, Jasa
"r"i,
Konstruksi yang bukan merupakan trgi.., i"'ri pekerjaan
utama.

Ayat (a)
Hak subpenyedia Jasa, antara lain adalah hak untuk
menerima pembayaran secara tepat waktu dan
tepat jumlah
yang harus dijamin oreh penyedia Jasa. Daram har ini
Pengguna Jasa mempunyai kewajiban untuk memantau
pelaksanaan pemenuhan hak subpenyedia jasa oleh penyedia
Jasa.
Hak dan kewajiban penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa
memuat tanggung jawab atas biaya konstruksi yang
-.
dilaksanakan oleh Subpenyedia Jasa

Pasal 54
PRES IDEI'.I
REPUBLIK INDONESIA
-26-
Pasal 54
Cukup jelas

Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Yang dimaksud dengan "komitmen atas pengusahaan
produk Jasa Konstruksi" adalah janji p"*u.y.ran
dalam
tyrT._waktu yans disepakati ["a"" b.i;i'l*,* a..,
dibuktikan secara tertulis dari pemitit, -p.rrgrr..,
danf ata.o pengembang bangunan kepaaa renyldia
Jasa
ata-s pembayaran Jasa Konstruksi yang dilakukan
-
melalui pola bagi hasil pengusahaan ban"gr.ri, tersebut.
Ayat (a)
Yang dimaksud dengan "dokumen lain,, antara lain jaminan
dalam bentuk barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

Ayat (s)
Cukup jeias.
Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57
Ayat (1)
Jaminan ini hanya beriaku bagi penyedia Jasa
utama, yaitu
Penyedia Jasa yang rangsung rietat<ut<an pengikatan
dengan pengguna Jasa. kontrak

Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan ,Jaminan
jaminan yang diberikan peserta penawaran,, adaiah
pem,ihan kepada
kefomnok kerja unit ,aya.r", p.rgadaan sebelum
batas
akhir pemasukan penawaran.

Huruf b
trRES I DEN
REPUBLIK INDONIESIA
-27 -

Huruf b
Yang dimaksud dengan 'Jaminan pelaksan aarf' adarah
jaminan bahwa penyedia Jasa at a, menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan Kontiak Kerja
Konstruksi.

Huruf c
Yang dimaksud dengan "jaminan uang muka,, adarah
jaminan yang diberikan penyedia Jasa kepada pengguna
Jasa sebelum penyedia Jasa menerima uang muka ,"t rt
memulai Pekedaan Konstruksi.

Huruf d
Yang dimaksud dengan 'Jaminan pemeriharaan,, adarah
jaminan yang diberikan penyedia JLsa kepada pengguna
Jasa selama masa pertanggungan yaitu waktu
penyerahan pertama kalinya hasil akhir pekedaan "rit..u.
dan
penyerahan kedua kalinya hasil akhir pekerjaan.

Huruf e
Yang dimaksud dengan 'Jaminan sanggah banding,,
adalah jaminan yang harus diserahkro-ot"r, penyedi"a
Jasa yang akan melakukan sanggah banding.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Yang dimaksud de.ngan "perjanjian terikat,, (surety bond.)adalah
asuransi penjaminan antara penjamin 'dengin peiaksana
pekerjaan. Penjamin akan menjamin pelaksana-pet<e4aan
atas
pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan pemilit< proyek
kepada pelaksana p.t.4aan. Asuransi penjaminan ini
biasanya dikeluarkan oreh perusahaan asurarrsi ke.ugian.
Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 58
Cukup jelas

Pasal 59
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-28-

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud "penilai ahli" adalah penilai ahii di bidang
konstruksi. Penetapan Kegagalan Bangrr.r, oleh penilai ahfi
dimaksudkan untuk menjaga objektivitlas dalam penilaian dan
penetapan suatu kegagalan.

Ayat (3)
Penilai ahli dapat terdiri atas orang perseorangan, atau
kelompok orang atau lembaga.

Ayat (a)
Cukup jelas.

Pasal 6 1
Cukup jelas.

Pasal 62
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pihak berwenang yang terkait,,
antara
lain aparat penegak hukum dan kementerlan/rJmbaga lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas

Pasal 67
FRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
Pasal 67
Cukup jelas

Pasal 68
Ayat (1)
Bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi antara
lain
arsitektur, sipil, mekanikar, tata ringkungan, dan manajemen
pelaKsanaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.

Pasal 69
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat g)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "diregistrasi,, adarah proses
pencatatan
untuk pangkalan data lembaga pendidika" a""-p.iatihan
dalam rangka pengemb"rg"rrl..raga kerja t orrstrut kerja
si.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Tenaga kerja konstruksi yang wajib memiliki
kompetensi adarah tenaga r...:" konstruksi yang sertifikat
jabalan kerja sebagai opiator, i.t rri"i memiliki
atau anaris, dan/atau
ahli.

Ayat (2)
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_30_

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Persyaratan asosiasi profesi ditetapkan dengan
mempertimbangkan antara lain kategori asosiasi sesuai
anggaran dasar/anggaran rumah tangga, yang meriputi
asosiasi yang bersifat umum atau khusus serta asosiasi yang
memiliki cabang atau tidak memiliki cabang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "tanda daftar pengalaman profesional,,
adalah dokumen yang memuat dan menj;i;;k"" pengaraman
tenaga kerja konstruksi yang telah didaitarkan
secara resmi
kepada Menteri.

Ayat (3)
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
- 31 -

Ayat (3)
Cukup jelas

Ayat (4)
Cukup jelas

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal T4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pemberi kerja" adarah badan
yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi asing hukum
dengan
membayar upah atau imbalan.

Yang dimaksud dengan "rencana penggunaan tenaga


asing" adalah rencana penggunaan tenaga keda ,"iig kerja
pada
jabatan tertentu yang disahkan oGtr rirenteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan atau pejabat yanL ditunjuk.
Yang dimaksud dengan memperkerjakan tenaga kerja
."izin
asing" adalah izin tertulis yang diblrikan oleh mentEri yang
menyerenggarakan urusan pemerintah di bidang
ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk t.p.a, pemberi
kerja tenaga kerja asing.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan 'Jabatan tertentu,, adarah jabatan
komisaris, direksi, manajer, d"r, ahri tertentu yang ditetapkan
oleh menteri yang menyerenggarakan urusan pemerintahan
bidang ketenagaked aan. di

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Cukup jelas

Ayat (5)
Cukup jelas.

Ayat (6)
Cukup jelas

Ayat (7)
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_32-
Ayat (7)
Cukup jelas.

Pasal 75
Ayat (1)
Tanggung jawab dilaksanakan berdasarkan prinsip keahlian
sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran
intelektuar dalam menjarankan profesinya dengan tetap
mengutamakan kepentingan umum.
Tanggung jawab tenaga kerja konstruksi sesuai dengan
kode
etik masing-masing profesi yang terlibat.
Ayat (2)
Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasil
layanan
Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan metalui mekanisme
penjaminan yakni penjaminan keahlian.

Pasal 76
Ayat (1)
Huruf a
Kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional
ditetapkan secara terstruktur, tegas, dan dapat
menjawab kebutuhan riil di rapaigan. pembinaan
merupakan tugas nega-ra. segala tentut<-pembinaan
Jasa
Konstruksi yang dilakukan memiliki' tujuan untuk
mengembangkan kinerja setiap elemen dan proses
penyelenggaraan daram sistem Jasa Konstruksi
nasional
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
umum dan melindungi masyarakai ,*u*.
Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Pemantauan dan evaruasi dilakukan terhadap efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan kebijakan p."!.*Uangan
Jasa Konstruksi nasional dari serta ana[sls damfak
setiap kebijakan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Jasa Konstruksi daeiah *.rpr.,
nasional
sebagai bahan untuk perbaikan berkeran3utan-tcebijakan
yang sudah berjalan.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
'-oJ-6^

Huruf e
Cukup jelas

Ayat (2)
Huruf a
Pedoman yang diterbitkan oreh gubernur sebagai wakit
Pemerintah pusat hanya bersifit teknis tata laksana
dalam pelaksanaan kebijakan nasional Jasa Konstruksi
di wilayah provinsi.
Perumusan pedoman tersebut d.ilaktrkan dengan tetap
memperhatikan kebijakan pengemb.rgri Jasa
Konstruksi nasional serta ketJntuan " peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemerintah
Daerah.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas

Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Cukup jelas

Pasal 77
Cukup jelas

Pasal 78
Ayat (1)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan
dan beranja Negara
adalah pelaksanaan k-ewenangan pemerintah pusat dan
gubernur sebagai pemerintah pusat.

Ayat (2)
Yang didanai dengan anggaran pendapatan
dan belanja daerah
pelaksanaan kewenangan sub-urusan Jasa Konstuisi yrrrj
diatur dalam ketentuan peraturan-perundang-undangan
mengatur yang
mengenai pemerintahan daerah.

Pasal 79
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-34-
Pasal 79
Cukup jelas

Pasal 80
Cukup jelas

Pasal 81
Cukup jelas

Pasal 82
Cukup jelas

Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas

Huruf b
Data dan informasi yang berkaitan dengan tugas
pembinaan antara lain data tentang berbagai-kebijak"an
dalam pengembangan sumber daya manusia, usahi Jasa
Konstruksi, material dan teknologi ' konstruksi,
penyelenggaraan jasa konstruksi, staniar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan, serta
partisipasi masyarakat.

Huruf c
Data dan informasi yang berkaitan dengan layanan di
bidang Jasa Konstruksi yang dilakukar, Jt.r, masyarakat
Jasa Konstruksi antara rain data hasil sertifikasi dan
registrasi terhadap usaha Jasa Konstruksi dan tenaga
kerja konstruksi.
Ayat (s)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas

Ayat (s)
Cukup jelas

Ayat (6)
PRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
-35-
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat
antara lain registrasi badan usaha .lasa Konstruksl,
bagi asosiasi perusahaan Jasa xonst.uksi akreditasi
dan asosiasi
rantai pasok Jasa Korrstruksi, registrasi p"rrg.i.*.., terkait
usaha, registrasi penilai ahri, meietapkr' p.Irritai badan
teregistrasi dalam har terjadi Kegagat.n ahli yang
bagi asosiasi profesi dan lisensi
ean[-,i;;;, akreditasi
registrasi kerja,
ffii.*u"g;;;ifiiasi profesi,
registrali
.tenaga pengalaman profesionar
tenaga kerja serta lembaga pendidik"n ai., petatirran kerja
bidang konstruksi, penyetaraan tenaga kerja di
membentgf. remb"gu, asing,
- untuk m.r,rk"rrrakan
profesi
".rtifikasi yang belum
tugas sertifikasi-kompetensi.keda
lembaga sertifikasi profesi a"p"t ailakukan
profesi/lembaga pendidikan dan,"il
dibentuk oreh asosiasi
petltifran.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan. "rembaga" adalah
pengembangan Jasa Konstruksi.. rembaga

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Asosiasi tgrt<.arj
.rantai pasok konstruksi antara lain asosiasi
terkait material dan peralatan konstruksi.
Ayat (5)
Dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Republik. r"ao"."i.i
calon pengurus rembaga sebanyak auatut.rrt.ri menyampaikan
pengurus iembaga yang akan diietapkan t<ati ripat tlii
:l*r"r,
oleh Menteri.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (7)
Cukup jelas.

Ayat (8)
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
_36_

Ayat (8)
Cukup jelas.

Ayat (e)
Pengaturan pembentukan lembaga antara lain tata cara
pemilihan pengurus, masa bakti, tugr" pokok dan fungsi,
serta
mekanisme kerja lembaga.

Pasal 85
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Yang dimaksud dengan "forum Jasa Konstruksi,, adalah
media bagi
masyarakat jasa konstruksi untuk menyampaikan aspirasi
pemerintah dan / atau lembaga. kepada

Pasal 88
Ayat (1)
Cukup jelas.
' Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (a)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Yang dimaksud dengan "dewan sengketa,, adarah
dibentuk berdasarkln kesepakatai par;-
tim yang
pengikatan Jasa Konstruksi untuk *.rr".grr. pihak sejak
dan men.";'Ji
sengketa yang terjadi di dalam pelaksan-aan Kontrak
Konstruksi. Kerja

Ayat (6)
Cukup jelas.

Ayat (T)
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.

Pasal 90
PRE S I DEN
REPUBLIK INDONESIA.
-37 -

Pasal 90
Cukup jelas.

Pasal 9 1
Cukup jelas

Pasal 92
Cukup jelas.

Pasal 93
Cukup jelas

Pasal 94
Cukup jelas

Pasal 95
Cukup jelas

Pasal 96
Cukup jelas.

Pasal 97
Cukup jelas

Pasal 98
Cukup jelas.

Pasal 99
Cukup jelas

Pasal 1OO
Cukup jelas

Pasal 101
Cukup jelas

Pasal 1O2
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.

Pasal 104
Cukup jelas.

Pasal 105
FRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
-38-
Pasal 105
Cukup jelas

Pasal 106
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 6018

Anda mungkin juga menyukai