Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 4

1. Chyntia 219114083
2. Raihanaiya Ramadhanty Pitoyo 219114086
3. Benedicta Bellinda Prasanti 219114087
4. Gaby Angela 219114088
5. Aprilia Sopia 219114089
6. Ariolietha Joanna Kintanayu 219114141
7. Gabriela Kinanti Chrisandari 219114142
8. Ananda Winantari 219114150

Karakteristik komunikator yang kompeten


1. Makes reasoned choices
Komunikator yang kompeten, dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam empat
karakteristik yang saling berkaitan:
● Komunikator yang kompeten, dalam berkomunikasi dapat mendekatkan diri
dengan cara yang berbeda, misalnya dia memiliki banyak cara untuk meminta
maaf, ada banyak cara untuk memimpin suatu kelompok, dan memiliki banyak
cara untuk memperkenalkan pidato.
● Komunikator yang kompeten memiliki banyak pilihan yang ada. Misalnya,
komunikator yang kompeten tahu banyak karakteristik yang efektif untuk
menyampaikan permintaan maaf, gaya kepemimpinan yang bervariasi, dan
berbagai cara untuk mengenalkan gaya berpidato.
● Karena situasi komunikasi berbeda dengan situasi komunikasi yang lainnya,
komunikator yang kompeten dapat menilai pilihan yang ada berdasarkan
pengetahuan penelitian serta teori dalam komunikasi, komunikator juga dapat
membuat prediksi yang masuk akal mengenai pilihan yang berhasil dan yang
tidak berhasil. Misalnya, komunikator yang kompeten memiliki pengetahuan
komunikasi yang memungkinkan mereka menilai mengenai berbagai jenis
permintaan maaf, berbagai jenis kepemimpinan, serta perkenalan yang unik dalam
berbagai situasi komunikasi
● Komunikator yang kompeten memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara
interpersonal, dalam kelompok kecil, dan berbicara di depan umum.
2. Thinks critically and mindfully
Keterampilan komunikasi adalah kemampuan dalam berpikir kritis tentang situasi
komunikasi yang sedang dihadapi dan sangat penting dalam kesuksesan sebuah
berkomunikasi. Berpikir kritis disini merupakan pemikiran yang masuk akal, tidak bias
dan menghasilkan orang-orang yang kompeten. Hal tersebut menyebabkan seseorang
menjadi lebih cerdas dalam berpikir dan hati-hati dalam berkomunikasi. Untuk
menerapkan keterampilan dalam komunikasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
● Membuat dan membuat ulang kategori. Kelompokkan hal-hal dengan cara yang
berbeda karena manusia terus berubah dan pengelompokannya juga harus berubah.
Objek, peristiwa, dan orang-orang menjadi kategori yang berbeda, Contohnya peran
pasangan romantis dalam menghadapi anak, orang tua, karyawan, tetangga, dan teman.
● Terbuka untuk informasi dan sudut pandang yang baru. Informasi baru membuat
seseorang dapat mempertimbangkan kembali cara berpikir yang mungkin ketinggalan
zaman.
● tidak mengandalkan kesan pertama. Kesan pertama dapat diselidiki lebih lanjut dan
dapat sewaktu-waktu berubah dan tidak sama dengan kesan pertama.
● Berpikir sebelum bertindak. Terutama dalam situasi sulit misalnya ketika marah, lebih
baik menahan diri dan berhenti sejenak untuk memikirkan sesuatu dengan lebih baik.
Dengan cara ini akan lebih memiliki peluang dalam bertindak dan beraksi dengan lebih
tepat.

3. An effective code switcher


● Code-switching → menggunakan lebih dari satu bahasa dalam sebuah

percakapan. Lebih ke menggunakan gaya bahasa yg berbeda tergantung


situasi.
Cth: kalau bicara dengan dosen dan bicara dengan teman itu pasti gaya bahasanya
berbeda. Dengan dosen menggunakan bahasa baku, dengan teman menggunakan
bahasa informal
● Tujuan code-switching:
- mengidentifikasi dirimu sebagai anggota dari sebuah grup (cara untuk
makin akrab)
- membantu memperjelas apa yg ingin disampaikan; beberapa hal lebih
jelas jika disampaikan dengan gaya bahasa tertentu.
Cth: jika berbicara dengan anak kecil, bicaralah dengan bahasa yang
cocok untuk anak kecil
● Masalah yg muncul dari code-switching:
- Kita bisa dipandang sebagai penyusup (mencoba masuk grup padahal
bukan bagian dari grup)
- Saat kita memakai kode (istilah) yang tidak sesuai di sebuah percakapan.
Cth: kalau memakai istilah twitter dalam percakapan dengan orang yang
tidak memakai twitter, lawan bicara tidak akan mengerti apa yang kita
sampaikan.

● Culturally sensitive
○ Kompetensi dalam berkomunikasi berbeda di masing-masing budaya
(budaya terdiri dari
- Apa yang dihasilkan dan dikembangkan oleh anggota kelompok dalam
sebuah kelompok sosial, misalnya values, beliefs & agama, bahasa, cara
berpikir, hukum, cara berkomunikasi dan cara bertindak)
- Apa yang diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya)
Contoh :
Di Amerika, menghubungi orang yang ingin di ajak nge-date, 3-4 hari
sebelumnya
Di budaya Asia tertentu, perlu menghubungi orang tuanya beberapa
minggu atau bulan sebelumnya
○ Budaya juga menyebabkan perbedaan dalam tingkat kesopanan
■ Dalam peran yang dimiliki oleh pria dan wanita
■ Pesan nonverbal yang digunakan (penggunaan ekspresi wajah, pemilihan
warna, touch, silence, time)
● Ekspresi Wajah : di beberapa budaya, tertawa berlebihan dianggap
adalah respon yang kurang sopan
● Pemilihan warna : untuk menandakan kedukaan kalau di Jawa
menggunakan warna putih, tapi di budaya lain ada yang
menggunakan warna merah, yang mungkin membawa kesan tidak
sopan/ lantang di beberapa budaya
● Touch : salam cium pipi/ hidung di budaya timur adalah hal yang
lumrah, namun hal tersebut jarang ditemukan di Jawa dan
sekitarnya
● Silence : ketika diberitahu,
budaya Jawa >> respon diam >> menghormati
di budaya lain >> respon diam >> tidak menghormati/ tidak peduli
● Time : perlu mengetahui waktu yang tepat untuk menyampaikan
sebuah pesan dan melakukan sesuatu
■ Tipe public speaking (ada budaya yang lebih suka pembicara yang to the
point dan percaya diri, namun ada juga yang lebih suka pembicara yang
tidak langsung dan sederhana)

● Ethical
○ Komunikator yang kompeten dapat membedakan mana perilaku yang bermoral
(etis, baik, dan benar) dan tidak bermoral (tidak etis, buruk, dan salah).
○ Pandangan masyarakat yang masih keliru tentang perilaku beretika:
■ Orang-orang menganggap bahwa perilaku yang benar adalah perilaku
beretika. Padahal tidak semua perilaku yang kita benarkan adalah perilaku
yang beretika. Contoh : seseorang yang mencuri pasti menganggap bahwa
perilaku yang Ia lakukan benar.
■ Perilaku yang legal sering dianggap adalah perilaku yang beretika, padahal
perilaku yang dilegalkan belum tentu termasuk ke dalam perilaku yang
beretika. Contoh: perang termasuk ke dalam suatu perilaku yang legal di
banyak negara, namun perilaku tersebut tidak bisa dianggap sebagai
perilaku yang beretika untuk dilakukan.
■ Orang-orang mendasarkan perilaku yang beretika pada perilaku yang di
setujui banyak orang, padahal perilaku yang disetujui banyak orang tidak
selalu menjadi perilaku yang beretika karena perilaku tersebut belum tentu
benar atau termasuk ke dalam perilaku tidak bermoral. Contoh :
masyarakat menyetujui untuk memukul sampai mati seorang pencuri
(perilaku ini tidak beretika).
■ Masyarakat banyak yang menganggap bahwa perilaku yang
menguntungkan adalah perilaku yang beretika, padahal perilaku yang
menguntungkan banyak orang tidak bisa langsung dikatakan perilaku yang
beretika karena belum tentu perilaku tersebut adalah benar. Contoh:
perilaku mencontek atau kerja sama dengan teman lain di dalam kelas itu
dianggap menguntungkan, padahal perilaku tersebut bukanlah perilaku
yang beretika.
○ Dari beberapa pandangan yang keliru tentang perilaku yang beretika di atas, maka
untuk mewujudkan perilaku yang beretika, seorang komunikator yang kompeten
harus mengetahui dengan benar bahwa perilaku yang beretika itu adalah perilaku
yang sesuai dengan nilai dan norma yang tidak hanya berdasar pada keyakinan
pribadi atau sejumlah masyarakat, namun nilai, norma, dan hukum yang berlaku.

● An effective listener
Kompeten berkomunikasi bukan tentang menjadi pembicara yang baik saja, tetapi
yang lebih penting adalah bagaimana cara kita mendengar. Bukan sekedar mendengar
tetapi harus mendengarkan (Hear vs Listen). Adapun perbedaan dari hear dan listen
adalah:
● Mendengar (Hear): Perilaku mendengar suara tanpa adanya
kesengajaan/keinginan tertentu. Di dalamnya tetap terjadi proses kognitif tetapi
tidak secara kompleks karena tidak ada kepentingan untuk mengolah informasi
yang didapat.
● Mendengarkan (Listen): Perilaku mendengar suara dengan membutuhkan
perhatian (attention) atau sungguh-sungguh. Di dalamnya, terdapat proses
kognitif yang terjadi dengan lebih kompleks seperti pengolahan informasi serta
proses ingatan sensorik agar kedepannya individu dapat menentukan respon yang
tepat. Selain itu, perilaku mendengarkan dilakukan dengan kondisi sadar dan
dengan tujuan tertentu.
Oleh karena itu, mendengar merupakan proses yang paling penting dalam
berkomunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan baik apabila kedua belah
pihak hanya berbicara tanpa ada yang mendengar.

● Media literacy
○ Literasi media dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,
menganalisis dan mengevaluasi pesan media, berinteraksi dengan media,
dan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk membuat pesan media
secara efektif.
○ Literasi media mencakup :
■ Media massa, seperti televisi dan film
■ Media sosial seperti blog, Facebook, dan Twitter.
○ Tujuan literasi media :
■ Literasi media bertujuan untuk memungkinkan kita memahami,
menganalisis dan mengevaluasi pesan dari berbagai media (televisi,
film, musik, radio, papan reklame, iklan, hubungan masyarakat, surat
kabar dan majalah, buku, situs web dan blog, Facebook, Twitter, dan
newsgroup). Alih-alih hanya menerima apa yang media katakan kepada
kita, literasi media mengharuskan kita memahami tujuan pesan media
(dari sudut pandang media) dan mampu menganalisisnya untuk kebenaran
dan keadilan.
■ Literasi media bertujuan untuk memberdayakan kita untuk berinteraksi
dengan media, untuk berkomunikasi kepada media, dan bagaimana kita
dapat mempengaruhi media daripada hanya sebaliknya.
■ Literasi media bertujuan untuk mendidik kita menggunakan sumber
daya yang tersedia untuk membuat pesan media secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai