1. Chyntia 219114083
2. Raihanaiya Ramadhanty Pitoyo 219114086
3. Benedicta Bellinda Prasanti 219114087
4. Gaby Angela 219114088
5. Aprilia Sopia 219114089
6. Ariolietha Joanna Kintanayu 219114141
7. Gabriela Kinanti Chrisandari 219114142
8. Ananda Winantari 219114150
● Culturally sensitive
○ Kompetensi dalam berkomunikasi berbeda di masing-masing budaya
(budaya terdiri dari
- Apa yang dihasilkan dan dikembangkan oleh anggota kelompok dalam
sebuah kelompok sosial, misalnya values, beliefs & agama, bahasa, cara
berpikir, hukum, cara berkomunikasi dan cara bertindak)
- Apa yang diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya)
Contoh :
Di Amerika, menghubungi orang yang ingin di ajak nge-date, 3-4 hari
sebelumnya
Di budaya Asia tertentu, perlu menghubungi orang tuanya beberapa
minggu atau bulan sebelumnya
○ Budaya juga menyebabkan perbedaan dalam tingkat kesopanan
■ Dalam peran yang dimiliki oleh pria dan wanita
■ Pesan nonverbal yang digunakan (penggunaan ekspresi wajah, pemilihan
warna, touch, silence, time)
● Ekspresi Wajah : di beberapa budaya, tertawa berlebihan dianggap
adalah respon yang kurang sopan
● Pemilihan warna : untuk menandakan kedukaan kalau di Jawa
menggunakan warna putih, tapi di budaya lain ada yang
menggunakan warna merah, yang mungkin membawa kesan tidak
sopan/ lantang di beberapa budaya
● Touch : salam cium pipi/ hidung di budaya timur adalah hal yang
lumrah, namun hal tersebut jarang ditemukan di Jawa dan
sekitarnya
● Silence : ketika diberitahu,
budaya Jawa >> respon diam >> menghormati
di budaya lain >> respon diam >> tidak menghormati/ tidak peduli
● Time : perlu mengetahui waktu yang tepat untuk menyampaikan
sebuah pesan dan melakukan sesuatu
■ Tipe public speaking (ada budaya yang lebih suka pembicara yang to the
point dan percaya diri, namun ada juga yang lebih suka pembicara yang
tidak langsung dan sederhana)
● Ethical
○ Komunikator yang kompeten dapat membedakan mana perilaku yang bermoral
(etis, baik, dan benar) dan tidak bermoral (tidak etis, buruk, dan salah).
○ Pandangan masyarakat yang masih keliru tentang perilaku beretika:
■ Orang-orang menganggap bahwa perilaku yang benar adalah perilaku
beretika. Padahal tidak semua perilaku yang kita benarkan adalah perilaku
yang beretika. Contoh : seseorang yang mencuri pasti menganggap bahwa
perilaku yang Ia lakukan benar.
■ Perilaku yang legal sering dianggap adalah perilaku yang beretika, padahal
perilaku yang dilegalkan belum tentu termasuk ke dalam perilaku yang
beretika. Contoh: perang termasuk ke dalam suatu perilaku yang legal di
banyak negara, namun perilaku tersebut tidak bisa dianggap sebagai
perilaku yang beretika untuk dilakukan.
■ Orang-orang mendasarkan perilaku yang beretika pada perilaku yang di
setujui banyak orang, padahal perilaku yang disetujui banyak orang tidak
selalu menjadi perilaku yang beretika karena perilaku tersebut belum tentu
benar atau termasuk ke dalam perilaku tidak bermoral. Contoh :
masyarakat menyetujui untuk memukul sampai mati seorang pencuri
(perilaku ini tidak beretika).
■ Masyarakat banyak yang menganggap bahwa perilaku yang
menguntungkan adalah perilaku yang beretika, padahal perilaku yang
menguntungkan banyak orang tidak bisa langsung dikatakan perilaku yang
beretika karena belum tentu perilaku tersebut adalah benar. Contoh:
perilaku mencontek atau kerja sama dengan teman lain di dalam kelas itu
dianggap menguntungkan, padahal perilaku tersebut bukanlah perilaku
yang beretika.
○ Dari beberapa pandangan yang keliru tentang perilaku yang beretika di atas, maka
untuk mewujudkan perilaku yang beretika, seorang komunikator yang kompeten
harus mengetahui dengan benar bahwa perilaku yang beretika itu adalah perilaku
yang sesuai dengan nilai dan norma yang tidak hanya berdasar pada keyakinan
pribadi atau sejumlah masyarakat, namun nilai, norma, dan hukum yang berlaku.
● An effective listener
Kompeten berkomunikasi bukan tentang menjadi pembicara yang baik saja, tetapi
yang lebih penting adalah bagaimana cara kita mendengar. Bukan sekedar mendengar
tetapi harus mendengarkan (Hear vs Listen). Adapun perbedaan dari hear dan listen
adalah:
● Mendengar (Hear): Perilaku mendengar suara tanpa adanya
kesengajaan/keinginan tertentu. Di dalamnya tetap terjadi proses kognitif tetapi
tidak secara kompleks karena tidak ada kepentingan untuk mengolah informasi
yang didapat.
● Mendengarkan (Listen): Perilaku mendengar suara dengan membutuhkan
perhatian (attention) atau sungguh-sungguh. Di dalamnya, terdapat proses
kognitif yang terjadi dengan lebih kompleks seperti pengolahan informasi serta
proses ingatan sensorik agar kedepannya individu dapat menentukan respon yang
tepat. Selain itu, perilaku mendengarkan dilakukan dengan kondisi sadar dan
dengan tujuan tertentu.
Oleh karena itu, mendengar merupakan proses yang paling penting dalam
berkomunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan baik apabila kedua belah
pihak hanya berbicara tanpa ada yang mendengar.
● Media literacy
○ Literasi media dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami,
menganalisis dan mengevaluasi pesan media, berinteraksi dengan media,
dan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk membuat pesan media
secara efektif.
○ Literasi media mencakup :
■ Media massa, seperti televisi dan film
■ Media sosial seperti blog, Facebook, dan Twitter.
○ Tujuan literasi media :
■ Literasi media bertujuan untuk memungkinkan kita memahami,
menganalisis dan mengevaluasi pesan dari berbagai media (televisi,
film, musik, radio, papan reklame, iklan, hubungan masyarakat, surat
kabar dan majalah, buku, situs web dan blog, Facebook, Twitter, dan
newsgroup). Alih-alih hanya menerima apa yang media katakan kepada
kita, literasi media mengharuskan kita memahami tujuan pesan media
(dari sudut pandang media) dan mampu menganalisisnya untuk kebenaran
dan keadilan.
■ Literasi media bertujuan untuk memberdayakan kita untuk berinteraksi
dengan media, untuk berkomunikasi kepada media, dan bagaimana kita
dapat mempengaruhi media daripada hanya sebaliknya.
■ Literasi media bertujuan untuk mendidik kita menggunakan sumber
daya yang tersedia untuk membuat pesan media secara efektif.