Anda di halaman 1dari 294

06/KP/I/2021-2022

LAPORAN KERJA PRAKTIK

IL - 4098

EVALUASI OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN SISTEM PLAMBING AIR


BERSIH, AIR BUANGAN, VENT, SISTEM PENYALURAN AIR HUJAN, DAN
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN DI APARTEMEN ATRIA RESIDENCE
GADING SERPONG

Disusun oleh:

Joshua Nathan

15718018

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK


IL - 4098

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Joshua Nathan

NIM : 15718018

Tempat KP : Atria Residence Gading Serpong

Periode KP : 21 Juni 2021 – 31 Juli 2021

Telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (IL-4098) yang berjudul “Evaluasi


Operasional dan Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih, Air Buangan, Vent, Sistem
Penyaluran Air Hujan, dan Sistem Pemadam Kebakaran di Apartemen Atria Residence
Gading Serpong”, untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Kerja Praktek (IL-
4098).

Bandung, 22 Juni 2022

Diperiksa dan Disetujui,

Koordinator Dosen Pembimbing


Kerja Praktik IL-4098 Kerja Praktik IL-4098

Teddy Tedjakusuma, S.T., M.T., Ph.D. Ahmad Soleh Setiyawan, S.T., M.T., Ph.D.
NIP. 197101151998021001 NIP. 198403182012121000
ABSTRAK

Atria Residence merupakan gedung komersial yang terdiri dari hotel dan apartemen yang
operasional dan pemeliharaannya dikelola oleh PT. Parador Property Management. Untuk
menunjang operasional dan pemeliharaan gedung tersebut, diperlukan sistem plambing yang
dikelola sesuai dengan berbagai standar kriteria beserta SOP yang berlaku sehingga secara
periodik perlu dievaluasi. Tujuan kerja praktik ini adalah untuk memahami operasional dan
pemeliharaan sistem plambing air bersih, air buangan, vent, air hujan, dan pemadam kebakaran
pada suatu bangunan bertingkat. Hasil evaluasi sistem plambing air bersih menunjukkan bahwa
kebutuhan air bersih, kapasitas pompa, dan kapasitas reservoir telah memenuhi standar, tetapi
pemeliharaan dari reservoir dan sistem transmisi masih belum memenuhi standar. Hasil
evaluasi sistem plambing air buangan menunjukkan bahwa perbaikan pipa, penyediaan
perlengkapan layak HSE, dan kontrol vektor masih belum memenuhi standar. Hasil evaluasi
sistem plambing vent menunjukkan bahwa instalasi pipa vent sudah memenuhi standar, tetapi
penjadwalan pembersihan pipa vent masih perlu adakan untuk memenuhi standar pemeliharaan.
Hasil evaluasi sistem plambing air hujan menunjukkan bahwa instalasi pipa sudah memenuhi
standar, tetapi mekanisme pemeriksaan pipa celup dan instalasi sumur resapan masih belum
memenuhi standar. Hasil evaluasi sistem plambing pemadam kebakaran menunjukkan bahwa
sistem pemompaan dan transmisi sudah memenuhi standar, tetapi perbaikan komponen hidran
halaman masih belum memenuhi standar. Evaluasi dilakukan dengan mengacu kepada buku
“Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing” oleh Soufyan M. Noerbambang dan Takeo
Morimura, SNI 03-1745-2000, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
26/PRT/M/2008. Operasional dan Pemeliharaan dari sistem plambing Atria Residence sudah
cukup baik namun diperlukan peningkatan terutama dari aspek pemeliharaan sistem yang
sudah ada berhubung instalasi secara keseluruhan sudah memenuhi standar.

Kata Kunci: Sistem Plambing, Air Bersih, Air Buangan, Vent, Air Hujan, Pemadam Kebakaran,
Atria Residence Gading Serpong.

i
ABSTRACT

Atria Residence is a commercial building consisting of hotels and apartments whose operations
and maintenance are managed by PT. Parador Property Management. To support the operation
and maintenance of the building, a plumbing system is needed that is managed in accordance
with various standard criteria along with applicable SOPs so that it needs to be evaluated
periodically. The purpose of this practical work is to understand the operation and maintenance
of plumbing systems for clean water, waste water, vents, rainwater, and fire fighting in a multi-
storey building. The results of the evaluation of the clean water plumbing system show that the
need for clean water, pump capacity, and reservoir capacity have met the standard, but the
maintenance of the reservoir and transmission system still does not meet the standard. The
results of the evaluation of the sewage plumbing system show that pipe repairs, provision of
HSE-worthy equipment, and vector control still do not meet the standards. The results of the
evaluation of the plumbing vent system show that the vent pipe installation has met the
standards, but the schedule for cleaning the vent pipe still needs to be carried out to meet
maintenance standards. The results of the evaluation of the rainwater plumbing system show
that the pipe installation has met the standard, but the inspection mechanism for the submersible
pipe and the installation of infiltration wells still does not meet the standard. The results of the
evaluation of the fire extinguishing plumbing system showed that the pumping and
transmission systems had met the standards, but the repair of the yard hydrant components still
did not meet the standards. The evaluation was carried out by referring to the book “Design
and Maintenance of Plumbing Systems” by Soufyan M. Noerbambang and Takeo Morimura,
SNI 03-1745-2000, and Regulation of the Minister of Public Works Number 26/PRT/M/2008.
The operation and maintenance of the Atria Residence plumbing system is quite good but
improvements are needed, especially from the aspect of maintaining the existing system since
the installation as a whole has met the standards.

Keywords: Plumbing System, Clean Water, Wastewater, Vent, Rainwater, Fire Fighting, Atria
Residence Gading Serpong.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul “Evaluasi
Operasional dan Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih, Air Buangan, Vent, Sistem
Penyaluran Air Hujan, dan Sistem Pemadam Kebakaran di Apartemen Atria Residence
Gading Serpong” dengan tepat waktu dan lancar. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
penulis selama kerja praktik sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah
IL-4098 Kerja Praktik pada program studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung (ITB).

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah mendapatkan bantuan maupun bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kerja praktik ini sehingga berjalan dengan lancar. Diantaranya
kepada:

1. Keluarga saya, terutama Papa, Mama, Rachel, dan Christian yang selalu
memberikan dukungan dalam bentuk material maupun spiritual.
2. Bapak Ahmad Soleh, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan
baik, terutama dengan meluangkan waktu, ilmu, kesabaran, dan kesediaan dalam
bimbingan kerja praktik.
3. Bapak Mochammad Chaerul, selaku Ketua Program Studi Rekayasa Infrastruktur
Lingkungan ITB yang telah menyetujui berbagai kegiatan dari Mata Kuliah Kerja
Praktik agar berjalan dengan lancar.
4. Bapak Teddy Tedjakusuma, selaku koordinator kerja praktik yang telah
membimbing dengan baik, terutama dengan memberikan masukkan selama
persiapan kerja praktik.
5. Bapak Yusman Riady, selaku pembimbing kerja praktik lapangan yang selalu
memberikan ilmu, menjelaskan berbagai hal, dan menemani penulis dalam
meninjau proyek.
6. Bapak Didi, Bapak Rangga, Bapak Fatoni, Bapak Sogi, Bapak Dindin, Bapak Eko,
Bapak Fajar, Bapak Dedy, beserta seluruh staff dari PT. Parador Property
Management yang telah menerima penulis untuk kerja praktik dengan baik.

iii
7. PT. Parador Property Management yang telah memberikan kesempatan bagi
penulis untuk bekerja praktik di Atria Residence, Gading Serpong.
8. Seluruh teman-teman jurusan Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Institut
Teknologi Bandung Angkatan 2018 yang telah bersama-sama berjuang melewati
kerja praktik dengan baik.
9. Seluruh orang yang namanya tidak dapat penulis sebutkan, namun telah
memberikan dukungan selama kerja praktik berlangsung.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktik ini masih memiliki banyak kekurangan
di dalamnya. Penulis juga berharap agar Laporan Kerja Praktik yang telah penulis susun
ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca.

Tangerang, 24 Mei 2022

Joshua Nathan

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................................. 2
1.3. Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktik ................................................................ 3
1.4. Ruang Lingkup .................................................................................................... 3
1.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 3
1.6. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI LOKASI KERJA PRAKTIK ................. 6
2.1. Latar Belakang Apartemen.................................................................................. 6
2.2. Gambaran Apartemen ......................................................................................... 8
2.3. Kondisi Apartemen pada Awal Kerja Praktik ................................................... 14
2.4. Ruang Lingkup Atria Residence ....................................................................... 19
2.5. Profil Perusahaan............................................................................................... 19
BAB III KONDISI AKTUAL LOKASI KERJA PRAKTIK .................................... 21
3.1 Deskripsi Kerja .................................................................................................. 21
3.2 Sistem Plambing Air Bersih .............................................................................. 21
3.2.1 Ruang Lingkup Sistem Plambing Air Bersih............................................. 21
3.2.2 Sumber Air Bersih ..................................................................................... 22
3.2.3 Sistem Pengumpulan Air Bersih ................................................................ 23
3.2.4 Sistem Pengaliran Air Bersih ..................................................................... 29
3.2.5 Komponen Sistem Plambing Air Bersih .................................................... 37
3.3 Sistem Plambing Air Buangan .......................................................................... 75
3.3.1. Ruang Lingkup Sistem Plambing Air Buangan ......................................... 75
3.3.2. Sistem Perpipaan Air Buangan .................................................................. 75
3.3.3. Komponen Sistem Plambing Air Buangan ................................................ 78
3.4 Sistem Plambing Vent ..................................................................................... 106
3.4.1. Ruang Lingkup Sistem Vent .................................................................... 106

v
3.4.2. Sistem Perpipaan Vent ............................................................................. 107
3.4.3. Komponen Sistem Perpipaan Vent .......................................................... 108
3.5 Sistem Penyaluran Air Hujan .......................................................................... 110
3.5.1. Ruang Lingkup Sistem Penyaluran Air Hujan......................................... 110
3.5.2. Sistem Perpipaan Air Hujan..................................................................... 110
3.5.3. Komponen Sistem Perpipaan Air Hujan .................................................. 116
3.6 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................................... 118
3.6.1. Ruang Lingkup Sistem Pemadam Kebakaran.......................................... 119
3.6.2. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran................................................... 119
3.6.3. Perpipaan Pemadam Kebakaran .............................................................. 127
3.6.4. Bangunan Pelengkap Pemadam Kebakaran............................................. 128
3.7 Penerapan Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Lingkungan (K3L) ....... 153
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 162
4.1 Sistem Plambing Air Bersih ............................................................................ 162
4.1.1. Sumber Air Bersih ................................................................................... 162
4.1.2. Kualitas Air Bersih .................................................................................. 163
4.1.3. Perpipaan Air Bersih ................................................................................ 163
4.1.4. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih .............................................. 179
4.2 Sistem Plambing Air Buangan ........................................................................ 187
4.2.1. Jenis Air Buangan .................................................................................... 187
4.2.2. Sistem Perpipaan Air Buangan ................................................................ 187
4.2.3. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Buangan .......................................... 191
4.3 Sistem Plambing Vent ..................................................................................... 194
4.3.1. Sistem Perpipaan Vent ............................................................................. 194
4.3.2. Jenis Sistem Perpipaan Vent .................................................................... 195
4.3.3. Pemeliharaan Perpipaan Vent .................................................................. 197
4.4 Sistem Penyaluran Air Hujan .......................................................................... 197
4.4.1. Pengaliran Sistem Perpipaan Air Hujan .................................................. 197
4.4.2. Peralatan dan Perlengkapan Sistem Perpipaan Air Hujan ....................... 198
4.5 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................................... 199
4.5.1. Sistem Pemadam Kebakaran Gedung ...................................................... 199
4.5.2. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran................................................... 200
4.5.3. Sistem Hidran........................................................................................... 201
4.5.4. Sistem Sprinkler ....................................................................................... 205
4.5.5. Bangunan Pelengkap Pemadam Kebakaran............................................. 208

vi
BAB V PEMBAHASAN DAN EVALUASI ............................................................... 211
5.1 Umum .............................................................................................................. 211
5.2 Sistem Plambing Air Bersih ............................................................................ 211
5.2.1. Sumber Air Bersih ................................................................................... 211
5.2.2. Sistem Pengumpulan Air Bersih .............................................................. 212
5.2.3. Sistem Pengaliran Air Bersih ................................................................... 213
5.2.4. Kebutuhan Air Bersih .............................................................................. 216
5.2.5. Kapasitas Pompa ...................................................................................... 218
5.2.6. Kapasitas Reservoir ................................................................................. 218
5.2.7. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih .............................................. 220
5.3 Sistem Plambing Air Buangan ........................................................................ 226
5.3.1. Sistem Pengaliran Air Buangan ............................................................... 226
5.3.2. Bangunan Pelengkap Air Buangan .......................................................... 227
5.3.3. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Buangan .......................................... 228
5.4 Sistem Plambing Vent ..................................................................................... 232
5.4.1. Sistem Perpipaan Vent ............................................................................. 232
5.4.2. Pemeliharaan Sistem Plambing Vent ....................................................... 233
5.5 Sistem Penyaluran Air Hujan .......................................................................... 233
5.5.1. Sistem Penyaluran Air Hujan................................................................... 234
5.5.2. Bangunan Pelengkap Air Hujan............................................................... 235
5.5.3. Pemeliharaan Sistem penyaluran Air Hujan ............................................ 235
5.6 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................................... 236
5.6.1. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran................................................... 236
5.6.2. Bangunan Pelengkap Sistem Pemadam Kebakaran ................................. 237
5.6.3. Perlengkapan Sistem Pemadam Kebakaran ............................................. 238
5.6.4. Pemeliharaan Sistem Pemadam Kebakaran ............................................. 239
BAB VI STUDI KOMPARASI ................................................................................... 243
6.1 Umum .............................................................................................................. 243
6.2 Sistem Plambing Air Bersih ............................................................................ 243
6.3 Sistem Plambing Air Buangan ........................................................................ 245
6.4 Sistem Plambing Vent ..................................................................................... 246
6.5 Sistem Penyaluran Air Hujan .......................................................................... 246
6.6 Sistem Pemadam Kebakaran ........................................................................... 247
BAB VII KESIMPULAN ............................................................................................ 248
7.1 Kesimpulan...................................................................................................... 248

vii
7.2 Saran ................................................................................................................ 251
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 253
LAMPIRAN.................................................................................................................. 254

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Lokasi Atria Residence .......................................................................................... 7


Gambar 2. 2. Tampak Gedung Atria Residence ........................................................................... 7
Gambar 2. 3. Denah Lantai Semibasement ................................................................................ 10
Gambar 2. 4. Denah Lantai Ground Floor .................................................................................. 11
Gambar 2. 5. Denah Lantai Upper Ground ................................................................................ 11
Gambar 2. 6. Denah Lantai 1 ..................................................................................................... 12
Gambar 2. 7. Denah Lantai 2 Sampai 10 ................................................................................... 12
Gambar 2. 8. Denah Lantai 11 Sampai 21 ................................................................................. 13
Gambar 2. 9. Denah Lantai Roof Top ........................................................................................ 13
Gambar 2. 10. Tampilan Luar Gedung Atria Residence ............................................................. 14
Gambar 2. 11. Ruang Engineering di Lantai Semibasement Atria Residence ............................. 15
Gambar 2. 12. Ruang Tenant Relation di Lantai Semibasement Atria Residence ....................... 15
Gambar 2. 13. Ruang Security dan Monitoring CCTV di Lantai Semibasement Atria
Residence............................................................................................................ 16
Gambar 2. 14. Kolam Renang dan Fitness Center di Lantai 1 Atria Residence .......................... 16
Gambar 2. 15. Lahan Parkir Luar Atria Residence ..................................................................... 17
Gambar 2. 16. Restoran Hotel di Lantai Ground Atria Residence .............................................. 17
Gambar 2. 17. Conference Room di Lantai Ground Atria Residence ......................................... 18
Gambar 2. 18. Toilet Umum di Lantai Ground Atria Residence ................................................. 18
Gambar 2. 19. Musholla di Lantai Semibasement Atria Residence ............................................ 19
Gambar 3. 1. Tampak Meteran PDAM Sistem Plambing Air Bersih untuk Atria Residence ..... 22
Gambar 3. 2. Tampilan Dekat Meteran PDAM Sistem Plambing Air Bersih untuk Atria
Residence............................................................................................................ 23
Gambar 3. 3. Ground Water Tank Pertama Sistem Plambing Air Bersih ................................... 24
Gambar 3. 4. Ground Water Tank Kedua Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 25
Gambar 3. 5. Tempat Suction Pit Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih ................. 25
Gambar 3. 6. Pipa Hubung Ground Water Tank dekat Pemadam Kebakaran ke Suction Pit
Sistem Plambing Air Bersih ............................................................................... 26
Gambar 3. 7. Pipa Hubung Ground Water Tank dekat Pompa Transfer ke Suction Pit Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 26
Gambar 3. 8. Kebocoran pada Kran di Sump Pit Bersumber dari Ground Water Tank Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 27
Gambar 3. 9. Retakan pada Dinding Ground Water Tank di Ruang Pompa Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 27
Gambar 3. 10. Gambar Teknik Ground Water Tank dan Ruang Pompa Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 28
Gambar 3. 11. Potongan A - A Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih ...................... 28
Gambar 3. 12. Potongan B - B Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih ...................... 29
Gambar 3. 13. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih ................................................. 29
Gambar 3. 14. Pompa Transfer Berjenis Pompa Jockey Sistem Plambing Air Bersih ................ 30
Gambar 3. 15. Pressure Gauge di Ruang Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih ............. 31
Gambar 3. 16. Tampak Belakang Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih ................................. 32
Gambar 3. 17. Gate Valve Influen Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih ............................... 32
Gambar 3. 18. Perpipaan Roof Tank dan Pompa Booster Berjenis Pompa Jockey Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 33

ix
Gambar 3. 19. Tampak Dalam Roof Tank Beserta Water Level Controller Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 33
Gambar 3. 20. Shaft Utama Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih ........................................... 34
Gambar 3. 21. Shaft Pojok untuk Satu Unit Kamar Sistem Plambing Air Bersih ....................... 35
Gambar 3. 22. Shaft Tengah untuk Dua Unit Kamar Sistem Plambing Air Bersih ..................... 35
Gambar 3. 23. Belokan dari Pipa Mendatar Air Bersih Menuju ke Unit Kamar Sistem Plambing
Air Bersih ........................................................................................................... 36
Gambar 3. 24. Isometri Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih ................................................. 36
Gambar 3. 25. Perpipaan Pada Sistem Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih .................. 37
Gambar 3. 26. Galvanized Iron Pipe Sistem Plambing Air Bersih .............................................. 38
Gambar 3. 27. Dokumentasi Perbaikan Pipa dengan Cat Zinc Chromate Primer Anti Korosi
Pertama Sistem Plambing Air Bersih .................................................................. 39
Gambar 3. 28. Dokumentasi Perbaikan Pipa dengan Cat Zinc Chromate Primer Anti Korosi
Kedua Sistem Plambing Air Bersih .................................................................... 39
Gambar 3. 29. Pipa PPR Bergaris Biru untuk Sistem Plambing Air Bersih ................................ 40
Gambar 3. 30. Pipa PPR Bergaris Merah untuk Air Panas Sistem Plambing Air Bersih ............ 41
Gambar 3. 31. PPR Welding Machine Sistem Plambing Air Bersih ........................................... 41
Gambar 3. 32. Dokumentasi Penyambungan Pipa PPR Sistem Plambing Air Bersih ................. 42
Gambar 3. 33. Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih................................................ 43
Gambar 3. 34. Gambar Teknik Ground Water Tank dan Ruang Pompa Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 44
Gambar 3. 35. Tampak Belakang Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih ................................. 45
Gambar 3. 36. Tampak Depan Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 45
Gambar 3. 37. Denah Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih ................................................... 46
Gambar 3. 38. Potongan A - A Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih..................................... 46
Gambar 3. 39. Gambar Teknik Sistem Sirkulasi Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ... 48
Gambar 3. 40. Gambar Teknik Ruang Pompa Kolam Renang dan Balancing Tank Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 48
Gambar 3. 41. Potongan A - A Balancing Tank dan Sand Filter Sistem Plambing Air Bersih ... 49
Gambar 3. 42. Pompa Kolam Renang, Perpipaan, dan Balancing Tank Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 49
Gambar 3. 43. Sand Filter Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 50
Gambar 3. 44. Main Drain Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih .................................... 50
Gambar 3. 45. Vacuum Drain Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ............................... 51
Gambar 3. 46. Gate Valve Sistem Plambing Air Bersih ............................................................. 52
Gambar 3. 47. Check Valve Sistem Plambing Air Bersih ........................................................... 53
Gambar 3. 48. Float Valve Sistem Plambing Air Bersih ............................................................. 54
Gambar 3. 49. Pressure Switch Sistem Plambing Air Bersih ...................................................... 54
Gambar 3. 50. Flexible Joint Sistem Plambing Air Bersih .......................................................... 55
Gambar 3. 51. Water Level Controller Sistem Plambing Air Bersih........................................... 56
Gambar 3. 52. Komponen Elektrikal yang Menerima Sinyal dari WLC Roof Tank Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 56
Gambar 3. 53. Pressure Gauge Sistem Plambing Air Bersih ....................................................... 57
Gambar 3. 54. Pressure Reducing Valve Sistem Plambing Air Bersih ....................................... 58
Gambar 3. 55. Gambar Teknik Pressure Reducing Valve Sistem Plambing Air Bersih .............. 58
Gambar 3. 56. Water Meter Sistem Plambing Air Bersih ........................................................... 59
Gambar 3. 57. Pressure Tank Sistem Plambing Air Bersih ......................................................... 59
Gambar 3. 58. Strainer Sistem Plambing Air Bersih Tipe 1 ........................................................ 60

x
Gambar 3. 59. Strainer Sistem Plambing Air Bersih Tipe 2 ........................................................ 61
Gambar 3. 60. Selector Switch Panel Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih................... 62
Gambar 3. 61. Fitting Reducer Pipa PPR Sistem Plambing Air Bersih ....................................... 63
Gambar 3. 62. Multi Purpose Valve Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ...................... 63
Gambar 3. 63. Sand Filter Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 64
Gambar 3. 64. Komponen Lengkap Klem Pipa Sistem Plambing Air Bersih ............................. 65
Gambar 3. 65. Gambar Teknik Klem Pipa Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 65
Gambar 3. 66. Gambar Teknik Klem Pipa Gantung Sistem Plambing Air Bersih ...................... 66
Gambar 3. 67. Gambar Teknik Klem Pipa Menempel Sistem Plambing Air Bersih ................... 66
Gambar 3. 68. Pompa Transfer Berjenis Pompa Jockey Sistem Plambing Air Bersih ................ 68
Gambar 3. 69. Spesifikasi Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih .................................... 68
Gambar 3. 70. Pressure Gauge Pompa Transfer Menunjukan Nilai 8 Bar Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 69
Gambar 3. 71. Panel Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih ............................................ 69
Gambar 3. 72. Dokumentasi Perawatan Pompa Transfer dengan Mengelap Pompa Sistem
Plambing Air Bersih ........................................................................................... 70
Gambar 3. 73. Lubang Masuk Grease untuk Pelumas Pompa Sistem Plambing Air Bersih ....... 70
Gambar 3. 74. Gun Grease untuk Pompa Sistem Plambing Air Bersih ....................................... 71
Gambar 3. 75. Tampak Perpipaan Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih......................... 72
Gambar 3. 76. Spesifikasi Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih ..................................... 72
Gambar 3. 77. Panel Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih ............................................. 73
Gambar 3. 78. Perpipaan dan Pompa Sirkulasi Air Kolam Renang Sistem Plambing Air
Bersih ................................................................................................................. 74
Gambar 3. 79. Spesifikasi Pompa Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih ......................... 74
Gambar 3. 80. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan ............................................. 75
Gambar 3. 81. Pipa Mendatar Sistem Plambing Air Buangan .................................................... 77
Gambar 3. 82. Isometri Perpipaan Sistem PlambingAir Buangan ............................................... 77
Gambar 3. 83. Pipa PVC Sistem Plambing Air Buangan ............................................................ 78
Gambar 3. 84. Pipa GIP Sistem Plambing Air Buangan ............................................................. 79
Gambar 3. 85. Hasil Uji Lab Kualitas Air STP Sistem Plambing Air Buangan .......................... 81
Gambar 3. 86. Diagram Pengaliran STP Sistem Plambing Air Buangan .................................... 82
Gambar 3. 87. Layout STP Sistem Plambing Air Buangan......................................................... 83
Gambar 3. 88. Layout STP 2 Sistem Plambing Air Buangan ...................................................... 83
Gambar 3. 89. Section A STP Sistem Plambing Air Buangan .................................................... 84
Gambar 3. 90. Section B STP Sistem Plambing Air Buangan .................................................... 84
Gambar 3. 91. Influen STP Sistem Plambing Air Buangan ........................................................ 85
Gambar 3. 92. Ruang Grease Trap Pertama atau Unit Grit Chamber di STP Sistem Plambing Air
Buangan .............................................................................................................. 86
Gambar 3. 93. Unit Grease Trap di STP Sistem Plambing Air Buangan .................................... 86
Gambar 3. 94. Equalizing Tank di STP Sistem Plambing Air Buangan ...................................... 87
Gambar 3. 95. Unit Aerasi di STP Sistem Plambing Air Buangan ............................................. 88
Gambar 3. 96. Jirigen Mikroorganisme untuk Aeration Tank di STP Sistem Plambing Air
Buangan .............................................................................................................. 88
Gambar 3. 97. Spesifikasi Mikroorganisme STP Sistem Plambing Air Buangan ....................... 89
Gambar 3. 98. Unit Sedimentasi di STP Sistem Plambing Air Buangan .................................... 90
Gambar 3. 99. Bak Penampung Return Sludge di STP Sistem Plambing Air Buangan .............. 90
Gambar 3.100. Unit Disinfeksi dengan Klorinasi Beserta Bak Dosing Pump Tidak Berfungsi di
STP Sistem Plambing Air Buangan .................................................................... 91

xi
Gambar 3.101. Effluent Tank STP Sistem Plambing Air Buangan ............................................. 92
Gambar 3.102. Teknisi Menguji pH Air Olahan STP Sistem Plambing Air Buangan ................ 93
Gambar 3.103. pH Meter Menunjukkan Angka 6,7 di STP Sistem Plambing Air Buangan ....... 93
Gambar 3.104. Operasional Perawatan Ruang Grease Trap yang Terhalang Screen di STP
Sistem Plambing Air Buangan ............................................................................ 94
Gambar 3.105. Operasional Perawatan Bak Sedimentasi dengan Mengangkat Scum di STP
Sistem Plambing Air Buangan ............................................................................ 94
Gambar 3.106. Vektor Penyakit Kecoa yang Terdapat pada STP Sistem Plambing Air
Buangan .............................................................................................................. 95
Gambar 3.107. Sump Pit untuk Pembuangan Filtrasi dari Sand Filter Kolam Renang Sistem
Plambing Air Buangan ....................................................................................... 96
Gambar 3.108. P-Trap Sistem Plambing Air Buangan ................................................................ 97
Gambar 3.109. Clean Out Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan di Lantai Semibasement ... 98
Gambar 3.110. Clean Out Sistem Plambing Air Buangan di Setiap Unit Kamar ........................ 98
Gambar 3.111. Blower Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan .......................................... 99
Gambar 3.112. Spesifikasi Motor Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan ........................ 100
Gambar 3.113. Spesifikasi Blower Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan ...................... 100
Gambar 3.114. Panel Aerator dan Pompa STP Sistem Plambing Air Buangan......................... 101
Gambar 3.115. Operasional Perawatan Aerator dengan Mengganti Oli Sistem Plambing Air
Buangan ............................................................................................................ 101
Gambar 3.116. Water Meter Air Buangan dari Keluaran STP Sistem Plambing Air Buangan . 102
Gambar 3.117. Berbagai Macam Fitting pada Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan ......... 103
Gambar 3.118. DOP Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan ................................................ 104
Gambar 3.119. Grease Trap Sistem Plambing Air Buangan di Setiap Unit Kamar ................... 105
Gambar 3.120. Submersible Pump untuk STP Sistem Plambing Air Buangan ......................... 106
Gambar 3.121. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Vent ....................................................... 107
Gambar 3.122. Isometri Perpipaan Sistem Plambing Vent Basah Gedung Atria Residence ..... 108
Gambar 3.123. Pipa Pembuang Sistem Plambing Vent Berjenis PVC ...................................... 109
Gambar 3.124. Pipa Vent pada Shaft yang Menuju Pipa Pembuang Sistem Plambing Vent .... 109
Gambar 3.125. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Hujan .............................................. 110
Gambar 3.126. Gutter dan Talang Hujan Rooftop Sisi Selatan Sistem Plambing Air Hujan .... 111
Gambar 3.127. Gutter dan Talang Hujan Rooftop Sisi Utara Sistem Plambing Air Hujan ....... 112
Gambar 3.128. Pipa Pengumpul dari Gutter Rooftop Menuju ke Shaft dalam Gedung Sistem
Plambing Air Hujan .......................................................................................... 112
Gambar 3.129. Pipa Mendatar Sistem Plambing Air Hujan di Lantai Semibasement ............... 113
Gambar 3.130. Gutter dan Pipa Sistem Plambing Air Hujan pada Balkon Setiap Unit Kamar . 113
Gambar 3.131. Gutter pada Ramp Parkiran Sistem Plambing Air Hujan .................................. 114
Gambar 3.132. Strainer dan Floor Drain pada Gutter Ramp Parkiran Sistem Plambing Air
Hujan ................................................................................................................ 115
Gambar 3.133. Pipa Pembuang Sistem Plambing Air Hujan dari Gutter Ramp Parkiran.......... 115
Gambar 3.134. Pipa Tegak Sistem Plambing Air Hujan pada Lantai Upper Ground ................ 116
Gambar 3.135. Sump Pit No.4 Sistem Plambing Air Hujan ...................................................... 116
Gambar 3.136. Gutter Sistem Plambing Air Hujan ................................................................... 117
Gambar 3.137. Sump Pit Sistem Plambing Air Hujan .............................................................. 118
Gambar 3.138. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ............................. 119
Gambar 3.139. Ruang Pompa Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Sisi Kanan ................... 120
Gambar 3.140. Ruang Pompa Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Sisi Kiri ....................... 121
Gambar 3.141. Shaft Sistem Plambing pemadam Kebakaran untuk Sistem Sprinkler .............. 122

xii
Gambar 3.142. Sistem Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement ................................................................................................... 122
Gambar 3.143. Shaft Sistem Plambing Pemadam kebakaran untuk Sistem Hydrant pada Sisi
Utara dan Selatan .............................................................................................. 123
Gambar 3.144. Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ................................... 123
Gambar 3.145. Tampak Belakang Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada
Ruang Tangga Evakuasi ................................................................................... 124
Gambar 3.146. Pressure Gauge Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Ruang Pompa yang
Menunjukkan Nilai 13 Bar ............................................................................... 125
Gambar 3.147. Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ................................ 125
Gambar 3.148. Pillar Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ....................... 126
Gambar 3.149. Seammese Connection Gedung Sistem Plambing Pemadam Kebakaran .......... 126
Gambar 3.150. Dokumentasi Perawatan Pompa dan Pipa Sistem Plambing Pemadam Kebakaran
dengan Pengelapan Solar .................................................................................. 127
Gambar 3.151. Galvanized Iron Pipe Sistem Plambing Pemadam Kebakaran .......................... 128
Gambar 3.152. Man Hole Suction Pit Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ......................... 129
Gambar 3.153. Gate Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ......................................... 130
Gambar 3.154. Check Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ....................................... 130
Gambar 3.155. Pressure Switch Sistem Plambing Pemadam Kebakaran di atas Header........... 131
Gambar 3.156. Flexible Joint Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ...................................... 132
Gambar 3.157. Pressure Gauge Sistem Plambing Pemadam kebakaran.................................... 132
Gambar 3.158. Strainer Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ............................................... 133
Gambar 3.159. Gambar Teknik Branch Control Valve Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 134
Gambar 3.160. Branch Control Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement ................................................................................................... 134
Gambar 3.161. Drain Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Shaft ...................... 135
Gambar 3.162. Gambar Teknik Seammese Connection Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 136
Gambar 3.163. Seammese Connection Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ....................... 137
Gambar 3.164. Gambar Teknik Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 138
Gambar 3.165. Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Ruang
Pompa ............................................................................................................... 138
Gambar 3.166. Automatic Air Vent Valve pada Shaft Sistem Plambing Pemadam Kebakaran 139
Gambar 3.167. Spesifikasi Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran139
Gambar 3.168. Gambar Teknik Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ................... 140
Gambar 3.169. Jaringan Pipa Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement ................................................................................................... 141
Gambar 3.170. Jenis Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Menghadap ke Atas ... 141
Gambar 3.171. Gambar Teknik Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ......... 143
Gambar 3.172. Gambar Teknik Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ...... 143
Gambar 3.173. Tampak Dalam Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran.......... 144
Gambar 3.174. Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ................................ 144
Gambar 3.175. Tampak Dalam Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ....... 145
Gambar 3.176. Kran Air Bersih untuk Hose Milik Gedung Dalam Hydrant Sistem Plambing
Pemadam Kebakaran ........................................................................................ 145

xiii
Gambar 3.177. Kran Air Bersih untuk Hose Milik Tim Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 146
Gambar 3.178. Hose Dalam Hydrant Sistem Plambing Pemadam Kebakaran .......................... 146
Gambar 3.179. Nozle Keluaran Air Bersih dari Hydrant Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 147
Gambar 3.180. Penugasan untuk Operasional Hydrant Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 147
Gambar 3.181. Jockey Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ...................................... 148
Gambar 3.182. Spesifikasi Jockey Pump Bagian Pertama Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 149
Gambar 3.183. Spesifikasi Jockey Pump Bagian Kedua Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 149
Gambar 3.184. Electric Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ..................................... 150
Gambar 3.185. Spesifikasi Alat Centrifugal dari Electric Pump Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran ......................................................................................................... 151
Gambar 3.186. Spesifikasi Motor dari Electric Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran . 151
Gambar 3.187. Diesel Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ....................................... 152
Gambar 3.188. Spesifikasi Diesel Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran ..................... 153
Gambar 3.189. Dokumen SOP Engineering PT. Parador Property Management ...................... 154
Gambar 3.190. Dokumen Pelatihan HSE PT. Parador Property Management .......................... 154
Gambar 3.191. Dokumen SOP Penanganan Limbah B3 PT. Parador Property Management ... 155
Gambar 3.192. Dokumen SOP Pemadam Kebakaran PT. Parador Property Management ....... 155
Gambar 3.193. Lemari Atribut Pemadaman Kebakaran untuk Tim Engineering Atria
Residence.......................................................................................................... 156
Gambar 3.194. Papan Pembagian Tugas untuk Operasional Darurat Pemadam Kebakaran dan
COVID-19 ........................................................................................................ 157
Gambar 3.195. Seragam Tim Engineering PT. Parador Property Management ........................ 158
Gambar 3.196. Atribut Tim Engineering Saat Operasional Perawatan STP.............................. 158
Gambar 3.197. Atribut Tim Engineering Saat Operasional di Luar Gedung Sisi Belakang Atria
Residence.......................................................................................................... 159
Gambar 3.198. Atribut Tim Engineering Saat Operasional di Luar Gedung Sisi Depan Atria
Residence.......................................................................................................... 159
Gambar 3.199. Tampak Luar Tempat Penampungan Sementara Sampah Milik Atria
Residence.......................................................................................................... 160
Gambar 3.200. Tampak Dalam TPS Sampah dan Limbah Milik Atria Residence .................... 161
Gambar 4. 1. Skema Sistem Sambungan Langsung Sistem Plambing Air Bersih .................... 164
Gambar 4. 2. Skema Sistem Tangki Atap Sistem Plambing Air Bersih ................................... 165
Gambar 4. 3. Skema Sistem Tangki Tekan Sistem Plambing Air Bersih ................................. 167
Gambar 4. 4. Skema Sistem Pengaliran Ke Atas Sistem Plambing Air Bersih ........................ 169
Gambar 4. 5. Skema Sistem Pengaliran Ke Bawah Sistem Plambing Air Bersih..................... 169
Gambar 4. 6. Kurva Hubungan Antara UAP dengan Laju Aliran ............................................ 177

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Peruntukan Lantai dari Denah Apartemen Atria Residence ................................................ 8
Tabel 4. 1. Penentuan Jumlah Alat Plambing. ................................................................................... 171
Tabel 4. 2. Faktor Pemakaian............................................................................................................ 172
Tabel 4. 3. Penentuan UBAP Berdasarkan Alat Plambing ................................................................ 175
Tabel 4. 4. Standar Penentuan Jumlah Katup Gelontor ..................................................................... 176
Tabel 4. 5. Penentuan Kelonggaran Diameteral Berdasarkan Diameter Poros .................................. 183
Tabel 4. 6. Penentuan Rongga Bebas Diameteral Berdasarkan Diameter Dalam Cincin .................. 184
Tabel 4. 7. Pemeliharaan Hidran Halaman ........................................................................................ 202
Tabel 4. 8. Inspeksi, Pengujian, dan Pemeriksaan Hidran Bangunan ................................................ 203
Tabel 4. 9. Pemeliharaan Sistem Hidran Bangunan .......................................................................... 204
Tabel 4.10. Pemeliharaan Sistem Sprinkler ...................................................................................... 206
Tabel 4.11. Pemeliharaan Sistem Pompa Pemadam Kebakaran ........................................................ 209
Tabel 5. 1. Luas Lantai Atria Residence ........................................................................................... 216

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik ....................................................................... 254


Lampiran 2. Form Penilaian Kerja Praktik....................................................................................... 255
Lampiran 3. Logbook Kerja Praktik Halaman 1 .............................................................................. 256
Lampiran 4. Logbook Kerja Praktik Halaman 2 .............................................................................. 257
Lampiran 5. Logbook Kerja Praktik Halaman 3 .............................................................................. 258
Lampiran 6. Logbook Kerja Praktik Halaman 4 .............................................................................. 259
Lampiran 7. Logbook Kerja Praktik Halaman 5 .............................................................................. 260
Lampiran 8. Logbook Kerja Praktik Halaman 6 .............................................................................. 261
Lampiran 9. Logbook Kerja Praktik Halaman 7 .............................................................................. 262
Lampiran 10. Logbook Kerja Praktik Halaman 8 ............................................................................. 263
Lampiran 11. Logbook Kerja Praktik Halaman 9 ............................................................................. 264
Lampiran 12. Logbook Kerja Praktik Halaman 10 ........................................................................... 265
Lampiran 13. Logbook Kerja Praktik Halaman 11 ........................................................................... 266
Lampiran 14. Logbook Kerja Praktik Halaman 12 ........................................................................... 267
Lampiran 15. Logbook Kerja Praktik Halaman 13 ........................................................................... 268
Lampiran 16. Logbook Kerja Praktik Halaman 14 ........................................................................... 269
Lampiran 17. Logbook Kerja Praktik Halaman 15 ........................................................................... 270
Lampiran 18. Logbook Kerja Praktik Halaman 16 ........................................................................... 271
Lampiran 19. Logbook Kerja Praktik Halaman 17 ........................................................................... 272
Lampiran 20. Logbook Kerja Praktik Halaman 18 ........................................................................... 273
Lampiran 21. Logbook Kerja Praktik Halaman 19 ........................................................................... 274
Lampiran 22. Logbook Kerja Praktik Halaman 20 ........................................................................... 275
Lampiran 23. Logbook Kerja Praktik Halaman 21 ........................................................................... 276

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berhubung adanya persaingan global dalam dunia kerja terutama dalam bidang
pembangunan mengakibatkan lulusan dari sekolah maupun universitas dituntut untuk
memiliki pengalaman bekerja yang sesuai dengan bidang nya. Lulusan – lulusan tersebut
harus mampu untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat pada saat masa pembelajaran
kepada apa yang ada di lapangan secara efektif dan efisien. Hal ini sering menjadi masalah
bagi lulusan berhubung ilmu yang didapat dalam perkuliahan seringkali tidak praktis dan
sulit untuk diaplikasikan ke permasalahan yang ada di lapangan. Oleh karena itu, berbagai
universitas terutama Institut Teknologi Bandung Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan mewajibkan bagi mahasiswanya untuk
melaksanakan mata kuliah kerja praktik untuk mempelajari segala hal yang ada di lapangan
berdasarkan bidang yang ingin didalami lebih lanjut.
Pada masa pelaksanaan mata kuliah kerja praktik ini, mahasiswa dituntut untuk dapat
mempelajari situasi dan kondisi di lapangan, mencari titik permasalahan dari setiap sistem
yang ada, melakukan studi pustaka sebagai referensi dan data pembanding, melakukan
analisis data secara mendetail, dan menemukan serta memberikan saran dan evaluasi yang
tepat, rasional, dan efektif. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, mahasiswa harus
bekerjasama dalam lingkungan kerja yang ada pada instansi dan secara sinergis meneliti
hal – hal kritis dalam sistem dengan secara langsung melakukan observasi lapangan
maupun meneliti dari sisi Detailed Engineering Design (DED). Dengan ini, akan
didapatkan hasil yang menunjukkan optimalisasi sistem berdasarkan teori yang ada dan
data nyata yang ada di lapangan.
Dalam pemenuhan mata kuliah kerja praktik ini, penulis memilih bidang plambing
sebagai bidang yang ingin diperdalam dikarenakan potensi akan perkembangan dunia
pembangunan terutama di Indonesia yang merupakan negara berkembang dengan
pembangunan berbagai infrastruktur yang sangat pesat. Hal ini juga menjadi keuntungan
yang mutual bagi instansi maupun penulis dalam hal persaingan global dalam standar
pembangunan dan pengembangan ilmu teoritis dan praktis yang oleh karena itu penulis
memilih bidang ini.
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan mata kuliah IL-4098 Kerja Praktik adalah untuk melatih
mahasiswa dalam memahami kondisi di lapangan yang dihubungkan dengan ilmu yang
telah dipelajari selama perkuliahan baik secara teknis maupun non teknis.

Adapun beberapa tujuan dari pelaksanaan mata kuliah IL-4098 di antara lain adalah:
1. Mengadakan evaluasi sistem plambing air bersih yang meliputi sumber air
bersih, sistem pengumpulan air bersih, sistem pengaliran air bersih,
kebutuhan air bersih, kapasitas pompa, kapasitas reservoir, dan
pemeliharaan sistem plambing air bersih pada apartemen Atria Residence
Gading Serpong dengan dasar teoritis yang berlaku.
2. Mengadakan evaluasi sistem plambing air buangan yang meliputi sistem
pengaliran air buangan, bangunan pelengkap air buangan, dan
pemeliharaan sistem plambing air buangan pada apartemen Atria
Residence Gading Serpong dengan dasar teoritis yang berlaku.
3. Mengadakan evaluasi sistem plambing vent yang meliputi sistem
perpipaan vent dan pemeliharaan sistem plambing vent pada apartemen
Atria Residence Gading Serpong dengan dasar teoritis yang berlaku.
4. Mengadakan evaluasi sistem penyaluran air hujan yang meliputi sistem
penyaluran air hujan, bangunan pelengkap air hujan, dan pemeliharaan
sistem penyaluran air hujan pada apartemen Atria Residence Gading
Serpong dengan dasar teoritis yang berlaku.
5. Mengadakan evaluasi sistem pemadam kebakaran yang meliputi sistem
perpipaan pemadam kebakaran, bangunan pelengkap sistem pemadam
kebakaran, perlengkapan sistem pemadam kebakaran, dan pemeliharaan
sistem plambing pemadam kebakaran pada apartemen Atria Residence
Gading Serpong dengan dasar teoritis yang berlaku.

2
1.3. Waktu dan Pelaksanaan Kerja Praktik

Nama Perusahaan : PT. Parador Property Mangement


Lokasi Kerja Praktik : Atria Residence
Alamat Apartemen : Gading Serpong, CBD, Jl. Boulevard Raya Gading
Serpong, Pakulonan Bar., Kec. Serpong, Tangerang,
Banten 15810
Periode Pelaksanaan : 21 Juni 2021 – 31 Juli 2021

1.4. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi dari kerja praktik ini adalah mengenai sistem plambing
air bersih, air buangan, Vent, sistem penyaluran air hujan, dan sistem pemadam
kebakaran beserta bangunan pelengkap masing – masing sistem.
2. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu yang digunakan dalam kerja praktik ini dimulai pada
tanggal 21 Juni 2021 sampai dengan 31 Juli 2021.
3. Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi kerja praktik ini adalah pada gedung Apartemen Atria
Residence yang beralamat di CBD Jalan Boulevard Raya Gading Serpong,
Pakulonan Barat, Kecamatan Serpong, Tangerang, Banten.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam kerja praktik ini adalah dengan melakukan
beberapa hal berikut:
1. Observasi
Mahasiswa melakukan observasi langsung di lapangan terkait sistem plambing
dengan didampingi oleh Supervisor Engineering maupun Teknisi yang sedang
bertugas.

3
2. Wawancara
Mahasiswa melakukan wawancara dengan Supervisor Engineering maupun
Teknisi terkait sistem plambing yang dioperasikan.
3. Bimbingan
Mahasiswa melakukan bimbingan dengan Operation Manager, Chief of
Engineering, dan Supervisor Engineering terkait sistem plambing yang kurang
dipahami maupun memperinci pemahaman terkait suatu sistem plambing yang
ada.
4. Dokumen
Mahasiswa meminta akses pada dokumen seperti gambar teknik, hasil uji lab
Sewage Treatment Plant (STP), dokumen SOP K3L, dan lainnya.
5. Studi Literatur
Mahasiswa mengkaji materi teoritis yang berhubungan dengan sistem plambing
seperti pada apa yang ada di lapangan dan melakukan komparasi dengan data
yang sudah didapat dengan metode lain.

1.6. Sistematika Penulisan

Laporan yang disusun dari pelaksanaan kerja praktik merupakan tanggung


jawab peserta kerja praktik untuk ditujukan kepada Program Studi Rekayasa
Infrastruktur Lingkungan ITB dan Instansi. Sistematika dari laporan kerja praktik
yang akan dirancang adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas terkait latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,
metode pengumpulan data, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik, dan
sistematika penulisan laporan kerja praktik.

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI LOKASI KERJA PRAKTIK

Bab ini membahas terkait profil perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi,
gambaran Apartemen serta informasi umum lainnya.

4
BAB III KONDISI AKTUAL LOKASI KERJA PRAKTIK

Bab ini membahas terkait kondisi aktual pada lokasi kerja praktik terkaitdengan
Sistem Plambing Air Bersih, Air Buangan, Vent, Sistem Pemadam Kebakaran, dan
Sistem Penyaluran Air Hujan berdasarkan hasil observasi selama masa kerja praktik.

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi teori – teori yang mendukung dalam pembahasan laporan
kerja praktik.

BAB V EVALUASI DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas terkait masalah aktual dengan ruang lingkup yang
ditentukan yaitu Evaluasi Sistem Plambing Air Bersih, Air Buangan, Vent, Sistem
Pemadam Kebakaran, dan Sistem Penyaluran Air Hujan di Apartemen Atria
Residence di Gading Serpong melalui studi komparasi dengan tinjauan pustaka.

BAB VI STUDI KOMPARASI

Bab ini membahas terkait studi komparasi hasil evaluasi sistem plambing air
bersih, air buangan, Vent, sistem pemadam kebakaran, dan sistem penyaluran air
hujan instansi dengan laporan kerja praktik tahun – tahun sebelumnya yang sebidang.

BAB VI PENUTUP

Bab ini membahas terkait kesimpulan dan saran yang diusulkan berdasarkan
studi yang telah dilakukan.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI LOKASI KERJA PRAKTIK

2.1. Latar Belakang Apartemen

Gading Serpong merupakan kota bagian dari Tangerang dengan luas sekitar
1500 hektar dan dikelola oleh berbagai developer swasta seperti PT. Summarecon
Agung, PT. Paramount Enterprise, dan lainnya. Kota ini dipenuhi oleh berbagai gedung
komersiil seperti mall dan pertokoan, serta banyak lokasi kuliner yang dapat menjadi
hiburan bagi warga sekitar. Dengan tata kota yang dirancang sedemikian rupa
menguntungkan bagi bidang komersial, berbagai apartemen dan perumahan dibangun
di sekitar pusat kota Gading Serpong. Berbagai apartemen seperti Atria Residence, M
– Town, Ara, dan lainnya merupakan apartemen yang didirikan di pusat kota Gading
Serpong yang terlihat pada Gambar 2.1 Lokasi Keberadaan Atria Residence.
Atria Residence merupakan gedung seluas 1550 m² yang didirikan pada tahun
2016 dan dikelola oleh PT. Parador Property Management. Atria Residence didirikan
sebagai gedung komersial untuk hotel dan apartemen dengan total 20 lantai dan 1
Semibasement seperti pada Gambar 2.2 Tampak Gedung Atria Residence. Total kamar
yang tersedia untuk hotel pada gedung ini adalah sebanyak 124 kamar dan total kamar
yang tersedia untuk apartemen pada gedung ini adalah sebanyak 186 kamar, sehingga
total kamar yang ada pada gedung ini adalah sebanyak 310 kamar. Apartemen ini
dilengkapi dengan berbagai fasilitas bagi penghuni hotel maupun apartemen seperti
Restoran Italia berkelas, Fitness Center, kolam renang outdoor, laundry, beberapa
conference room, dan beberapa fasilitas lainnya. Saat melaksanakan kerja praktik,
hunian dari apartemen mencapai 62% kamar terpenuhi sehingga total kamar hunian
apartemen menjadi 116 kamar, sedangkan hunian dari hotel mencapai rata – rata 38%
kamar terpenuhi sehingga total kamar hunian hotel menjadi 48 kamar. Berikut gambar
lokasi dari Atria Residence dan gambar tampak dari Atria Residence.

6
Gambar 2. 1. Lokasi Atria Residence

(Sumber: Google Earth, 2021)

Gambar 2. 2. Tampak Gedung Atria Residence

(Sumber: Google, 2021)

7
2.2. Gambaran Apartemen

Atria Residence merupakan apartemen dengan 1 lantai Semibasement, dan 20


lantai hunian yang terbagi menjadi 2 yaitu 10 lantai pertama untuk hotel dan 10 lantai
selanjutnya untuk apartemen, dan Roof Top. Berikut tabel peruntukan setiap lantai pada
apartemen Atria Residence.

Tabel 2. 1. Peruntukan Lantai dari Denah Apartemen Atria Residence

Nama Lantai Elevasi Peruntukan Lantai


Roof Top +65,75 Ruang Kendali Lift, Ruang Exhaust Fan, Gudang, Roof
Tank, Ruang Tangga Evakuasi
21 +62,55 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Radio, Ruang
sampah, Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
20 +59,35 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
19 +56,15 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
18 +52,95 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
17 +49,75 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
16 +46,55 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
15 +43,35 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
12 +40,15 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
11 +36,95 Kamar Hunian Apartemen, Ruang Panel, Ruang sampah,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
10 +33,75 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
9 +30,55 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift

8
Nama Lantai Elevasi Peruntukan Lantai
8 +27,35 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
7 +24,15 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
6 +20,95 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
5 +17,75 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
3 +14,55 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
2 +11,35 Kamar Hotel, Ruang Panel, Ruang Housekeeping, Ruang
Tangga Evakuasi, Lobby Lift
1 +8,15 Kamar Hotel, Kolam Renang Outdoor, Fitness Center,
Cafe Outdoor, Ruang Panel, Ruang Housekeeping,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
UG +4,95 Kamar Hotel, Ruang Laundry, Parkiran, Ruang Panel,
Ruang Housekeeping, Ruang Tangga Evakuasi
G 0 Lobby, Resepsionis, Restoran Italia, Toilet Umum,
Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift
Semibasement -3,7 Ruang Monitoring, Mushola, Ruang Pompa, Ruang
Engineering, Ruang Kantor Tenant Relations, Ruang
Locker Pekerja, Toilet Umum, Ruang Genset, Parkiran,
Gudang, Ruang Tangga Evakuasi, Lobby Lift

Pada Gambar 2.3 Denah Lantai Basement dapat dilihat bahwa lantai tersebut
dipenuhi dengan fasilitas yang diperuntukan kepada para Staff dan pengelola seperti
yang terlihat pada Tabel 2.1. Peruntukan Lantai dari Denah Apartemen Atria Residence.
Pada Gambar 2.4. Denah Lantai Ground Floor dapat dilihat bahwa lantai tersebut cukup
kosong dan diperuntukan hanya untuk menerima pendatang yang akan menginap pada
hotel. Pada Gambar 2.5. Denah Lantai Upper Ground dapat dilihat bahwa lantai tersebut
merupakan lahan parkir gedung beserta beberapa kamar hotel dan ruang laundry untuk
penginap. Pada Gambar 2.6. Denah Lantai 1 dapat dilihat bahwa lantai tersebut

9
merupakan lantai hotel beserta dengan fasilitas rekreasi bagi penginap seperti kolam
renang, ruang Fitness, dan kafe. Pada Gambar 2.7. Denah lantai 2 – 10 dapat dilihat
bahwa seluruh lantai tersebut pada dasarnya hanyalah kamar – kamar hotel untuk
disewakan. Pada Gambar 2.8. Denah Lantai 11 – 21 dapat dilihat bahwa seluruh lantai
tersebut dipenuhi dengan kamar – kamar apartemen yang oleh karena itu tidak terdapat
ruang Housekeeping melainkan ruang sampah. Pada Gambar 2.9. Denah Lantai
Rooftop dapat dilihat bahwa lantai tersebut digunakan untuk kepentingan teknis seperti
terdapatnya Rooftank, berbagai alat ventilasi, berbagai Gutter beserta dengan Drain
untuk penyaluran air hujan, pipa vent pembuang dari sistem plambing vent, ruang
kendali lift, dan lainnya.

Gambar 2. 3. Denah Lantai Semibasement

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

10
Gambar 2. 4. Denah Lantai Ground Floor

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 2. 5. Denah Lantai Upper Ground

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

11
Gambar 2. 6. Denah Lantai 1

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 2. 7. Denah Lantai 2 Sampai 10

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

12
Gambar 2. 8. Denah Lantai 11 Sampai 21

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 2. 9. Denah Lantai Roof Top

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

13
2.3. Kondisi Apartemen pada Awal Kerja Praktik

Kondisi Apartemen Atria Residence pada saat penulis melaksanakan kerja


praktik adalah terbangunnya struktur gedung dan sistem plambing gedung sebesar
100% yang dapat dilihat pada Gambar 2. 10 baik dari aspek sistem plambing air bersih,
air buangan, Vent, penyaluran air hujan, maupun pemadam kebakaran dan sudah
beroperasi sejak tahun 2016. Berbagai fasilitas gedung sudah terbangun dan beroperasi
seperti Ruang Engineering yang dapat dilihat pada Gambar 2. 11, Ruang Tenant
Relation pada Gambar 2. 12, Ruang Security dan Monitoring cctv pada Gambar 2. 13,
Kolam Renang pada Gambar 2. 14, Lahan Parkir pada Gambar 2. 15, Restoran Hotel
pada Gambar 2. 16, Conference Room pada Gambar 2. 17, Toilet umum pada Gambar
2. 18, dan Mushola pada Gambar 2. 19.

Gambar 2. 10. Tampilan Luar Gedung Atria Residence

14
Gambar 2. 11. Ruang Engineering di Lantai Semibasement Atria Residence

Gambar 2. 12. Ruang Tenant Relation di Lantai Semibasement Atria Residence

15
Gambar 2. 13. Ruang Security dan Monitoring CCTV di Lantai Semibasement Atria
Residence

Gambar 2. 14. Kolam Renang dan Fitness Center di Lantai 1 Atria Residence

16
Gambar 2. 15. Lahan Parkir Luar Atria Residence

Gambar 2. 16. Restoran Hotel di Lantai Ground Atria Residence

17
Gambar 2. 17. Conference Room di Lantai Ground Atria Residence

Gambar 2. 18. Toilet Umum di Lantai Ground Atria Residence

18
Gambar 2. 19. Musholla di Lantai Semibasement Atria Residence

2.4. Ruang Lingkup Atria Residence

Atria Residence merupakan gedung apartemen dan hotel yang dikelola oleh PT.
Parador Property Management dan PT. Parador Hotels and Resorts. PT. Parador
Property Management mengelola gedung secara keseluruhan baik unit kamar
apartemen, maupun segala aspek gedung di luar kamar hotel, sedangkan PT. Parador
Hotels and Resorts mengelola pelayanan terhadap pelanggan hotel serta perawatan unit
kamar dan segala properti yang ada pada kamar tersebut. Kedua perusahaan tersebut
bertanggung jawab kepada Owner gedung yaitu PT. Paramount Enterprise.

2.5. Profil Perusahaan

PT. Parador Property Management merupakan perusahaan swasta anakan dari


PT. Paramount Enterprise yang didirikan pada tahun 2012 dan diresmikan menjadi PT
pada tahun 2014. Fokus utama dari perusahaan ini adalah mengenai pengelolaan atau
management gedung seperti apartemen, hotel, maupun ruko kantor yang merupakan
properti khusus milik PT. Paramount Enterprise. Property yang dikelola oleh
perusahaan ini berletak pada kota Gading Serpong yang meliputi gedung – gedung
seperti Atria Residence, Ara Center, Beverly Apartemen, dan Ruko Times Square.
Gedung – gedung ini sebelumnya dikelola oleh PT. Paramount Propertindo yang

19
kemudian pada tahun 2017 diserahkan ke PT. Parador Property Management. Berikut
adalah Visi dan Misi dari PT. Parador Property Management.
Visi:
Untuk menjadi garam dan terang dalam dunia keramahtamahan perhotelan di seluruh
Indonesia.

Misi:
Untuk memastikan para tamu dan pelanggan menikmati pengalaman yang berkesan
dengan memberikan pelayanan prima dan keramahtamahan yang tulus dari hati.

Pada PT. Parador Property Management terdapat budaya kerja yaitu 3S yang terdiri
dari Senyum, Salam, dan Sapa. Terdapat juga nilai – nilai yang ditanamkan di dalam
lingkungan kerja yaitu:
1. Integritas, yang memuat keselarasan antar kata dan karya, keterbukaan
terhadap masukan, dan keteguhan memegang prinsip
2. Penatalayanan, yang memuat memahami amanat, memenuhi komitmen hingga
tuntas, senantiasa memperbaiki diri, dan bertanggung jawab atas hasil kerja.
3. Rasa Hormat, yang memuat memperlakukan orang lain sebagaimana saya
ingin diperlakukan, fokus ketika menyimak pesan yang disampaikan dari mitra
bicara untuk mendapatkan pemahaman, dan menghargai perbedaan dan
mengusahakan mufakat yang mengakomodasi kepentingan bersama.

20
BAB III
KONDISI AKTUAL LOKASI KERJA PRAKTIK

3.1 Deskripsi Kerja

PT. Parador Property Management merupakan Perusahaan Swasta yang


bertanggung jawab kepada Owner gedung yang dipegang oleh PT. Paramount
Enterprise International untuk mengelola gedung secara keseluruhan. Hal tersebut
meliputi Sistem Mechanical Electrical Plumbing (MEP), Security System, fasilitas
umum seperti kolam renang dan Fitness Center, Tenant Relation, perawatan gedung,
pengelolaan pegawai, dan berbagai keperluan administrasi. Dalam hal ini, penulis
melakukan kerja praktik yang berfokus kepada operational dan maintenance dari
bidang Mechanical Electrical Plumbing khususnya pada bidang plambing di gedung
Atria Residence.

3.2 Sistem Plambing Air Bersih

Sistem plambing air bersih merupakan komponen plambing vital yang


bertujuan untuk menyediakan air bersih sesuai dengan kebutuhan air bersih pada
gedung tersebut beserta kualitas yang memenuhi standar kriteria pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 dan juga terpenuhi secara kontinuitasnya
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

3.2.1 Ruang Lingkup Sistem Plambing Air Bersih

Ruang lingkup sistem plambing air bersih di gedung Atria Residence meliputi
operasional, pemeriksaan, dan perawatan dari Ground Water Tank, Roof Tank, pompa
transfer, pompa booster, jaringan perpipaan air bersih pada gedung, Shaft gedung,
bangunan pelengkap, dan aksesori perpipaan lainnya.
3.2.2 Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang digunakan untuk sistem plambing air bersih gedung
Atria Residence terdapat dari PDAM Tirta Kerta Raharja yang ditampung pada dua
buah Ground Water Tank dengan total kapasitas 400 m³. Debit yang masuk dari PDAM
pun terpantau oleh meteran yang dicatat per bulan nya oleh petugas PDAM dan
diinstalasi di dekat Ground Water Tank sehingga jelas terlihat debit bulanan pemakaian
yang dapat digunakan untuk keperluan administrasi bagi kedua instansi seperti yang
terlihat pada Gambar 3.1 dan juga Gambar 3.2 mengenai Tampak Meteran Sistem
Plambing Air Bersih. Berikut adalah gambar meteran PDAM Tirta Kerta Raharja yang
terinstalasi di dekat Ground Water Tank.

Gambar 3. 1. Tampak Meteran PDAM Sistem Plambing Air Bersih untuk Atria Residence

22
Gambar 3. 2. Tampilan Dekat Meteran PDAM Sistem Plambing Air Bersih untuk Atria
Residence

3.2.3 Sistem Pengumpulan Air Bersih

Sistem pengumpulan air bersih dari sumber air bersih PDAM dikumpulkan pada
dua unit Ground Water Tank yang terletak di luar gedung Atria Residence yang
ketinggian nya selevel dengan Ground floor seperti yang terlihat pada Gambar 3.3 dan
Gambar 3.4 mengenai 2 kompartemen Ground Water Tank. Kapasitas dari masing –
masing unit Ground Water Tank ini adalah 200 m³ sehingga terdapat kapasitas total
dari Ground Water Tank adalah 400 m³. pada unit ini terdapat juga sebuah Suction Pit
seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6 mengenai tempat Suction Pit
beserta dengan pipa hubungnya dimana pada tempat ini dilakukan penyedotan air dari
Ground Water Tank ke Roof Tank dengan menggunakan pompa transfer yang terletak
pada ruang pompa seperti yang terlihat pada Gambar 3.7, Gambar 3.10, Gambar 3.11,
dan Gambar 3.12 mengenai pompa transfer beserta dengan gambar – gambar tekniknya.
Terpisahnya ruangan antara kedua Ground Water Tank dengan Suction Pit berfungsi
sebagai pengolahan sederhana pre-sedimentasi yang mengendapkan beberapa pasir
influen dari PDAM dengan waktu detensi selama 2 hari. Maka dari itu, terdapat
penghubung dari Ground Water Tank ke Suction Pit yang berupa pipa lengkung di
ruangan pompa dengan dilengkapi adanya Gate Valve yang dapat digunakan apabila

23
ingin melakukan maintenance seperti pengurasan sedimen maupun perbaikan Ground
Water Tank.
Pada Suction Pit yang berlokasi dekat dengan ruang pompa bagian pemadam
kebakaran, terdapat tiga buah sambungan pipa yang menghubungkan ke tiga buah
pompa pemadam kebakaran yaitu pompa Jockey, pompa Electric, dan pompa Diesel
yang mengambil air dari Suction Pit bersamaan dengan dua pipa penghubung dari
Suction Pit ke kedua pompa transfer berjenis pompa Jockey. Namun, terdapat dua
kelemahan pada Ground Water Tank gedung Atria Residence yaitu terdapat pipa air
yang berletak pada ruang pompa pemadam kebakaran yang terus menerus bocor 24 jam
seperti yang terlihat pada Gambar 3.8 mengenai kebocoran kran Ground Water Tank
dan juga dinding Ground Water Tank yang retakan besar yang berpotensi
mengakibatkan kebocoran masif apabila tidak ditangani dengan cepat dan sesuai
prosedur seperti yang terlihat pada Gambar 3.9 mengenai retaknya dinding Ground
Water Tank. Berikut gambar tampilan luar Ground Water Tank beserta gambar teknik
nya.

Gambar 3. 3. Ground Water Tank Pertama Sistem Plambing Air Bersih

24
Gambar 3. 4. Ground Water Tank Kedua Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 5. Tempat Suction Pit Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih

25
Gambar 3. 6. Pipa Hubung Ground Water Tank dekat Pemadam Kebakaran ke Suction Pit
Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 7. Pipa Hubung Ground Water Tank dekat Pompa Transfer ke Suction Pit Sistem
Plambing Air Bersih

26
Gambar 3. 8. Kebocoran pada Kran di Sump Pit Bersumber dari Ground Water Tank Sistem
Plambing Air Bersih

Gambar 3. 9. Retakan pada Dinding Ground Water Tank di Ruang Pompa Sistem Plambing
Air Bersih

27
Gambar 3. 10. Gambar Teknik Ground Water Tank dan Ruang Pompa Sistem Plambing Air
Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 11. Potongan A - A Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

28
Gambar 3. 12. Potongan B - B Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

3.2.4 Sistem Pengaliran Air Bersih

Gambar 3. 13. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

29
Pada Gambar 3.13. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih terlihat
bahwa sistem pengaliran air bersih gedung Atria Residence menggunakan sistem tangki
atap dan sistem pengaliran ke bawah menggunakan gravitasi dengan bantuan tiga unit
pompa Booster untuk memberikan tekanan yang cukup pada alat – alat plambing di 3
lantai teratas gedung tersebut. Air bersih yang terkumpul pada Ground Water Tank
teralokasikan menjadi dua fungsi yaitu untuk menyediakan air pada sistem pemadam
kebakaran dan menyediakan pasokan air pada sistem plambing air bersih. Air yang
dialirkan untuk sistem plambing air bersih diisap dengan menggunakan pompa transfer
yang berletak pada ruang pompa di lantai basement yang berjumlah dua pompa berjenis
Jockey Pump seperti yang terlihat pada Gambar 3.14 mengenai pompa transfer dan
memiliki Head Pompa sebesar 8 bar yang cukup mengalirkan air dari Ground Water
Tank sampai Roof Tank seperti yang terlihat pada Gambar 3.15 Pressure Gauge pompa
transfer. Kekuatan pompa yang hanya 8 bar didukung oleh sudah terisinya air pada pipa
utama antara pompa transfer dan Roof Tank beserta adanya Check Valve setiap 4 lantai
gedung sehingga beban tekanan pipa dari pompa transfer sampai ke Roof Tank pada
titik terendah teredam dengan Check Valve – Check Valve yang ada. berikut adalah
gambar pompa transfer beserta gambar ukuran tekanan dalam satuan bar.

Gambar 3. 14. Pompa Transfer Berjenis Pompa Jockey Sistem Plambing Air Bersih

30
Gambar 3. 15. Pressure Gauge di Ruang Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih

Pada bagian Roof Tank yang terletak di lantai Roof Top seperti yang terlihat
pada Gambar 3.16 mengenai tampak Roof Tank, influen air dari pipa utama terbagi
menjadi dua pipa cabang untuk masuk ke dalam Roof Tank yang dilengkapi dengan
Gate Valve seperti yang terlihat pada Gambar 3.17 mengenai Gate Valve. Pada Roof
Tank yang bervolume sekitar ± 30 m³ terdapat overflow dan pipa pengurasan sedimen.
Lalu terdapat dua jenis efluen tangki yang disatukan dengan sebuah Header, keluaran
pertama untuk pengaliran gravitasi pada lantai 18 ke bawah, sedangkan keluaran kedua
untuk pengaliran dengan pompa Booster dengan tekanan 2,2 bar pada tiga lantai teratas.
Terdapat juga sistem Bypass yang dirancang pada pipa keluaran pompa Booster dengan
pipa keluaran tangki untuk pengaliran gravitasi agar mencegah terputusnya air apabila
seluruh pompa Booster sedang dalam perawatan seperti yang terlihat pada Gambar 3.18
mengenai pompa Booster. Pada Roof Tank juga terdapat dua buah Water Level
Controller yang berfungsi untuk mengatur operasional pompa transfer yang apabila
WLC mengindikasikan Roof Tank penuh, maka akan terjadi pemberhentian
beroperasinya pompa sampai pada level muka air tertentu di Roof Tank seperti yang
terlihat pada Gambar 3.19 mengenai WLC. Berikut adalah gambar terkait Roof tank.

31
Gambar 3. 16. Tampak Belakang Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 17. Gate Valve Influen Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

32
Gambar 3. 18. Perpipaan Roof Tank dan Pompa Booster Berjenis Pompa Jockey Sistem
Plambing Air Bersih

Gambar 3. 19. Tampak Dalam Roof Tank Beserta Water Level Controller Sistem Plambing
Air Bersih

33
Pada jaringan distribusi pipa air bersih terdapat Shaft air utama seperti yang
terlihat pada Gambar 3.20 mengenai Shaft utama dimana terdapat pipa tegak pengaliran
air gravitasi, pipa utama dari ruang pompa transfer ke Roof Tank, dan pipa pengaliran
air dengan pompa Booster. Pada pipa tegak air bersih seperti yang terlihat pada Gambar
3.21 mengenai Shaft pelayanan, terdapat berbagai aksesori perpipaan seperti Gate
Valve, Pressure Reducing Valve, Barometer, dan sistem Bypass. Sistem Bypass
digunakan untuk mengalirkan pipa saat sedang ada proses Maintenance sehingga tidak
terjadi kebocoran atau putusnya aliran. Pengaliran pipa air bersih secara mendatar
dilakukan pada setiap lantai dan bercabang di setiap kamarnya yang dapat diawasi pada
meteran di Shaft masing – masing kamar. Pipa cabang mendatar masing – masing
kamar dilanjutkan dengan pipa alat plambing yang menuju ke alat – alat plambing
setiap kamar seperti yang terlihat pada Gambar 3.22, Gambar 3.23, dan Gambar 3.24
mengenai pipa – pipa pelayanan air bersih beserta dengan isometrinya.

Gambar 3. 20. Shaft Utama Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih

34
Gambar 3. 21. Shaft Pojok untuk Satu Unit Kamar Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 22. Shaft Tengah untuk Dua Unit Kamar Sistem Plambing Air Bersih

35
Gambar 3. 23. Belokan dari Pipa Mendatar Air Bersih Menuju ke Unit Kamar Sistem
Plambing Air Bersih

Gambar 3. 24. Isometri Perpipaan Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

36
Pengaliran air bersih setelah pipa tegak pada Shaft utama tidak hanya untuk ke
setiap kamar namun juga untuk mengalirkan ke utilitas gedung lainnya seperti dapur
pada restoran, toilet umum, dan juga kolam renang. Pada sistem kolam renang, air
bersih masuk ke dalam Balancing Tank dan dilakukan sirkulasi ke kolam renang
dengan menggunakan pompa dan Sand Filter yang akan terdorong terus sampai ke
kolam renang seperti pada Gambar 3.25 mengenai perpipaan dan reservoir dari
pengaliran air kolam renang.

Gambar 3. 25. Perpipaan Pada Sistem Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

3.2.5 Komponen Sistem Plambing Air Bersih

Komponen sistem plambing air bersih disediakan untuk melengkapi fungsi


kerja dari keseluruhan sistem agar dapat bekerja maksimal dan meminimalisir
kerusakan yang dapat terjadi

37
3.2.5.1. Perpipaan Air Bersih

Jenis perpipaan sistem plambing air bersih gedung Atria Residence terdiri dari:

a. Galvanized Iron Pipe

Pada Gambar 3.26 mengenai pipa galvanis ditemukan bahwa pipa jenis ini
digunakan pada jaringan transmisi plambing air bersih gedung dari Ground Water Tank
hingga ke Roof Tank dan juga pada jaringan distribusi pipa di Roof tank, dan Pipa tegak.
Pipa ini dihubungkan dengan las besi sehingga pipa ini sangat kuat namun memiliki
kelemahan dari aspek mudah berkaratnya bahan besi akibat lembab nya udara sehingga
tumbuhnya jamur penyebab karat yang terkadang mengakibatkan kebocoran sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan. Perbaikan pipa ini dapat dilakukan
pengelasan kembali, penggantian dengan melepas klem pipa, dan pengecatan kembali
pipa menggunakan cat merek kansai primer berjenis cat zinc chromate primer yang
merupakan cat anti karat dan anti korosi seperti pada Gambar 3.27 dan Gambar 3.28
mengenai metode perawatan pipa.

Gambar 3. 26. Galvanized Iron Pipe Sistem Plambing Air Bersih

38
Gambar 3. 27. Dokumentasi Perbaikan Pipa dengan Cat Zinc Chromate Primer Anti Korosi
Pertama Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 28. Dokumentasi Perbaikan Pipa dengan Cat Zinc Chromate Primer Anti Korosi
Kedua Sistem Plambing Air Bersih

39
b. Polypropylene Random

Pada Gambar 3.29 dan Gambar 3.30 mengenai pipa PPR ditemukan bahwa Pipa
PPR di gedung Atria Residence digunakan pada sistem distribusi plambing air bersih
terutama sebagai pipa mendatar dari pipa tegak sampai ke masing - masing kamar
maupun ke Balancing Tank kolam renang. Pipa Galvanized Iron Pipe dihubungkan ke
Pipa PPR dengan menggunakan Drat Socket. Pipa ini cenderung sangat kuat dan tidak
akan bocor selama tidak ada gangguan eksternal seperti tancapan paku. Pemasangan
pipa ini dilakukan dengan memanaskan pipa dengan sambungannya dengan
menggunakan alat bernama PPR Welding Machine seperti pada Gambar 3.31 dan
Gambar 3.32 mengenai mesin penyambung pipa PPR. Pada gedung ini terdapat dua
jenis pipa PPR yaitu pipa PPR bergaris biru untuk air bersih bersuhu normal dan PPR
bergaris merah untuk air panas yang dipasang pada alat pemanas masing – masing
kamar. Perpipaan ini dilengkapi dengan klem pipa.

Gambar 3. 29. Pipa PPR Bergaris Biru untuk Sistem Plambing Air Bersih

40
Gambar 3. 30. Pipa PPR Bergaris Merah untuk Air Panas Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 31. PPR Welding Machine Sistem Plambing Air Bersih

41
Gambar 3. 32. Dokumentasi Penyambungan Pipa PPR Sistem Plambing Air Bersih

3.2.5.2. Bangunan Pelengkap Air Bersih

Bangunan pelengkap dari sistem plambing air bersih gedung Atria Residence
terdiri dari:

a. Ground Water Tank

Pada Gambar 3.33 dan Gambar 3.34 mengenai tampak dan gambar teknik
Ground Water Tank ditemukan bahwa Ground Water Tank gedung Atria Residence
berfungsi untuk menampung air dari PDAM Tirta Kerta Raharja dengan volume total
400 m³ yang terbagi menjadi dua bagian dan terhubung ke Suction Pit. Ground Water
Tank dan Suction Pit tersusun dari beton dan dapat berfungsi sebagai pre-sedimentasi
berhubung air yang ada di Ground Water Tank akan terdetensi selama dua hari agar
pasir – pasir dari air PDAM mengendap. Untuk menguras endapan pasir tersebut, setiap

42
6 bulan dilakukan Maintenance pengurasan sedimen dalam Ground Water Tank.
Berikut adalah gambar Ground Water Tank beserta gambar teknik nya.

Gambar 3. 33. Ground Water Tank Sistem Plambing Air Bersih

43
Gambar 3. 34. Gambar Teknik Ground Water Tank dan Ruang Pompa Sistem Plambing Air
Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

b. Roof Tank

Pada Gambar 3.35 dan Gambar 3.36 mengenai Roof Tank serta Gambar 3.37
dan Gambar 3.38 mengenai gambar teknis Roof Tank ditemukan bahwa Roof Tank di
gedung Atria Residence bervolume ±30 m³ dan berfungsi untuk menampung air dari
Groud Water Tank melalui pompa transfer dan mendistribusikan air bersih ke seluruh
alat plambing gedung. Roof Tank dilengkapi dengan beberapa Gate Valve, Booster
Pump, Overflow Pipe, dan Draining Pipe. Sedimen dari Roof Tank dikuras setiap 6
bulan untuk mencegah pengurangan kapasitas tampung air bersih dikarenakan terisinya
dengan sedimen. Berikut adalah gambar tampak Roof Tank beserta gambar tekniknya.

44
Gambar 3. 35. Tampak Belakang Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 36. Tampak Depan Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

45
Gambar 3. 37. Denah Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 38. Potongan A - A Roof Tank Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

46
c. Kolam Renang

Kolam renang di gedung Atria Residence berkapasitas 150 m³ dan memiliki


sistem sirkulasi air bersih yang dikombinasikan dengan Balancing Tank dan Sand Filter.
Sistem dimulai dari influen air bersih dari pipa tegak air bersih menuju Balancing Tank
dengan menggunakan pipa PPR yang pengisiannya diatur dengan Water Level
Controller seperti pada Gambar 3.39, Gambar 3.40, Gambar 3.41, dan Gambar 3.42
mengenai gambar teknis serta tampak langsung sistem plambing kolam renang. Setiap
malamnya, petugas kolam renang atau teknisi akan menaruh klorin sampai pH
menyentuh angka 7,6. Lalu air bersih disalurkan ke kolam renang dewasa dan kolam
renang anak sampai sejajar dengan permukaan Drain samping kolam renang. Air bersih
di kolam renang perlahan – lahan masuk ke dalam dua Main Drain pada kolam renang
dewasa, satu main drain pada kolam renang anak, dan Gutter dari sisi – sisi kolam
renang, namun apabila ingin dilakukan perawatan, dapat digunakan Vacuum Drain
menggunakan alat vacuum seperti pada Gambar 3.44 dan Gambar 3.45 mengenai Drain
kolam renang.
Air dari masing – masing drain kecuali Vacuum Drain akan disatukan pada
Header dan masuk ke pompa yang dapat memfiltrasi air dengan saringan berukuran
besar. Lalu air akan disalurkan ke Sand Filter seperti pada Gambar 3.43 untuk
dilakukan penyaringan antara kotoran dan air bersih dengan menggunakan Multi
Purpose Valve dimana kotoran akan dibuang ke Sump Pit pada saat prosesi Backwash
sedangkan air bersih dimasukkan kembali ke kolam renang. Untuk perawatan Sand
Filter tersebut, dilakukan secara berkala Backwash yang dilakukan beberapa minggu
sekali yang kemudian air dari Backwash disalurkan ke Sump Pit terdekat. Berikut
adalah gambar teknik dari kolam renang beserta gambar perlengkapan kolam renang.

47
Gambar 3. 39. Gambar Teknik Sistem Sirkulasi Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 40. Gambar Teknik Ruang Pompa Kolam Renang dan Balancing Tank Sistem
Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

48
Gambar 3. 41. Potongan A - A Balancing Tank dan Sand Filter Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 42. Pompa Kolam Renang, Perpipaan, dan Balancing Tank Sistem Plambing Air
Bersih

49
Gambar 3. 43. Sand Filter Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 44. Main Drain Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

50
Gambar 3. 45. Vacuum Drain Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

3.2.5.3. Perlengkapan Perpipaan Air Bersih

a. Gate Valve

Pada Gambar 3.46 mengenai Gate Valve ditemukan bahwa Gate Valve terdapat
pada berbagai titik plambing air bersih yang berfungsi sebagai penutup aliran apabila
ingin dilakukan Maintenance sehingga aliran dapat dialirkan ke jalur parallel atau
disebut dengan aliran Bypass.

51
Gambar 3. 46. Gate Valve Sistem Plambing Air Bersih

b. Check Valve

Pada Gambar 3.47 mengenai Check Valve ditemukan bahwa Check Valve
merupakan katup yang terdapat pada pipa sesudah pemompaan serta di pipa utama
antara pompa transfer dan Roof Tank yang berinterval 4 lantai dengan fungsi untuk
mencegah aliran balik pada saat aliran pemompaan terjadi.

52
Gambar 3. 47. Check Valve Sistem Plambing Air Bersih

c. Float Valve

Pada Gambar 3.48 mengenai Float Valve ditemukan bahwa Float Valve
merupakan katup yang terdapat pada Ground Water Tank yang mengatur masuknya air
dari PDAM secara automatis yang menyesuaikan dengan ketinggian muka air dari
tangki. Pengaturan dari pengisian air tersebut bergantung pada bola besi yang
tersambungkan ke katup yang elevasinya mengikuti elevasi dari air pada Ground Water
Tank.

53
Gambar 3. 48. Float Valve Sistem Plambing Air Bersih

d. Pressure Switch

Pada Gambar 3.49 mengenai Pressure Switch ditemukan bahwa Pressure


Switch pada sistem plambing air bersih terdapat pada rangkaian dari pompa Booster
untuk mengatur tekanan air agar tidak kurang atau lebih dari tekanan yang diatur.

Gambar 3. 49. Pressure Switch Sistem Plambing Air Bersih

54
e. Flexible Joint

Pada Gambar 3.50 mengenai Flexible Joint ditemukan bahwa Flexible Joint
merupakan sambungan pipa yang berbahan elastis yang dipasang sebelum dan sesudah
pemompaan untuk mencegah rusaknya pipa akibat tekanan yang begitu kuat dari pompa.
Pada gedung ini, Flexible Joint digunakan pada titik sebelum dan sesudah pompa
transfer dan pompa Booster.

Gambar 3. 50. Flexible Joint Sistem Plambing Air Bersih

f. Water Level Controller

Pada Gambar 3.51 dan Gambar 3.52 mengenai Water Level Controller
ditemukan bahwa Water Level Controller merupakan komponen elektrikal yang
terdapat pada reservoir terutama pada Roof Tank untuk mengatur operasional pompa
transfer pada saat tangki penuh ataupun tangki kosong.

55
Gambar 3. 51. Water Level Controller Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 52. Komponen Elektrikal yang Menerima Sinyal dari WLC Roof Tank Sistem
Plambing Air Bersih

56
g. Pressure Gauge

Pada Gambar 3.53 mengenai Pressure Gauge ditemukan bahwa Pressure


Gauge merupakan alat yang memberikan informasi terkait seberapa besar tekanan air
yang ada pada titik tertentu. Pada umumnya alat ini menunjukkan nilai dengan satuan
bar. Pressure Gauge biasanya ditemukan pada pipa setelah air dipompakan dari pompa
transfer maupun pompa Booster.

Gambar 3. 53. Pressure Gauge Sistem Plambing Air Bersih

h. Pressure Reducing Valve

Pada Gambar 3.54 dan Gambar 3.55 mengenai Pressure Reducing Valve
ditemukan bahwa Pressure Reducing Valve merupakan katup automatis yang dipasang
di pipa tegak plambing air bersih untuk mengatur tekanan air agar tidak terjadi Water
Hammer terutama pada titik terendah dari pipa tegak plambing air bersih. Alat ini
dipasang dengan interval setiap tiga lantai pada Shaft utama dengan dilengkapi sistem
Bypass.

57
Gambar 3. 54. Pressure Reducing Valve Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 55. Gambar Teknik Pressure Reducing Valve Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

i. Water Meter

Pada Gambar 3.56 mengenai Water Meter ditemukan bahwa Water Meter
merupakan alat untuk melacak debit aliran air bersih dari PDAM maupun melacak debit
aliran air bersih per kamar nya di ruang Shaft per kamar. Satuan dari alat ini adalah m³
dan biasanya dihitung per hari nya dan per bulan nya.

58
Gambar 3. 56. Water Meter Sistem Plambing Air Bersih

j. Pressure Tank

Pada Gambar 3.57 mengenai Pressure Tank ditemukan bahwa Pressure Tank
merupakan tangki yang memiliki membrane yang memisahkan antara udara dan air dari
aliran pompa Booster sehingga dapat menjadi tekanan bagi aliran air dalam pipa setelah
pompa Booster. Pada tangki ini juga tersedia lubang kecil di bagian atas untuk
mengeluarkan gas berlebih.

Gambar 3. 57. Pressure Tank Sistem Plambing Air Bersih

59
k. Strainer

Pada Gambar 3.58 dan Gambar 3.59 mengenai Strainer ditemukan bahwa
Strainer merupakan alat pada perpipaan plambing air bersih yang berfungsi untuk
filtrasi air yang mengalir pada strainer tersebut. Strainer berbentuk beragam namun
pada gedung Atria Residence dipasang hanya pada pipa sebelum dan sesudah
pemompaan dan juga pada beberapa titik di lantai Semibasement.

Gambar 3. 58. Strainer Sistem Plambing Air Bersih Tipe 1

60
Gambar 3. 59. Strainer Sistem Plambing Air Bersih Tipe 2

l. Selector Switch

Pada Gambar 3.60 mengenai Selector Switch ditemukan bahwa Selector Switch
merupakan tuas putar yang ada pada panel untuk mengatur dua atau lebih pilihan dalam
pengaturan saklar.

61
Gambar 3. 60. Selector Switch Panel Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih

m. Manual Switch

Manual Switch merupakan saklar yang mengatur operasional alat yang


terhubung dengan panel secara manual.

n. Automatic Switch

Automatic Switch merupakan saklar yang mengatur operasional alat yang


terhubung dengan panel secara automatis.

o. PPR Pipe Fitting Reducer

Pada Gambar 3.61 mengenai PPR Pipe Fitting Reducer ditemukan bahwa PPR
Pipe Fitting Reducer berfungsi untuk menyambungkan dua atau lebih pipa dengan
spesifikasi diameter berbeda dengan metode pemanasan yang memberikan tingkat
kerekatan yang tinggi sehingga tidak akan terjadi kebocoran selain dari gangguan
eksternal yang bertekanan tinggi.

62
Gambar 3. 61. Fitting Reducer Pipa PPR Sistem Plambing Air Bersih

p. Multi Purpose Valve

Pada Gambar 3.62 mengenai Multi Purpose Valve ditemukan bahwa Multi
Purpose Valve merupakan katup yang mengatur kinerja dari Sand Filter dengan pilihan
pengaturan Circulate, Backwash, Rinse, dan Waste. Pengaturan yang paling umum
dipilih adalah Circulate untuk mensirkulasi air bersih berkaporit untuk kolam renang
dan Backwash untuk melakukan perawatan pada Sand Filter dengan mengangkat
kotoran yang tersangkut pada filter pasir.

Gambar 3. 62. Multi Purpose Valve Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

63
q. Sand Filter

Pada Gambar 3.63 mengenai Sand Filter kolam renang ditemukan bahwa Sand
Filter merupakan alat filtrasi di komponen sirkulasi air bersih kolam renang yang pada
umumnya digabungkan dengan Multi Purpose Valve sehingga dapat diatur kinerja dari
Sand Filter baik untuk sirkulasi air bersih atau untuk perawatan dengan Backwash.
Sand Filter mengandung pasir yang menyaring air dari kolam renang.

Gambar 3. 63. Sand Filter Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

r. Klem Pipa

Pada Gambar 3.64, Gambar 3.65, Gambar 3.66, dan Gambar 3.67 mengenai
tampak dan gambar teknis klem pipa ditemukan bahwa Klem pipa merupakan alat yang
digunakan untuk menjaga posisi pipa apabila sedang ada aliran agar tidak terjadi
perubahan posisi. Klem ini tersusun oleh Dynabolt Drat sebagai penghubung lubang
bor atap dengan Socket Drat, Socket Drat sebagai penghubung Dynabolt Drat dengan
Long Drat, Long Drat sebagai batangan yang menghubungkan antara Socket Drat
dengan alat klem pipa gantung.

64
Gambar 3. 64. Komponen Lengkap Klem Pipa Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 65. Gambar Teknik Klem Pipa Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

65
Gambar 3. 66. Gambar Teknik Klem Pipa Gantung Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 67. Gambar Teknik Klem Pipa Menempel Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

66
3.2.5.4. Sistem Pompa

a. Pompa Transfer

Pada Gambar 3.68 dan Gambar 3.69 mengenai pompa transfer ditemukan
bahwa Pompa transfer merupakan alat yang mengisap, mendorong, dan memberikan
tekanan pada Ground Water Tank untuk mengalirkan ke Roof Tank dengan melewati
pipa utama gedung. Pompa transfer pada sistem plambing air bersih gedung Atria
Residence menggunakan jenis pompa Jockey sebanyak dua unit dengan alat pelengkap
seperti Strainer, Flexible Joint, Check Valve, dan Pressure Gauge seperti pada Gambar
3.70 mengenai Pressure Gauge yang dipasang secara parallel dan digabungkan
alirannya menggunakan Header dengan spesifikasi tekanan saat beroperasi di antara 7
– 8 bar. Operasional pompa transfer dikontrol dengan sebuah panel pompa transfer
seperti pada Gambar 3.71 yang dapat diatur secara manual maupun automatis. Secara
automatis, tanda bagi pompa untuk beroperasi ditransmisikan lewat Water Level
Controller dan ditransmisikan kembali ke suatu Switch yang mengatur pergantian
operasi pompa transfer pertama ke pompa transfer kedua.
Pemeriksaan dan perawatan dari pompa transfer ini dilakukan sebanyak
seminggu sekali oleh tim teknisi. Pemeriksaan dapat berupa Drill dengan
mengoperasikan secara manual, maupun pemeriksaan seluruh komponen di sekitar
pompa transfer seperti pada Gambar 3.72, Gambar 3.73, dan Gambar 3.74 mengenai
metode perawatan pompa transfer. Perawatan dari pompa transfer ini dilakukan dengan
melakukan pengelapan pompa dan pipa sekitar pompa dengan kain dan solar agar debu
yang lembab tidak merusak peralatan dan juga pengisian pompa transfer dengan Grease
atau gemuk dengan menggunakan Gun Grease setiap seminggu sekali.

67
Gambar 3. 68. Pompa Transfer Berjenis Pompa Jockey Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 69. Spesifikasi Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih

68
Gambar 3. 70. Pressure Gauge Pompa Transfer Menunjukan Nilai 8 Bar Sistem Plambing Air
Bersih

Gambar 3. 71. Panel Pompa Transfer Sistem Plambing Air Bersih

69
Gambar 3. 72. Dokumentasi Perawatan Pompa Transfer dengan Mengelap Pompa Sistem
Plambing Air Bersih

Gambar 3. 73. Lubang Masuk Grease untuk Pelumas Pompa Sistem Plambing Air Bersih

70
Gambar 3. 74. Gun Grease untuk Pompa Sistem Plambing Air Bersih

b. Pompa Booster

Pada Gambar 3.75, Gambar 3.76, dan Gambar 3.77 mengenai tampak dan
spesifikasi pompa Booster ditemukan bahwa Pompa Booster merupakan alat untuk
memberikan tekanan lebih ke tiga lantai teratas berhubung tekanan yang lemah akibat
head statis air bersih di jaringan distribusi tidak mencukupi standar minimal tekanan di
alat plambing pada tiga lantai teratas apabila hanya mengandalkan gravitasi. Pada
gedung Atria Residence, pompa Booster dipasang dengan jenis pompa Jockey
berukuran kecil dan spesifikasi tekanan sebesar 2,2 – 2,4 bar. Operasional dari pompa
Booster dilakukan dengan menyalakan dua dari tiga pompa yang ada secara bergantian
berdasarkan pemakaian air dari tiga lantai teratas. Pemeriksaan dan perawatan dari
pompa Booster bersifat sama dengan pompa transfer.

71
Gambar 3. 75. Tampak Perpipaan Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih

Gambar 3. 76. Spesifikasi Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih

72
Gambar 3. 77. Panel Pompa Booster Sistem Plambing Air Bersih

c. Pompa Kolam Renang

Pada Gambar 3.78 dan Gambar 3.79 mengenai pompa kolam renang beserta
dengan spesifikasinya ditemukan bahwa Pompa kolam renang berfungsi untuk
mengoperasikan sirkulasi air pada kolam renang, Balancing Tank, dan Sand Filter
dengan melakukan dorongan air sebesar 3,6 bar dengan influen dari Main Drain,
Vacuum Drain, dan Balancing Tank dan efluen akan menembus filter berpori besar dari
pompa dan dilanjutkan ke Sand Filter yang nantinya akan dialirkan ke kolam renang
melalui Header. Pompa ini seharusnya tersedia dua unit yang dioperasikan secara
bergantian namun dikarenakan kerusakan dan biaya yang besar maka hanya
dioperasikan dengan satu pompa saja.

73
Gambar 3. 78. Perpipaan dan Pompa Sirkulasi Air Kolam Renang Sistem Plambing Air
Bersih

Gambar 3. 79. Spesifikasi Pompa Kolam Renang Sistem Plambing Air Bersih

74
3.3 Sistem Plambing Air Buangan

Sistem plambing air buangan disediakan untuk menyalurkan air limbah yang
timbul dari kegiatan penghuni gedung sehari – hari dan dikelola sedemikian rupa
sehingga layak untuk disalurkan kembali ke drainase perkotaan.

3.3.1. Ruang Lingkup Sistem Plambing Air Buangan

Ruang lingkup sistem plambing air buangan di gedung Atria Residence meliputi
operasional, pemeriksaan, dan perawatan unit pengolahan seperti pada Grease Trap
setiap kamar dan Sewage Treatment Plant (STP), jaringan perpipaan air buangan dari
alat plambing hingga ke pipa pembuang gedung dan pipa riol, bangunan pelengkap
plambing air buangan, dan Shaft perpipaan gedung.

3.3.2. Sistem Perpipaan Air Buangan

Gambar 3. 80. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

75
Pada Gambar 3.80 mengenai Diagram perpipaan sistem plambing air buangan
ditemukan bahwa Sistem perpipaan air buangan dari gedung Atria Residence
sepenuhnya memanfaatkan gaya gravitasi sehingga tidak ada pompa maupun valve
yang beroperasi pada sistem ini. Pengaliran perpipaan air buangan terbagi menjadi tiga
jenis yaitu Air Bekas Kotoran (ABK), Air Kotor (AK), dan air buangan dari Kitchen.
Ketiga jenis pengaliran air buangan ini dibedakan sistem perpipaannya dimana Air
Bekas Kotoran berasal dari alat plambing seperti Water Closet (WC) dan Urinoir, Air
Kotor dari Floor Drain dan wastafel, sedangkan air buangan dari Kitchen yang juga
merupakan air kotor dipisahkan karena berasal dari Sink yang sudah dilengkapi dengan
Grease Trap sehingga telah mengalami Pre-Treatment.
Pipa – pipa air buangan berdasarkan jenis yang telah dikelompokkan disalurkan
ke Shaft pipa tegak setiap kamarnya dan disalurkan sampai ke lantai Semibasement.
Pada lantai Semibasement seluruh pipa tegak yang ada pada tiap Shaft disatukan dan
dialirkan pada pipa mendatar air buangan seperti pada Gambar 3.81 dan Gambar 3.82
mengenai pipa mendatar air buangan beserta isomterinya yang akan diteruskan ke
Sewage Treatment Plant (STP). Hasil olahan air dari STP akan disalurkan langsung ke
drainase kota menggunakan pompa Submersible. Pipa Air Bekas Kotoran yang
mengandung Black Water dan pipa air kotor yang mengandung Grey Water yang belum
tersaring pada Grease Trap tiap alat plambing dari sistem plambing air buangan gedung
Atria Residence menggunakan pipa Polyvinyl Chloride (PVC), sedangkan pada air
buangan dari Kitchen (dapur) menggunakan perpipaan jenis Galvanized Iron Pipe
(GIP).

76
Gambar 3. 81. Pipa Mendatar Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3. 82. Isometri Perpipaan Sistem PlambingAir Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

77
3.3.3. Komponen Sistem Plambing Air Buangan

Komponen sistem plambing air buangan disediakan untuk mendukung kinerja


keseluruhan sistem penyaluran air buangan agar dapat beroperasi maksimal dan efektif.

3.3.3.1. Perpipaan Air Buangan

a. Polyvinyl Chloride (PVC)

Pada Gambar 3.83 mengenai Pipa PVC ditemukan bahwa Pipa dari bahan PVC
memiliki bahan yang cenderung kurang kuat namun lebih murah dibandingkan dengan
PPR, HDPE, CIP, ataupun GIP dan memiliki lapisan khusus pada bagian dalam yang
membuat aliran air buangan akan mengalir mulus dan tidak berkerak dan menyebabkan
Clogging. Pipa PVC digunakan pada jenis air buangan ABK dan AK dan terkumpulkan
pada Shaft setiap kamar pada gedung Atria Residence. Perpipaan ini dilengkapi dengan
klem pipa.

Gambar 3. 83. Pipa PVC Sistem Plambing Air Buangan

78
b. Galvanized Iron Pipe (GIP)

Pada Gambar 3.84 mengenai pipa GIP ditemukan bahwa Galvanized Iron Pipe
merupakan perpipaan besi yang pada gedung ini digunakan untuk mengalirkan air
buangan dari dapur. Pada standarnya, jenis pipa Galvanized Iron Pipe sudah tidak layak
untuk digunakan sebagai perpipaan baik untuk pengaliran air bersih maupun untuk
pengaliran air buangan dikarenakan pipa yang mudah berkarat dan rusak serta umur
pakai pipa yang kurang panjang dibandingkan jenis pipa lainnya. Perpipaan ini
dilengkapi dengan klem pipa

Gambar 3. 84. Pipa GIP Sistem Plambing Air Buangan

3.3.3.2. Bangunan Pelengkap Air Buangan

a. Sewage Treatment Plant (STP)

Sewage Treatment Plant merupakan instalasi pengolahan air limbah khusus


untuk bangunan gedung berlantai dikarenakan terdapat syarat – syarat dari peraturan
yang ada terkait kualitas minimum air buangan yang dapat dibuang ke drainase kota.
Unit pengolahan ini tidak membangun bangunan Grease Trap berhubung instalasi
Grease Trap terdapat pada Sink setiap kamar dan gedung ini tidak memerlukan Sewage

79
Pit dikarenakan elevasi STP yang lebih rendah dibandingkan dengan lantai
Semibasement sehingga sistem perpipaan air buangan sebelum masuk ke STP tidak
memerlukan bantuan pompa untuk menaikkan elevasi air buangan.
Hasil olahan dari Sewage Treatment Plant gedung ini diuji pada laboratorium
yang berasal dari Ventdor partner Atria yang menguji setiap 3 bulan sekali dan
dibandingkan dengan nilai – nilai standar pada baku mutu air bersih. Berdasarkan hasil
uji laboratorium yang penulis dapatkan, efluen dari STP Atria Residence sudah
memenuhi standar baku mutu air minum seperti yang terlihat pada Gambar 3.85
mengenai bukti uji kualitas air. Berikut adalah gambar hasil uji lab dari pengolahan
STP di gedung Atria Residence pada 6 bulan yang lalu.

80
Gambar 3. 85. Hasil Uji Lab Kualitas Air STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

81
Pada Gambar 3.86, Gambar 3.87, Gambar 3.88, Gambar 3.89, dan Gambar 3.90
mengenai gambar teknis STP ditemukan bahwa Sewage Treatment Plant (STP) gedung
Atria Residence terdiri dari 8 Tahap Pengolahan yang menerapkan teknologi Activated
Sludge pada sistem pengolahannya. Berdasarkan observasi penulis dan bimbingan
dengan pembimbing lapangan, rancangan pada gambar teknik dan Sewage Treatment
Plant yang ada di lapangan sangat berbeda dari segi jumlah dan penempatan alat,
tersedianya unit pengolahan tertentu, maupun dimensi dari unit tersebut. Berikut adalah
diagram sistem Sewage Treatment Plant dan desain dari rancangan STP.

Gambar 3. 86. Diagram Pengaliran STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

82
Gambar 3. 87. Layout STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 88. Layout STP 2 Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

83
Gambar 3. 89. Section A STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3. 90. Section B STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

84
Pada Gambar 3.91, Gambar 3.92, dan Gambar 3.93 mengenai Influent STP
beserta dengan Screen dan Grease Trap nya, ditemukan bahwa pengolahan pada
Sewage Treatment Plant ini dimulai dengan masuknya air buangan jenis Air Bekas
Kotoran (ABK) yang mengandung Black Water dan Air Kotor (AK) yang mengandung
Grey Water tanpa olahan Grease Trap di bawah Sink ke dalam ruang Grease Trap
pertama bagian pertama dimana terdapat sebuah screen yang menghubungkan ke ruang
Grease Trap pertama bagian kedua agar menyaring padatan baik lemak, zat organik,
maupun zat anorganik lainnya. Lalu air kotor dari dapur masuk ke ruang Grease Trap
pertama bagian kedua namun melewati sebuah wadah saringan besi terlebih dahulu
yang menjebak Grease pada saringan tersebut. lalu Overflow dari seluruh olahan
Grease Trap pertama ini dialirkan ke ruang Grease Trap kedua yang berjumlah dua
unit bak. Overflow dari pengolahan ini disalurkan ke Equalizing Tank.

Gambar 3. 91. Influen STP Sistem Plambing Air Buangan

85
Gambar 3. 92. Ruang Grease Trap Pertama atau Unit Grit Chamber di STP Sistem Plambing
Air Buangan

Gambar 3. 93. Unit Grease Trap di STP Sistem Plambing Air Buangan

Pada Gambar 3.94 mengenai bak ekualisasi ditemukan bahwa Pada bak
Equalizing Tank, terkumpullah air buangan yang sudah dapat melanjutkan ke
pengolahan berikutnya yaitu pengolahan aerasi. Bak ini disediakan untuk menstabilkan
debit influen air buangan ke bak aerasi berhubung air yang keluar dari unit Grease Trap

86
tidak stabil. Bak ini dilengkapi dengan pompa Submersible yang memompakan air dari
dasar bak ke kolam aerasi.

Gambar 3. 94. Equalizing Tank di STP Sistem Plambing Air Buangan

Pada Gambar 3.95 mengenai bak aerasi ditemukan bahwa bak aerasi terdiri dari
dua bak yang tersambungkan pada dinding pembatasnya oleh beberapa pipa
penyambung dan berfungsi untuk mengolah zat organik yang ada pada air buangan
untuk teruraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan menggunakan bakteri
aerobik. Untuk operasional dari bak aerasi ini dilakukan aktivasi Blower Aerator
dengan menggunakan panel STP pada 12 titik masuk udara pada bak dan dilakukan
pemasukan bakteri aerobik ke dalam bak aerasi sebanyak seminggu 2 kali seperti pada
Gambar 3.96 dan Gambar 3.97 mengenai tampak dan spesifikasi Bakteri Bio LS.

87
Gambar 3. 95. Unit Aerasi di STP Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3. 96. Jirigen Mikroorganisme untuk Aeration Tank di STP Sistem Plambing Air
Buangan

88
Gambar 3. 97. Spesifikasi Mikroorganisme STP Sistem Plambing Air Buangan

Pada tahap selanjutnya, efluen dari bak aerasi dialirkan melewati bagian bawah
bak aerasi menuju ke bak sedimentasi dengan menggunakan sejenis pengaliran siphon
seperti pada Gambar 3.98 mengenai bak sedimentasi. Air buangan yang sudah berada
pada bak sedimentasi dirancang untuk tidak terjadi aliran yang turbulen, namun air yang
tenang untuk mudahnya pengendapan terjadi dan pemisahan Scum pada bagian
permukaan air buangan. Bentuk dari alas bak sedimentasi adalah seperti kerucut dimana
sedimen yang ada pada alas bak dipompakan dengan 2 pompa Submersible ke suatu
bak yang akan dikembalikan ke dalam bak aerasi sebagai Return Sludge seperti yang
terlihat pada Gambar 3.99 mengenai bak Return Sludge, sedangkan scum yang
terkumpul pada permukaan air buangan juga dikumpulkan melewati suatu aliran pipa
kecil yang juga dialirkan ke suatu bak yang sama dan akan dialirkan kembali ke dalam
bak aerasi.air buangan yang terolah pada bagian tengah bak sedimentasi dialirkan ke
bagian selanjutnya dan akan dibatasi dengan beberapa V-Notch yang mengalirkan
Overflow dari aliran saja ke bak disinfeksi.

89
Gambar 3. 98. Unit Sedimentasi di STP Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3. 99. Bak Penampung Return Sludge di STP Sistem Plambing Air Buangan

90
Pada tahapan selanjutnya, hasil olahan dari bak sedimentasi yang lolos akan
masuk ke unit disinfeksi seperti pada Gambar 3.100 mengenai tampak klorinator. Pada
unit disinfeksi, bak berbentuk seperti Baffle dan secara rutin dimasukkan klorin atau
kaporit ke dalam unit ini dengan dosis yang tidak ditakar. Pada unit ini tetap terdapat
endapan kotoran sehingga aliran air terbatasi. Pada unit ini juga terdapat tangki Dosing
Pump namun pompa dan klorin tidak tersedia dan tertakar secara automatis sehingga
pemberian klor dilakukan secara manual.

Gambar 3.100. Unit Disinfeksi dengan Klorinasi Beserta Bak Dosing Pump Tidak Berfungsi
di STP Sistem Plambing Air Buangan

Pada tahap terakhir, air yang sudah terdisinfeksi dengan klorin diteruskan ke
bak efluen yang berdimensi sama dengan bak Equalizing dan juga terdapat pompa
Submersible di dalam nya untuk mengalirkan air olahan ke drainase kota seperti yang
terlihat pada Gambar 3.101 mengenai bak efluen.

91
Gambar 3.101. Effluent Tank STP Sistem Plambing Air Buangan

Pada Gambar 3.102, Gambar 3.103, Gambar 3.104, dan Gambar 3.105
mengenai operasional STP ditemukan bahwa sistem operasional dari STP ini dilakukan
dengan control panel yang ada dekat Aerator yang mengontrol berbagai pompa
Submersible yang ada pada STP. Maintenance STP dilakukan sebanyak seminggu dua
kali yang sudah mencakup pengukuran pH air buangan yang sedang diolah di berbagai
unit, pengangkatan Grease dari unit – unit Grease Trap, penyiraman dinding – dinding
bak aerasi agar tidak terjadi pengerakan, pengangkatan Scum pada bak sedimentasi
untuk meminimalisir beban kerja pada STP, pembersihan sistem perpipaan dengan
menggunakan Clean Out, penuangan klorin untuk disinfeksi, dan penuangan bakteri
Bio-LS. Namun sayangnya, berbagai metode ini dilakukan dengan kondisi banyak
perpipaan air buangan di atap STP yang bocor sehingga keluar tetesan, dilakukannya
Maintenance mingguan tanpa perlengkapan yang aman bagi teknisi, dan banyaknya
vektor yang berkeliaran seperti kecoa dan nyamuk di seluruh titik STP seperti yang
terlihat pada Gambar 3.106 mengenai habitat vektor di STP.

92
Gambar 3.102. Teknisi Menguji pH Air Olahan STP Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3.103. pH Meter Menunjukkan Angka 6,7 di STP Sistem Plambing Air Buangan

93
Gambar 3.104. Operasional Perawatan Ruang Grease Trap yang Terhalang Screen di STP
Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3.105. Operasional Perawatan Bak Sedimentasi dengan Mengangkat Scum di STP
Sistem Plambing Air Buangan

94
Gambar 3.106. Vektor Penyakit Kecoa yang Terdapat pada STP Sistem Plambing Air
Buangan

b. Sump Pit

Pada Gambar 3.107 mengenai Sump Pit air buangan ditemukan bahwa Sump Pit
pada gedung Atria Residence memiliki dua fungsi, namun fungsi Sump Pit yang
tergolong berhubungan dengan air buangan adalah sebagai wadah dari pembuangan
hasil Backwash dari sistem sirkulasi air kolam renang. Residu dari Backwash alat Sand
Filter berupa zat organic maupun air kotor yang tersangkut pada saringan dan
disalurkan ke Sump Pit untuk disalurkan lebih lanjut ke drainase kota dikarenakan
kualitas kotoran yang tidak begitu mencemari dan menghemat tenaga bagi kinerja unit
pengolahan lainnya.

95
Gambar 3.107. Sump Pit untuk Pembuangan Filtrasi dari Sand Filter Kolam Renang Sistem
Plambing Air Buangan

3.3.3.3. Perlengkapan Perpipaan Air Buangan

a. P-Trap

Pada Gambar 3.108 mengenai P-Trap ditemukan bahwa P-Trap pada sistem
perpipaan air buangan digunakan untuk perawatan pipa dari dalam. Alat ini memiliki
bukaan dengan drat yang sebahan dengan pipa PVC dan di dalamnya terdapat lubang
yang dapat digunakan untuk mengeluarkan padatan ataupun dilakuakn penyemprotan
dengan air agar mengatasi maupun mencegah Clogging.

96
Gambar 3.108. P-Trap Sistem Plambing Air Buangan

b. Clean Out

Pada Gambar 3.109 dan Gambar 110 mengenai Clean Out ditemukan bahwa
Clean Out merupakan aksesori perpipaan air buangan yang berfungsi untuk melakukan
perawatan pada bagian dalam pipa tanpa harus membongkar jalur aliran pipa atau alat
plambing dengan cara pengambilan padatan yang menyebabkan penyumbatan ataupun
dengan menyemprotkan air dengan tekanan tinggi. Pada gedung Atria Residence
terdapat dua jenis Clean Out yaitu Clean Out yang berada pada pipa yang menggantung
di atap dengan menggunakan klem dan juga Clean Out yang berlokasi di sebelah WC.

97
Gambar 3.109. Clean Out Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan di Lantai Semibasement

Gambar 3.110. Clean Out Sistem Plambing Air Buangan di Setiap Unit Kamar

98
c. Blower Aerator

Pada Gambar 3.111, Gambar 3.112, Gambar 3.113, dan Gambar 3.114
mengenai tampak dan spesifikasi Blower Aerator ditemukan bahwa Blower Aerator
digunakan untuk memberikan asupan udara kepada bakteri di bak aerasi sehingga
proses Activated Sludge dapat berlangsung dengan baik. Alat ini terdiri dari Blower,
Motor, dan Panel yang mengontrol kinerja dari alat ini. Alat ini menggunakan oli untuk
beroperasi seperti pada gambar 3.115 mengenai operasional penggantian oli agar
kinerja alat semakin awet dan memiliki efektivitas tinggi sehingga diperlukan
Maintenance satu bulan sekali dengan cara penggantian oli lama dengan oli yang baru.

Gambar 3.111. Blower Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan

99
Gambar 3.112. Spesifikasi Motor Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3.113. Spesifikasi Blower Aerator STP Sistem Plambing Air Buangan

100
Gambar 3.114. Panel Aerator dan Pompa STP Sistem Plambing Air Buangan

Gambar 3.115. Operasional Perawatan Aerator dengan Mengganti Oli Sistem Plambing Air
Buangan

101
d. Sewage Treatment Plant Effluent Water Meter

Pada Gambar 3.116 mengenai meteran air buangan ditemukan bahwa Water
Meter ini berfungsi untuk melacak debit pengeluaran air buangan terolah dari gedung
yaitu dari STP sehingga dapat terlacak jelas kuantitas pembuangan dari pengukuran ini,
sedangkan secara kualitas dilacak melalui tes lab oleh Ventdor.

Gambar 3.116. Water Meter Air Buangan dari Keluaran STP Sistem Plambing Air Buangan

e. Fitting

Pada Gambar 3.117 mengenai Fitting ditemukan bahwa Fitting berfungsi


sebagai penyambung dua pipa atau lebih dengan spesifikasi sudut tertentu. Pada sistem
plambing air buangan ini jenis Fitting berkisar pada sambungan belokan elbow 90°,
sambungan dengan sudut tumpul, dan sambungan pipa T.

102
Gambar 3.117. Berbagai Macam Fitting pada Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan

f. Dop

Pada Gambar 3.118 mengenai Dop ditemukan bahwa Dop pipa air buangan
digunakan pada perpipaan PVC yang berfungsi untuk memberhentikan airan pipa ke
arah tertentu yang biasanya dikombinasikan dengan sistem Clean Out. Aksesori ini
banyak ditemukan pada sistem perpipaan air buangan di lantai Semibasement.

103
Gambar 3.118. DOP Perpipaan Sistem Plambing Air Buangan

g. Grease trap

Pada Gambar 3.119 mengenai Grease Trap ditemukan bahwa Grease Trap
merupakan alat perangkap minyak atau lemak yang ada pada cucian bekas makanan
sehingga seringkali pada gedung bertingkat diterapkan instalasi Grease Trap pada
setiap Sink dapur. Prinsip kerja dari Grease Trap ini adalah dengan mengalirkan air ke
dalam alat ini dan membuat beberapa ruangan dengan pipa penyambung di tengah –
tengah ketinggian alat sehingga minyak dan lemak akan terjebak di bagian atas alat
berhubung masa jenis minyak dan lemak lebih kecil dibandingkan dengan air.
Operasional alat ini terjadi secara terus menerus dan tidak terkontrol oleh panel
berhubung alat ini tidak menggunakan komponen elektrikal namun hanya
memanfaatkan karakteristik fluida. Perawatan dari alat ini dilakukan dengan
pengangkatan Grease dengan menggunakan Vacuum setiap beberapa bulan sekali pada
setiap ruangan Grease Trap agar tidak membuat air bocor ke bawah Sink.

104
Gambar 3.119. Grease Trap Sistem Plambing Air Buangan di Setiap Unit Kamar

3.3.3.4. Sistem Pompa

Pada Gambar 3.120 mengenai Submersible Pump ditemukan bahwa Pompa


yang digunakan pada sistem plambing air buangan pada gedung Atria Residence adalah
pompa Submersible atau pompa celup yang digunakan hanya pada Sewage Treatment
Plant (STP) tepatnya pada unit Equalizing Tank dan Effluent Tank. Pompa ini
digunakan berhubung kedua unit ini memiliki kedalaman yang jauh lebih dalam
dibandingkan dengan unit lain dan juga saluran pembuangan gedung ke drainase kota
dengan kedalaman sekitar 4 sampai 6 meter dari lantai pada ruang STP. Operasional
dari pompa ini dilakukan secara automatis yang diatur oleh panel pada STP dan
Maintenance nya dilakukan secara manual oleh teknisi ke dalam masing – masing bak
yang memiliki pompa Submersible.

105
Gambar 3.120. Submersible Pump untuk STP Sistem Plambing Air Buangan

(Sumber: Google, 2021)

3.4 Sistem Plambing Vent

Sistem plambing vent disediakan untuk mencegah permasalahan pada sistem


plambing air buangan terkait gas berbahaya yang berpotensi menyebabkan kerusakan
fatal pada sistem dan juga mencegah potensi dari beberapa jenis efek sifon.

3.4.1. Ruang Lingkup Sistem Vent

Ruang lingkup sistem vent di gedung Atria Residence meliputi pemeriksaan dan
perawatan jaringan perpipaan Vent dari alat plambing, aksesori seperti belokan pipa,
dan Shaft perpipaan gedung.

106
3.4.2. Sistem Perpipaan Vent

Gambar 3.121. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Vent

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Pada Gambar 3.121 mengenai diagram perpipaan sistem plambing vent


ditemukan bahwa Sistem perpipaan Vent pada gedung Atria Residence menggunakan
sistem perpipaan Vent basah. Sistem perpipaan ini menyatukan sistem pengaliran air
buangan gedung dengan sistem perpipaan Vent yang menghubungkan shaft air buangan
ke atap untuk membuang gas dari air buangan tersebut seperti CH4 dan gas lainnya agar
tidak terjadi ledakan pada pipa akibat tekanan gas yang terlalu besar. Pada Rooftop
gedung, terdapat masing - masing dua buah pipa pembuangan Vent pada sisi utara dan
selatan gedung. Pada Ceiling lantai 21, terdapat pipa pengumpul Vent yang
menyatukan beberapa shaft air buangan ke pipa pembuang Vent seperti yang terlihat
pada Gambar 3.122 mengenai isometri perpipaan vent. Operasional dari sistem ini
dilakukan tanpa kendali dari pihak teknisi dan perawatan sistem ini dilakukan apabila
adanya kerusakan pada sistem perpipaan air buangan.

107
Gambar 3.122. Isometri Perpipaan Sistem Plambing Vent Basah Gedung Atria Residence

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

3.4.3. Komponen Sistem Perpipaan Vent

Pada Gambar 3.123 dan Gambar 3.124 mengenai pipa tegak dan pembuang vent
ditemukan bahwa Pada sistem perpipaan Vent gedung ini digunakan jenis pipa
Polyvinyl Chloride (PVC) berhubung sistem perpipaan Vent basah ini menyatukan
sistem plambing air buangan dengan sistem plambing Vent sehingga bahan pipa yang
digunakan pun mengikuti yaitu pipa PVC. Pada lantai Rooftop, pipa Vent dibentuk
dengan dua buah lubang pembuang dengan menghadap ke bawah agar pipa Vent tidak
dimasuki air hujan saat terjadi hujan. Perpipaan ini dilengkapi dengan klem pipa.

108
Gambar 3.123. Pipa Pembuang Sistem Plambing Vent Berjenis PVC

Gambar 3.124. Pipa Vent pada Shaft yang Menuju Pipa Pembuang Sistem Plambing Vent

109
3.5 Sistem Penyaluran Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan disediakan untuk mencegah potensi adanya


genangan air di dalam gedung dengan cara penyaluran pipa dan pemompaan apabila
elevasi air lebih rendah dari drainase kota.

3.5.1. Ruang Lingkup Sistem Penyaluran Air Hujan

Ruang lingkup sistem penyaluran air hujan di gedung Atria Residence meliputi
pemeriksaan dan perawatan talang hujan (Gutter), perpipaan penyalur dari talang ke
Roof Drain, jaringan perpipaan air hujan dalam gedung, aksesori perpipaan penyaluran
air hujan, dan bangunan pelengkap dari sistem penyaluran air hujan.

3.5.2. Sistem Perpipaan Air Hujan

Gambar 3.125. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Air Hujan

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

110
Pada Gambar 3.125 mengenai Diagram perpipaan sistem plambing air hujan
ditemukan bahwa Sistem penyaluran air hujan di gedung Atria Residence sepenuhnya
menggunakan energi gravitasi dari berbagai lokasi Gutter yang ada dari Rooftop hingga
basement serta Drain setiap balkon kamar. Gutter pada Rooftop seperti yang terlihat
pada Gambar 3.126 dan Gambar 3.127 berbentuk seperti atap yang tersambungkan pipa
PVC yang menyalurkan ke Roof Drain lengkap dengan Strainer. Dari setiap Roof Drain
yang ada akan disalurkan pipa penyatu yang terletak pada Ceiling lantai teratas dimana
dari pipa tersebut disalurkan lewat 4 Shaft gedung yaitu 1 pipa tegak pada sisi selatan
dan utara gedung dan 2 pipa tegak pada sisi tengah gedung seperti yang terlihat pada
Gambar 3.128 mengenai pipa tegak air hujan. Keempat pipa tegak dalam gedung ini
akan disalurkan sampai pada pipa mendatar hujan seperti yang terlihat pada Gambar
3.129 pada lantai Semibasement yang akan langsung disalurkan ke drainase kota tanpa
melewati Sump Pit. Drain yang terdapat pada masing – masing balkon kamar seperti
yang terlihat pada Gambar 3.130 akan disalurkan ke lantai Ground Floor dan akan
disalurkan ke drainase kota. Kondisi aktual pada sistem penyaluran air hujan ini tidak
tersedia sumur resapan seperti halnya pada gambar teknik sehingga seluruh penyaluran
langsung ke drainase kota.

Gambar 3.126. Gutter dan Talang Hujan Rooftop Sisi Selatan Sistem Plambing Air Hujan

111
Gambar 3.127. Gutter dan Talang Hujan Rooftop Sisi Utara Sistem Plambing Air Hujan

Gambar 3.128. Pipa Pengumpul dari Gutter Rooftop Menuju ke Shaft dalam Gedung Sistem
Plambing Air Hujan

112
Gambar 3.129. Pipa Mendatar Sistem Plambing Air Hujan di Lantai Semibasement

Gambar 3.130. Gutter dan Pipa Sistem Plambing Air Hujan pada Balkon Setiap Unit Kamar

Pada Gambar 3.131, Gambar 3.132, dan Gambar 3.133 mengenai talang dan
Drain air hujan di parkiran ditemukan bahwa air hujan atau genangan air lainnya akibat
terbawanya oleh mobil yang baru terkena hujan yang terdapat pada lantai Upper
Ground (UG), Ground Floor (G), dan Semibasement (SB) akan tersalurkan ke Drain
yang terdapat pada Gutter di sisi Ramp parkiran mobil seperti yang terlihat pada

113
Gambar 3.134 mengenai pipa air hujan penghubung dari Gutter parkiran. Air dari Drain
tersebut akan disalurkan ke empat lokasi Sump Pit seperti yang terlihat pada Gambar
3.135 mengenai Sump Pit air hujan. Air tanah dari sisi – sisi gedung lantai
Semibasement juga akan tersalurkan ke Sump Pit berhubung elevasi Sump Pit lebih
rendah dibandingkan dengan elevasi Semibasement sehingga potensi terjadinya
infiltrasi air tanah ke dalam gedung lewat beton yang ada pada dinding Semibasement
dapat teratasi. Seluruh air yang terdapat pada Sump Pit akan dipompakan dengan pompa
Submersible menuju drainase kota.

Gambar 3.131. Gutter pada Ramp Parkiran Sistem Plambing Air Hujan

114
Gambar 3.132. Strainer dan Floor Drain pada Gutter Ramp Parkiran Sistem Plambing Air
Hujan

Gambar 3.133. Pipa Pembuang Sistem Plambing Air Hujan dari Gutter Ramp Parkiran

115
Gambar 3.134. Pipa Tegak Sistem Plambing Air Hujan pada Lantai Upper Ground

Gambar 3.135. Sump Pit No.4 Sistem Plambing Air Hujan

3.5.3. Komponen Sistem Perpipaan Air Hujan

Komponen sistem perpipaan air hujan disediakan untuk mendukung operasional


dari sistem penyaluran air hujan secara keseluruhan agar penyaluran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.

116
3.5.3.1. Perpipaan Air Hujan

Jenis pipa yang digunakan untuk sistem penyaluran air hujan adalah pipa
Polyvinyl Chloride (PVC). Pipa ini digunakan pada seluruh sistem penyaluran air hujan
dari penyaluran talang pada Rooftop, Drain pada balkon, pipa mendatar air hujan, dan
juga sistem pipa untuk Sump Pit. Sistem perpipaan ini dilengkapi dengan klem pipa.

3.5.3.2. Bangunan Pelengkap Air Hujan

a. Gutter

Pada Gambar 3.136 mengenai Gutter ditemukan bahwa Gutter yaitu talang atau
selokan dalam sistem penyaluran air hujan terdapat pada Rooftop dan parkiran dalam
gedung pada lantai UG, G, dan SB. Bangunan ini berfungsi untuk mencegah genangan
air pada gedung dengan menyalurkan air sesuai dengan prinsip hidrolika saluran
terbuka. Pada titik ujung dari Gutter standarnya akan terdapat satu atau lebih Drain
yang melengkapi agar dapat disalurkan kembali ke sistem perpipaan atau bangunan
pelengkap lain yang seharusnya seperti Sump Pit.

Gambar 3.136. Gutter Sistem Plambing Air Hujan

117
b. Sump Pit

Pada Gambar 3.137 mengenai Sump Pit air hujan ditemukan bahwa Sump Pit
memiliki dua fungsi pada sistem penyaluran air hujan yaitu untuk penampungan dan
penyaluran genangan air dari Gutter pada lantai UG, G, dan SB serta untuk
mengalihkan air tanah yang satu elevasi dengan lantai SB agar tidak terjadi infiltrasi
beton yang mengakibatkan kebocoran. Sump Pit dilengkapi dengan pompa Submersible
dan disalurkan langsung ke drainase perkotaan tanpa melalui sumur resapan. Pada
gedung Atria Residence, terdapat 4 buah Sump Pit yang tersebar pada masing – masing
penjuru gedung.

Gambar 3.137. Sump Pit Sistem Plambing Air Hujan

3.6 Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran disediakan untuk mengadakan berbagai fasilitas


yang dapat mengatasi kerusakan akibat kebakaran sebagai bentuk pencegahan dari
kerusakan total gedung.

118
3.6.1. Ruang Lingkup Sistem Pemadam Kebakaran

Ruang lingkup sistem pemadam kebakaran di gedung Atria Residence meliputi


operasional, pemeriksaan, dan perawatan jaringan perpipaan pemadam kebakaran,
berbagai jenis pompa untuk sistem pemadam kebakaran, Sprinkler, Hydrant, dan
bangunan pelengkap serta aksesori perpipaan lainnya.

3.6.2. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran

Gambar 3.138. Diagram Perpipaan Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Pada Gambar 3.138 mengenai Diagram perpipaan sistem plambing pemadam


kebakaran ditemukan bahwa Sistem perpipaan pemadam kebakaran di gedung Atria
Residence menggunakan sistem pengaliran ke atas dengan mengandalkan Ground
Water Tank berkapasitas 400 m³. Air bersih dari Ground Water Tank bagian satu akan

119
disalurkan ke ruang pompa pemadam kebakaran melalui pipa penghubung dari Ground
Water Tank dan juga pipa penghubung dari Suction Pit. Terdapat tiga buah pipa
penghubung dari Suction Pit menuju ke ruang pompa seperti yang terlihat pada Gambar
3.139 dan Gambar 3.140 mengenai ruang pompa yang membuka akses untuk masuknya
air menuju ke sistem pemadam kebakaran melewati pompa Jockey sebagai pompa
pemadam kebakaran utama, pompa Electric sebagai pompa dukungan apabila
kebakaran telah meluas, dan pompa Diesel sebagai pompa cadangan saat terjadi
Blackout. Ketiga pompa pemadam kebakaran tersebut dikendalikan pada sebuah panel
di ruang pompa yang telah diatur untuk beroperasi secara automatis berdasarkan
tekanan air (bar) yang ada pada sistem.

Gambar 3.139. Ruang Pompa Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Sisi Kanan

120
Gambar 3.140. Ruang Pompa Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Sisi Kiri

Air bersih yang terdapat pada sistem plambing yang ada pada ruang pompa
pemadam kebakaran akan dipompakan bergantung pada tekanan air yang tersedia pada
sistem baik pada sistem Sprinkler maupun sistem Hydrant. Telah diatur pelacakan
tekanan pada sistem pemompaan ini tepat pada pipa setelah Check Valve dipasang
sebuah Pressure Gauge yang menunjukkan nilai 13 bar pada normalnya. Air bersih
yang telah dipompakan dari ruang pompa akan tersalurkan ke tiga cabang yang ada
pada Ground Floor yaitu shaft utama yang berlokasi di tengah gedung bersamaan
dengan pipa utama dan pipa tegak dari sistem plambing air bersih dengan fungsi untuk
mengalirkan air bersih pada sistem Sprinkler seluruh gedung dan dua cabang lainnya
untuk pipa tegak Hydrant yang terdapat pada sisi utara dan selatan gedung. Pipa
mendatar dari sistem Sprinkler dipasang pada plafon setiap lantainya sehingga
berlokasi sama dengan pipa mendatar air bersih seperti yang terlihat pada Gambar 3.141
dan Gambar 3.142 mengenai perpipaan dan komponen springkler. Pipa mendatar dari
sistem Hydrant dipasang di atap sisi utara dan selatan gedung seperti yang terlihat pada
Gambar 3.143, Gambar 3.144, dan Gambar 3.145 mengenai perpipaan dan komponen
hidran. Hydrant dipasang pada koridor dekat tangga evakuasi serta pada Hydrant dan
pilar air pemadam kebakaran di luar gedung.

121
Gambar 3.141. Shaft Sistem Plambing pemadam Kebakaran untuk Sistem Sprinkler

Gambar 3.142. Sistem Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement

122
Gambar 3.143. Shaft Sistem Plambing Pemadam kebakaran untuk Sistem Hydrant pada Sisi
Utara dan Selatan

Gambar 3.144. Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

123
Gambar 3.145. Tampak Belakang Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran
pada Ruang Tangga Evakuasi

Operasional dari sistem plambing pemadam kebakaran berpusat pada


operasional pompa nya. Apabila terjadi sebuah kebakaran, maka hal utama yang akan
terjadi adalah penyemprotan sprinkler di berbagai titik sekitar lokasi terjadinya
kebakaran sehingga air yang terdapat pada sistem perpipaan pemadam kebakaran
tersebut akan berkurang dan mengakibatkan tekanan air pada ruang pompa pemadam
kebakaran berkurang seperti yang terlihat pada Gambar 3.146 mengenai Pressure
Gauge pemadam kebakaran. Apabila tekanan air mengalami penurunan hingga 10 bar,
maka pompa Jockey akan beroperasi untuk Supply kehilangan air tersebut. Apabila
kebakaran begitu besar dan menyebabkan tekanan air pada ruang pompa pemadam
kebakaran mengalami penurunan hingga 8 bar, maka Electric Pump akan menyala.
Apabila kebakaran menyebabkan tekanan air pada ruang pompa mengalami penurunan
hingga 6 bar, maka akan terjadi Blackout sehingga seluruh sistem listrik pada gedung
dimatikan dari PLN secara sementara agar tidak terjadi korsleting pada berbagai
komponen listrik di gedung terutama pada ruang panel listrik setiap lantai dan Diesel
Pump akan dioperasikan untuk mendukung pengaliran air berhubung listrik dimatikan.
Lalu ada suatu peralihan ke General System dimana genset dinyalakan untuk
menyediakan listrik kembali. Pada saat Diesel Pump sudah beroperasi, umumnya tim
pemadam kebakaran sudah datang dan melakukan operasional penyelamatan dan
pemadaman api. Hydrant seperti yang terlihat pada Gambar 3.147 dan Gambar 3.148,

124
pilar air pemadam kebakaran luar gedung, Seammese Connection seperti yang terlihat
pada Gambar 3.149, dan juga pilar air pemadam kebakaran kota yang terletak pada
jalan raya akan digunakan untuk pemadaman berhubung penyediaan air untuk
pemadam kebakaran dari Ground Water Tank terbatas.

Gambar 3.146. Pressure Gauge Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Ruang Pompa
yang Menunjukkan Nilai 13 Bar

Gambar 3.147. Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

125
Gambar 3.148. Pillar Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

Gambar 3.149. Seammese Connection Gedung Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

Pada Gambar 3.150 mengenai metode pengelapan pipa dengan minyak solar
ditemukan bahwa perawatan dari sistem pemadam kebakaran gedung ini meliputi
pembersihan pompa dan permukaan luar dari perpipaan di sekitarnya dengan
menggunakan air dan minyak solar agar mengangkat jamur penyeab karat, pemeriksaan
126
komponen perpipaan pemadam kebakaran, melakukan perbaikan apabila terjadi
kebocoran pada pipa pemadam kebakaran yang berjenis Galvanized Iron Pipe (GIP),
dan dilakukannya Drill setahun sekali bersama tim pemadam kebakaran kota terkait
pemeriksaan komponen pemadam kebakaran pada gedung dan juga tindak lanjut
berupa koordinasi antara tim pemadam kebakaran kota dan tim Engineering gedung.

Gambar 3.150. Dokumentasi Perawatan Pompa dan Pipa Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran dengan Pengelapan Solar

3.6.3. Perpipaan Pemadam Kebakaran

Jenis pipa yang digunakan pada sistem pemadam kebakaran adalah Galvanized
Iron Pipe seperti yang terlihat pada Gambar 3.151 mengenai pipa GIP untuk sistem
pemadam kebakaran. Pipa tipe ini merupakan standar bagi sistem perpipaan pemadam
kebakaran berhubung jenis pipa ini memiliki ketahanan tekanan air yang kuat sampai
pada tekanan air 30 bar, namun memiliki kelemahan dari sisi mudah berkaratnya pipa
tersebut. Oleh karena itu, pipa ini memerlukan perawatan berupa pemeriksaan periodik
dan pengelapan dengan air maupun dengan minyak solar agar lebih kuat dalam
mengangkat kotoran dan jamur pada perpipaan sehingga mencegah terjadinya karat.
Sistem perpipaan ini dilengkapi dengan klem pipa.

127
Gambar 3.151. Galvanized Iron Pipe Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

3.6.4. Bangunan Pelengkap Pemadam Kebakaran

Bangunan pelengkap dari sistem pemadam kebakaran gedung ini adalah


Ground Water Tank. Ground Water Tank merupakan wadah reservoir yang menjadi
Supply air utama yang volume air nya digabungkan dengan penyediaan untuk air bersih
namun dipisahkan pada suatu dinding untuk mempermudah perawatan. Volume dari
Ground Water Tank bagian pertama yang terkhusus untuk pemadam kebakaran adalah
200 m³ dan terdapat Suction Pit dengan volume sekitar 30 m³ seperti yang terlihat pada
Gambar 3.152 mengenai Suction Pit bagian sistem pemadam kebakaran. Terdapat tiga
buah sambungan dari Suction Pit menuju ruang pompa yang memberi akses air ke tiga
pompa pemadam kebakaran yaitu pompa Jockey, pompa Electric, dan pompa Diesel
dengan Pompa Jockey sebagai pompa pertama yang beroperasi apabila ada kebakaran
sederhana sedangkan pompa electric dan Diesel merupakan pompa bantuan apabila
terjadi api lebih besar sehingga butuh penyediaan air yang lebih masif.

128
Gambar 3.152. Man Hole Suction Pit Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

3.6.4.1. Perlengkapan Perpipaan Pemadam Kebakaran

a. Gate Valve

Pada Gambar 3.153 mengenai Gate Valve ditemukan bahwa Gate Valve
merupakan katup yang membuka atau memutuskan aliran dalam pipa. Alat ini
digunakan apabila dilakukan perawatan pada pipa dan perlengkapannya sehingga
dilakukan sistem Bypass yang mengalirkan air pada pipa ke pipa yang parallel dengan
pipa yang ditutup.

129
Gambar 3.153. Gate Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

b. Check Valve

Pada Gambar 3.154 mengenai Check Valve ditemukan bahwa Check Valve
digunakan untuk mencegah aliran air dari sistem pompa untuk terjadinya aliran arus
balik dan juga menjaga jumlah air serta tekanan air yang ada pada sistem pipa pemadam
kebakaran bernilai tetap.

Gambar 3.154. Check Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

130
c. Pressure Switch

Pada Gambar 3.155 mengenai Pressure Switch ditemukan bahwa Pressure


Switch merupakan komponen elektronika yang berfungsi untuk mengatur kinerja
pompa berdasarkan tekanan air dalam pipa yang terlacak oleh alat ini. Pada sistem
pemadam kebakaran, alat ini berjumlah 3 buah yang terletak di atas Header pada ruang
pompa pemadam kebakaran.

Gambar 3.155. Pressure Switch Sistem Plambing Pemadam Kebakaran di atas Header

d. Flexible Joint

Pada Gambar 3.156 mengenai Flexible Joint ditemukan bahwa Flexible Joint
merupakan perlengkapan perpipaan yang dipasang sebelum dan sesudah pompa dengan
tujuan menjaga ketahanan pipa berhubung aliran yang sangat turbulen dan bertekanan
besar akan melewati pipa sehingga apabila menggunakan pipa yang kaku maka akan
terjadi kerusakan.

131
Gambar 3.156. Flexible Joint Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

e. Pressure Gauge

Pada Gambar 3.157 mengenai Pressure Gauge ditemukan bahwa Pressure


Gauge merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui tekanan air pada suatu elevasi
atau kedalaman fluida tertentu. Pada umumnya di sistem pemadam kebakaran gedung
ini, Pressure Gauge dipasang sesudah Check Valve.

Gambar 3.157. Pressure Gauge Sistem Plambing Pemadam kebakaran

132
f. Strainer
Pada Gambar 3.158 mengenai Strainer ditemukan bahwa Strainer merupakan
perlengkapan perpipaan yang berfungsi untuk menyaring air yang melewati sistem
perpipaan oleh suatu lapisan penyaring yang terdapat di dalam nya. Strainer biasanya
ditemukan pada sebelum pemompaan terjadi.

Gambar 3.158. Strainer Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

g. Branch Control Valve

Pada Gambar 3.159 dan Gambar 3.160 mengenai Branch Control Valve
ditemukan bahwa Branch Control Valve merupakan katup yang mengontrol influen dan
aliran air dalam sistem perpipaan Sprinkler pemadam kebakaran yang dipasang
berdampingan dengan Drain Valve dengan fungsi menutup aliran pada sistem Sprinkler
untuk melakukan perawatan jaringan perpipaan Sprinkler dengan terlebih dahulu
mengeluarkan air di dalamnya oleh Drain Valve. Alat ini umumnya ditemukan pada
setiap lantai gedung.

133
Gambar 3.159. Gambar Teknik Branch Control Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3.160. Branch Control Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement

134
h. Drain Valve

Pada Gambar 3.161 mengenai Drain Valve ditemukan bahwa Drain Valve
merupakan alat yang dipasang berpasangan dengan Branch Control Valve yang
berfungsi untuk mengeluarkan isi air pada jaringan perpipaan Sprinkler untuk
perawatan agar tidak terjadi kebocoran yang menyebabkan genangan pada daerah di
bawah Sprinkler tersebut. Alat ini pada umumnya terdapat pada setiap lantai gedung.

Gambar 3.161. Drain Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Shaft

i. Seammese Connection

Pada Gambar 3.162 dan Gambar 3.163 mengenai Seammese Connection


ditemukan bahwa Seammese Connection merupakan suatu alat yang disediakan untuk
tim pemadam kebakaran daerah untuk memberikan pasokan air bersih lebih dari mobil
pemadam kebakaran apabila reservoir untuk penyediaan air pemadam kebakaran sudah
habis sehingga Sprinkler, sistem pompa pemadam kebakaran, dan Hydrant tidak dapat
berfungsi dengan baik. Alat ini disediakan diluar gedung agar memudahkan akses bagi
tim pemadam kebakaran dalam menggunakannya.

135
Gambar 3.162. Gambar Teknik Seammese Connection Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

136
Gambar 3.163. Seammese Connection Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

j. Automatic Air Vent Valve

Pada Gambar 3.164, Gambar 3.165, Gambar 3.166, dan Gambar 3.167
mengenai tampak dan spesifikasi Automatic Air Vent Valve ditemukan bahwa
Automatic Air Vent Valve berfungsi untuk mengeluarkan gas yang terakumulasi yang
terdapat pada sistem perpipaan secara automatis sehingga berpotensi menyebabkan
terputusnya aliran. Alat ini terdapat pada Header dari ruang pompa dan beberapa pada
pipa tegak pemadam kebakaran.

137
Gambar 3.164. Gambar Teknik Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3.165. Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada
Ruang Pompa

138
Gambar 3.166. Automatic Air Vent Valve pada Shaft Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

Gambar 3.167. Spesifikasi Automatic Air Vent Valve Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

139
k. Sprinkler

Pada Gambar 3.168, Gambar 3.169, dan Gambar 3.170 mengenai tampak dan
gambar teknis springkler ditemukan bahwa Sprinkler merupakan alat yang dipasang
pada suatu ruangan atau koridor sebagai penanganan pertama akan terjadinya
kebakaran. Alat ini terdiri dari suatu penghubung pipa dengan penutup yang berbahan
kaca halus berisikan raksa berwarna merah yang bervariasi ketahanannya terhadap
suatu temperature mulai dari 50°C hingga 70°C dan juga besi yang memancarkan
muncratan air ke segala arah dalam satu bidang datar.

Gambar 3.168. Gambar Teknik Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

140
Gambar 3.169. Jaringan Pipa Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran pada Lantai
Semibasement

Gambar 3.170. Jenis Sprinkler Sistem Plambing Pemadam Kebakaran Menghadap ke Atas

141
l. Hydrant Box

Pada Gambar 3.171 sampai dengan Gambar 3.180 mengenai tampak dan
gambar teknis, komponen di dalam dari berbagai jenis hidran, beserta dengan papan
komando apabila terjadi kebakaran ditemukan bahwa Hydrant ini berfungsi untuk akses
penyiraman air apabila terjadi kebakaran pada suatu daerah pada gedung dan
dioperasikan oleh tim yang ada pada perusahaan gedung maupun tim pemadam
kebakaran kota. Hydrant Box merupakan peralatan yang disediakan pada sisi utara dan
selatan dari setiap lantai pada gedung dan juga pada gedung bagian luar.
Jenis Hydrant Box ada dua yaitu Indoor Hydrant Box dan Outdoor Hydrant Box.
Hal yang membedakan kedua jenis Hydrant ini selain dari penempatannya adalah
komponennya. Pada Indoor Hydrant Box dilengkapi dengan sistem alarm yang dapat
ditekan oleh siapapun apabila terjadi kebakaran sehingga bunyi alarm dapat terdengar
pada koridor maupun pada ruang kontrol dan juga tersedia dua buah keran influen air
untuk Hose yang tersedia dan keran influen air untuk selang dari tim pemadam
kebakaran. Pada Outdoor Hydrant Box dilengkapi dengan suatu pilar hidran yang
bertekanan tinggi dan dalam kotak hidran tersebut tidak terdapat keran apapun
berhubung Hose akan dihubungkan ke pilar hidran.
Operasional dari penggunaan hidran membutuhkan tiga orang yang bertugas
untuk mengatur keran dan Hose yang dekat dengan keran, menjaga Hose bagian tengah,
dan menjaga Nozel serta Hose bagian depan. Pembagian ini sudah ditentukan
berdasarkan pelatihan dan Drill yang dilakukan oleh tim perusahaan dari program tim
pemadam kebakaran.

142
Gambar 3.171. Gambar Teknik Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3.172. Gambar Teknik Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

143
Gambar 3.173. Tampak Dalam Hydrant Indoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

Gambar 3.174. Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

144
Gambar 3.175. Tampak Dalam Hydrant Outdoor Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

Gambar 3.176. Kran Air Bersih untuk Hose Milik Gedung Dalam Hydrant Sistem Plambing
Pemadam Kebakaran

145
Gambar 3.177. Kran Air Bersih untuk Hose Milik Tim Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

Gambar 3.178. Hose Dalam Hydrant Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

146
Gambar 3.179. Nozle Keluaran Air Bersih dari Hydrant Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

Gambar 3.180. Penugasan untuk Operasional Hydrant Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

147
3.6.4.2. Sistem Pompa

a. Jockey Pump

Pada Gambar 3.181, Gambar 3.182, dan Gambar 3.183 mengenai tampak dan
spesifikasi dari Jockey Pump ditemukan bahwa Jockey Pump pada sistem pemadam
kebakaran gedung ini berfungsi sebagai pompa air pemadam kebakaran utama yang
nyala secara automatis berdasarkan tekanan pipa yang dilacak oleh Pressure Switch dan
Pressure Gauge. Pompa ini mulai bekerja pada nilai tekanan air sebesar 10 bar dan
berhenti pada 8 bar. Pompa ini memiliki beberapa propeller kecil yang tersusun secara
vertikal untuk memberi dorongan tekan bagi air yang melewatinya. Berikut adalah
gambar dan spesifikasi dari pompa Jockey yang digunakan pada gedung ini.

Gambar 3.181. Jockey Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

148
Gambar 3.182. Spesifikasi Jockey Pump Bagian Pertama Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

Gambar 3.183. Spesifikasi Jockey Pump Bagian Kedua Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

149
b. Electric Pump

Pada Gambar 3.184, Gambar 3.185, dan Gambar 3.186 mengenai tampak dan
spesifikasi dari Electric Pump ditemukan bahwa Electric Pump pada sistem pemadam
kebakaran gedung ini berfungsi sebagai pompa kedua yang aktif apabila terjadi
kebakaran yang cukup besar sehingga air pada sistem Sprinkler dan Hydrant sangat
berkurang. Pompa ini aktif pada saat tekanan air bernilai 8 bar dan mati pada saat
tekanan air bernilai 6 bar. Pompa ini memiliki daya tekan yang besar dengan satu buah
propeller yang mendorong aliran air. Berikut adalah gambar dan spesifikasi dari pompa
Electric yang digunakan pada gedung ini.

Gambar 3.184. Electric Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

150
Gambar 3.185. Spesifikasi Alat Centrifugal dari Electric Pump Sistem Plambing Pemadam
Kebakaran

Gambar 3.186. Spesifikasi Motor dari Electric Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

151
c. Diesel Pump

Pada Gambar 3.187 dan Gambar 3.188 mengenai tampak dan spesifikasi dari
Diesel Pump ditemukan bahwa Diesel Pump pada sistem pemadam kebakaran gedung
ini berfungsi sebagai pompa pendukung paling akhir yang aktif pada saat kebakaran
sudah terlalu besar sehingga tekanan air pada sistem plambing pemadam kebakaran
sudah di bawah 6 bar. Operasional dari pompa ini menggunakan minyal diesel yang
disimpan pada suatu wadah, dua buah aki sebagai tenaga, knalpot besar sebagai Exhaust,
dan pompa Centrifugal sebagai keluaran dari pompa ini. Berikut adalah gambar dan
spesifikasi dari pompa Diesel.

Gambar 3.187. Diesel Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

152
Gambar 3.188. Spesifikasi Diesel Pump Sistem Plambing Pemadam Kebakaran

3.7 Penerapan Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Lingkungan (K3L)

Pada tim Engineering PT. Parador Property Management gedung Atria


Residence, terdapat Standard Operating Procedure (SOP) yang mengatur Jobdesk serta
peraturan keamanan yang perlu ditaati selama melaksanakan kegiatan operasional
seperti yang terlihat pada Gambar 3.189 mengenai dokumen SOP Engineering dan
perawatan berbagai komponen pada gedung, dokumen SOP pemadam kebakaran
seperti yang terlihat pada Gambar 3.192, serta dokumen SOP terkait pengelolaan
limbah B3 dari gedung seperti yang terlihat pada Gambar 3.191. SOP dari Jobdesk para
Engineer gedung diatur pada panduan yang tertulis baik pada panduan umum maupun
panduan saat kondisi protokol New Normal PPKM akibat sedang maraknya pandemi
Covid-19. Selain dari berbagai SOP dan aturan protokol yang sudah ditetapkan,
terdapat juga pelatihan Health, Safety, and Environment (HSE) seperti yang terlihat
pada Gambar 3.190 mengenai dokumen HSE yang isinya menjelaskan terkait beragam
hal yang harus dipahami untuk mengurangi dan mencegah potensi kecelakaan kerja dan
juga kaitannya dengan UU yang berlaku. Dari dokumen – dokumen tersebutlah,
terdapat pengaplikasian dari metode – metode tersebut di lapangan.

153
Gambar 3.189. Dokumen SOP Engineering PT. Parador Property Management

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3.190. Dokumen Pelatihan HSE PT. Parador Property Management

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

154
Gambar 3.191. Dokumen SOP Penanganan Limbah B3 PT. Parador Property Management

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Gambar 3.192. Dokumen SOP Pemadam Kebakaran PT. Parador Property Management

(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

155
Pada sistem pemadam kebakaran, disediakan pakaian keamanan yang lengkap
dari topi hingga sepatu pemadam kebakaran dan juga SOP metode – metode evakuasi
dan penyelamatan yang perlu dipatuhi demi optimalnya operasional tersebut. Pakaian
pemadam kebakaran yang digunakan oleh tim Engineering telah dilengkapi dengan
APAR, masker, Breathing Apparatus seperti yang terlihat pada Gambar 3.193
mengenai perlengkapan pemadam kebakaran. Pembagian tugas dan langkah – langkah
yang harus dilakukan juga sudah ditetapkan lewat pelatihan Drill dari tim pemadam
kebakaran kota setiap setahun sekali. Jumlah atribut yang disediakan sudah cukup
lengkap namun secara kuantitas tidak sepenuhnya cukup untuk digunakan secara
lengkap oleh tim Engineering yang bertugas apabila terjadi kebakaran berdasarkan
paparan pembagian tugas yang ada di papan satgas pemadam kebakaran dan Covid-19
seperti yang terlihat pada Gambar 3.194 mengenai pembagian tugas apabila terjadi
kebakaran.

Gambar 3.193. Lemari Atribut Pemadaman Kebakaran untuk Tim Engineering Atria
Residence

156
Gambar 3.194. Papan Pembagian Tugas untuk Operasional Darurat Pemadam Kebakaran dan
COVID-19

Pada operasional keseharian dari tim Engineering telah ditetapkan untuk


menggunakan pakaian yang ditentukan dan perlengkapan yang sesuai dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan seperti pada kegiatan di bagian luar gedung maupun
operasional perawatan dari STP. Seragam dari tim Engineering sudah cukup rapih dan
tebal serta dilengkapi dengan sepatu tebal agar mencegah potensi bahaya yang akan
terjadi pada bagian kaki seperti yang terlihat pada Gambar 3.195 mengenai
perlengkapan beraktivitas tim Engineering. Pada saat melakukan perawatan di STP,
Atribut teknisi tidak disediakan dengan sarung tangan panjang sehingga rawan
menyebabkan penyakit apabila imun individual sedang tidak sehat berhubung
operasional perawatan yang dilakukan banyak bersentuhan dengan limbah yang ada
pada STP seperti yang terlihat pada Gambar 3.196 mengenai perlengkapan tim
Engineering pada saat pemeliharaan STP. Pada saat sedang melakukan operasional
bagian luar gedung pada ketinggian tinggi, PT. Parador Property management sudah
menyediakan kelengkapan yang bagus terutama dalam menjaga keamanan teknisi
selama beroperasional di luar gedung tersebut dengan seragam yang terhubungkan
dengan sabuk dan tali pengaman serta helm keamanan untuk perbaikan pipa tegak air
hujan bagian luar dan pembersihan kotoran gedung seperti yang terlihat pada Gambar
3.197 dan Gambar 3.198 mengenai perlengkapan operasional di luar gedung.

157
Gambar 3.195. Seragam Tim Engineering PT. Parador Property Management

Gambar 3.196. Atribut Tim Engineering Saat Operasional Perawatan STP

158
Gambar 3.197. Atribut Tim Engineering Saat Operasional di Luar Gedung Sisi Belakang
Atria Residence

Gambar 3.198. Atribut Tim Engineering Saat Operasional di Luar Gedung Sisi Depan Atria
Residence

159
Pada operasional perawatan STP, terdapat kegiatan pengangkatan Grease dari
unit Grease Trap dan juga Scum dari unit Sedimentation Tank. Seluruh limbah yang
berpotensi menyumbat sistem STP ini dikumpulkan pada beberapa kantung plastic
hitam anti bocor dan diikat, namun beberapa carian limbah tersebut masih terdapat pada
permukaan plastik hitam. Plastik limbah tersebut lalu dikumpulkan dan dipindahkan ke
TPS kecil milik gedung Atria Residence yang juga menampung sampah domestik
gedung pada setiap lantai seperti yang terlihat pada Gambar 3.199 dan Gambar 3.200
mengenai tampak TPS yang menampung Grease dan sedimen dari STP. Seluruh
sampah pada ruangan ini diangkut oleh mobil Pickup menuju TPA pada kota Tangerang.
Hal ini perlu dilakukan dengan ketelitian agar tidak mengurangi kesehatan lingkungan.

Gambar 3.199. Tampak Luar Tempat Penampungan Sementara Sampah Milik Atria
Residence

160
Gambar 3.200. Tampak Dalam TPS Sampah dan Limbah Milik Atria Residence

161
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Sistem Plambing Air Bersih

Tinjauan pustaka untuk sistem plambing air bersih merupakan hal esensial
terutama agar mencegah pemasangan dan perawatan sistem yang tidak sesuai standar
dan teori sehingga menyebabkan penyimpangan operasional.

4.1.1. Sumber Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,


Sumber air merupakan wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan
muara. Pada umumnya sumber air yang digunakan oleh penduduk adalah air sungai
sebagai sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah dan air tanah sebagai sumber
air yang terdapat di dalam tanah. Sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah
dikelola oleh pemerintah daerah yang telah diatur oleh undang – undang kebijakan
pemerintah sementara sumber air yang terdapat di dalam tanah oleh perseorangan.
Sumber air dari perusahaan daerah air minum didistribusikan dengan jaringan
perpipaan air bersih kota yang akan menjadi pasokan air bersih bangunan perumahan
maupun bangunan bertingkat.
Pada PP nomor 82 tahun 2010 juga terdapat empat buah klasfikasi air bersih
yang bergantung pada fungsi dan tujuan nya dengan dipisahkan berdasarkan syarat
kualitas air. Pada kelas pertama, air diperuntukkan untuk air minum dan memiliki syarat
baku mutu air tertinggi. Pada kelas kedua, air diperuntukkan untuk rekreasi air,
perikanan, dan peternakan dan memiliki syarat baku mutu air yang cukup tinggi. Pada
kelas ketiga, air diperuntukkan untuk peternakan dan penyiraman tanaman dan
memiliki syarat baku mutu air yang cukup rendah. Pada kelas keempat, air
diperuntukkan untuk penyiraman tanaman saja dan memiliki syarat baku mutu air
terendah. Pada gedung bertingkat di perkotaan, kelas air pertama lah yang distandarkan
dalam kualitas pengaliran airnya.

162
4.1.2. Kualitas Air Bersih

Kualitas air bersih dari suatu penyediaan air bersih sistem plambing gedung
merupakan prioritas utama dari aspek penyediaan air bersih. Beberapa standar seperti
halnya pada standar baku mutu air World Health Organization (WHO), PP nomor 82
tahun 2001, dan SK Permenkes nomor 492 tahun 2010 menjadi acuan bagi syarat
minimum kadar pada air yang diperbolehkan di masyarakat (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010). Dalam pemenuhan kualitas air tersebut, pemerintah wajib
menyediakan instalasi pengolahan air untuk daerah yang memungkinkan untuk
direncanakan sistem tersebut. Namun, pada daerah yang tidak memungkinkan dalam
mengolah air secara sentralisasi, diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan
air secara individu atau desentralisasi.
Dalam menjaga kualitas dari air yang dialirkan pada sistem distribusi air pada
kota maupun gedung bertingkat, PP nomor 82 tahun 2001 mewajibkan untuk dilakukan
pengujian kualitas air di lab secara berkala sekurang – kurang nya 6 bulan sekali, tidak
menerapkan pemasangan Cross Connection Pipa terutama pada pipa air bersih dan air
yang tidak diketahui kualitas air nya, dan mencegah potensi terjadinya aliran Backflow
terutama pada alat plambing sehingga kualitas air bersih pada sistem tercemar dengan
air yang telah digunakan kualitasnya akibat dari tekanan negatif yang mengalir dalam
sistem perpipaan yang ada (Republik Indonesia, 2001).

4.1.3. Perpipaan Air Bersih

Perpipaan air bersih terdiri dari banyak jenis klasifikasi yang dapat diterapkan
sesuai dengan situasi kondisi aktual. Hal ini perlu dianalisa secara teoritis agar
pemasangan pipa dan komponen nya sesuai standar dan cocok akan kondisi aktual.

163
4.1.3.1. Sistem Penyediaan Air Bersih

Pada sistem penyediaan air bersih gedung bertingkat terdapat empat jenis sistem
yaitu:
a. Sistem Sambungan Langsung

Pada Gambar 4.1 mengenai skema sistem sambungan langsung ditemukan


bahwa pipa distribusi pada penyediaan air minum PDAM disambungkan secara
langsung ke sistem perpipaan dalam gedung. Hal ini kurang direkomendasikan untuk
bangunan bertingkat berhubung ketersediaan air pada sistem perpipaan gedung sangat
bergantung pada ketersediaan air pada sistem distribusi perpipaan air bersih kota
dimana akan terjadi masalah apabila sedang ada perbaikan.

Gambar 4. 1. Skema Sistem Sambungan Langsung Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

164
b. Sistem Tangki Atap

Pada Gambar 4.2 mengenai skema sistem tangki atap ditemukan bahwa air akan
ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah yang umumnya terletak di bawah muka
tanah yang akan dipompakan air nya ke tangki atas yang terletak pada atap gedung atau
di atas lantai tertinggi gedung. Pemompaan yang dilakukan oleh sistem ini umumnya
dilakukan secara otomatis dengan kontrol pada elevasi air tangki atap dan juga tangki
bawah. Pada saat ketinggian muka air di tangki atap rendah dan di tangki bawah tinggi,
maka akan terjadi pemompaan otomatis. Pada saat ketinggian muka air di tangki atap
tinggi dan di tangki bawah rendah, maka akan terjadi pemberhentian otomatis sistem
pompa (Nobelia, 2016).
Sistem ini seringkali diterapkan pada gedung bertingkat karena sistem ini tidak
terlalu terpengaruhi oleh perubahan tekanan yang ada, operasional pengisian tangki
dilakukan secara otomatis dan sederhana, dan perawatan tangki atap sangat sederhana
dibandingkan dengan tangki tekan. Namun sistem ini memiliki syarat untuk memenuhi
tekanan minimum pada alat plambing dengan elevasi tertinggi pada gedung minimal
1,0 kg/cm² dan tangki atap memiliki elevasi minimal 10 meter lebih dari elevasi alat
plambing tertinggi pada gedung. Apabila syarat ini tidak tercapai, maka dibutuhkan
bantuan dari pompa Booster untuk memberikan tekanan yang cukup pada alat plambing
yang berada pada tingkat tertinggi bangunan dengan sistem tangki atap (Nobelia, 2016).

Gambar 4. 2. Skema Sistem Tangki Atap Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

165
c. Sistem Tangki Tekan

Pada Gambar 4.3 mengenai skema sistem tangki tekan ditemukan bahwa air
bersih akan ditampung pada tangki bawah dan akan dipompakan ke dalam wadah
tertutup dengan udara yang terkompresi di dalamnya. Air dari tangki bawah akan
dialirkan ke seluruh bangunan dan beroperasi secara otomatis berdasarkan alat detektor
tekanan dan bekerja berdasarkan tekanan maksimum dan minimum dari pompa.
Fluktuasi tekanan air pada sistem ini terdapat antara 1,0 – 1,5 kg/cm² dan hal ini
membahayakan dalam jangka panjang terutama pada alat plambing (Nobelia, 2016).
Sistem tangki tekan memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
sistem tangki lain. Berikut adalah kelebihan dari sistem tangki tekan.
1. Secara estetika lebih tidak mencolok dibandingkan dengan sistem tangki
lain.
2. Mudah dalam hal perawatan dan dapat diletakkan bersamaan dengan pompa
lain nya di ruang mesin.
3. Biaya awal yang diperlukan lebih rendah dibandingkan tangki yang harus
dipasang di atas menara.

Berikut adalah kekurangan dari sistem tangki tekan.


4. Daerah fluktuasi tekanan yang cukup besar yaitu 1,0 kg/cm² dan lebih besar
dibandingkan dengan tangki atap yang dapat menimbulkan fluktuasi aliran
air pada sistem plambing air bersih gedung.
5. Perlunya penambahan udara pada tabung tekan dengan kompresor sehingga
memerlukan untuk dilakukannya pengurasan air dalam tangki tekan.
6. Sistem ini dapat diartikan sebagai sistem penyediaan air saja dan bukan
sebagai sistem penyimpanan air layaknya sistem tangki atap.
7. Berhubung sedikit adanya penyimpanan air efektif pada tangki, akan
mengakibatkan kerusakan pada pompa dan saklar pompa yang bekerja
dalam waktu yang lama.

166
Gambar 4. 3. Skema Sistem Tangki Tekan Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

d. Sistem Tanpa Tangki

Pada sistem ini, tidak dipergunakan tangki atap, tangki bawah, maupun tangki
tekan untuk menyediakan air pada suatu bangunan. Air dari sumber dipompakan secara
langsung ke sistem distribusi bangunan dan diisap oleh pompa lewat pipa utama
perusahaan air minum. Sistem ini diterapkan pada negara – negara di amerika dan eropa
dengan syarat diameter pipa di bawah 100 mm. Di Indonesia sistem ini dilarang oleh
perusahaan air minum negeri maupun swasta berhubung tekanan air pada sistem
distribusi air bersih dari PDAM tidak mencukupi standar untuk menerapkan sistem ini
(Nobelia, 2016). Kelebihan dan kekurangan dari sistem tanpa tangki adalah sebagai
berikut:
a. Mengurangi potensi pencemaran air dari berbagai tangki yang digunakan.
b. Mengurangi potensi terjadinya karat karena kontak yang singkat antara air
dengan pipa.
c. Akan mengurangi beban struktur bangunan apabila sistem ini diterapkan
pada bangunan pencakar langit.
d. Dapat menggantikan peran dari menara air untuk kompleks perumahan
masyarakat.
e. Penyediaan air sepenuhnya bergantung pada energi listrik.
f. Dibandingkan dengan sistem tangki atap, sistem ini lebih memakai daya
listrik.
g. Biaya awal tinggi terutama karena biaya untuk sistem pengaturannya.

167
4.1.3.2. Sistem Pengaliran Air Bersih

Sistem pengaliran air bersih terdiri dari dua jenis sistem yaitu sistem pengaliran
air ke bawah dan sistem pengaliran air ke atas. Sulit untuk menyatakan sistem yang
lebih baik di antara kedua sistem ini, dikarenakan kedua sistem ini memiliki kelebihan
dan kekurangan yang mirip sehingga pemilihan sistem pengaliran ditentukan
berdasarkan ciri khas gedung yang akan dikonstruksi. Sistem pengaliran ke atas seperti
yang terlihat pada Gambar 4.4 menggunakan pipa tegak utama yang mengalirkan air
dari tangki atap ke pipa mendatar pada langit – langit lantai terendah gedung yang
nantinya akan disalurkan ke berbagai pipa tegak yang terletak di shaft gedung dengan
pengalirannya ke atas. Sistem ini tidak membutuhkan ruang besar yang terlalu spesifik
dan dapat dipasang serta diletakkan pada ruang mesin sehingga pemeriksaan maupun
perbaikan dari komponen perpipaan juga dapat dilacak pada pipa mendatar dan akan
lebih mudah pelaksanaannya. Kelemahan dari sistem pengaliran ke atas adalah
membutuhkan pipa lebih pada gedung yaitu pipa tegak utama untuk mengalirkan air
dari tangki atap menuju pipa mendatar gedung.
Sistem pengaliran ke bawah seperti yang terlihat pada Gambar 4.5
menggunakan percabangan pipa mendatar pada atap dari lantai tertinggi gedung dan
mengalirkannya ke bawah melewati berbagai shaft gedung. Sistem pengaliran ke
bawah memerlukan ruang yang cukup besar pada langit – langit lantai teratas yang
cukup untuk memasang pipa mendatar dan lubang pemeriksaan dan operasional dari
katup dan berbagai komponen pelengkap lainnya, namun pembuangan udara berlebih
dapat dilakukan lebih mudah (Nobelia, 2016).

168
Gambar 4. 4. Skema Sistem Pengaliran Ke Atas Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

Gambar 4. 5. Skema Sistem Pengaliran Ke Bawah Sistem Plambing Air Bersih

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

169
4.1.3.3. Penentuan Kebutuhan Air

Dapat didefinisikan sebagai jumlah air rata-rata yang dibutuhkan untuk aktifitas
suatu gedung dalam satu hari. Biasanya totalnya akan ditambahkan dengan suatu
besaran lain sebesar 15-25%, hal itu akan dialokasikan ke keperluan lainnya seperti jika
terjadi kebocoran dll (Nobelia, 2016).
Besarnya besaran tambahan tersebut dapat dicari menggunakan 2 cara, yaitu:

a. Berdasarkan jumlah pemakai

Bila data jumlah penduduk sudah diketahui secara pasti, maka dapat ditentukan
besar kebutuhan rata-ratanya berdasarkan standar pemakaian dalam per harinya. Data
itu dapat diketahui melalui tabel di buku Soufyan Nur Bambang (Noerbambang &
Morimura, 1986).

b. Berdasarkan luas lantai

Bila pada kondisi dimana tidak diketahui jumlah penghuni secara pasti, maka
kita bisa dengan cara menaksir luas lantai, lalu tentukan berapa kepadatannya pda tiap
lantai, dari mulai angka 55-80% dari keseluruhan lantai.
Jika kedua cara diatas tetap tidak bisa dipakai untuk menentukan kebutuhan
rata-rata, maka kita bisa mencari jumlah pemakai dengan cara menghitung jumlah alat
plambing yang digunakan.
Selanjutnya terdapat penentuan kapasitas maksimum hari yaitu debit air yang
harus dialirkan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan air bersih suatu gedung yang tidak
konsisten jumlahnya. Dalam menentukan kapasitas maksimum hari (Q maks hari) suatu
gedung perlu menentukan beberapa hal, yaitu:
1. Menentukan besar jumlah air yang harus disediakan melalui sistem sendiri
(on-site) atau melalui sistem perkotaan (off-site).
2. Menentukan besar volume reservoir bawah dana tap serta kapasitas pompa
transfer.
Besar dari kapasitas maksimum harian dapat ditentukan dengan dua jenis faktor,
yaitu:

170
a. Berdasarkan faktor maksimum

Besar dari kapasitas maksimum harian sangat bervariasi pada setiap gedung,
namun secara umum debit atau kapasitas maksimum harian didapatkan dari pengaliran
antara kapasitas rata – rata dengan faktor maksimum hari. Faktor maksimum hari
berkisar antara 1,5 – 2,0 dan hal ini bergantung pada jenis kondisi dan sifat dari
bangunan yang direncanakan (Nobelia, 2016).

b. Berdasarkan faktor pemakaian

untuk penggunaan dari metode ini harus menentukan berapa jumlah dari masing
– masing alat plambing yang digunakan pada gedung tersebut seperti yang terlihat pada
Tabel 4.1 mengenai penentuan jumlah alat plambing. Nilai dari jumlah alat plambing
dapat menentukan nilai faktor pemakaian alat plambing secara serentak walaupun pada
nyatanya hampir tidak pernah semua alat plambing bekerja secara serentak seperti yang
terlihat pada Tabel 4.2 mengenai Faktor Pemakaian.

Tabel 4. 1. Penentuan Jumlah Alat Plambing.

jumlah alat
plambing
1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100
jenis alat
plambing
kloset depan 50 30 40 30 27 23 19 17 15 12 10
1
katup gelontor 1 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10
alat plambing 100 75 55 48 45 42 40 39 38 35 33
1
biasa 2 3 5 6 7 10 13 16 19 25 33
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

171
Tabel 4. 2. Faktor Pemakaian

pemakaian pipa pipa cabang air


air untuk waktu sambungan bersih ke alat
penggunaan untuk alat plambing (mm)
nama alat satu kali penggunaan laju aliran pengisian plambing pipa
no plambing (liter) per jam (liter/menit) (detik) (mm) baja tembaga
kloset 13.5-16.5 6.0-12.0 110-180 8.2-10 24 32 25
1 (dengan katup gelontor)
kloset 13.0-15.0 6.0-12.0 15 60 13 20 13
2 (dengan tangki gelontor)
peturasan 5 12.0-20.0 30 10 13 20 13
3 (dengan katup gelontor)
peturasan,
2-4 orang 9.0-18.0 12 1.8-3.6 300 13 20 13
4 (dengan tangki gelontor)
peturasan,
5-7 orang 22.5-31.5 12 4.5-6.3 300 13 20 13
5 (dengan tangki gelontor)
bak cuci
tangan
6 kecil 3 12.0-20.0 10 18 13 20 13
bak cuci
tangan
7 biasa 10 6.0-12.0 15 40 13 20 13
(lavatory)
bak cuci
dapur
8 (sink) 15 6.0-12.0 15 60 13 20 13
dengan keran 13 mm
bak cuci
dapur
9 (sink) 25 6.0-12.0 25 60 20 20 20
dengan keran 20 mm
bak mandi
10 rendam 125 6.0-12.0 30 250 20 20 20
(bath tub)
pancuran
11 mandi 24.0-60.0 3 12 120-300 13-20 20 13-20
(shower)
bak mandi
gaya tergantung
12 jepang ukurannya 30 20 20 20
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

172
Berdasarkan tabel di atas, dengan diperolehnya data unit alat plambing yang ada
pada sistem plambing suatu gedung akan didapat nilai faktor pemakaian pada tabel
pertama yang dapat dikalikan pada nilai debit dari alat – alat plambing tersebut pada
tabel kedua.
Kapasitas Operasi pada sistem plambing air bersih pada gedung merupakan
nilai debit air bersih yang harus disediakan untuk menjadi pasokan air agar memenuhi
tuntutan operasional gedung yang belum tentu beroperasi selama 24 jam penuh. Oleh
karena itu, kapasitas operasi pada gedung dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut (Nobelia, 2016).

24𝑗𝑎𝑚
𝑄𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥
𝑇𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖

Kapasitas pemompaan pada gedung merupakan nilai debit yang harus


dihasilkan pada pompa agar memenuhi kapasitas maksimum hari pada gedung
berhubung kerja pompa pada umumnya tidak 24 jam. Pada umumnya, pompa
dioperasikan sekitar 30 – 80% dari waktu operasi gedung. Oleh karena itu, kapasitas
pemompaan pada gedung dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Nobelia,
2016).

24𝑗𝑎𝑚
𝑄𝑝 = 𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥
𝑇𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎

4.1.3.4. Penentuan Kapasitas Aliran

Kapasitas aliran dalam suatu gedung adalah nilai debit aliran yang mengalir
pada sistem perpipaan gedung. Nilai kapasitas ini didasarkan pada kapasitas aliran
puncak (Qpeak) yang perlu ditentukan untuk mengalirkan kebutuhan air pada seluruh
alat plambing pada gedung dengan total nilai satuan disebut Unit Alat Plambing (UAP)
atau Unit Beban Alat Plambing (UBAP). Nilai dari UAP atau UBAP ini dapat
ditentukan pada buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan

173
Noerbambang dan Takeo Morimura yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4
mengenai Penentuan UBAP dan jumlah katup gelontor (Noerbambang & Morimura,
1986).

174
Tabel 4. 3. Penentuan UBAP Berdasarkan Alat Plambing

Unit Beban Alat Plambing (UBAP)


Diameter Pipa Cabang
Perlengkapan atau Peralatan Tempat
Minimum (inchi) Pribadi Umum
Berkumpul
Bak Rendam atau Kombinasi Bak
0,5 4 4 -
dan Shower
Bak Rendam dengan Katup 3/4
0,75 10 10 -
inchi
Bidet 0,5 1 - -
Pencuci Pakaian 0,5 4 4 -
Unit Dental 0,5 - 1 -
Pencuci Piring, Rumah Tangga 0,5 1,5 1,5 -
Pancuran Air Minum, Air
0,5 0,5 0,5 0,75
Pendingin
Keran Sambungan Keran (Hose
0,5 2,5 2,5 -
bibb)
Lavatory 0,5 1 1 1
Sprinkler Halaman - 1 1 -
Sink/Bak:
- Bar 0,5 1 2 -
- Klinik 0,5 - 3 -
- Katup Gelontor Klinik dengan
1 - 8 -
atau tanpa Kran
- Dapur, Rumah Tangga dengan
0,5 1,5 1,5 -
atau tanpa Pencuci Piring
- Laundry 0,5 1,5 1,5 -
- Bak Pel 0,5 1,5 3 -
- Cuci Muka, Tiap set Kran 0,5 - 2 -
Shower 0,5 2 2 -
Pancuran Cuci, Spray Sirkular 0,75 - 4 -
Kloset dan Urinal Tangki Gelontor
- Urinal Tangki Pembilas 0,5 2 2 3
- Kloset Tangki Pembilas 6 Liter
0,5 2,5 2,5 3,5
per Flush (lpf)
- Kloset Tangki Pembilas > 6 Liter
0,5 3 5,5 7
per Flush (lpf)
Kloset dan Urinal Katup Gelontor
- Urinal Katup Gelontor 3,8 Lpf
0,75 -
(liter per flush)
- Kloset Katup Gelontor 6 Liter per
1 Khusus (*) -
Flush (lpf)
- Kloset Katup Gelontor > 6 Liter
1 -
per Flush (lpf)
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

175
Tabel 4. 4. Standar Penentuan Jumlah Katup Gelontor

Jumlah Katup Kloset Katup Urinal Katup


Gelontor Gelontor Gelontor
1 40 20
2 30 15
3 20 10
4 15 8
5 atau lebih 10 5
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

Unit Alat Plambing yang telah ditentukan dan diakumulasi berdasarkan setiap
lantai dan percabangan dapat digunakan pada kurva hubungan antara Unit Alat
Plambing dengan Kapasitas Aliran Plambing (Qpeak) seperti yang terlihat pada
Gambar 4.6 mengenai kurva hubungan antara UAP dengan laju aliran. Berikut adalah
kurva hubungan antara Unit Alat Plambing dengan Kapasitas Aliran Plambing (Qpeak).

176
Gambar 4. 6. Kurva Hubungan Antara UAP dengan Laju Aliran

(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

4.1.3.5. Penentuan Dimensi

Sumber air dari sistem plambing air bersih pada gedung menggunakan sistem
penyediaan air minum atau PAM secara off-site maupun on-site yang dapat ditentukan
dengan ditetapkannya standar minimum yaitu mengacu pada kapasitas maksimum hari
(Qmax hari) (Nobelia, 2016).
Q maksimum hari = Faktor maksimum hari x Q rata – rata

Selanjutnya penentuan dimensi pada pompa utama yang mengalirkan air


dengan tekanan dari tangki bawah ke tangki atap agar dapat mendistribusikan air secara
gravitasi. Oleh karena itu, aliran air di pompa sama dengan kapasitas dari pompa (Qp)
(Nobelia, 2016).
Qp = Q maksimum hari x 24 jam / T pompa

177
Penentuan dimensi reservoir bawah dan atas merupakan hal yang vital dalam
perancangan sistem plambing air bersih gedung. Reservoir bawah berfungsi untuk
menampung air dan menjadi sumber penyediaan air bersih utama pada gedung.
Menentukan kapasitas sumber untuk reservoir bawah sangat sulit berhubung debit
maksimum hari dan debit pompa saling berkorelasi dalam pengambilan air pada
reservoir bawah sehingga membutuhkan pendekatan dalam melakukan kalkulasi
tersebut. pendekatan perhitungan ini dilakukan dengan menghitung selisih dari nilai
debit maksimum hari yang merupakan influen dari reservoir bawah secara konstan
dengan nilai debit pompa yang merupakan efluen dari reservoir bawah. Perhitungan
dengan pendekatan ini juga mempertimbangkan faktor lainnya yang mempengaruhi
kapasitas dari reservoir seperti cadangan air untuk sistem pemadam kebakaran dan juga
kebutuhan lainnya (Nobelia, 2016).
Reservoir atas merupakan tangki yang menampung air dengan sifat sementara
sebelum air didistribusikan ke seluruh gedung dengan sistem perpipaan air bersih yang
terdapat pada seluruh gedung yang pada umumnya berfluktuasi. Perhitungan secara
tepat bagi kapasitas reservoir atas juga sangat sulit berhubung banyaknya faktor yang
mempengaruhi pengisian dari reservoir atap tersebut sehingga dilakukan pendekatan
dalam perhitungan tersebut. pendekatan yang dilakukan pada perhitungan ini adalah
ditentukannya selisih dari debit pompa yang merupakan influen dari reservoir atas
dengan debit puncak yang merupakan efluen dari reservoir atas yang digunakan karena
adanya fluktuasi pemakaian dalam gedung sehingga dipakailah debit puncak (Qpeak)
(Nobelia, 2016). Dengan ini, disusunlah perumusan volume reservoir atas sebagia
berikut.

Ver = [(Qpeak – Qoperasi) x Tpeak] + [Qp x Tp]

Dimana:

Ver : Volume reservoir atas

Qpeak : Kapasitas puncak

Qoperasi : Kapasitas operasi

Qp : Kapasitas pemompaan

Tpeak : Waktu puncak

178
Tp : Waktu pengisian pompa

4.1.4. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih

Pemeliharaan pada suatu sistem diperlukan agar sistem tersebut akan tetap
berjalan dengan optimal sehingga menghasilkan hasil yang efektif dan efisien. Pada
sistem plambing air bersih, pemeliharaan dilakukan dengan memeriksa dan
memperbaiki jaringan perpipaan, reservoir, komponen pelengkap perpipaan, mesin –
mesin, kualitas air, dan lainnya. Apabila terjadinya kelalaian dalam pemeliharaan
sistem plambing air bersih pada gedung akan menyebabkan kerusakan infrastruktur,
penurunan kinerja dan hasil, dan membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk
memperbaiki sehingga tidak efisien secara material dan dana. (Noerbambang &
Morimura, 1986)

4.1.4.1. Pengendalian Kualitas Air

Pengendalian kualitas air pada sistem plambing air bersih bersuhu dingin
mengacu pada pemeriksaan kadar sisa klorin terutama pada titik – titik terujung seperti
keran air yang dapat menjadi indikasi akan efektivitas prosedur sterilisasi atau
disinfeksi. Hal ini juga dapat mengindikasikan adanya pencemaran lewat hubungan
pintas pada sistem perpipaan yang mungkin terjadi pada aliran pipa PDAM maupun
pada sistem plambing air bersih dalam gedung. Hal ini dapat diterapkan juga dengan
berbagai metoda seperti ortho-tolidin. Secara frekuensi, pemeriksaan dan pengendalian
dari kualitas air bersih dalam gedung harus dilakukan sekurang – kurang nya 2 kali
setahun berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan oleh PDAM.

4.1.4.2. Pemeriksaan Atas Tangki Persediaan Air

Pada pemeriksaan atas tangki persediaan air terdapat empat tahapan yang harus
diperhatikan diantaranya adalah pemeriksaan bagian dalam tangki, pencemaran dalam
tangki, pemeriksaan kualitas air tangki, dan pemeriksaan ketinggian muka air. Pada
pemeriksaan bagian dalam tangki, dapat difokuskan ke pemeriksaan dinding tangki
yang tidak mempunyai retakan apapun seperti pada wajarnya dan juga tidak memiliki

179
titik kebocoran. Perlu diperiksa juga lingkungan sekitar tangki yang bersih, sehat, dan
tidak ada potensi pencemaran lewat kotoran yang dapat masuk ke dalam tangki.
Selanjutnya terkait pemeriksaan pencemaran dalam tangki, sebaiknya dilakukan
secara berkala dengan tutup tangki yang dibuka untuk melihat dan membersihkan
adanya pencemar seperti karat, kotoran, benda asing yang melayang di atas permukaan
air, endapan, lapisan minyak, serangga, ataupun tumbuhan. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan saat jadwal pembersihan tangki dengan lampu terang, air kosong dan tenang,
tidak sedang dilakukan pengisian air, serta melakukan foto dokumentasi untuk arsip
pemeriksaan terkait permukaan dalam dinding tangki.
Selanjutnya terkait pemeriksaan kualitas air tangki, sebaiknya dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan pencemaran pada tangki. Hal ini dilakukan dengan
mengambil sampel pada tangki air bersih dan diuji laboratorium untuk menentukan
spesifikasi air tersebut yang bergantung pada banyak hal seperti salah satunya adalah
perilaku sumber air pada saat musim hujan. Prosedur ini juga dilakukan apabila adanya
instalasi pengolahan air secara individu milik gedung dengan merinci.
Terakhir, pada pemeriksaan ketinggian muka air, perlu diperiksa kondisi dari
Float Valve dan Water Level Controller untuk memastikan aliran air mengalir normal
pada saat pengisian, namun berhenti sepenuhnya pada saat pemberhentian pengisian air.
Hal ini dapat ditentukan dengan memerhatikan bagian yang bergerak dan bergesekan
unutk memastikan tidak adanya sesuatu yang mengganjal sehingga air terus mengisi
dan keluar dari pipa peluap (Overlow) yang menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan pengelola gedung. Pada alat Water Level Controller, perlu memeriksa
komponen – komponen elektrikal yang mendukung kinerja dari alat ini agar dapat
dipastikan seluruh proses pengisian maupun pemompaan ke tangki atas berlangsung
dengan optimal.

4.1.4.3. Pemeriksaan Sistem Pipa

Pada pemeriksaan sistem pipa, terdapat tiga prosedur utama yang perlu
dilakukan. Hal tersebut di antaranya adalah pemeriksaan terdapat kebocoran dan karat,
pemeriksaan laju aliran dan tekanan air, serta pemeriksaan atas penggantung atau
penumpu pipa. Pada pemeriksaan terhadap kebocoran, karat, dan sebagainya, perlu
dilakukan penjadwalan untuk melakukan secara berkala agar mencegah potensi

180
kebocoran sejak dini. Kebocoran pada sistem pipa dapat diartikan menjadi adanya
pengaliran air dari dalam sistem pipa ke luar dan juga adanya fluida yang masuk ke
dalam sistem pipa sehingga menyebabkan tekanan negatif. Kebocoran pada umumnya
banyak terjadi pada sambungan perpipaan, aksesoris dan perlengkapan, kesalahan
pemasangan pipa, atau lubang kecil pada pipa akibat pengerjaan pipa. penyebab lain
dari terjadinya kebocoran yang jarang ditemukan adalah karena terjadinya gempa bumi,
terjadinya karat pada pipa, dan terjadinya penurunan tanah dari tempat pipa tertanam.
Setelah terdeteksinya ada kebocoran perlu dilakukan dengan segera tindakan
pemeliharaan dan pencegahan.
Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan laju aliran dan tekanan air dimana
perubahan dapat terjadi akibat adanya penyumbatan kotoran atau endapan di pipa yang
dapat disebabkan oleh kesalahan perancangan dan juga kesalahan pengoperasian katup
pada pipa. Hal ini perlu diperiksa berhubung banyaknya alat plambing yang menuntut
tekanan optimal yaitu tidak terlalu kecil (di bawah batas minimum) dan juga tidak
terlalu besar (melebihi batas maksimum). Apabila tekanan air terdapat di bawah batas
minimum akan menyebabkan fungsi yang tidak optimal seperti penggelontoran pada
alat plambing, sementara tekanan air yang terdapat melebihi batas maksimum akan
menyebabkan kerusakan pada alat plambing. Pada umumnya, tekanan minimum pada
keran adalah 0,3 kg/cm² sedangkan tekanan minimum pada katup gelontor adalah 0,7
kg/cm².
Terakhir pada pemeriksaan atas pipa terdapat prosedur pemeriksaan atas
penggantung atau penumpu pipa. Penggantung atau penumpu pipa berfungsi untuk
menggantung pipa dengan menanggung beban dari pipa, air, dan seluruh komponen
yang ada pada pipa agar tetap berlokasi pada titik yang sama dan mencegah terjadinya
getaran dan kebisingan yang oleh karena itu penempatan penggantung pipa
memerlukan pengetahuan akan jarak, bahan, dan letak pipa paling optimal untuk
dipasang. Terdapat tiga jenis pipa yang perlu diperiksa terkait penggantungan nya yaitu
pipa tegak, ujung bawah pipa tegak, dan pipa horizontal.
Pada pipa tegak, pemeriksaan penggantung pipa akan mencegah terjadinya
lemahnya penahanan berat serta isi pipa dan getaran. Dengan itu, sebaiknya
pemeriksaan dilakukan secara berkala. Pada ujung bawah pipa tegak, perlu diperiksa
kondisi tumpuan agar selalu optimal sehingga mencegah terjadinya penurunan belokan
akibat beratnya sendiri beserta tumbukan aliran di dalamnya bahkan menyebabkan
patahnya pipa. pada pipa horizontal, pemeriksaan harus dilakukan untuk mencegah
181
lendutan pipa (membengkoknya pipa ke bawah akibat gravitasi) dengan memeriksa
dudukan yang rusak, sekrup kendor, dan lainnya. Pemeriksaan lebih baik dilakukan
setelah perbaikan pipa, perombakan instalasi, dan terjadinya gempa.

4.1.4.4. Pemeriksaan Atas Mesin – Mesin

Dalam prosedur pemeriksaan atas mesin – mesin, dilakukan pemeriksaan pada


banyak aspek seperti pompa penyediaan air, klorinator, dan mesin pendingin air. Pada
pemeriksaan pompa penyediaan air, diperlukan adanya buku catatan harian atas
pemeriksaan yang seharusnya dilakukan dengan frekuensi harian, berkala, dan darurat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan atas pompa penyediaan air
adalah pemeriksaan kondisi operasi pompa, pemeriksaan sekat dan kopling, dan
pemeriksaan kebocoran dan karat. Pada pemeriksaan kondisi operasi pompa, perlu
memerhatikan beberapa aspek seperti tekanan, arus listrik, tegangan listrik, temperatur,
kebocoran air, getaran, dan kebisingan. Tekanan harus dipastikan pada pipa masuk dan
keluar dengan jarum pengukur yang konsisten dan tidak berfluktuasi yang apabila
terjadi fluktuasi pada pengukuran maka berpotensi adanya kelainan dalam instalasi.
Arus listrik harus dipastikan pada panel pompa dan sesuai dengan spesifikasi ketentuan
yang ada. tegangan listrik dibaca pada panel pompa dengan tegangan berkisar lebih
rendah atau lebih tinggi dari spesifikasi. Temperatur pada bantalan harus kurang dari
40°C, pada sekat 60°C, dan pada motor kurang dari 75°C. Kebocoran air diperiksa pada
sekat dan diperkirakan pada jenis kebocorannya yang apabila menunjukkan kebocoran
dalam bentuk tetesan maka dapat diasumsikan normal. Getaran dapat ditentukan
dengan menggunakan tangan ataupun dengan amplitudo maksimum 40 mikron. Yang
terakhir terkait kebisingan dapat ditentukan dengan semaksimal mungkin di bawah 85
Phon.
Pemeriksaan dan pemeliharaan ini dilakukan secara berkala yang tepatnya
secara bulanan, tahunan, dan pemeriksaan bagian yang aus. Pada pemeriksaan bulanan,
diperhatikan tiga aspek utama yaitu temperature, poros kopling, dan isolasi. Pada
temperature diperiksa pada bantalan, sekat, dan motor. Pada poros kopling diperiksa
penyimpangan poros kopling dan kelonggarannya. Pada isolasi dilakukan pengukuran
tahanan isolasi motor. Pada pemeriksaan dan pembongkaran tahunan, diperhatikan
beberapa hal seperti karat, rotor, poros dan bantalan, serta motor. Karat diperiksa pada

182
ruang pompa dan komponen di dalamnya dan dilakukan perbaikan. Rotor diperiksa
ukuran kelonggaran rotor dan cincin luar. Poros dan bantalan diukur kelonggaran antara
poros dan bantalan. Motor diperiksa lubang Ventilasi, pelumas, dan tutup pemeriksaan.
Pada bagian yang aus, dilakukan pemeriksaan terhadap sekat, sekat mekanik, karet
kopling bantalan peluru, minyak pelumas, dan gasket setiap tahunnya pada umumnya.
Pada pemeriksaan sekat dan kopling terdapat enam hal yang perlu diperhatikan
yaitu temperatur dari bantalan, kebocoran sekat, kopling, poros dan bantalan, isolasi,
dan motor. Untuk pemeriksaan temperatur dapat diperiksa menggunakan tangan dan
sekiranya tangan dapat tahan menyentuh bantalan maka temperatur dari bantalan masih
dalam batas aman. Untuk pemeriksaan kebocoran sekat dapat dilakukan dengan melihat
jenis sekat yang ada. Untuk jenis sekat gland seal atau sekat mekanis tidak boleh
terdapat kebocoran sama sekali sedangkan untuk jenis sekat bahan paking yang ditekan
dengan klem harus membocorkan air sedikit demi sedikit dimana apabila aliran bocor
terlalu kuat akan mengakibatkan gesekan besar pada poros pompa dan menjadi hangus.
Untuk pemeriksaan kopling perlu diperiksa pada 4 titik di sekililing penampang
kopling dengan selisih kelonggaran satu sama lain maksimal 0,05 mm. kelonggarannya
sendiri hanya diperbolehkan maksimal 0,1 mm sedangkan pada biasanya kelonggaran
yang terjadi adalah dari 2 mm sampai dengan 4 mm. untuk itu perlu juga dilakukan
penggantian karet kopling agar tidak membuat kebisingan dan getaran berlebih
sehingga menyebabkan kelonggaran. Untuk pemeriksaan poros dan bantalan perlu
memeriksa aus tidaknya poros dan longgar tidaknya bantalan yang ada. Jikalau bantalan
lebih longgar tiga kali lipat dari kriteria pada Tabel 4.5 mengenai standar kelonggaran
diameter poros, maka perlu untuk dilakukan penggantian poros dan bantalan. Berikut
adalah tabel acuan untuk kelonggaran bantalan.

Tabel 4. 5. Penentuan Kelonggaran Diameteral Berdasarkan Diameter Poros

10,0- 18,0- 30,0- 50,0- 80,0-


Diameter Poros
18,0 30,0 50,0 80,0 120,0
kelonggaran diametral 0,03- 0,04- 0,05- 0,06-
0,07-0,15
(mm) 0,07 0,08 0,10 0,12
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

183
Selanjutnya pada pemeriksaan isolasi dari pemeriksaan sekat dan kopling, perlu
diperiksa tahanan kopling pada kumparan motor terutama pada pompa Submersible
dengan frekuensi sekali sebulan. Apabila pengukuran yang menunjukkan nilai 1
megaohm atau kurang maka perlu dilakukan perbaikan. Terakhir pada pemeriksaan
sekat dan kopling, perlu dilakukannya pemeriksaan atas motor. Pada tahapan ini perlu
diperiksa kotoran seperti endapan dan debu di lubang Ventilasi yang dapat menghalangi
aliran udara, dibukanya lubang pemeriksaan, kontaminasi pada bagian yang bergesekan,
dan pelumas bantalan motor.
Pada prosedur selanjutnya, dilakukan pemeriksaan atas kebocoran dan karat
yang terdiri dari dua bagian pemeriksaan yaitu rumah pompa dan impeller atau rotor
pompa. Pada pemeriksaan kebocoran dan karat di ruang pompa, perlu ditindaklanjuti
secepatnya apabila ditemukannya karat dan kebocoran terutama apabila karat sudah
dalam kondisi yang membahayakan. Pada pemeriksaan kebocoran dan karat di impeller
atau rotor pompa, diperlukan pemeriksaan terhadap tingkat keausan impeller yang
apabila kelonggaran antara impeller dengan cincin penutupnya sudah melebihi tiga kali
dari acuan Tabel 4.6 mengenai penentuan rongga bebas diameteral di bawah ini akan
menyebabkan kinerja pompa yang menurun secara signifikan.

Tabel 4. 6. Penentuan Rongga Bebas Diameteral Berdasarkan Diameter Dalam Cincin

Diameter dalam dari cincin 50,0- 63,0- 80,0- 100,0- 125,0- 160,0-
<50
(mm) 63,0 80,0 100,0 125,0 160,0 200,0
Rongga bebas diametral
0,35 0,38 0,40 0,42 0,45 0,50 0,56
maksimum (mm)
(Sumber: Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing)

Pemeriksaan atas klorinator juga merupakan hal yang esensial untuk dilakukan
terutama karena faktor kualitas dari sumber air yang tidak memenuhi standar maupun
karena lokasi yang istimewa sehingga dipasang alat klorinator. Apabila suatu gedung
bersumber air dari Perusahaan Daerah Air Minum, maka tidak memerlukan instalasi
klorinator tambahan.

184
4.1.4.5. Penyimpanan Gambar dan Dokumen

Pada operasional dan pemeliharaan dari sistem plambing air bersih suatu
gedung memerlukan arsip penyimpanan dokumen yang tertata rapih dan lengkap demi
keperluan pemeriksaan apabila diperlukan dengan minimal satu set lengkap dan rinci
dari as built drawings. Hal ini dapat membantu dalam menentukan perletakan pipa
terutama apabila adanya pipa di balik dinding. Dokumen – dokumen terkait
pemeriksaan mesin – mesin juga dapat diarsipkan demi memudahkan dalam kegiatan
pemeliharaan. Gambar dan dokumen yang dapat disimpan adalah daftar gambar dan
mesin – mesin, dokumen – dokumen tentang pemeliharaan, dan dokumen – dokumen
lainnya yang berguna.

4.1.4.6. Pembersihan Tangki Air

Pada prosedur pembersihan tangki air, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu jangka waktu dan petugasnya, petunjuk mengenai para pekerja, dan
hal – hal penting dalam pembersihan. Terkait jangka waktu serta petugas dari
pembersihan tangki air, Indonesia pada tahun 1984 masih belum ada aturan yang
melarang penggunaan dari tangki air tanpa pemeliharaan yang jelas dari tangki tersebut.
Hal ini dapat menjadi refleksi pada negara Indonesia untuk menyusun aturan tersebut
layaknya negara jepang yang menetapkan tangki di atas volume 20 m³ memerlukan
pembersihan sekurang – kurang nya satu kali setahun oleh petugas dari lembaga yang
bergerak pada kegiatan pembersihan tangki air yang terdaftar dengan syarat lulus
mengikuti ujian nasional dengan bidang keahlian teknik pemeliharaan gedung untuk
membersihkan tangki gedung tersebut.
Selanjutnya dalam petunjuk mengenai para pekerja, terdapat tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu kondisi kesehatan pekerja, disinfeksi pakaian kerja dan peralatan,
serta disinfeksi pekerjanya sendiri. Pada kondisi kesehatan pekerja, perlu diperhatikan
apabila pekerja mengidap penyakit dengan pathogen yang menular dan apabila petugas
yang membersihkan baru saja mengalami diare pada pagi harinya sehingga tidak
diizinkan untuk ditugaskan. Untuk mencegah hal ini, petugas setiap 3 bulan diwajibkan
untuk menjalani pemeriksaan medis terutama menganalisa pathogen pada kotoran nya.
Pada disinfeksi pakaian kerja dan peralatan, wajib untuk disediakan pakaian dan
peralatan khusus untuk pekerjaan ini dikarenakan dapat mencemari tangki air bersih

185
walaupun sudah dilakukan disinfeksi terutama apabila pakaian dan peralatan digunakan
untuk pembersihan tangki septik dan bak penampung air buangan. Oleh karena itu,
pakaian pekerja serta peralatan yang digunakan khusus untuk pekerjaan ini dilakukan
disinfeksi terlebih dahulu dengan larutan sodium hipoklorit dengan kandungan klorin
efektif sebesar 50 ppm. Yang terakhir terkait disinfeksi pekerjanya sendiri, perlu
dipastikan bahwa pekerja telah mandi, cuci tangan, cuci kaki, serta melakukan
disinfeksi dengan larutan yang telah disediakan satu ember larutan disinfektan dekat
lubang masuk tangki agar dapat dipastikan bahwa prosedur pembersihan tangki air
bersih tidak akan tercemar dari badan maupun perlengkapan dari petugas.
Prosedur terakhir dari pembersihan tangki air bersih adalah memerhatikan hal
penting dalam pembersihan yaitu Ventilasi dan penerangan, pembersihan bagian dalam
tangki dan pemeriksaan lapisan kedap air, pembersihan dan disinfeksi, pemeriksaan
kadar sisa klor dan kualitas air, serta penyimpanan dokumen. Pada aspek Ventilasi dan
penerangan, perlu disediakannya pengudaraan khusus untuk mencegahnya kekurangan
oksigen dikarenakan ruang tangki yang cukup tertutup beserta penyediaan penerangan
karena ruang tangki yang gelap akibat lubang masuk cahaya yang terbatas. Pada aspek
pembersihan bagian dalam tangki dan pemeriksaan lapisan kedap air, perlu
membersihkan endapan yang terdapat pada dasar tangki, kotoran pada dinding –
dinding tangki, langit – langit dan dinding tangki yang tidak pernah terkena air, serta
kotoran karat yang timbul apabila bahan utama tangki terbuat dari besi. Selain hal
tersebut, perlu juga memeriksa lapisan kedap air dan ditindaklanjuti. Hal ini juga
meliputi komponen elektronika dalam tangki serta pipa dan katup peluap pada tangki.
Komponen pada bagian luar tangki juga perlu dibersihkan.
Pada aspek selanjutnya terkait pembersihan dan disinfeksi, dilakukan
pengelapan dengan kain bersih pada seluruh bagian yang tercuci dengan air. Lalu
dilakukan disinfeksi dengan menggunakan mesin penyemprot bertekanan tinggi dengan
bahan sodium hipoklorit dengan kandungan klorin efektif antara 50 – 100 ppm. Setelah
prosedur pencucian dan disinfeksi selesai, dilakukan pengisian tangki dengan air bersih
yang baru serta dilengkapi dengan pengujian kadar sisa klor dan kualitas air dari keran
keluaran tangki. Beberapa pedoman dasar yang digunakan adalah kadar sisa klor bebas
0,2 ppm atau lebih, kromatisitas 5 derajat atau kurang, kekeruhan 2 derajat atau kurang,
rasa normal, dan bau normal. Yang terakhir, dilakukan penyimpanan dokumen dan
laporan yang berisikan mengenai tanggal pembersihan, identitas tangki, nama – nama

186
pekerjanya, kegiatan yang dilakukan, perincian pekerjaan yang dilaksanakan, dan
disifenktan yang digunakan beserta jumlahnya.

4.2 Sistem Plambing Air Buangan

Tinjauan pustaka sistem plambing air buangan perlu dilakukan agar penyaluran
air limbah sesuai dengan syarat teoritis dan tidak menyebabkan penyumbatan –
penyumbatan pada sistem.

4.2.1. Jenis Air Buangan

Air buangan atau air limbah adalah suatu cairan yang dibuang dengan
kandungan berbagai macam kotoran maupun sisa proses pengolahan dari industri.
Terdapat beberapa jenis air buangan yang digolongkan berdasarkan buku Perancangan
dan Pemeliharaan Sistem Plambing yaitu air kotor, air bekas, air hujan, dan air buangan
khusus (Noerbambang & Morimura, 1986). Air kotor merupakan air buangan dari alat
plambing seperti kloset, peturasan, dan lainnya yang mengandung kotoran manusia. Air
bekas merupakan air buangan dari bak mandi, bak cuci tangan, dapur, dan lainnya yang
tidak mengandung kotoran manusia. Air hujan merupakan air dari proses presipitasi
ekosistem yang terdapat pada atap dan halaman. Air buangan khusus merupakan air
buangan yang berbahaya dan beracun yang biasanya ditemukan pada laboratorium,
pabrik, rumah sakit, dan lainnya. (Noerbambang & Morimura, 1986)

4.2.2. Sistem Perpipaan Air Buangan

Sistem perpipaan air buangan yang dapat diimplementasi pada sistem akan
bergantung pada berbagai faktor yang mengikat kondisi aktual sistem sehingga perlu
direncanakan dengan matang dari sumber hingga ke pembuangan akhir.

187
4.2.2.1. Sistem Pembuangan Air Buangan

Pada sistem perpipaan air buangan, terdapat beberapa sistem yang dapat
diimplementasikan bergantung pada klasifiasi yang ada. Terdapat empat jenis
klasifikasi yaitu berdasarkan jenis air buangan, berdasarkan cara pembuangan air,
berdasarkan cara pengaliran, dan berdasarkan letaknya. Pada klasifikasi berdasarkan
jenis air buangannya, terdapat lima jenis sistem pembuangan yaitu sistem pembuangan
air kotor, sistem pembuangan air bekas, sistem pembuangan air hujan, sistem air
buangan khusus, dan sistem pembuangan air dari dapur. Sistem pembuangan air kotor
merupakan pengumpulan air kotor dari berbagai alat plambing yang mengandung
kotoran manusia dan dialirkan keluar lewat sistem perpipaan. Sistem pembuangan air
bekas merupakan pengumpulan air bekas dari berbagai sistem plambing yang tidak
mengandung kotoran manusia dengan sistem perpipaan dan dikeluarkan. Sistem
pembuangan air hujan mengumpulkan air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya
yang berpotensi menjadi genangan air hujan dan disalurkan ke luar. Sistem air buangan
khusus merupakan pengumpulan air buangan yang berbahaya dari segi pencemaran
lingkungan sehingga disediakan instalasi pengolahan terlebih dahulu untuk
mengolahnya dan kemudian masuk ke roil atau drainase umum. Sistem pembuangan
air dapur merupakan pengumpulan air buangan dapur yang pada dasarnya dapat
digabungkan dengan sistem pembuangan air kotor. Namun, terdapat beberapa
pernyataan bahaya jikalau dilakukan sistem campuran berhubung berpotensi
menyebabkan aliran arus balik dan penyempitan luas penampang saluran walaupun hal
ini dapat diatasi dengan perancangan dan pemasangan pipa yang baik (Noerbambang
& Morimura, 1986). Pada sistem terpisah, sistem pembuangan air dapur lebih baik
dilengkapi dengan perangkap lemak berhubung konsentrasi lemak akan tinggi pada
jenis air buangan ini walaupun lemak dengan konsentrasi yang kecil akan tetap lolos
dan mengalir pada sistem perpipaan.
Pada sistem pembuangan berdasarkan klasifikasi cara pembuangan air, terdapat
beberapa sistem pembuangan yaitu sistem pembuangan air campuran, sistem
pembuangan terpisah, dan sistem pembuangan tak langsung. Sistem pembuangan air
campuran menerapkan pengumpulan air buangan pada satu buah sistem saluran tanpa
melihat dan memisahkan pengaliran dari jenis air buangannya. Sistem pembuangan
terpisah menerapkan pemisahan sistem perpipaan antara jenis air buangan yang berbeda
sehingga pengaliran dan pengeluarannya akan berbeda. Sistem pembuangan tak

188
langsung menerapkan pengelompokan air buangan pada beberapa lantai pada gedung
sehingga memerlukan pemecah aliran dalam pengalirannya (Noerbambang &
Morimura, 1986).
Sistem pembuangan air buangan berdasarkan cara pengalirannya
diklasifikasikan menjadi dua sistem yaitu sistem gravitasi dan sistem bertekanan. Pada
sistem gravitasi mengalirkan air buangan pada gedung dari elevasi lebih tinggi ke
elevasi yang lebih rendah sehingga tidak memerlukan sistem pompa. Pada sistem
bertekanan mengalirkan air buangan pada gedung biasanya digunakan pada jaringan
perpipaan yang elevasinya lebih tinggi dari alat plambing yang ada dan ditampung
terlebih dahulu pada suatu bak penampung yang nantinya akan dipompakan keluar
gedung (Noerbambang & Morimura, 1986).
Sistem pembuangan air buangan berdasarkan letaknya diklasifikasikan menjadi
dua sistem yaitu sistem pembuangan dan sistem pembuangan di luar gedung atau riol
gedung. Pada sistem pembuangan gedung terletak pada dalam gedung dan berjarak
sampai dengan satu meter di luar gedung berdasarkan buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang & Morimura, 1986). Pada sistem
pembuangan di luar gedung, pembuangan berjarak satu meter di luar gedung sampai
dengan riol umum dan tetap mengikuti standard an peraturan yang berlaku berdasarkan
kesepakatan dari penanggung jawab yang ada.

4.2.2.2. Perpipaan Air Buangan

Pada sistem perpipaan air buangan dalam gedung terdapat beberapa jenis pipa.
Jenis pipa dalam sistem plambing air buangan di antara lain adalah pipa pembuangan
alat plambing, cabang mendatar, pipa tegak air buangan, pipa tegak air kotor, pipa atau
saluran pembuang gedung, dan riol gedung. Pipa pembuangan alat plambing
merupakan pipa penghubung antara perangkap alat plambing dengan pipa cabang
mendatar air buangan gedung. Pipa ini umumnya berukuran sama dengan lubang
keluaran dari perangkap alat plambing dan memiliki jarak tegak ambang puncak sampai
pipa mendatar maksimum 60 cm agar mencegah terjadinya efek sifon. Pipa cabang
mendatar air buangan berfungsi untuk mengalirkan air buangan dari pipa pembuangan
alat plambing ke pipa tegak air buangan dengan kemiringan tertentu berdasarkan
diameter dari pipa mendatar air buangan tersebut. Pipa tegak air buangan dan pipa tegak

189
air kotor merupakan pipa yang dipasang tegak untuk mengalirkan air kotor atau
buangan dari elevasi lebih tinggi ke elevasi lebih rendah antara pipa cabang mendatar
dengan pipa atau saluran pembuang gedung. Hal yang membedakan dari kedua jenis
pipa tegak ini adalah jenis air buangan yang dialirkan di dalamnya dimana air kotor
mengandung kotoran manusia sementara air buangan berpotensi mengandung air bekas
tanpa kotoran manusia. Pipa atau saluran pembuangan gedung merupakan pipa atau
saluran berdiameter lebih besar dari jenis pipa lainnya yang mengumpulkan berbagai
jenis air buangan untuk disalurkan keluar gedung dengan persyaratan adanya batas
jarak 1 meter keluar dari dinding gedung. Jenis perpipaan gedung yang terakhir yaitu
pipa riol, berfungsi untuk menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan instalasi
pengolahan air limbah setempat seperti Sewage Treatment Plant (STP) atau dengan riol
umum milik kota (Noerbambang & Morimura, 1986).

4.2.2.3. Alat Pelengkap Perpipaan Air Buangan

Pada sistem plambing air buangan terdapat beberapa jenis alat pelengkap yang
dipasang untuk fungsi tertentu agar sistem berjalan dengan optimal yang di antara nya
adalah penangkap lemak dan pompa yang terbenam. Alat penangkap lemak dipasang
dengan fungsi memisahkan kandungan minyak dan lemak yang ada pada air bekas dari
air bekas yang ada pada alat plambing seperti lavatory, mesin pencuci piring, namun
alat ini paling sering ditemukan pada Sink dapur untuk mencuci piring. Alat ini
dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing dan dipasang untuk mencegah
persempitan luas penampang efektif pengaliran air buangan dalam pipa. beberapa
syarat utama dari alat penangkap lemak adalah alat harus secara efektif melakukan
pemisahan antara minyak dan air serta alat penangkap lemak harus dapat dibersihkan
dengan mudah. Komposisi dari alat penangkap lemak mengalami pengembangan
selama beriringnya waktu dari komposisi beton yang bersatu dengan dinding atau lantai
dapur hingga terkomposisi dari baja, besi atau besi anti-karat. Alat penangkap lemak
ini juga dapat digantung di bawah lantai untuk mendapatkan perbedaan elevasi lebih
agar mengurangi potensi terjadinya endapan. Penangkap lemak ini dilengkapi dengan
sekat dinding berbahan besi tahan karat yang dipasang untuk memperlambat aliran air
buangan serta waktu retensi demi penggumpalan minyak yang lebih cepat terjadi
(Noerbambang & Morimura, 1986).

190
Pompa terbenam atau pompa Submersible merupakan pompa yang seluruh
badan pompa termasuk motor dari pompa tercelup ke dalam air atau air buangan yang
hanya memerlukan peletakan untuk pompa celup, pipa keluaran pompa, dan katup
pengatur. Potensi terjadinya kebisingan akibat operasional pompa dapat diredam
dengan sangat efektif berhubung terselimutinya pompa oleh air buangan. Pemasangan
dari sistem pompa sedikit lebih rumit dibandingkan dengan sistem pompa lainnya
berhubung posisi pompa yang di dalam fluida yang ada. Untuk itu, memerlukan
pertimbangan untuk mekanisme pelepasan pompa dari peletakkannya dan mekanisme
pengangkatan dari pompa terbenam tersebut (Noerbambang & Morimura, 1986).

4.2.3. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Buangan

Pada pemeliharaan sitem plambing air buangan, terdapat tatanan yang harus
dijaga berdasarkan pustaka, perundang – undangan, SNI, dan lainnya yang dapat
dijadikan acuan dalam menyusun sistem pemeliharaan pada suatu gedung. Hal ini
penting untuk menjaga keoptimalan dari kinerja teknis, menjaga dan mencegah
pencemaran lingkungan, dan menjaga efisiensi sumber daya ekonomi. Berdasarkan
buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Noerbambang dan
Takeo Morimura, pemeliharaan sistem pembuangan didasarkan pada lima aspek
penting yaitu bak penampung air buangan, pemeriksaan sistem pipa pembuangan,
pemeriksaan atas mesin – mesin, penyimpanan gambar dan dokumen, dan pembersihan
bak penampung air buangan (Noerbambang & Morimura, 1986).
Bak penampung air buangan perlu dilakukan pemeriksaan dengan prinsip yang
mengacu pada undang – undang negara jepang yaitu menjamin kesehatan lingkungan
dalam gedung. Dalam undang – undang milik negara jepang tersebut, mengatur
kewajiban dari pemilik gedung dengan luas lantai 3000 m² untuk satu kali setiap enam
bulan membersihkan tangki air serta berbagai perlengkapan yang ada dari tangki
tersebut. Pada pemeriksaan bagian dalam dari bak penampung air, terdapat beberapa
parameter pemeriksaan yang perlu dilakukan secara rutin dengan frekuensi optimum
sebanyak sehari sekali yaitu pemeriksaan komponen elektronika, pemeriksaan endapan
lumpur yang tertumpuk, pemeriksaan vektor penyakit layaknya tikus dan serangga,
pemeriksaan kotoran yang mengapung di atas air dan kotoran yang mengeras pada
dinding bagian dalam bak, dan pemeriksaan atas pompa yang ada pada bak penampung

191
beserta pompa cadangannya terkhusus apabila adanya kondisi darurat yang terjadi.
Setelah dilakukannya pemeriksaan pada bagian dalam dari bak penampung air buangan,
dilakukan pemeliharaan sebagai bentuk tindaklanjut dari permasalahan yang ada pada
bak penampung dengan menyemprot kotoran atau kerak yang mengapung maupun
terdapat pada dinding dengan air bertekanan tinggi untuk mencegah perkecilan
kapasitas dari bak penampung air buangan, melakukan mitigasi vektor penyakit agar
tidak menjadi habitat perkembangbiakan vektor yang dapat merusak lingkungan, dan
pemasangan berbagai macam alat penangkap dari berbagai jenis kotoran apapun
terlebih dahulu untuk memperkecil beban dari bak penampung dan sejenisnya
(Noerbambang & Morimura, 1986).
Pada aspek pemeriksaan atas pipa pembuangan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu keberadaan dari benda – benda yang dapat menyebabkan
penyumbatan pada aliran pipa, air kotor yang dapat menyebabkan pengendapan,
kemiringan pipa yang masih cukup, pemeriksaan atas kelancaran aliran, pemeriksaan
terhadap kebocoran dan karat, dan pemeriksaan atas penggantung atau penumpu pipa.
pemeriksaan – pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan menjaga kelancaran dari
pengaliran air buangan sehingga dapat dikeluarkan secepat mungkin dari sistem
plambing air buangan dalam gedung. Pemeriksaan dan tindalanjut dari permasalahan
terkait pipa pembuangan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dan pembersihan dari
Clean Out pada sistem perpipaan air buangan dengan menggunakan batang kawat yang
lentur sehingga dapat diputar – putarkan demi membuang kotoran yang ada di dalam
pipa. Clean Out yang ada pun harus disesuaikan dengan As-Built Drawing yang selalu
mengikuti perubahan yang terjadi sejak desain awal dari sistem perpipaan air buangan
yang ditetapkan berhubung tidak dapat dihindari adanya perubahan – perubahan yang
melenceng dari desain awal sistem pipa pada bangunan. Dalam peturasan sistem pipa
demi pencegahan penyumbatan karena endapan, dapat digunakan bahan kimia seperti
Asam hidroklorik namun dilarang digunakan pada pipa pembuangan ke tangki septik
berhubung potensi kerusakan yang dapat diakibatkannya pada sistem tersebut
(Noerbambang & Morimura, 1986).
Pemeriksaan atas mesin dan peralatan memiliki prinsip pemeriksaan yang sama
pada sistem plambing air bersih yaitu dengan melakukan pemeriksaan kondisi operasi
pompa, pemeriksaan sekat dan kopling, dan pemeriksaan kebocoran dan karat
(Noerbambang & Morimura, 1986).

192
Penyiapan dan penyimpanan gambar dan dokumen pada sistem plambing air
buangan perlu dilakukan dengan rapih dan teratur demi memudahkan perubahan
gambar dan dokumen selama terjadinya perubahan komponen di lapangan yang pada
prinsipnya mirip dengan sistem plambing air bersih. Jenis gambar dan dokumen yang
perlu diperhatikan secara umum adalah daftar gambar dan peralatan yang harus
disiapkan, dokumen – dokumen tentang pemeliharaan terutama petunjuk dari pabrik
pembuat peralatan dan mesin, dan dokumen – dokumen lainnya seperti pada sistem
plambing air bersih (Noerbambang & Morimura, 1986).
Prosedur selanjutnya terkait pemeliharaan sistem pembuangan adalah
pembersihan dari bak penampung air buangan. Pada prosedur ini terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu pembersihan dan prosedur dari
pembersihan tersebut. Terkait jangka waktu pembersihan, diperlukan pembersihan bak
penampung sekurang – kurangnya 6 bulan sekali agar mengurangi dampak negative
dari kandungan air kotor yaitu 100 – 600 mg/L berbahan padatan yang dapat
menyebabkan kerak dan bau. Pada prosedur pembersihan, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu penerangan dan Ventilasi dalam bak, pembersihan dalam bak,
dan penyimpanan dokumen atau dokumentasi (Noerbambang & Morimura, 1986).
Penerangan dan Ventilasi dalam bak merupakan hal esensial dari operasional
pembersihan bak berhubung petugas yang membersihkan membutuhkan visual yang
jelas dalam membersihkan serta udara segar untuk dapat tetap fokus berhubung
kandungan gas yang bau dan berpotensi untuk beracun akan menjadi ancaman bahaya
bagi petugas. Terkait pembersihan dalam bak, terdapat beberapa hal yang menjadi
aspek penting yaitu tahapan pekerjaan persiapan, pembersihan mesin dan peralatan,
prosedur pembersihan, dan prosedur penutup. Pada tahapan pekerjaan persiapan, perlu
dilakukan cara membuang dan memompa padatan dengan peralatan tertentu, persiapan
sistem Ventilasi selama pembersihan, dan koordinasi dengan Owner terkait jadwal
pembersihan bak penampung atau STP. Pada tahap pembersihan dari mesin dan
peralatan, perlu dibersihkan peralatan buka tutup lubang pemeliharaan, peralatan
penghancur padatan dari air buangan, membersihkan peralatan pembersih seperti
penyemprot dan selang air, peralatan pengeruk dari endapan air buangan, peralatan dan
bahan reparasi, tangga monyet, perlengkapan yang petugas pakai, lampu penerang, dan
kipas aingin Ventilasi (Noerbambang & Morimura, 1986).
Pada tahapan prosedur pembersihan, hal yang perlu diterapkan adalah
menjalankan sistem Ventilasi saat bukaan bak penampung terbuka, menjalankan
193
langsung pompa pembuangan, memasukkan dan menghisap air buangan dengan pipa
hisap terhubung ke mobil hisap limbah, pembersihan perlengkapan dengan air
bertekanan tinggi, mengeluarkan kotoran dan air bekas yang mengumpul, dan
memasukkan air ke dalam bak penampung dengan pompa. Sebagai penutup dari
prosedur pembersihan bak penampung ini, dilakukan beberapa hal yaitu penutupan
kembali seluruh bukaan untuk pemeliharaan, pemeriksaan kembali sistem listrik,
pemeriksaan permukaan tingkat muka air yang apabila menurun mengindikasikan
adanya kebocoran, dan pemeriksaan operasional pompa dengan mengisi air dari inlet
pompa. Tahapan paling terakhir dari pembersihan bak penampung adalah terkait
pengarsipan dokumentasi dalam bentuk laporan dan disimpan untuk operasional di
masa depan (Noerbambang & Morimura, 1986).

4.3 Sistem Plambing Vent

Tinjauan pustaka untuk sistem plambing vent perlu dilakukan agar jenis sistem
vent, perawatan maupun pemasangan pipa sesuai dengan berbagai kondisi dan
kemampuan finansial dari Owner.

4.3.1. Sistem Perpipaan Vent

Sistem perpipaan Vent dalam suatu gedung memiliki tujuan penting terutama
dalam menjaga sekat dari efek sifon, menstabilkan aliran dari pipa air buangan yang
lancar, dan merancang sirkulasi udara yang pipa pembuangan. Terdapat potensi
permasalahan dari sistem Vent yang berupa hilangnya sekat air atau tertariknya
kandungan air dalam leher angsa ke elevasi rendah dari pipa tegak air buangan yang
dapat terjadi akibat efek sifon sendiri, efek hisapan, efek kapiler, efek tiupan keluar,
penguapan, dan efek momentum. Efek sifon sendiri terjadi apabila terdapat koneksi air
dari suatu titik ke titik lain yang lebih rendah elevasi dan tekanannya sehingga air dari
titik pertama akan ikut teraliri hingga titik selanjutnya. Efek hisapan merupakan
tervakumnya air pada sistem plambing akibat adanya aliran air yang sangat cepat dari
pipa tegak air buangan sehingga air tertarik menuju pipa tegak buangan. Efek tiupan-
keluar terjadi apabila adanya dorongan dari aliran air buangan di pipa tegak ke dalam
pipa alat plambing sehingga air dari dalam pipa plambing yang tertahan sebagai sekat

194
air akan keluar dari alat plambing. Efek kapiler adalah suatu efek dimana rambut yang
tersangkut pada pipa alat plambing memanjang dan mengalirkan air yang terperangkap
di leher angsa menuju pipa tegak air buangan. Efek penguapan air terjadi apabila air
dari leher angsa teruap keluar menuju alat plambing maupun ke elevasi tertinggi dari
pipa tegak air buangan dan Vent. Efek terakhir yaitu efek momentum terjadi apabila
adanya perubahan tekanan mendadak atau pembuangan air buangan yang mendadak
sehingga terbuangnya air dalam leher angsa. Beberapa faktor efek di atas dapat dicegah
dengan adanya sistem perpipaan Vent namun beberapa efek seperti efek kapiler, efek
penguapan, dan efek momentum tidak dapat dicegah walaupun terpasangnya sistem
plambing Vent (Noerbambang & Morimura, 1986).

4.3.2. Jenis Sistem Perpipaan Vent

Pada sistem plambing Vent, ada beberapa jenis pipa yang digunakan yaitu Vent
tegak, Vent lup, Vent pipa tegak, Vent bersama, Vent basah, Vent pelepas, pipa Vent
balik, dan pipa Vent yoke. Vent tunggal merupakan pipa Vent yang dipasang dari alat
plambing menuju ke sistem Vent pada gedung dan langsung dibuang gas yang ada ke
udara luar. Vent lup merupakan pipa Vent yang mentransmisikan kandungan gas dari
dua atau lebih alat plambing menuju sistem Vent pipa tegak. Vent pipa tegak
merupakan pipa tegak air buangan yang berlokasi setelah pipa cabang mendatar air
buangan tertinggi yang diperpanjang kea tap untuk membuang gas dari air buangan
secara langsung. Vent bersama merupakan pipa Vent yang merangkap atau dipasang
bersama dengan tujuan melayani dua alat plambing yang bertempatan sejajar atau
bertolak belakang. Vent basah merupakan pipa Vent yang juga menerima air buangan
pada alat plambing selain WC. Vent pelepas merupakan pipa Vent yang dipasang pada
titik tertentu pada perpipaan air buangan untuk membuang tekanan udara yang berlebih.
Pipa Vent balik merupakan pipa Vent yang berbentuk “U” terbalik dari atas menuju ke
bawah untuk mencegah masuknya air ke pipa Vent karena hujan atau banjir. Pipa Vent
Yoke merupakan pipa vent penghubung antara pipa tegak vent gedung dan pipa tegak
air buangan gedung untuk mengurangi tekanan gas pada pipa air buangan
(Noerbambang & Morimura, 1986).
Terkait sistem perpipaan Vent pada gedung terdapat beberapa jenis sistem
perpipaan Vent yang digunakan yaitu sistem Vent tunggal, sistem Vent loop, sistem

195
Vent pipa tegak, sistem Vent lainnya, dan pipa tegak Vent. Sistem vent tunggal
merupakan sistem vent yang memasang pipa vent pada setiap keluaran alat plambing
menuju ke pipa vent tegak ke luar gedung. Sistem vent tunggal merupakan sistem
dengan efektivitas terbaik namun memiliki kekurangan dari segi banyaknya pipa yang
diperlukan dan biayanya. Sistem vent lup merupakan sistem vent yang memasang pipa
dengan melayani dua atau lebih alat plambing sekaligus dan juga dipasang pada
percabangan pipa mendatar air buangan (Noerbambang & Morimura, 1986). Beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan pada sistem perpipaan vent lup yaitu:
1. Panjang pada pipa air buangan yang tidak terpasang ven yang berdiameter
75 mm maksimal 1,8 meter dan yang berdiameter 100 mm maksimal 3 meter.
2. Pipa vent lup yang dirancang harus dibuat sambungan dari sistem lup ke
udara luar pada atap gedung secara langsung atau dengan pipa vent tegak.
3. Pada gedung yang memiliki tingkatan lantai dua atau lebih, wajib
memasang pipa vent pelepas di dekat sambungan pipa pengering dengan
beban jumlah kloset 8 atau lebih.
4. Untuk alat plambing berupa bak cuci tangan dan bak cuci lainnya,
disarankan untuk menggunakan pipa vent tunggal walaupun sistem lainnya
berupa lup untuk mencegah adanya efek sifon-sendiri karena diperkirakan
tidak cukup dalam menangani efek tersebut.

Sistem ven pipa tegak merupakan sistem ven yang memasang hanya jenis pipa
tegak pada seluruh gedung yang dipasang dekat dengan alat plambing menuju ke atap
gedung. Berdasarkan instalasi sistem ven pipa tegak di Amerika Serikat, sistem ven ini
memberikan kinerja yang masih memuaskan pada gedung berlantai tiga. Pada sistem
vent lainnya, yaitu sistem vent bersama, sistem vent basah, sistem vent balik, dan sistem
vent yoke digunakan dengan prinsipnya yang unik namun jarang ditemukan. Untuk
melengkapi sistem - sistem vent tersebut, perlu dipahami perihal terkait pipa tegak vent
berhubung seluruh sistem tersebut memiliki pipa tegak vent di dalamnya. Pipa tegak
vent harus tersambung ke udara luar pada atap gedung tetapi tidak harus secara
langsung sebuah pipa vent tegak memanjang masing – masing ke atap gedung, namun
dapat dipasang pipa vent pengumpul antara pipa – pipa vent tegak. Keluaran pipa vent
pada atap memiliki persyaratan untuk lebih tinggi dari muka air banjir permukaan dan
150 mm lebih tinggi dari elevasi alat plambing tertinggi (Noerbambang & Morimura,
1986).
196
4.3.3. Pemeliharaan Perpipaan Vent

Pemeliharaan sistem perpipaan Vent sangatlah sederhana yaitu secara berkala


memastikan bahwa lubang pada pipa Vent selalu terbuka, bebas dari kotoran, serangga,
dan sarang burung. Hal ini dapat dipastikan dengan secara berkala mengalirkan air dari
lubang pipa Vent paling tinggi. Selain dari pemeriksaan lubang dan jaringan pipa Vent,
dapat juga dipastikan penggantung atau penumpu dari perpipaan Vent yang dapat
dilakukan dengan prosedur yang sama dengan pemeriksaan pada sistem plambing air
bersih dan sistem plambing air buangan (Noerbambang & Morimura, 1986).

4.4 Sistem Penyaluran Air Hujan

Tinjauan pustaka dari sistem penyaluran air hujan perlu dilakukan untuk
identifikasi teoritis mengenai berbagai sistem penyaluran air hujan yang ideal beserta
dengan bangunan pelengkapnya.

4.4.1. Pengaliran Sistem Perpipaan Air Hujan

Pengaliran sistem perpipaan air hujan terdiri dari dua pengaliran yaitu
pengaliran dengan sistem gravitasi dan pengaliran dengan sistem bertekanan.
Pengaliran air hujan dengan sistem gravitasi berprinsip mengalirkan air hujan dari atap
atau balkon pada gedung menuju lantai dasar dan disalurkan kembali ke drainase kota
dengan sistem perpipaan. Pengaliran air hujan dengan sistem bertekanan diterapkan
pada air hujan yang masuk ke lantai basement dan Drain Gutter Ramp mobil yang
ditampung pada Sump Pit dengan elevasi yang lebih rendah dari lantai basement
gedung sehingga dilakukan pemompaan air tampungan tersebut menuju drainase kota
dengan pompa yang pada umumnya berjenis pompa Submersible (Noerbambang &
Morimura, 1986).

197
4.4.2. Peralatan dan Perlengkapan Sistem Perpipaan Air Hujan

Peralatan sistem perpipaan air hujan di antaranya adalah perpipaan air hujan,
Roof Drain, Balcony Drain, dan pompa drainase. Perpipaan air hujan memiliki fungsi
dasar yaitu menyalurkan air hujan dari atap gedung menuju drainase kota dan pada
umumnya bermaterial PVC dengan spesifikasi ketahanan tekanan sebesar 10 bar. Roof
Drain memiliki fungsi dasar yaitu sebagai inlet dari air hujan untuk masuk ke dalam
sistem perpipaan air hujan dan pada umumnya memiliki bentuk seperti saringan kerucut
berbahan Cast Iron. Balcony Drain memiliki fungsi dasar yang sama dengan Roof
Drain namun berbeda penempatannya yaitu di balkon dari gedung. Balcony Drain
memiliki bentuk dan bahan yang serupa dengan Roof Drain. Peralatan terakhir yaitu
pompa drainase merupakan pompa yang diletakkan pada Sump Pit dan pada umumnya
berjenis Sumbersible Pump yang dilengkapi dengan Water Level Controller untuk
mengatur operasional dari pompa tersebut yang beroperasi apabila tercapai ketinggian
muka air tertentu dan berhenti beroperasi pada ketinggian muka air yang cukup rendah
(Noerbambang & Morimura, 1986).
Perlengkapan pada sistem perpipaan air hujan adalah talang air (Gutter), pipa
tegak, pipa mendatar, pipa pembuang gedung, dan saluran drainase gedung. Talang
berfungsi untuk menyalurkan air hujan yang terjatuh di atap namun tidak berlokasi di
Roof Drain sehingga tidak merusak gedung dengan masuk ke celah – celah pada gedung.
Pipa tegak air hujan berfungsi sebagai penyalur air dari talang menuju pipa pembuang
gedung ke drainase kota. Terdapat klasifikasi pipa tegak berdasarkan penempatannya
yaitu Conductor dan Leader. Conductor ditemukan di dalam ruangan pada gedung
sedangkan Leader ditemukan di luar gedung. Pipa tegak dilengkapi dengan sambungan
perpipaan seperti belokan Elbow 45° untuk perubahan arah pipa, belokan Elbow 90°
juga untuk perubahan pipa tegak menjadi pipa mendatar, dan sambungan Tee Y apabila
ingin menyatukan dua pipa tegak menjadi satu. Pipa mendatar air hujan berfungsi untuk
mengalirkan air hujan menuju pipa pembuang gedung atau drainase kota dan biasanya
dilengkapi dengan belokan Elbow 45° untuk perubahan arah pipa, belokan Elbow 90°
juga untuk perubahan arah pipa, dan sambungan Tee Y apabila ingin menyatukan dua
pipa mendatar menjadi satu. Pipa pembuang gedung air hujan berfungsi untuk
mengumpulkan air hujan dari berbagai pipa tegak dan pipa mendatar yang akan
disalurkan menuju drainase gedung. Drainase gedung berfungsi untuk mengalirkan air

198
dari dalam gedung menuju saluran drainase kota dan berposisi di luar gedung
(Noerbambang & Morimura, 1986).

4.5 Sistem Pemadam Kebakaran

Tinjauan pustaka untuk sistem pemadam kebakaran perlu dilakukan untuk


mengidentifikasi berbagai sistem dan komponen yang sesuai dengan persyaratan dari
Standar Nasional Indonesia agar dapat beroperasional secara efektif dan efisien.

4.5.1. Sistem Pemadam Kebakaran Gedung

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 26 tahun 2008, Sistem


pemadam kebakaran gedung merupakan suatu sistem proteksi pada bangunan yang
digunakan untuk keperluan tertentu agar aman dari ancaman kebakaran dengan
didukung oleh berbagai peralatan, kelengkapan dan sarana, dan berbagai kelengkapan
lainnya (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008). Cara pengelolaan
dari perlindungan bangunan dari bahaya kebakaran juga dilakukan dengan menerapkan
standar operasional prosedur yang berlaku pada situasi dan kondisi tertentu. Sistem
proteksi kebakaran aktif pada gedung diterapkan dengan mengadakan berbagai fasilitas
seperti APAR, pemadam api berbahan kimia, pipa tegak dan slang pada gedung,
sprinkler, dan alat pendeteksi potensi maupun adanya kebakaran secara manual dan
otomatis. Sistem proteksi kebakaran pasif pada gedung diterapkan dengan menetapkan
peraturan – peraturan pada gedung terkait pencegahan kebakaran, perancangan pada
gedung sejak awal pembangunan untuk mencegah dan meminimalisir potensi adanya
kebakaran, dan memberikan perlindungan dari bukaan pada gedung. Seluruh sistem
proteksi kebakaran pada gedung baik secara aktif maupun pasif disediakan untuk
digunakan oleh petugas pemadam kebakaran apabila terjadi kebakaran di gedung dan
juga oleh penghuni untuk evakuasi, penyelamatan, dan menanggulangi masalah yang
terjadi pada gedung saat terjadinya kebakaran.
Sistem yang dikelola untuk mengelola perlindungan dari kebakaran dilakukan
dengan memerhatikan potensi penyebaran api pada suatu lantai dan mengeliminasi
segala resiko dengan mengatur zona – zona rawan kebakaran. Hal ini juga didukung
oleh berbagai komponen pencegahan yaitu sistem proteksi aktif dan pasif. Selain dari

199
pengelolaan sistem perlindungan dari kebakaran, perlu juga untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian sejak awal bangunan dirancang sampai dengan gedung
dioperasionalkan oleh pihak terkait demi meminimalisir kemungkinan ancaman
kebakaran.

4.5.2. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran

Pada sistem perpipaan pemadan kebakaran, perlu adanya akses air bersih dari
luar menuju ke sistem pipa tegak dan pipa sprinkler untuk mengantisipasi kemungkinan
terburuk yang dapat terjadi yaitu habisnya air bersih pada kedua pipa tersebut dengan
input dari Siamese connection. Pada sistem pipa tegak terdapat dua jenis pipa yang
digunakan pada gedung yaitu pipa tegak basah dan pipa tegak kering. Pipa tegak kering
dipasang pada bangunan dengan tinggi bangunan efektif di antara 24 meter dan 40
meter. Pipa tegak basah dipasang pada bangunan dengan tinggi bangunan efektif lebih
dari 40 meter. Kedua sistem pipa tersebut dipisah pada bangunan dan bergantung pada
kewenangan dari instansi yang mengelola gedung tersebut. pipa tegak kering pada
lantai satu basement atau lebih dalam juga perlu dilakukan pemasangan. Pada gedung
bertingkat, katup landing serta pipa tegak wajib dipasang pada beberapa lokasi terutama
lobi stop asap, pada saf di luar namun dekat tangga Exit, dan di dalam tangga Exit.
Jenis pipa tegak pertama yaitu pipa tegak basah selalu dipenuhi air yang selalu
Standby untuk mengeluarkan air apabila terjadinya kebakaran pada gedung yang diatur
kapasitas airnya, persyaratan alirannya, dan tekanan kerjanya oleh SNI 03-1745-2000
tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung (Badan Standarasasi Nasional,
2000). Pemasangan dari pipa tegak pada sistem perpipaan pemadam kebakaran ini
harus dipasang dengan perlindungan dari berbagai jenis ancaman seperti kebakaran dari
pipa gas, pipa uap, maupun pipa bahan bakar, serta kabel listrik yang dapat
menyebabkan kebakaran elektrik. Kondisi yang tidak dapat dihindari seperti halnya
perencanaan penempatan pipa tegak yang harus di dekat komponen bahaya berikut
haruslah melindungi pipa tegak dengan pelindung tahan api dengan ketahanan dari
potensi kebakaran selama minimal 2 jam.
Selain dari pipa tegak basah yang ada pada sistem perpipaan pemadam
kebakaran gedung, terdapat juga pipa tegak kering. Pipa tegak kering dipasang tegak

200
agar dapat menjangkau seluruh lantai gedung dan berfungsi untuk mengalirkan air
bersih ke dalam sistem perpipaan pemadam kebakaran yang diisikan dari luar gedung
oleh tangki pada kendaraan pemadam kebakaran dengan tekanan pemompaan. Pipa
tegak ini menjadi wajib untuk dipasang pada bangunan yang memiliki ketinggian lantai
hunian lebih dari 10 meter secara vertikal (Badan Standarasasi Nasional, 2000).

4.5.3. Sistem Hidran

Berdasarkan Peraturan Pemerintah PU nomor 26 tahun 2008, Hidran terbagi


menjadi dua yaitu Hidran Halaman dan Hidran Bangunan (Kementerian Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, 2008). Hidran Halaman merupakan Hidran luar gedung
berupa alat yang dilengkapi dengan slang nozzle yang mengalirkan air bertekanan yang
dipakai untuk memadamkan api kebakaran di luar gedung. Hidran bangunan
merupakan alat yang dilengkapi dengan slang nozzle yang mengalirkan air bertekanan
yang dipakai untuk memadamkan api kebakaran di dalam gedung.
Hidran halaman dapat menampung sumber air untuk mempermudah instansi
pemadam kebakaran dalam mengoperasikan tugasnya di lingkungan yang terbuka.
Untuk mencapai perancangan hidran halaman secara optimal, maka diperlukan
perencanaan dan penentuan spesifikasi sistem hidran yang berkoordinasi dengan
instansi pemadam kebakaran sebelum dikonstruksi. Hidran halaman wajib disediakan
untuk menyediakan pasokan air untuk operasional pemadaman kebakaran apabila tidak
tersedianya hidran kota di sekitar lingkungan tersebut. Debit minimal dari hidran
halaman minimum 38 L/s dengan tekanan minimum sebesar 3,5 bar. Pemeriksaan dan
pemeliharaan dari hidran halaman wajib dilakukan secara berkala minimal satu kali
dalam setahun dan juga setiap pemakaian operasional, sedangkan kotak slang hidran
wajib diperiksa dan dipelihara minimal satu kali dalam 3 bulan seperti yang terlihat
pada Tabel 4.7 mengenai pemeliharaan hidran halaman. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan membuka kran pada hidran secara penuh dan dikeluarkan seluruh kotoran
dengan durasi tidak sampai 1 menit serta memberikan pelumas pada semua sisi agar
berkondisi optimal untuk beroperasi (Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2008).

201
Tabel 4. 7. Pemeliharaan Hidran Halaman

Tindakan
Kondisi
Korektif
Buat supaya
Tidak dapat diakses
dapat diakses

Perbaiki atau
Kebocoran di outlet atau ganti gasket,
bagian atas hidran pilar paking, atau
komponen
seperlunya
Keretakan di batang pilar Perbaiki atau
hidran ganti
Beri pelumas
Outlet atau
kencangkan
seperlunya

Alur nozel yang aus Perbaiki atau


ganti

Mur operasi Hidran yang


aus Perbaiki atau
ganti
Pastikan kunci
Ketersediaan kunci hidran hidran
tersedianya
(Sumber: Permen PU No. 26 Tahun 2008)

Hidran Bangunan dilengkapi dengan pipa tegak lengkap dengan gantungan atau
klem, katup, sambungan slang, serta pompa kebakaran untuk hidran. Seluruh
komponen ini perlu diperiksa dan diuji secara berkala agar dapat memastikan bahwa
kondisi alat dalam keadaan optimal sehingga apabila terjadi kebakaran dapat langsung
digunakan secara efektif dan efisien. Selain dari pemeriksaan secara periodik,
pengujian aliran air juga harus dilakukan oleh instansi yang berwenang setiap 5 tahun
untuk verifikasi kemampuan operasional dari hidran gedung dengan persyaratan yang
berlaku seperti yang terlihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 mengenai pemeriksaan hidran
bangunan (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008).

202
Tabel 4. 8. Inspeksi, Pengujian, dan Pemeriksaan Hidran Bangunan

Komponen Aktivitas Frekuensi

Katup-Katup/Valve Yang Di
Inspeksi Mingguan
Segel

Katup-Katup/Valve Yang Di
Inspeksi Bulanan
Gembok/Kunci

Saklar Anti Rusak/Tamper


Inspeksi Bulanan
Switches Di Katup

Katup-Katup Penahan
Inspeksi 5 Tahun
Balik/Check Valves

Katup Pembuang/Relief Valves


Inspeksi Mingguan
Di Rumah Pompa
Katup Pengatur
Tekanan/Pressure Regulating Inspeksi 3 Bulan
Valve

Pemipaan/Piping Inspeksi 3 Bulan

Sambungan Slang/Hose
Inspeksi 3 Bulan
Connection
Kotak/Rumah Slang/Hose
Inspeksi 1 Tahun
Cabinet
Slang/Hose Inspeksi 1 Tahun
Alat Gantungan Slang/Hose
Inspeksi 1 Tahun
Storage Devices
Sambungan Pemadam
Kebakaran/Fire Dept. Inspeksi Bulanan
Connection
Alat Deteksi/Alarm Devices Tes 3 Bulan
Nozel/Hose Nozzel Tes 1 Tahun
Alat Gantungan Slang/Hose
Tes 1 Tahun
Storage Devices
Slang/Hose Tes 5 Tahun
Katup Pengatur
Tekanan/Pressure Regulating Tes 5 Tahun
Valve
Tes Hidrostatik/Hydrostatic Test Tes 5 Tahun
Tes Aliran/Flow Test Tes 5 Tahun

203
Komponen Aktivitas Frekuensi

Sambungan Slang/Hose
Perawatan 1 Tahun
Connection
Semua Katup/All Valves Perawatan 1 Tahun
(Sumber: Permen PU No. 26 Tahun 2008)

Tabel 4. 9. Pemeliharaan Sistem Hidran Bangunan

KOMPONEN / TITIK SIMAK TINDAKAN KOREKTIF


Sambungan Slang :
Tutup hilang Ganti
Sambungan slang rusak Perbaiki
Roda pemutar katup hilang Ganti
Gasket tutup hilang atau rusak Ganti
Tutup katup dan
Katup bocor
perbaiki
Terhalang benda lain Pindahkan
Katup tidak dapat lancar Diberi pelumas atau
dioperasikan perbaiki
Pemipaan :
Kerusakan pada pemipaan Perbaiki
Katup kontrol rusak Perbaiki atau ganti
Gantungan / penopang pipa
Perbaiki atau ganti
hilang atau rusak
Kerusakan pada alat supervisi Perbaiki atau ganti
Slang :
Lepaskan dan periksa
slang, termasuk
gasket, dan pasang
Inspeksi
kembali pada rak
atau penggulung
(reel)
Ditemui berjamur, berlubang, Ganti dengan slang
kasar dan pelapukan sesuai standar
Kopling rusak Ganti atau perbaiki
Gasket hilang atau lapuk Ganti
Alur kopling yang tidak cocok/ Ganti atau sediakan
tidak kompatibel adaptor

Slang tidak tersambung ke katup Sambung kembali

Nozel slang
Ganti dengan nozel
Hilang
sesuai standar

204
KOMPONEN / TITIK SIMAK TINDAKAN KOREKTIF
Gasket hilang atau lapuk Ganti
Halangan/obstruksi Pindahkan
Nozel tidak dapat lancar
Perbaiki atau ganti
dioperasikan
Alat penyimpan slang (rak dan
penggulung)
Sukar dioperasikan Perbaiki atau ganti
Rusak Perbaiki atau ganti
Halangan/obstruksi Pindahkan
Slang disimpan / digulung secara Disimpan / digulung
salah kembali secara benar
Perbaiki atau
berputar keluar sekurang-
pindahkan semua
kurangnya 90 derajat?
halangan
Kotak slang
Perbaiki atau ganti
Periksa kondisi umum untuk komponen; bila
bagian yang rusak atau berkarat perlu, ganti seluruh
kotak slang
Pintu kotak tidak dapat dibuka Perbaiki atau
penuh pindahkan halangan
Kaca pintu retak atau pecah Ganti
Bila jenis break glass, apakah
Perbaiki atau ganti
kunci berfungsi?
Tidak ada tanda identifikasi Pasang tanda
berisi alat pemadam kebakaran identifikasi
Terhalang benda lain Pindahkan
Semua katup, selang, nozel, alat
Pindahkan semua
pemadam api ringan dan lain-
benda yang tidak
lain dapat diakses dengan
terkait
mudah
(Sumber: Permen PU No. 26 Tahun 2008)

4.5.4. Sistem Sprinkler

Berdasarkan SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses


Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan bahaya kebakaran pada Bangunan
Gedung, Sprinkler merupakan suatu alat pemancar air yang berfungsi memadamkan
kebakaran yang terdapat suatu tuduk deflector pada ujung mulut pemancarnya agar air
terpancarkan ke segala arah secara merata (Badan Standarasasi Nasional, 2000). Dalam

205
setiap sistem sprinkler pada gedung, terdapat bukaan akses yang perlu dipasang dengan
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku seperti pada SNI 03-1735-2000
(Badan Standarasasi Nasional, 2000). Hal ini dilakukan untuk mempermudah
operasional dari tim pemadam kebakaran untuk melakukan pemadaman dan
penyelamatan. Untuk bangunan yang dipasang sebuah sistem sprinkler otomatis, perlu
dipasang minimal 1 saf pemadam kebakaran untuk luas lantai maksimum kurang dari
900 m², minimal 2 saf pemadam kebakaran untuk luas lantai maksimum 900 m² sampai
2000 m², dan minimal 2 serta 1 saf untuk tiap penambahan 1500 m² untuk luas lantai
lebih dari 2000 m² (Badan Standarasasi Nasional, 2000). Bangunan dengan sistem
sprinkler otomatis harus memiliki saluran masuk untuk sistem alat pemompaan dengan
jarak 18 meter dari Seammese Connection. Pemeliharaan dari sistem springkler harus
dilakukan secara periodik sesuai dengan standar yang tertera pada Tabel 4.10 mengenai
pemeliharaan sistem springkler.

Tabel 4.10. Pemeliharaan Sistem Sprinkler

KOMPONEN AKTIVITAS FREKUENSI

Springkler Inspeksi 1 tahun

Cadangan Sprinkler Inspeksi 1 tahun

Pemipaan &
Inspeksi 1 tahun
Sambungan

Katup-Katup/Valve
Inspeksi Mingguan
Yang Di Segel

Katup-Katup/Valve
Yang Di Inspeksi Bulanan
Gembok/Kunci

Saklar Anti
Rusak/Tamper Inspeksi Bulanan
Switches Di Katup

Katup Alarm/Alarm
Inspeksi Bulanan
Valve

206
KOMPONEN AKTIVITAS FREKUENSI

Katup-Katup
Penahan Inspeksi 5 Tahun
Balik/Check Valves

Katup
Pembuang/Relief
Inspeksi Mingguan
Valves Di Rumah
Pompa

Katup Pengatur
Tekanan/Pressure Inspeksi 3 bulan
Regulating Valves

Sambungan
Pemadam Inspeksi Bulanan
Kebakaran

Meteran (sistim
Inspeksi Bulanan
pipa basah)/Gauges

Pembuangan Air/
Tes 3 bulan
Main Drains
Katup-Katup
Kendali/Control Tes 3 bulan
Valves – Posisi

Katup-Katup
Kendali/Control Tes 6 bulan
Valves – Operasi

Pengawasan &
Supervisi/Control – Tes 3 bulan
Supervisory

Katup Pengatur
Tekanan/Pressure Tes 1 tahun
Regulating Valves

Pembuangan
Sirkulasi/ Tes 1 tahun
Circulation Relief

207
KOMPONEN AKTIVITAS FREKUENSI

Katup Pengaman /
Pressure Relief Tes 1 tahun
Valve
Springkler Temp.
Extra
Tes 5 Tahun
Tinggi/Sprinklers –
Extra High Temp.

Springkler Fast 20 Tahun dan


Response/Sprinklers Tes kemudian tiap
– Fast Response 10 tahun

50 Tahun dan
Springkler Tes kemudian tiap
10 tahun

Alat Ukur (sistim


Tes 5 Tahun
pipa basah)/Gauges

Semua Katup /All


Pemeliharaan 1 tahun
Valves
(Sumber: Permen PU No. 26 Tahun 2008)

4.5.5. Bangunan Pelengkap Pemadam Kebakaran

Bangunan pelengkap dari sistem pemadam kebakaran gedung berfungsi untuk


menjalankan dan mendukung kinerja pemadaman kebakaran dalam bentuk pencegahan
maupun penanggulangan yang dapat berbentuk tangki penyimpanan air dan juga ruang
pompa. Tangki penyimpanan air atau Storage Tank merupakan tangki berkapasitas
maksimum yang dapat digunakan untuk minimum berkapabilitas untuk menyokong air
pada sistem perpipaan pemadam kebakaran gedung selama 30 menit pemakaian. Selain
dari tangki inti yaitu Storage Tank, terdapat juga tangki bawah bernama Break Tank
yang berfungsi untuk menerima sambungan influen air dari sumber pipa PDAM dan
sebuah tangki perantara pada sistem pemadam kebakaran dalam membatasi tekanan.
Kuantitas dan penempatan dari tangki ini dipengaruhi oleh tinggi bangunan dan
perencanaan sistem pemadam kebakaran berdasarkan ketentuan yang berlaku. Tangki
– tangki tersebut pada umumnya dipasang di ruang mekanikal dan ruang pompa yang

208
berlokasi di lantai basement. Pengisian dari tangki penyimpanan harus dilakukan
dengan otomatis agar tidak terkendala saat terjadinya kebakaran. Terdapat tangki
terakhir yang berperan dalam sistem pemadam kebakaran yaitu tangki hisap yang
airnya dihisap oleh pompa untuk dialirkan ke seluruh sistem gedung.
Bangunan pelengkap kedua pada sistem pemadam kebakaran gedung adalah
ruang pompa. Rincian persyaratan dari ruang pompa beserta komponen dan
perlengkapan terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008
(Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008) dan juga SNI 03-6570-2001
terkait pompa dipasang tetap untuk pemadam kebakaran (Badan Standarasasi Nasional,
2001). Pompa merupakan bagian dari sistem pipa tegak yang merupakan bagian dari
sistem pemadam kebakaran yang harus dilindungi dari pengaruh panas maupun potensi
adanya api. Pompa selain dari memiliki peran yang esensial, pompa juga harus dipasang
dengan sebuah ruangan yang dilindungi oleh pintu yang tahan dari pengaruh api selama
2 jam. Pompa yang disediakan harus memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
beserta terdaftar pada kewenangan instansi tersebut. Selain dari itu, komunikasi secara
internal melalui suara sebaiknya disediakan. Ventilasi mekanis beserta pencahayaan
pada ruang pompa perlu juga untuk dipasang beserta dengan tenaga listrik cadangan
apabila terjadinya kondisi yang darurat pada gedung. Pemeliharaan dari sistem ini harus
dilakukan secara rutin dan sesuai dengan standar yang berlaku seperti yang terlihat pada
Tabel 4.11 mengenai pemeliharaan sistem pompa pemadam kebakaran.

Tabel 4.11. Pemeliharaan Sistem Pompa Pemadam Kebakaran

Komponen Aktivitas Frekuensi


Ruang Pompa, Kisi-kisi Inspeksi Mingguan
Ventilasi

Inspeksi Mingguan
Sistem Pompa Kebakaran
Operasi Pompa:

Tes* Mingguan
1) Kondisi Tidak Ada Aliran
2) Kondisi Ada Aliran Tes 1 Tahun

Perawatan 1 Tahun
Hidrolik
Transmisi Mekanikal Perawatan 1 Tahun
Tergantung
Perawatan
Sistem Elektrikal Pabrik

209
Komponen Aktivitas Frekuensi
Panel Kontrol, Komponen - Tergantung
Perawatan
komponennya Pabrik
Motor Listrik Perawatan 1 Tahun
Mesin Diesel, Komponen - Tergantung
Perawatan
komponennya Pabrik
(Sumber: Permen PU No. 26 Tahun 2008)

210
BAB V
PEMBAHASAN DAN EVALUASI

5.1 Umum

Operasional Sistem Plambing gedung memerlukan suatu analisis yang


mengevaluasi berbagai kinerja dari komponen yang mendukung keberlanjutan
operasional sistem plambing tersebut. hal tersebut merupakan bagian dari Quality
Control agar tidak adanya penurunan efisiensi kerja karena banyaknya faktor yang
memengaruhi suatu sistem berjalan. Untuk dapat menganalisis titik permasalahan dari
kondisi aktual sistem operasional plambing, maka digunakanlah pustaka serta berbagai
aturan dan standar yang mengatur mengenai plambing seperti buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing oleh Soufyan Noer Bambang dan Takeo Morimura,
Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, SNI 03-
1735-2000 Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung, dan Modul Plambing oleh
Bapak James Nobelia.

5.2 Sistem Plambing Air Bersih

Evaluasi dari sistem plambing air bersih berkisar tentang penyediaan air dari
sumber, kesesuaian sistem pengumpulan dan pengaliran dengan parameter teoritis,
kuantitas kebutuhan air dan kapasitas sistem, serta pemeliharaan dari sistem secara
keseluruhan.

5.2.1. Sumber Air Bersih

Sumber air bersih pada apartemen Atria Residence sepenuhnya mengandalkan


air bersih dari jaringan distribusi air bersih PDAM kota Tangerang. Kuantitas dan
Kontinuitas dari pasokan air PDAM dapat diandalkan berhubung selalu terpenuhinya
kebutuhan air gedung dari Ground Water Tank Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan Supervisor Engineering Atria Residence. Walaupun tidak terdapat kekurangan
akan kualias air karena influen dari jaringan distribusi air bersih kota yang cukup, tetap
ada kekurangan efisiensi dalam penggunaan sumber air yaitu penggunaan air bersih
dari PDAM untuk menyiram tanaman yang seharusnya dapat memanfaatkan resirkulasi
air olahan STP untuk melakukan operasional penyiraman tanaman. Terkait Kualitas
dari air bersih, pengujian kualitas air tidak dilakukan oleh pengelola gedung Atria
Residence melainkan oleh pihak PDAM setiap 3 bulan sekali dengan data hasil yang
diserahkan ke Supervisor dan akan diarsipkan sehingga sesuai dengan pada ketentuan
dari PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air yaitu melakukan pengujian kualitas air bersih sekurang – kurangnya 6
bulan sekali (Republik Indonesia, 2001).

5.2.2. Sistem Pengumpulan Air Bersih

Terkait sistem pengumpulan air bersih, Gedung Atria Residence menggunakan


dua kompartemen dalam satu Ground Water Tank bervolume masing – masing 200 m³
yang pengisiannya airnya dilakukan pada Floater Valve berbeda dengan Water Level
Controller yang berbeda. Air yang sudah terkumpul pada Ground Water Tank di kedua
kompartemen ini akan teralirkan ke Suction Pit untuk diisap oleh pompa transfer
menuju Roof Tank. Hal ini diterapkan untuk membedakan antara fungsi Ground Water
Tank pertama dan kedua yaitu fungsi air bersih untuk pemakaian sehari – hari dan
fungsi pemadam kebakaran walaupun keduanya tersambung ke Suction Pit. Selain dari
hal itu, sistem dua kompartemen juga efektif untuk melakukan pemeliharaan pada
tangki dengan menutup salah satu influen air PDAM namun juga tetap bisa mengalirkan
air untuk gedung.

Pada Ground Water Tank gedung ini, terdapat beberapa masalah yaitu dinding
dari Ground Water Tank yang sudah retak yang dapat dilihat dari ruang pompa sehingga
dapat berpotensi terjadinya kebocoran pada lantai Basement yang penuh dengan
komponen elektrikal, lalu terdapat sebuah kran dekat Sump Pit di ruang pompa yang
terhubung langsung ke Ground Water Tank namun selalu mengalirkan air walaupun
dalam kondisi tertutup, dan terdapatnya karat pada infrastruktur Ground Water Tank
yang terjadi karena oksidasi ion besi di dalam air sehingga dapat menjadi sedimen serta

212
menurunkan kualitas air. Ketiga hal ini tidak sesuai dengan acuan pada buku
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing berhubung suatu Ground Water Tank
harus segera diperbaiki apabila ditemukan retakan, harus dipastikan tidak ditemukan
adanya kebocoran pada sistem, dan harus dibersihkan secara menyeluruh apabila
adanya karat pada bak (Noerbambang & Morimura, 1986). Retakan dinding perlu
diperbaiki segera berhubung dapat membahayakan mesin dan komponen elektrikal
pada lantai basement yang dapat menyebabkan kerugian finansial untuk memperbaiki
sistem elektrikal dan juga Ground Water Tank itu sendiri beserta kurangnya air yang
dapat ditampung pada jangka waktu yang cukup lama bagi penghuni apartemen. Kran
yang bocor pada Sump Pit ditambah dengan penggunaan langsung air bersih dari
Ground Water Tank untuk penyiraman tanaman akan menjadi kehilangan air yang
terhitung sebagai pemakaian air oleh meteran air PDAM sehingga merugikan bagi
developer apartemen dalam jumlah yang besar berhubung kebocoran terjadi selama 24
jam setiap harinya. Lalu terkait kandungan karat yang ada pada sistem dapat berpotensi
menyebabkan ketidaknyamanan secara estetika apabila adanya kebocoran pada alat
plambing di setiap kamar dengan terbentuknya bekas berwarna kecoklatan serta terus
bertambahnya kandungan sedimen pada Ground Water Tank yang dapat mengurangi
kapasitas efektif dari Ground Water Tank itu sendiri.

5.2.3. Sistem Pengaliran Air Bersih

Sistem pengaliran air bersih di gedung Atria Residence menggunakan sistem


tangki atap dan pengaliran ke bawah. Berdasarkan buku Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, Sistem tangki atap memiliki kelebihan dari sisi tidak terpengaruhinya
oleh fluktuasi tekanan yang terjadi pada sistem, mudahnya melakukan operasional
pengisian air berhubung pengisian dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan
alat Water Level Controller, dan pemeliharaannya yang mudah karena operasional dari
pompa transfer dan Booster Pump diatur secara terpusat pada panel elektrikal dekat
pompa tersebut (Noerbambang & Morimura, 1986). Namun, sistem ini memiliki
kelemahan yaitu harus terpenuhinya syarat untuk terdapatnya perbedaan elevasi sebesar
10 meter dari alat plambing teratas sampai Roof Tank agar tekanan minimum pada alat
plambing teratas dapat tercapai. Apabila syarat minimum tersebut tidak tercapai, maka
Booster Pump wajib digunakan pada efluen dari Roof Tank untuk menyediakan tekanan

213
yang cukup pada alat plambing teratas. Sistem pengaliran ke bawah yang diterapkan
oleh apartemen ini memerlukan ruang yang cukup besar di langit – langit gedung untuk
memasang pipa mendatar beserta Man Hole untuk melakukan pemeriksaan pada sistem.
Namun, sistem pengaliran kebawah dapat mengeluarkan udara yang terjebak pada pipa
lebih mudah karena udara terkumpul ke arah tangki atap.

Pada kondisi aktual, terdapat 6 buah permasalahan yang ditemukan dalam


sistem pengaliran air bersih gedung Atria Residence yaitu:

1. Terdapatnya Kebocoran pada Alat Plambing Lantai 1 sehingga


menyebabkan adanya aliran air yang turun sampai ke tempat parkir gedung
lantai UG. Hal ini disiasati oleh tim Engineering dengan menggunakan
kantung plastik, lakban, dan pipa yang menyambungkan daerah kebocoran
ke pipa tegak air buangan gedung.
2. Pompa resirkulasi air kolam renang hanya tersedia 1 pompa sehingga
apabila terjadi kerusakan pada pompa tersebut akan menyebabkan
terhentinya resirkulasi pompa sampai dengan pompa tersebut diperbaiki
atau pompa tersebut akan hanya berfungsi seperti pipa.
3. Terdapat karat pada sisi dalam Roof Tank yang sangat banyak yang dapat
menyebabkan terjadinya difusi karat besi ke dalam air bersih yang
tertampung.
4. Terdapatnya beberapa karat di bagian luar perpipaan air bersih pompa
Booster yang merusak bahan dari perpipaan tersebut sehingga dalam jangka
panjang berpotensi mengakibatkan kebocoran.
5. Tidak sesuainya posisi perpipaan air bersih pada kondisi aktual
dibandingkan dengan denah pada gambar teknik yang ada.
6. Arsip dokumen terkait data dimensi dan penempatan pipa tidak lengkap
serta tidak tercantum dimensi panjang pipa sehingga menyulitkan apabila
ingin melakukan pemeliharaan serta evaluasi dimensi.

Pengaliran dari sistem plambing air bersih sejauh ini sudah cukup baik, namun
keenam permasalahan ini akan berpotensi menyebabkan kesulitan maupun kerugian di
masa mendatang apabila tidak teratasi dengan baik. Kebocoran air bersih pada alat
plambing yang disiasati dengan menggunakan kantung plastik sampah berwarna hitam

214
yang disambungkan menuju pipa air buangan akan merugikan dari segi finansial karena
akan terhitung sebagai pemakaian air bersih dari PDAM. Untuk dapat memperbaiki
kebocoran ini, perlu dideteksi sumber terjadinya kebocoran secara menyeluruh dan
dilakukan perbaikan alat plambing ataupun pipa sehingga kebocoran dapat dihentikan.
Pompa resirkulasi sudah terhubung dengan pipa parallel yang dilengkapi dengan Gate
Valve namun tidak terdapat pompa di sisi kedua. Untuk mencegah pompa resirkulasi
kolam renang rusak karena tidak dapat dilakukan perawatan, maka perlu dipasang
pompa ke dua yang berfungsi sebagai Bypass apabila sedang dilakukan perawatan
pompa. Karat dalam roof tank dapat diatasi dengan lebih sering dilakukannya
perawatan dengan menghilangkan karat yang menghasilkan sisi dalam Roof Tank yang
berkurang karatnya secara sementara atau dengan dilakukannya penggantian Roof Tank
dengan Roof Tank yang baru namun hal ini akan membutuhkan dana yang cukup besar
dan tidak efisien secara keuangan perusahaan. Karat pada pipa air bersih di sekitar Roof
Tank dan pompa Booster yang berpotensi mengakibatkan kebocoran telah teratasi oleh
tim teknisi dengan melapisi bagian karat dengan cat anti karat dan anti korosi. Hal
tersebut bersifat menambal pipa dari kebocoran untuk sementara. Untuk mengatasi
dalam jangka panjang, dapat dilakukan penggantian pipa berkarat dengan pipa baru.
Tidak sesuainya perpipaan pada kondisi aktual dengan denah perpipaan yang ada pada
gambar teknik akan sulit diatasi berhubung melakukan pengukuran serta melacak
penempatan pipa di atas atap dan di dalam dinding akan sangat sulit dilakukan. Hal ini
hanya dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan untuk memilih konsultan dan kontraktor
yang lebih kompeten serta pemantauan yang lebih ketat dari pihak konsultan pengawas
agar Detailed Engineering Design serta As-Built Drawing sesuai dengan kondisi aktual.
Lalu yang terakhir terkait arsip dokumen data dimensi serta gambar teknik dari sistem
plambing air bersih harus terkumpulkan secara lengkap dan teratur penyimpanannya
agar memudahkan dalam pemeliharaannya di masa yang mendatang. Sama seperti
permasalahan sebelumnya, hal ini tidak dapat diatasi secara langsung tetapi dapat
menjadi bahan evaluasi bagi developer untuk proyek – proyek selanjutnya.

215
5.2.4. Kebutuhan Air Bersih

Untuk mengetahui kebutuhan air teoritis berdasarkan buku Perancangan dan


Pemeliharaan Sistem Plambing, perlu diketahui luas gedung secara total untuk setiap
lantai (Noerbambang & Morimura, 1986). Berdasarkan data dari Database PT. Parador
Property Management, didapatkan data luas setiap lantainya yang dapat dijumlahkan
untuk didapat luas efektif dari gedung seperti yang terlihat pada Tabel 5.1 mengenai
luas lantai Atria Residence. Berikut adalah tabel luas lantai dari gedung Atria Residence.

Tabel 5. 1. Luas Lantai Atria Residence

Luas
Nama Lantai (m²)
Lantai
Semibasement 1723
Lantai Ground Floor 937
Lantai Upper Ground 1185
Lantai I 1297
Lantai II 734
Lantai III 734
Lantai V 734
Lantai VI 734
Lantai VII 734
Lantai VIII 734
Lantai IX 734
Lantai X 734
Lantai XI 734
Lantai XII 734
Lantai XV 734
Lantai XVI 734
Lantai XVII 734
Lantai XVIII 734
Lantai XIX 734
Lantai XX 734
Lantai XXI 734
Kolam Renang 110
Total 17730
(Sumber: Database Atria Residence, 2021)

Untuk mengetahui kebutuhan air rata – rata dari apartemen Atria Residence,
perlu ditentukan luas efektif dari bangunan Atria Residence. Berdasarkan buku

216
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, didapatkan bahwa untuk apartemen
kelas menengah memiliki luas efektif sebesar 45 – 50% dari luas lantai total yang
merupakan luasan pada lantai yang secara efektif digunakan oleh penghuni untuk
beraktivitas dengan pemakaian air per hari sebesar 180 L/hari.orang dan juga jangka
waktu pemakaian air sebesar 8 – 10 jam, serta kepadatan penghunian sebesar 0,16
orang/m² (Noerbambang & Morimura, 1986). Maka dapat dihitung kebutuhan air rata
– rata gedung sebagai berikut.

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = 17730 𝑚2 𝑥 50% = 8865 𝑚²

𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑛𝑖𝑎𝑛 = 8865 𝑚2 𝑥 0,16 = 1418,4 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 ≈ 1419 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑚2

𝐿
𝑄 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 1419 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑥 180 . ℎ𝑎𝑟𝑖 = 255420 𝐿/ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

𝐿
𝑄𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 255420 = 255,42 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎𝑟𝑖

Setelah didapatkan nilai kebutuhan air rata – rata dari sistem plambing air bersih
gedung, dapat dibandingkan dengan debit influen air bulanan dari PDAM ke Ground
Water Tank Atria Residence. Q rata – rata teoritis per bulan dari gedung Atria
Residence adalah 255,42 x 30 = 7662,6 m³/bulan sedangkan berdasarkan data dari
Database Atria Residence, air yang digunakan adalah sebesar 2829 m³/bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa secara praktikal, penggunaan air bersih dari apartemen Atria
Residence lebih sedikit dari kebutuhan air rata – rata teoritis. Hal ini memungkinkan
berhubung sekitar 50% dari total lantai gedung digunakan untuk hotel sehingga adanya
potensi tinggi bahwa kamar hotel kosong dan tidak terjadi pemakaian air.

Setelah menentukan debit kebutuhan air rata – rata per hari, dilakukan
perhitungan untuk mengetahui debit maksimum hari yang merupakan debit maksimum
yang dapat dibutuhkan oleh suatu gedung dengan penyebab seperti pemakaian serentak
dan lainnya. Perhitungan ini dilakukan dengan mengalikan debit kebutuhan air rata –
rata dengan faktor hari maksimum yaitu sebesar 1,5 – 2. Maka dari itu dapat ditentukan
debit harian maksimum sebagai berikut.

𝑚3
𝑄 max ℎ𝑎𝑟𝑖 = 1,5 𝑥 255,42 = 383,1 = 15,96 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖

217
5.2.5. Kapasitas Pompa

Setelah menentukan debit kebutuhan maksimum hari, ditentukan juga debit


pompa untuk diketahui kapasitas pompa dari sistem pengisian pompa. Untuk
mengetahui debit pemompaan, perlu diketahui waktu operasi pemompaan (Tpompa)
yang memiliki range persentase sebesar 30 – 80% dari T operasi gedung berdasarkan
jurnal perkuliahan ITB. Berhubung gedung yang dituju adalah apartemen, maka T
operasi gedung adalah 24 jam dan dengan mengasumsikan bahwa T pompa adalah
sebesar 40% dari T operasi gedung yaitu 9,6 jam. Debit pompa dapat dihitung dengan
perhitungan sebagai berikut.
24 𝑗𝑎𝑚 𝑚3 𝑚3
𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 = 𝑄𝑚𝑎𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 = 957,71 = 39,9
9,6 𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑚

Pada dokumentasi spesifikasi dari debit pompa pada pompa transfer, ditemukan
bahwa debit aliran pompa pada 1 pompa transfer berjenis Jockey Pump adalah sebesar
45 m³/jam dan terdapat 2 pompa transfer yang tersusun parallel pada sistem sehingga
kapasitas pemompaan dari spesifikasi pompa adalah sebesar 90 m³/jam. Oleh karena
itu, kapasitas pemompaan dari sistem pompa transfer yang ada sudah mencukupi
bahkan melebihi dari kapasitas pompa teoritis.

Secara tekanan dari pompa, dapat dilihat pada dokumentasi Pressure Gauge
dari pompa transfer bahwa tekanan menunjukkan pada angka 8 bar. Berdasarkan
konversi nilai dari bar menuju meter head, didapat bahwa nilai 1 bar adalah sama
dengan nilai 10,2 meter head. Maka head dari pompa transfer di lapangan adalah
sebesar 81,6 meter head sedangkan tinggi gedung adalah sebesar 69,45 meter dari lantai
pada Semibasement hingga pada Rooftop. Maka dari itu, tekanan sudah mencukupi
untuk mengalirkan air dari ruang pompa air bersih pada lantai Semibasement.

5.2.6. Kapasitas Reservoir

Reservoir yang perlu ditentukan kapasitasnya adalah Ground Water Tank dan
Rooftank. Untuk menentukan kapasitas dari tangki bawah, dilakukan pendekatan
dengan menghitung selisih dari debit maksimum hari sebagai influen dari PDAM yang
harus terpenuhi dengan debit pemompaan sebagia efluen dari tangki bawah menuju ke

218
tangki atas dengan dikali waktu pemompaan. Volume dari reservoir bawah tidak hanya
mencakup kebutuhan air bersih, namun juga mencakup kebutuhan air untuk pemadam
kebakaran yang diasumsikan sebagai 20% dari volume air bersih. Dari pertimbangan
tersebut, dapat dihitung volume dari tangki bawah sebagai berikut.

𝑉 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = (𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 − 𝑄𝑚𝑎𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑖 ) 𝑥 𝑇𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 𝑥 (100 + 20)%

𝑉 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ = (39,9 − 15,96 𝑗𝑎𝑚) 𝑥 9,6 𝑗𝑎𝑚 𝑥 120% = 275,78 𝑚³

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, didapat bahwa volume reservoir


bawah teoritis yang sudah mencakup kebutuhan air bersih dan pemadam kebakaran
adalah sebesar 275,78 m³. Volume Ground Water Tank dari gedung Atria Residence
adalah sebesar 400 m³ yang menanggung kebutuhan air bersih dan pemadam kebakaran
sehingga kapasitas ketersediaan ruang dari tangki bawah sudah lebih dari cukup.

Setelah menentukan volume reservoir bawah, perlu ditentukan juga kapasitas


dari reservoir atas. Untuk menentukan kapasitas dari reservoir atas, perlu ditentukan T
operasi, Q operasi, Q puncak, T puncak, Q pemompaan, dan T pemompaan. Untuk
mendapatkan Q operasi dapat dihitung seperti berikut.

24 𝑗𝑎𝑚 𝑚3 𝑚3
𝑄𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑄 max ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑥 = 383,1 = 15,96
24 𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑚

Qpuncak didapatkan dengan mengalikan Q kebutuhan rata – rata per jam


dengna konstanta seperti nilai 2 yang menandakan bahwa pada jam puncak, pemakaian
air bersih gedung meningkat sebesar 2 kali lipat dari jam biasanya. Maka dari itu Q
puncak dapat dihitung sebagai berikut.

𝑄 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 2 𝑥 𝑄 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2 𝑥 255,42 = 510,84 𝑚3 /ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑚3
𝑄 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 510,84 = 21,285 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑖

T puncak diasumsikan sebagai 1 jam berhubung Q puncak dihitung berdasarkan


Q rata – rata per jam. T pemompaan yang dimaksud pada perumusan ini adalah lama
pengisian oleh pompa dalam waktu sekali isi, bukan waktu pengisian dalam sehari.
Maka dari itu, diasumsikan bahwa T pompa adalah sebesar 5 menit atau 1/12 jam.
Berdasarkan data yang didapat, dapatlah dihitung volume reservoir atas dengan
perhitungan sebagai berikut.

219
𝑉 𝑎𝑡𝑎𝑠 = [(𝑄𝑝𝑒𝑎𝑘 − 𝑄𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 )𝑥 𝑇 𝑝𝑒𝑎𝑘 ] + (𝑄𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 𝑥 𝑇 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎)

1
𝑉 𝑎𝑡𝑎𝑠 = [(21,285 − 15,96 𝑗𝑎𝑚) 𝑥 1 𝑗𝑎𝑚] + (39,9 𝑥 ) = 8,65 𝑚³
12

Rooftank pada apartemen Atria Residence memiliki volume sebesar 30 m³


sedangkan perhitungan teoritis terkait volume reservoir atas adalah minimal sebesar
8,65 m³ sehingga volume Rooftank pada apartemen ini sudah memenuhi kriteria
minimum.

5.2.7. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih

Evaluasi pemeliharaan sistem plambing air bersih berkisar pada perawatan


komponen dan bangunan pelengkap beserta metode pengendalian kualitas dengan
upaya pengujian air dan pembersihan tangki.

5.2.7.1. Pengendalian Kualitas Air

Pengendalian kualitas air bersih dari sistem plambing air bersih dapat dilakukan
dengan menguji laboratorium kualitas air dari berbagai titik pada sistem secara berkala
minimal 2 kali dalam setahun. Pada pengelolaan sistem plambing air bersih dari gedung
Atria Residence, dilakukan pengujian kualitas air bersih oleh pihak PDAM setiap 3
bulan sekali sehingga kualitas air bersih yang masuk ke dalam Ground Water Tank
bergantung pada kualitas dari air bersih jaringan distribusi kota oleh PDAM serta hasil
pengujian laboratorium.
Selain dari penentuan kualitas air berdasarkan pengujian laboratorium, terdapat
metode sederhana yang dapat menjadi indikator aman nya kualitas air untuk digunakan
yaitu dengan memeriksa sisa klor pada air bersih. Namun, pemeriksaan pH dari air
bersih influen Ground Water Tank saja tidak dapat dijadikan sebagai parameter
pemeriksaan sisa klorin berhubung adanya potensi pencemaran dari jaringan distribusi
air bersih kota yang bersifat asam sehingga menunjukkan pH di bawah 7 yang dapat
diinterpretasi sebagai adanya kandungan sisa klor. Berdasarkan buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, Pemeriksaan kualitas air bersih tidak hanya wajib
dilakukan pada air dalam Ground Water Tank tetapi juga dilakukan di beberapa titik

220
pada sistem plambing air bersih dalam gedung untuk memastikan tidak adanya
persilangan jalur akibat kebocoran atau kesalahan perancangan yang mengakibatkan
tercemarnya air bersih dalam sistem plambing air bersih (Noerbambang & Morimura,
1986). Dalam memastikan kualitas air pada sistem plambing air bersih dalam gedung
aman untuk digunakan, pengelola dari gedung apartemen Atria Residence masih belum
menguji kualitas air pada berbagai titik. Oleh karena itu, dianjurkan untuk pengelola
gedung apartemen Atria Residence untuk melakukan pengujian laboratorium secara
berkala dengan minimum frekuensi sebanyak 2 kali dalam setahun pada berbagai titik
dari sistem plambing air bersih selain dari pemeriksaan kualitas air di Ground Water
Tank oleh pihak PDAM.

5.2.7.2. Pemeriksaan Atas Tangki Persediaan Air

Pemeriksaan atas tangki persediaan air dilakukan oleh tim teknisi apartemen
Atria Residence mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP) bagian Sistem
Ground Tank & Roof Tank yang dinyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan untuk
memastikan Ground Tank & Roof Tank berfungsi dalam keadaan baik sehingga
pengisian air maupun pemakaian air berjalan normal. Pemeriksaan terkait Ground Tank
& Roof Tank dilakukan setiap malam oleh tim teknisi dengan rangkaian poin yang harus
diperiksa. Poin yang harus diperiksa terkait Ground Tank & Roof Tank adalah:
1. Posisi Elektroda WLC otomatis tidak boleh terlepas dan tersangkut dengan
elektroda yang lain. (kotor, berlumut)
2. Posisi level air tidak boleh melebihi ¾ kapasitas tangka atau 80% dari
kapasitas.
3. Tangki harus posisi terisi sekurang – kurangnya 80%.
4. Valve Supply / pengisian dari pompa air bersih harus dalam keadaan terbuka.
5. Valve Outgoing / ke pemakaian harus dalam keadaan terbuka.
6. Valve Overflow harus dalam kondisi terbuka.
7. Valve Drain harus dalam kondisi tertutup.

221
8. Check instalasi pipa dan support air bersih supply dan outgoing pastikan
bahwa pipa – pipa tidak bocor, patah, dan karatan.
9. Check valve seluruh instalasi bahwa semuanya berfungsi. (dalam keadaan
baik)
10. Bila terlihat ada rembesan pada roof tank pertanda adanya kebocoran tangki
air, segera dilaporkan untuk perbaikan.
11. Man Hole Roof Tank dan Reservoir ground Tank harus dalam keadaan
tertutup, tidak dibenarkan orang luar atau asing berada diarea tersebut tanpa
sepengetahuan pihak Engineering.
12. Lampu penerangan di area Roof Tank harus dalam kondisi selalu ada
penerangan.
Tim teknisi mempraktikan pemeriksaan tangki air bersih setiap malam dengan
melakukan seluruh prosedur tersebut. Berdasarkan buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, terdapat 4 persyaratan yang perlu dilakukan pada
pemeriksaan tangki persediaan air yaitu pemeriksaan bagian dalam tangki, pencemaran
dalam tangki, pemeriksaan kualitas air, dan pemeriksaan ketinggian muka air
(Noerbambang & Morimura, 1986). Berdasarkan persyaratan tersebut, terdapat 3
persyaratan yang terjawab pada prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh tim teknisi.
Pemeriksaan bagian dalam tangki dipenuhi dengan melakukan pemeriksaan elektroda
WLC, valve, man hole, lampur penerangan, dan rembesan yang menandakan adanya
retakan dalam dan kebocoran. Pemeriksaan pencemaran dipenuhi dengan melakukan
pemeriksaan sisi dalam tangki lewat Man Hole, pemeriksaan pipa yang bebas dari karat,
Keberaadaan lampu penerang agar dapat melihat pencemar, serta pemeriksaan
permukaan air berdasarkan wawancara dengan tim teknisi. Pemeriksaan ketinggian
muka air dipenuhi dengan melakukan pemeriksaan posisi level air yang tidak boleh
melebihi ¾ kapasitas tangka atau 80% dari kapasitas dan tangki harus posisi terisi
sekurang – kurang nya 80%. Pemeriksaan kualitas air tidak sepenuhnya terpenuhi
berhubung pengujian kualitas air hanya dilakukan pada Ground Water Tank oleh pihak
PDAM sedangkan Roof Tank tidak dilakukan pengujian kualitas air. Untuk
meningkatkan keamanan pada tangki persediaan air, dianjurkan untuk mengadakan
pemeriksaan kualitas air pada Roof Tank secara berkala dengan frekuensi minimum
sebanyak 2 kali setahun.

222
5.2.7.3. Pemeriksaan Sistem Pipa

Berdasarkan buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,


pemeriksaan sistem pipa memerhatikan 3 hal yaitu pemeriksaan terhadap karat dan
kebocoran, pemeriksaan laju aliran dan tekanan air, serta pemeriksaan atas
penggantung atau penumpu pipa (Noerbambang & Morimura, 1986). Berdasarkan
prosedur pemeriksaan pada SOP, dilakukan pemeriksaan pipa sehingga dapat
dipastikan bahwa pipa tidak bocor, patah, dan karatan. Prosedur SOP yang diterapkan
pada gedung Atria Residence sesuai dengan 2 hal yang disebut pada buku yaitu
pemeriksaan terhadap karat dan kebocoran dan pemeriksaan terhadap penggantung atau
penumpu pipa (Noerbambang & Morimura, 1986). Pemeriksaan terhadap penggantung
atau penumpu pipa berkorelasi langsung dengan patahnya pipa berhubung pipa yang
tidak ditahan dengan penggantung atau penumpu akan berdeformasi seiring
berjalannya waktu. Pemeriksaan laju aliran dan tekanan air tidak dilakukan secara
langsung pada berbagai titik pipa, namun dilakukan secara tidak langsung dengan
mengambil data tekanan dalam satuan bar dari pompa transfer dan pompa Booster.

5.2.7.4. Pemeriksaan Atas Mesin – Mesin

Pemeriksaan atas mesin – mesin pada buku Perancangan dan Pemeliharaan


Sistem Plambing mengacu pada pemeriksaan akan sistem pompa. Pemeriksaan pompa
yang digunakan terkait sistem plambing air bersih terfokus pada pompa transfer dan
pompa Booster. Klasifikasi dari pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan frekuensi
periodik yaitu secara harian, bulanan, tahunan, dan pada saat mesin aus (Noerbambang
& Morimura, 1986).
Pemeriksaan harian pompa dilakukan dengan memeriksa 7 hal yaitu tekanan,
arus listrik, tegangan listrik, temperatur, kebocoran, getaran, dan kebisingan.
Pemeriksaan bulanan pompa dilakukan dengan memeriksa 3 hal yaitu temperatur,
poros kopling, dan isolasi. Pemeriksaan tahunan pompa dilakukan dengan memeriksa
4 hal yaitu karat, rotor, poros dan bantalan, dan motor. Pemeriksaan ketika bagian mulai
aus adalah sekat, karet kopling, bantalan peluru, minyak pelumas, dan gasket.
Berdasarkan wawancara dengan tim teknisi dari apartemen Atria Residence,
pemeriksaan atas pompa dilakukan harian setiap malamnya, bulanan dengan interval 2
sampai 3 minggu, tahunan dengan interval 3 sampai 10 bulan, dan pemeriksaan ketika

223
ada permasalahan seperti ausnya mesin pompa. Seluruh hal yang diperiksa pada mesin
pompa dilakukan sesuai dengan apa yang ada pada buku, namun pelumasan pompa
dengan minyak dilakukan setiap 3 bulan (Noerbambang & Morimura, 1986).

5.2.7.5. Penyimpanan Gambar dan Dokumen

Arsip gambar dan dokumen oleh apartemen Atria Residence disimpan pada
komputer kantor yang dapat diakses hanya oleh Supervisor Engineering yang terdapat
berbagai dokumen seperti timeline kegiatan, pemakaian air bersih, pengeluaran air
olahan dari STP, diagram sistem plambing, denah perpipaan, prosedur pelaksanaan
kegiatan Engineering, dokumentasi terlaksananya kegiatan berupa foto, dan dokumen
lainnya. Namun, walaupun sudah terarsipnya gambar dan dokumen dari operasional
dan pemeliharaan kegiatan Engineering, tetap ada kesalahan yang terdapat pada hal ini
terutama pada gambar teknik dari sistem plambing. Gambar teknik dari sistem
plambing baik air bersih, air buangan, vent, air hujan, dan pemadam kebakaran terdapat
ketidakselarasan antara gambar teknik dengan apa yang ada pada lapangan sehingga
tidak memungkinkan untuk melakukan perbaikan dengan mengacu pada gambar teknik
sebagai analisa tahap awal melainkan mengharuskan tim perbaikan dari vendor maupun
tim teknisi untuk melihat secara langsung apa yang ada di lapangan dan tidak
diperbaharui di gambar teknik. Selain dari tidak selarasnya gambar teknik yang ada,
tidak didapatnya As-Buit Drawing merinci dengan dimensi sudut, panjang, dan
diameter dari seluruh pipa pada sistem plambing. Sebagai evaluasi dalam arsip gambar
dan dokumen, dianjurkan bagi tim pengelola untuk melakukan koordinasi dengan
konsultan yang merancang gedung maupun kontraktor yang melaksanakan konstruksi
bangunan beserta dengan tim Engineering untuk memperbaharui desain yang merinci
agar dapat menjadi acuan untuk pemeliharaan dan merancang ulang As-Built Drawing.

5.2.7.6. Pembersihan Tangki Air

Berdasarkan buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, prosedur


Pembersihan Tangki Air dilakukan dengan memerhatikan dua tahap yaitu tahap
pemberian petunjuk mengenai para pekerja dan tahap pembersihan (Noerbambang &
Morimura, 1986). Tahap pemberian petunjuk mengenai para pekerja dilakukan dengan

224
melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan para pekerja, disinfeksi pakaian dan
peralatan, dan disinfeksi tubuh para pekerja. Disinfeksi dilakukan dengan
menggunakan larutan sodium-hipoklorit dengan kandungan klorin efektif sebesar 50
ppm. Tahap selanjutnya yaitu pembersihan tangki dimulai dengan melakukan
penyediaan ventilasi dan penerangan untuk memudahkan pembersihan, lalu
pembersihan bagian dalam tangki, disinfeksi, pemeriksaan kualitas air dan sisa klor,
serta penyimpanan dokumen yang berupa laporan dan gambar. Frekuensi minimum
untuk melakukan pembersihan tangki mengacu pada negara jepang yang mewajibkan
pembersihan tangki 1 tahun sekali.
Pembersihan Ground Water Tank dan Roof Tank Atria Residence dilakukan
dengan frekuensi sebanyak 6 bulan sampai 1 tahun sekali dengan melakukan seluruh
prosedur pada tahap pembersihan yang sesuai dengan rincian pada buku Perancangan
dan Pemeliharaan Sistem plambing namun tidak melakukan tahap awal yaitu proses
disinfeksi peralatan, pakaian, dan para petugas yang akan membersihkan tangki
menggunakan larutan sodium-hipoklorit dengan kandungan klor aktif sebesar 50 ppm
(Noerbambang & Morimura, 1986). Operasional pembersihan tangki dari Atria
Residence adalah seputar menyediakan ventilasi dengan membuka man hole,
menyediakan lampu tembak untuk penerangan selama pembersihan, menyikat dinding
dalam tangki beserta langit – langit, menyingkirkan serangga – serangga berupa kecoa
yang didapatkan terutama pada Ground Water Tank, mengikis karat – karat yang berada
di dalam tangki, dan menggunakan detergent untuk menyingkirkan kotoran yang terlalu
konsentrat apabila diperlukan walaupun hal tersebut tidak dianjurkan. Operasional
tanpa melakukan disinfeksi dari petugas dapat berakibat pada potensinya penyakit atau
kotoran baru dari luar yang terbawa ke dalam lingkungan tangki sehingga menyebabkan
adanya pencemaran yang dapat berpengaruh ke seluruh pengaliran sistem plambing
gedung yang ada. Dianjurkan bagi tim pengelola untuk melakukan tahap pemeriksaan
kesehatan para petugas beserta melakukan proses disinfeksi dengan disinfektan yang
sesuai dengan standar untuk pakaian, peralatan, dan tubuh dari para pekerja.

225
5.3 Sistem Plambing Air Buangan

Evaluasi sistem plambing air buangan berkisar tentang pengaliran sistem,


kondisi aktual saat operasional bangunan pelengkap, dan metode pemeliharaan sistem
yang digunakan.

5.3.1. Sistem Pengaliran Air Buangan

Untuk menganalisa sistem pengaliran air buangan pada gedung apartemen Atria
Residence, akan dibandingkan kondisi aktual dari sistem pengaliran dan perpipaan
yang ada dengan teori yang ada pada sumber pustaka yaitu buku Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang & Morimura, 1986). Pengaliran air
buangan pada gedung ini dilakukan dengan sistem pengaliran secara terpisah antara
Black Water dan Grey Water. Klasifikasi yang dilakukan pada air buangan gedung ini
adalah air kotor yaitu air buangan yang berasal dari urinoir dan WC, air bekas yaitu air
buangan yang berasal dari wastafel dan Floor Drain, dan Kitchen yaitu air buangan
yang berasal dari Sink dapur yang dilengkapi dengan Grease Trap sehingga telah
mengurangi kandungan lemak secara signifikan. Ketiga kategori air buangan tersebut
terpisah secara sistem jaringan perpipaan air buangan pada gedung sehingga
mengurangi potensi pengerakan yang berpotensi mengurangi luas penampang efektif
aliran pipa terutama apabila digabung.

Pengaliran dari air buangan dilakukan sepenuhnya dengan gravitasi baik pada
lantai gedung maupun pada lantai Semibasement dikarenakan lokasi STP yang berada
di bawah lantai Semibasement. Hal tersebut merupakan metode yang sangat efisien
berhubung pengaliran air buangan dari sumber timbulan dengan menggunakan pompa
membutuhkan biaya operasional dan perawatan tambahan yang cukup mahal
berhubung pompa dapat rusak dan akan sering terjadinya Clogging. Penggunaan pompa
untuk mengalirkan air olahan dari STP menuju pipa riol karena elevasi STP yang lebih
rendah dari pipa riol akan lebih efisien karena olahan STP sudah jauh lebih bersih.

Standar pada buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Instalasi


Grease Trap di bawah Sink harus dipasang sedemikian rupa sehingga proses
penyedotan kerak lemak dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengganggu

226
penghuni (Noerbambang & Morimura, 1986). Selain dari pemasangan Grease Trap,
bahan serta penempatan dari Grease Trap juga harus diperhatikan dengan persyaratan
seperti dinding dari Grease Trap yang tidak boleh berupa dinding pada kamar serta
harus berbahan besi atau besi anti karat. Pada Grease Trap yang di pasang di bawah
setiap Sink pada setiap unit kamar sudah dipasang dengan memudahkan operasional
perawatan, berupa dinding dari alat itu sendiri yang berbahan besi, serta tidak
berdinding langsung dari kamar. Namun Grease Trap yang tidak disedot kerak lemak
dan minyaknya pada jangka waktu yang lama akan mengalami kebocoran sehingga
lantai sekitar dapur terdapat kebecekan air bekas berminyak. Hal ini menandakan
bahwa Grease Trap dipasang dengan mekanisme penutupan yang kurang rapat.

Evaluasi terkait perpipaan dari plambing air buangan adalah adanya


penempatan pipa tegak yang memiliki cela karena adanya perbaikan pipa tegak dengan
memotong pipa tegak dengan panjang tertentu, lalu memasang pipa tegak dengan
diameter yang lebih kecil lalu disambungkan ke dalam pipa tegak sehingga berbentuk
seperti corong yang ditangkap oleh pipa berukuran lebih besar tanpa ditutup rapat
dengan sambungan pipa tertentu. Hal ini dapat menimbulkan masalah dari gas air
buangan yang muncul yang apabila didekati dengan orang yang sedang menggunakan
api kecil di koridor dapat membesarkan api tersebut ataupun potensi ledakan atau hal
kecil lainnya seperti ketidaknyamanan penghuni. Selain hal ini, terdapat evaluasi juga
dari segi inventarisasi gambar teknik dari letak dan dimensi dari perpipaan air buangan
yang tidak dilengkapi dengan dimensi panjang pipa dan tidak sesuai dengan kondisi
aktual di lapangan sehingga tidak dapat menjadi acuan dalam perbaikan di masa
mendatang.

5.3.2. Bangunan Pelengkap Air Buangan

Bangunan pelengkap pada sistem plambing air buangan yang terdapat di Atria
Residence adalah Sewage Treatment Plant (STP). Pada gedung ini, STP mengolah
dengan metode pengolahan utama menggunakan Activated Sludge sehingga
menggunakan Blower Aerator dan pompa celup untuk Return Sludge dari bak
sedimentasi menuju bak aerasi kembali. Untuk mengetahui efektivitas pengolahan
secara periodik, terdapat kerjasama vendor untuk menguji kualitas air efluen STP

227
secara berkala setiap 3 bulan sekali sehingga dapat tetap memantau kinerja dari
pengolahan STP. Hasil pengolahan sampai saat ini masih memenuhi baku mutu yang
terdapat pada SNI (Badan Standarasasi Nasional, 2000) dan KLHK (Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indoensia, 2016) sehingga dapat
disimpulkan bahwa STP beroperasi dengan baik. Namun masih terdapat beberapa
evaluasi yang dapat diperbaiki lebih lanjut seperti masih banyak terdapatnya vektor
penyakit seperti kecoa dan nyamuk yang berpotensi menyumbat proses pengolahan
seperti pada Grease Trap STP dan pompa pada bak ekualisasi, lalu juga terdapat
kebocoran pada dinding atap STP akibat kendornya pemasangan pipa sehingga tidak
sesuai dengan SOP HSE/K3L bagi petugas operasional, dan sulitnya perawatan pompa
Submersible pada bak ekualisasi dan bak sedimentasi berhubung berdasarkan
wawancara dengan petugas di Atria Residence perawatan pompa dilakukan dengan cara
manual mengambil pompa tersebut. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan
petugas berhubung pompa pasti akan mengalami Clogging dalam jangka waktu tertentu.
Evaluasi lainnya yang dapat berupa saran bagi pengembangan pengolahan dari STP
adalah melakukan proses pemisahan pengolahan berdasarkan kategori air buangan
yang ditimbulkan antara air bekas, air bekas dapur, dan air kotor walaupun secara Cost
memang kurang efektif dan efisien.

5.3.3. Pemeliharaan Sistem Plambing Air Buangan

Pada pemeliharaan sistem plambing air buangan, digunakan buku Perancangan


dan Pemeliharaan Sistem Plambing sebagai acuan standar bagi prosedur pemeliharaan.
Buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing menggunakan standar negara
jepang dalam hal memelihara sistem plambing air buangannya beserta bak penampung
air buangan atau Sewage Treatment Plant yang menetapkan pemeriksaan wajib
dilakukan setiap harinya dan pembersihan dilakukan seminimal mungkin 6 bulan sekali
(Noerbambang & Morimura, 1986). Di gedung apartemen Atria Residence, dilakukan
pembersihan STP dengan frekuensi sebesar seminggu 2 kali dan pemeriksaan seluruh
komponen sistem plambing air buangan setiap malamnya sehingga memenuhi
ketetapan pada buku (Noerbambang & Morimura, 1986). Namun, pada proses
pembersihan sistem plambing air buangan dan STP tidak menggunakan sabun atau
bahan kimia lainnya, melainkan menggunakan air bersih dengan tekanan tinggi dari

228
selang. Dalam pemeriksaan STP, pemeriksaan komponen elektronika dicapai dengan
memastikan kinerja berdasarkan kontrol dari panel STP. Pemeriksaan endapan lumpur
di setiap bak hanya dilakukan pada unit Grease Trap dan Screen awal sehingga tidak
tercapai sepenuhnya. Vektor penyakit di STP dilakukan penyemprotan gas dengan
frekuensi sebulan sekali namun masih terdapat banyak sekali sarang – sarang kecoa
berukuran besar di sekitar STP sehingga penyemprotan dapat dinilai tidak efektif.
Selain itu, pemeriksaan STP juga melingkupi pengangkatan kotoran terapung dan
mengeras di atas air seperti pada dinding aerasi, unit Screening dan unit Grease Trap.
Semua hal ini dilakukan seminggu dua kali oleh petugas dengan menyemprotkan air
bersih bertekanan tinggi. Namun terdapat kelemahan yaitu dalam hal memeriksa secara
langsung kondisi dari pompa celup berhubung pompa tersebut berada di dasar bak
ekualisasi, bak sedimentasi, dan bak efluen sehingga diperiksa hanya melalui panel.

Prosedur pemeriksaan sistem plambing air buangan berikutnya adalah


pemeriksaan perpipaan air buangan. Hal ini dilakukan setiap malam oleh teknisi dengan
memeriksa kebocoran sepanjang jalur pipa yang dapat dilihat dan sambungan klem
yang berfungsi sebagai penggantung dan penumpu pipa. Selain dari pemeriksaan pipa,
pembersihan pipa juga dilakukan terutama pada titik – titik Clean Out yang ada pada
jaringan perpipaan dengan pembersihan menggunakan air bertekanan tinggi ataupun
besi panjang lentur seperti pada perpipaan di STP. Idealnya pembersihan Clean Out
pada jaringan perpipaan air buangan seharusnya didasarkan pada As-Built Drawing
yang ada pada arsip dokumen gedung, namun pembersihan dengan metode tersebut
tidak dapat dilakukan berhubung gambar teknik yang disimpan dikomputer sangat tidak
sesuai dengan kondisi aktual serta tidak terdapat letak maupun indikasi adanya
komponen Clean Out pada gedung. Pembersihan Clean Out pada jaringan perpipaan
air buangan di gedung Atria Residence dilakukan dengan menggunakan air bersih
bertekanan. Pada buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing pembersihan
jaringan perpipaan dengan menggunakan Clean Out dapat menggunakan air bersih
ataupun bahan kimia seperti asam hidroklorik untuk mengikis lebih kuat kotoran yang
mengeras sepanjang jalur pipa, namun penggunaan bahan kimia dalam membersihkan
jalur pipa perlu memerhatikan dampak yang akan diakibatkan oleh bahan kimia tersebut
yang berpotensi bahaya (Noerbambang & Morimura, 1986). Maka dari itu, prosedur
pembersihan Clean Out yang diterapkan tidak bermasalah secara bahan yang digunakan
tetapi tidak tepat untuk pengembangan jangka panjang karena tidak dipersiapkan

229
dengan gambar teknik yang mendukung. Sangat direkomendasi bagi tim pengelola
gedung untuk mengarsip dokumen gambar teknis yang sesuai dengan kondisi aktual
agar selalu dapat diandalkan untuk menjadi acuan dalam pemeliharaan dan
pengembangan.

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada mesin – mesin di sistem


plambing air buangan. Fokus utama pada pemeriksaan mesin – mesin adalah mesin
blower aerator pada STP dan pemeriksaan pompa Submersible pada STP dan Sump Pit.
Pada pemeriksaan aerator, diperiksa kondisi secara keseluruhan, sekat dan kopling dari
aerator, titik potensi kebocoran dan karat, dan prosedur penggantian oli yang dilakukan
sebulan sekali oleh teknisi yang ada. Pemeriksaan dari pompa Submersible dilakukan
hanya pada saat terjadi masalah atau kerusakan dengan indikasi tertentu pada panel
kontrol, aliran pada STP, dan indikasi lainnya berhubung penempatan pompa yang
berada di dasar bak yang dipenuhi dengan air limbah dan tidak terdapat alat yang dapat
mengkatrol pompa agar dapat diperiksa. Gambar dan dokumen dari pemeriksaan mesin
tidak diarsip secara gambar teknik namun dilakukan dokumentasi berupa foto untuk
dilaporkan ke atasan. Evaluasi yang dapat dilakukan adalah untuk memasang metode
pengangkatan pompa Submersible dari dasar bak agar dapat mempermudah teknisi
untuk memelihara pompa tersebut tanpa harus menyelam ke dalam air limbah.

Prosedur pemeliharaan terakhir dari sistem plambing air buangan adalah


pembersihan STP. Pembersihan STP dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan sekali oleh
buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, namun tim pengelola gedung
sudah dengan sangat baik membersihkan STP yaitu dengan frekuensi seminggu 2 kali
(Noerbambang & Morimura, 1986). Tahapan yang harus diperhatikan selama
pembersihan STP adalah tahapan persiapan, tahapan pembersihan, dan tahapan penutup.
Pada tahapan persiapan, disusun penjadwalan untuk pembersihan STP oleh Supervisor
Engineering untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan STP akan selalu
terlaksanakan dua kali setiap minggunya. Setelah penjadwalan, terdapat poin krusial
yang harus diperbaiki yaitu penyediaan kelengkapan K3L bagi petugas yang
membersihkan STP. Petugas yang membersihkan STP Atria Residence memakai baju
seadanya tanpa pelindung sarung tangan apapun dan pelindung muka apapun. Hal ini
berlawanan dengan prosedur pembersihan yang layak berhubung tidak tersedianya
pelengkapan ini akan membahayakan kesehatan dari petugas, sehingga sangat
dianjurkan bagi pihak pengelola gedung untuk menyediakan kelengkapan khusus bagi

230
petugas agar meminimalisir potensi terjadinya penyakit yang membahayakan bagi
pembersih. Selanjutnya dibuka Man Hole dari STP untuk dapat mengalirkan udara
segar sebagai bentuk ventilasi bagi petugas pembersih STP. Setelah itu juga disediakan
lampu sebagai bentuk penerangan dalam pembersihan berhubung lokasi STP yang
sangat tertutup di bawah lantai Semibasement sehingga dapat menyebabkan kerancuan
dalam pembersihan apabila tidak disediakan penerangan.

Pada tahap selanjutnya yaitu tahap pembersihan STP dilakukan pengangkatan


padatan terapung di berbagai unit pada STP yang dapat menurunkan kinerja unit dari
kondisi optimum seperti pada Screen awal yang memisahkan padatan yang ditemukan
seperti sampah kain, mainan, kondom, dan tinja yang sudah mengeras di daerah tersebut.
pada unit Grease Trap dan bak sedimentasi juga terdapat Grease dan Scum yang perlu
diangkat selalu untuk menjaga kondisi optimal dalam penghilangan unsur tersebut.
selain hal itu, dilakukan juga proses pembersihan kerak yang terdapat pada sekitar bak
aerasi dengan air bersih bertekanan agar dimensi efektif dari bak tidak menurun.
Pembersihan aliran pipa Return Sludge juga dilakukan pada komponen Clean Out yang
ada menggunakan air bersih bertekanan sehingga pengerasan limbah padatan terendap
tidak akan terjadi.

Pada tahap terakhir yaitu tahap penutupan, dilakukan pemeriksaan terakhir


kalinya terhadap komponen elektronika pada STP untuk memastikan bahwa prosedur
pembersihan tidak berimbas kepada rusaknya komponen elektrik akibat semprotan air
yang ada. Pemeriksaan permukaan air untuk terakhir kalinya juga seharusnya dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak ada indikasi terjadinya kebocoran, namun hal ini tidak
dilakukan secara eksak tetapi dengan kasat mata observasi petugas. Lalu dilakukan juga
penutupan kembali Man Hole dari STP agar tidak mengeluarkan gas metana selama
pengolahan air limbah ke lantai Semibasement. Lalu dilakukan juga pengarsipan
dokumentasi pembersihan seperti alat yang harus diperbaiki atau hal lainnya yang dapat
disampaikan dalam berita acara. Maka dari itu, evaluasi dari tahap penutupan adalah
dilakukannya pengukuran yang lebih merinci bagi permukaan air dari setiap unit
pengolahan dengan menggunakan penggaris berukuran besar yang dapat dicelupkan ke
dalam unit pengolahan walaupun pada kondisi aktualnya sedikit kurang praktikal
dengan menimbang kondisi ketersediaan ruang pada STP.

231
5.4 Sistem Plambing Vent

Evaluasi dari sistem plambing vent berkisar tentang kondisi pemasangan pipa
vent dan metode pemeliharaan sistem vent dengan melakukan perbandingan kondisi
aktual dengan teoritis.

5.4.1. Sistem Perpipaan Vent

Sistem perpipaan vent Atria Residence menggunakan prinsip sistem vent basah
yaitu menggabungkan perpipaan air buangan sebagai bagian dari sistem perpipaan vent
yang meneruskan pipa tegak pipa air buangan sampai ke pipa pengumpul vent pada
atap gedung untuk diteruskan ke pipa pembuang vent gedung dan mengeluarkan gas
dari air buangan ke atmosfer. Dengan sistem vent basah, biaya instalasi untuk perpipaan
vent dapat diminimalisir secara drastic berhubung pipa yang dibutuhkan hanyalah pipa
penghubung antara pipa tegak – pipa tegak air buangan dari 2 zona yaitu zona utara dan
zona selatan yang terlihat dari pipa pembuang vent di atap gedung sisi utara dan sisi
selatan namun sistem vent basah akan merepotkan dari segi perawatan apabila ada
kerusakan karena pipa vent tegak merupakan pipa tegak air buangan itu sendiri. Dengan
adanya sistem plambing vent basah beberapa efek dapat dicegah seperti efek sifon
sendiri dapat dihindari berhubung pengaliran hidrolis secara vakum akibat perbedaan
kedalaman air pada sekat dan pipa tegak tidak akan terjadi karena udara akan
dihantarkan kea tap, efek hisapan dihindari karena tarikan air pada sekat karena aliran
air buangan yang cepat ditiadakan karena adanya tekanan atmosfer, dan efek tiupan
keluar juga dapat dicegah karena angin dari dasar pipa tegak air buangan akan terangkat
sampai pipa pembuang vent di atap. Namun ada beberapa efek yang tidak dapat
dihindari atau dicegah secara sempurna seperti efek kapiler berhubung rambut yang
tersangkut pada leher angsa tidak semuanya tersalurkan ke pipa air buangan, efek
penguapan karena air pada leher angsa memiliki akses langsung ke atmosfer, dan efek
momentum karena Flushing dari setiap alat plambing akan terjadi. Secara pembuangan,
rancangan pipa vent pada atap sudah memenuhi standar yang ada pada buku yaitu
memiliki elevasi yang lebih tinggi dari potensi permukaan banjir atau genangan air di
atap dan memiliki ketinggian 1,5 meter dari alat plambing layanan tertinggi berhubung

232
jarak antara lantai 21 menuju Rooftop lebih dari 3 meter (Noerbambang & Morimura,
1986).

5.4.2. Pemeliharaan Sistem Plambing Vent

Pada pemeliharaan sistem plambing vent, diambil acuan pemeliharaan pada


buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. Pada buku tersebut, dijelaskan
bahwa pemeliharaan perpipaan plambing vent diperiksa perpipaan vent agar aman dari
hambatan seperti sarang burung, kotoran, dan serangga yang dapat mengganggu
diameter efektif pengaliran gas dari air buangan sehingga tidak berfungsi optimal
(Noerbambang & Morimura, 1986). Untuk hal itu, dianjurkan untuk mengalirkan air
bersih pada sistem vent dari lubang tertinggi pada sistem sehingga air akan mengikis
penghambat tersebut. Selain dari pemeliharaan perpipaan dari kotoran, perlu juga untuk
memastikan bahwa klem penggantung atau penumpu pipa vent terpasang dengan baik
berhubung klem yang sudah rusak dapat mengakibatkan deformasi pipa sehingga
berpotensi terjadinya keretakan dan kebocoran pada pipa vent. Secara kondisi aktual,
pemeliharaan pipa vent dilakukan tidak dengan waktu dan metode yang ditetapkan
namun dilakukan apabila ditemukan bahwa pipa retak sehingga hal ini akan menjadi
evaluasi pengembangan sistem pemeliharaan bagi tim pengelola gedung Atria
Residence untuk menjadwalkan secara rutin pemeriksaan pipa dan klem dari sistem
plambing vent dengan salah satu metodenya adalah dengan mengalirkan air dari lubang
tertinggi sistem perpipaan vent.

5.5 Sistem Penyaluran Air Hujan

Evaluasi sistem penyaluran air hujan berkisar tentang kondisi pemasangan


perpipaan dan penyaluran dari air hujan, kondisi operasional bangunan pelengkap
seperti sump pit, dan metode pemeliharaan sistem dengan perbandingan kondisi aktual
dengan teoritis.

233
5.5.1. Sistem Penyaluran Air Hujan

Pada sistem penyaluran air hujan di gedung Atria Residence, sistem perpipaan
dan komponen plambing dipasang dengan metode pengaliran memanfaatkan energi
gravitasi untuk mengalirkan air hujan baik dari atap, balkon, maupun pada Ramp mobil.
Sistem penyaluran air hujan dari atap sampai ke drainase kota dengan menggunakan
perpipaan dan Gutter sudah sangat baik secara pemasangan berhubung tumpuan pada
dinding terawat dan beberapa kali dilaksanakan perawatan apabila ada masalah pipa
dan klem, namun pada balkon dari setiap unit kamar Floor Drain yang mengalirkan ke
pipa tegak air hujan seringkali tertutup dengan kotoran atau tanaman sehingga
menyebabkan penyumbatan saluran sehingga dapat merugikan penghuni kamar karena
dapat berpotensi menyebabkan timbulnya genangan air. Hal ini sulit untuk ditangani
berhubung kawasan balkon merupakan otoritas dari pemilik kamar, namun hal ini dapat
tetap disiasati dengan menetapkan jadwal pemeriksaan tahunan untuk Floor Drain
balkon beserta memeriksa pipa tegak air hujan.

Pengaliran air hujan yang berasal dari titik berelevasi lebih tinggi dari saluran
drainase kota akan dialirkan ke drainase kota, sedangkan air hujan yang teralirkan
sampai ke lantai Semibasement akan dialirkan ke Sump Pit dan dipompa dengan pompa
celup serta dilengkapi dengan Water Level Controller menuju drainase kota. Hal ini
kurang optimal berhubung pengaliran air hujan pada lantai Semibasement dapat
dialirkan terlebih dahulu menuju sumur resapan agar dapat menjadi pasokan tambahan
air tanah. Sebenarnya pada diagram pengaliran air hujan dari gedung Atria Residence
sudah terdesain pengaliran dari Sump Pit menuju sumur resapan, namun berdasarkan
testimoni dari Supervisor of Engineering beserta observasi lapangan pribadi oleh
penulis tidak ditemukan adanya sumur resapan di daerah kawasan Atria Residence. Hal
ini dapat merujuk pada kesalahan desain dari kontraktor maupun lengahnya tim
konsultan pengawas dalam proses konstruksi.

234
5.5.2. Bangunan Pelengkap Air Hujan

Pada bangunan pelengkap air hujan Atria, hanya terdapat empat buah unit Sump
Pit yang terletak pada masing – masing penghujung gedung dan tidak terdapat sumur
resapan di sekitar Sump Pit maupun kawasan Atria Residence. Keempat Sump Pit dapat
mengalirkan air dengan baik dengan menggunakan pompa Sumbersible dan Water
Level Controller untuk mengendalikan pemompaan. Pemeriksaan secara rutin juga
sudah dijadwalkan oleh Supervisor of Engineering pada timeline yang ada yaitu setiap
malam untuk memeriksa potensi keretakan pipa, kinerja pemompaan pompa celup, dan
kondisi komponen elektronika seperti Water Level Controller beserta dengan panelnya.
Maka dari itu operasional dan pemeliharaan dari bangunan pelengkap air hujan sudah
baik, namun masih dapat ditingkatkan dari segi penyediaan beberapa sumur resapan di
dekat Sump Pit untuk menjadi pasokan air tanah yang dilengkapi dengan Man Hole.

5.5.3. Pemeliharaan Sistem penyaluran Air Hujan

Pada pemeliharaan sistem penyaluran air hujan dari Atria Residence, jadwal
rutin terhadap pemeriksaan kondisi pipa tegak di Shaft gedung, klem pipa tegak di Shaft
gedung, kondisi Sump Pit beserta pompanya, dan panel Sump Pit sudah dijadwalkan
secara rutin setiap malamnya dengan melakukan observasi berdasarkan daftar
pemeriksaan yang sudah dirumuskan. Namun terkait pemeriksaan pipa hujan di balkon
masing – masing kamar dilakukan masih dengan atas dasar keluhan pemilik kamar baik
itu karena timbulan genangan, karena tersumbatnya Floor Drain atau karena
merembesnya air hujan yang tidak termasukkan ke pipa tegak air hujan di balkon
sehingga masuk ke dalam sisi – sisi lantai sehingga menyebabkan kebocoran di lantai
bawahnya. Penggantian akan kerusakan pompa pada Sump Pit dilakukan apabila terjadi
kerusakan saja berhubung pemeriksaan yang dilakukan setiap malamnya hanya berupa
observasi dan bukan mengangkat pompa celup dan diperiksa secara langsung. Hal ini
dapat menjadi bahan evaluasi untuk menyiapkan sistem katrol untuk dapat mengangkat
pompa celup kapanpun untuk dilakukan pemeriksaan merinci secara langsung. Evaluasi
terakhir untuk sistem penyaluran air hujan pada Atria Residence adalah pengarsipan
gambar yang kurang efektif berhubung jalur pipa pada gambar teknik dengan kondisi
aktual di lapangan sangat berbeda dan pada gambar teknik tidak terdapat rincian
235
dimensi panjang pada pipa. Hal ini akan menyulitkan untuk mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi dari penyaluran air hujan dengan menggunakan ukuran dan panjang pipa
air hujan tersebut. Selain sulit untuk mengevaluasi pipa, ketidaksesuaian gambar teknik
dengan kondisi aktual akan menyulitkan dalam melakukan perawatan sistem perpipaan
dan komponennya beserta pengembangan sistem berhubung tidak adanya acuan data
selain dari observasi dan pengukuran langsung sistem penyaluran air hujan.

5.6 Sistem Pemadam Kebakaran

Evaluasi sistem pemadam kebakaran berkisar tentang sistem perpipaan untuk


hidran dan springkler, kondisi bangunan pelengkap sistem, komponen perlengkapan
sistem, dan metode pemeliharaan yang digunakan dengan perbandingan kondisi aktual
dengan teoritis.

5.6.1. Sistem Perpipaan Pemadam Kebakaran

Sistem perpipaan pemadam kebakaran Atria Residence terdiri dari pipa tegak
basah untuk Sprinkler yang berletak pada Shaft utama bersama dengan pipa tegak air
bersih, pipa tegak basah untuk Hidran yang berletak pada ruang tangga evakuasi di sisi
utara dan selatan gedung, dan pipa mendatar kering yang menghubungkan Seammese
Connection menuju Ground Water Tank bagian pemadam kebakaran. Prinsip
pengaliran air untuk pemadam kebakaran Atria Residence adalah menggunakan sistem
tangki tekan yang dipompa pada ruang pompa dilengkapi dengan tangki tekan. Air yang
terdapat pada jaringan perpipaan basah akan selalu terisikan untuk Standby apabila
terjadinya kebakaran di waktu yang tidak diduga. Hal ini dapat menjadi masalah dalam
perawatan komponen pelengkap perpipaan pemadam kebakaran berhubung tekanan
hidrostatis dari air perpipaan basah pemadam kebakaran akan sangat besar seperti pada
bacaan Pressure gauge pada ruang pompa yaitu sebesar 13 bar yang ekuivalen dengan
sekitar 130 meter kolom air. Tekanan yang sangat tinggi dapat merusak Check Valve
dan Pressure Reducing Valve apabila tidak dilakukan perawatan secara rutin dengan
membatasi aliran selama perawatan menggunakan Gate Valve. Seluruh perpipaan
pemadam kebakaran berbahan besi yaitu Galvanized Iron Pipe sehingga sesuai dengan

236
standar bahan besi yang ada pada SNI 03-1745-2000 (Badan Standarasasi Nasional,
2000).

Pengaliran air bersumber dari luar apabila penyediaan air dari GWT terhenti
dengan menggunakan Seammese Connection dilakukan pada pipa kering. Pada
umumnya pengaliran tersebut dilakukan menggunakan pipa tegak kering yang
langsung mengalirkan air bersih dengan bantuan tekanan pompa dari mobil pemadam
kebakaran, namun Atria Residence hanya terdapat pipa mendatar kering yang
mengalirkan air tersebut menuju GWT untuk menyediakan air pompaan di ruang
pompa menuju hidran dan Sprinkler berdasarkan gambar diagram pengaliran pemadam
kebakaran, testimoni Supervisor of Engineering, dan observasi secara langsung
keberadaan pipa tegak kering. Maka dari itu, evaluasi dari kondisi perpipaan pemadam
kebakaran adalah untuk membuat sistem pengaliran pipa tegak kering yang langsung
memberikan akses air menuju gedung pada setiap lantainya untuk minimal ketinggian
gedung sebesar 40 meter secara vertikal berhubung persyaratan pipa tegak kering
adalah wajib untuk gedung di atas 10 meter secara vertikal dan efektif sampai dengan
ketinggian 24 sampai 40 meter secara vertikal.

5.6.2. Bangunan Pelengkap Sistem Pemadam Kebakaran

Pada bangunan pelengkap dari sistem pemadam kebakaran, kapasitas


tampungan Ground Water Tank yang disediakan untuk pemadam kebakaran adalah
50% dari kapasitas total GWT. Berdasarkan Permen PU nomor 26 tahun 2008 tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung, kapasitas
penampungan air untuk pemadam kebakaran minimal harus dapat menyediakan
pasokan air selama 30 menit (Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
2008). Berhubung jenis pompa yang terdapat pada pompa transfer dengan pompa pada
pemadam kebakaran fase awal sama yaitu pompa Jockey, dapat dihitung waktu
pemakaian dengan membagi nilai volume kapasitas tampungan GWT untuk pemadam
kebakaran dengan debitnya.

237
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 50% 𝑥 400 𝑚³
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 = = = 4,4 ℎ𝑜𝑢𝑟
𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑃𝑜𝑚𝑝𝑎 45 𝑚3 /ℎ𝑜𝑢𝑟

Didapatkan bahwa kapasitas penampungan GWT untuk menyediakan pasokan


air adalah selama 4,4 jam atau 4 jam dan 24 menit. Durasi tersebut melebihi persyaratan
yang disebut sebelumnya yaitu 30 menit sehingga persediaan air dari GWT sudah lebih
cukup, beserta pasokan cadangan dari GWT bagian air bersih yang sebenarnya
terkoneksi kepada Suction Pit yang sama dengan GWT bagian pemadam kebakaran
sehingga secara maksimum GWT dapat menyediakan air selama 8,8 jam.

Unit kedua dalam bangunan pelengkap sistem pemadam kebakaran adalah


ruang pompa. Ruang pompa harus dirancang dengan memenuhi persyaratan seperti
pada SNI 03-6570-2001 tentang Instalasi Pompa Tetap yang Dipasang untuk Pemadam
Kebakaran yang salah satunya mensyaratkan untuk merancang ruang pompa agar tahan
dari serangan api eksternal minimal selama 2 jam (Badan Standarasasi Nasional, 2001).
Ruang pompa di Atria Residence terletak pada lantai Semibasement di ruangan dengan
dinding berbahan beton bertulang yang tebal dilengkapi dengan pintu berbahan besi
tebal serta terletak berlawanan dengan ruang genset sehingga dijauhkan dari potensi
kebakaran elektrikal. Maka dari itu, disimpulkan bahwa lokasi ruang pompa sudah
optimal dari potensi serangan api. Dalam proteksi ruang pompa dari aspek banjir atau
genangan air lainnya, komponen pada pompa sudah diletakkan sekitar 30 cm dari dasar
lantai serta dilengkapi dengan sebuah Sump Pit didekat pompa sehingga genangan air
akan teralirkan ke dalam Sump Pit tersebut. Variasi pompa yang ada di ruang pompa
pun sudah mencukupi yaitu pompa Jockey untuk tahap awal, pompa elektrikal apabila
membutuhkan sokongan tekanan air tambahan, dan pompa diesel apabila terjadi
putusnya aliran listrik.

5.6.3. Perlengkapan Sistem Pemadam Kebakaran

Perlengkapan sistem pemadam kebakaran di gedung Atria Residence berupa


hidran dan Sprinkler. Hidran pada Atria Residence dikategorikan menjadi 2 yaitu
hidran Indoor atau hidran gedung dan hidran Outdoor atau hidran halaman.
Berdasarkan SNI 03-1745-2000 tentang tata cara perencanaan dan pemasangan pipa

238
tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung,
hidran gedung memiliki kriteria komponen lengkap yaitu katup slang/Valve,
slang/Hose, dan nozzle beserta sambungan influen air bersih (Badan Standarasasi
Nasional, 2000). Hidran halaman memiliki kriteria komponen lengkap yang sama yaitu
katup, slang, dan nozzle namun tidak memiliki sambungan influen air bersih berhubung
tidak adanya pipa tegak basah yang terdapat di Outdoor. Hidran gedung pada Atria
Residence memiliki komponen yang lengkap seperti pada SNI 03-1745-2000 dan
dipasang menghadap koridor sehingga pengguna hidran tidak harus masuk ke dalam
ruang tangga evakuasi untuk menggunakan hidran (Badan Standarasasi Nasional, 2000).
Hidran halaman pada Atria Residence memiliki komponen yang sesuai dengan SNI 03-
1745-2000, namun terdapat beberapa hidran halaman yang terputus hubungan antara
slang dengan nozzlenya sehingga memerlukan penggantian alat (Badan Standarasasi
Nasional, 2000).

Perlengkapan Sprinkler distandarkan pada SNI 03-1745-2000 dengan


disyaratkannya wajib adanya bukaan akses untuk memudahkan peliharaan Sprinkler
yang dapat dijangkau berhubung adanya Man Hole untuk memeriksa perpipaan
mendatar Sprinkler dan air bersih (Badan Standarasasi Nasional, 2000). Pada SNI
tersebut juga disyaratkan untuk menggunakan 1 saf Sprinkler untuk luas gedung di
bawah 900 m³, 2 saf Sprinkler pada luas gedung di antara 900 m³ sampai dengan 2000
m³, dan tambahan 1 saf Sprinkler setiap penambahan 1500 m³ dari ketetapan 2000 m³
yang sudah ada. Gedung Atria Residence memiliki luasan bangunan rata – rata tiap
lantai sebesar 734 m² sehingga hanya memerlukan 1 saf Sprinkler. Pada Atria
Residence sudah terdapat 2 saf Sprinkler sehingga sudah melebihi standar yang ada
pada SNI 03-1745-2000 (Badan Standarasasi Nasional, 2000).

5.6.4. Pemeliharaan Sistem Pemadam Kebakaran

Pada pemeliharaan sistem pemadam kebakaran gedung Atria Residence,


terdapat 5 komponen yang perlu secara rutin diperiksa agar mengurangi adanya potensi
penurunan kinerja secara drastis dan dapat memperpanjang umur pakai alat. Lima
komponen tersebut adalah sistem perpipaan pemadam kebakaran, sistem hidran, sistem
springkler, Ground Water Tank, dan ruang pompa. Pada kondisi aktual dari

239
pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pemadam kebakaran di gedung Atria Residence,
dilakukan pemeriksaan perpipaan dan perpompaan di ruang pompa setiap minggunya
yang dilakukan oleh beberapa petugas teknisi, dilakukan pemeriksaan sistem hidran
dan sistem springkler setiap 3 bulan oleh petugas teknisi dan tim pemadam kebakaran
kota yang memeriksa dan juga melakukan Drill dari sistem tersebut, dan terakhir
dilakukannya pemeriksaan dari Ground Water Tank setiap hari pada waktu malam dan
pembersihan Ground water Tank untuk sistem pemadam kebakaran bersamaan dengan
jadwal pemeliharaan Ground Water Tank untuk sistem plambing air bersih. Seluruh
analisis pemeliharaan sistem pemadam kebakaran akan didasarkan pada Permen PU
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan (Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2008).

Pada pemeliharaan sistem perpipaan pemadam kebakaran gedung, disebutkan


bahwa pemeliharaan pemipaan wajib dilakukan minimal 3 bulan sekali dengan
prosedur pemeriksaan kerusakan pada pemipaan, katup kontrol rusak,
gantungan/penopang pipa hilang atau rusak, dan kerusakan pada alat supervisi. Seluruh
komponen tersebut wajib dilakukan perbaikan atau penggantian apabila ditemukan
masalah. Pemeriksaan dari sistem perpipaan pemadam kebakaran Atria Residence
dengan metode observasi petugas dilakukan setiap hari tepatnya pada waktu malam
dengan beragam Checklist yang tersedia seperti pemeriksaan kondisi pipa – pipa tegak
pemadam kebakaran, klem pipa, dan komponen pelengkap seperti Automatic Air Vent
Valve dan katup pada perpipaan. Perbaikan atau penggantian dari komponen perpipaan
dilakukan apabila ditemukan masalah dan diganti pada saat barang sudah tiba. Salah
satu perawatan untuk mencegah kerusakan pada pipa adalah dengan lap permukaan
perpipaan dengan menggunakan minyak solar untuk mengangkat kotoran atau jamur
yang tumbuh di permukaan pipa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
pemeliharaan perpipaan pemadam kebakaran Atria Residence sudah optimal.

Pada pemeliharaan sistem hidran Atria Residence, dilakukan pemeliharaan


sistem hidran halaman dan hidran bangunan setiap 3 bulan oleh petugas teknisi dan tim
pemadam kebakaran kota berupa pemeriksaan dan Drill dengan komponen yang sesuai
dengan kriteria pada Tabel 4.7 mengenai Pemeliharaan hidran halaman, Tabel 4.8
mengenai Inspeksi, Pengujian, dan Pemeriksaan Hidran Bangunan, dan Tabel 4.9
mengenai Pemeliharaan Sistem Hidran Bangunan. Pemeriksaan yang kurang tepat

240
berdasarkan penjadwalannya adalah katup – katup/valve yang disegel seharusnya
dilakukan mingguan, katup – katup/valve yang digembok seharusnya dilakukan
bulanan, saklar anti rusak/tamper switches di katup seharusnya dilakukan bulanan, dan
sambungan pemadam kebakaran seharusnya dilakukan bulanan. Namun ada komponen
yang dianjurkan secara mingguan yaitu pemeriksaan katup pembuang pada ruang
pompa dikarenakan pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan harian
setiap malamnya.

Pada pemeliharaan sistem springkler Atria Residence, dilakukan bersamaan


dengan pemeriksaan hidran oleh para petugas teknisi dan tim pemadam kebakaran kota
setiap 3 bulan sekali. Hal ini terbukti memenuhi syarat pada Tabel 4.10 mengenai
pemeliharaan sistem springkler pada komponen inspeksi springkler dan cadangan
springkler setiap 1 tahun dan pengujian springkler setiap 50 tahun dan kemudian 10
tahun. Salah satu proses pengujian springkler yang dijelaskan oleh Supervisor of
Engineering Atria Residence adalah dengan mengosongkan sistem springkler dengan
menutup Valve pada sistem Bypass dengan alat Branch Control Valve dan Drain Valve
untuk menguras air pada springkler dan mengisinya kembali untuk memeriksa
kebocoran dan hal lainnya. Oleh Karena itu, pemeliharaan sistem springkler pemadam
kebakaran Atria Residence sudah cukup optimal.

Pada pemeliharaan Ground Water Tank bagian pemadam kebakaran milik Atria
Residence, dilakukan dengan prosedur yang sama dengan prosedur pemeriksaan dan
pembersihan Ground Water Tank plambing air bersih. Pemeriksaan dan pembersihan
dilakukan bersamaan berhubung Ground Water Tank sistem plambing air bersih
dengan sistem pemadam kebakaran terhubung pada ruang Suction Pit yang sama dan
dapat dikontrol dengan menggunakan Valve yang ada pada pipa hubung. Pemeriksaan
dari Ground Water Tank sistem pemadam kebakaran dilakukan secara harian pada
waktu malam oleh petugas teknisi sedangkan pembersihan dilakukan 6 bulan sampai
dengan 1 tahun sekali. Prosedur pemeriksaan dan pembersihan Ground Water Tank pun
sama dengan prosedur pada sistem plambing air bersih dimana pada operasional
pembersihan dilakukan dengan 3 tahapan yaitu dengan tahapan persiapan, tahapan
pembersihan, dan tahapan penutupan.

Pada pemeliharaan sistem pompa pemadam kebakaran pada ruang pompa Atria
Residence, dilakukan proses Test Run pompa beserta inspeksi keseluruhan ruang

241
pompa secara mingguan oleh petugas teknisi Atria Residence. Secara mingguan
dilakukan inspeksi terkait ruang pompa dan ventilasinya, pemeriksaan mendetail
pompa kebakaran yaitu pompa Jockey, pompa elektrik, dan pompa diesel, Test
Run/Drill Run pompa pada berbagai kondisi aliran, dan pemeriksaan komponen
mekanikal elektrikal beserta panel dan motor yang ada pada pompa. Berhubung kriteria
pemeriksaan pada Permen PU nomor 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan mensyaratkan bahwa
pemeriksaan dilakukan secara mingguan dan perawatan perbaikan dilakukan setiap
tahun, maka sistem pemeliharaan sistem pompa pemadam kebakaran Atria Residence
sudah cukup optimal untuk dijalankan (Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2008).

242
BAB VI
STUDI KOMPARASI

6.1 Umum

Studi komparasi antar analisa dalam satu bidang yang sama dilakukan untuk
mendapatkan perspektif lain dari permasalahan dan evaluasi terkait bidang tersebut.
Dalam hal ini, penulis membandingkan hasil evaluasi sistem plambing Atria Residence
dengan evaluasi konstruksi sistem plumbing air bersih, air buangan, dan air hujan
proyek southgate tanjung barat – Jakarta (mall) oleh Sarah Daniella. Perbedaan
mendasar pada kedua evaluasi selama kerja praktik tersebut adalah jenis gedung yang
dituju dan sistem yang dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis adalah evaluasi
operasional dari sistem plambing gedung berjenis apartemen sedangkan evaluasi
pembanding yang diambil adalah evaluasi konstruksi sistem plambing gedung berjenis
mall. Perbedaan objek evaluasi akan membuka perspektif baru terkait ilmu yang
didapatkan, namun untuk membandingkan secara objektif akan dibandingkan sistem
plambing yang kedua evaluasi miliki berhubung evaluasi konstruksi sistem plambing
mall yang dilakukan oleh Sarah Daniella tidak terdapat evaluasi sistem pemadam
kebakaran.

6.2 Sistem Plambing Air Bersih

Pada sistem plambing air bersih dari Southgate Tanjung Barat – Jakarta (mall),
terdapat beberapa aspek yang sangat berbeda dengan sistem plambing air bersih dari
apartemen Atria Residence. Pengambilan sumber air bersih dari mall Southgate berasal
dari PDAM dan Deepwell. Pengambilan air tanah dari Deepwell dilakukan secara
terbatas berhubung kondisi air tanah di Jakarta yang sangat terbatas dan juga air tanah
dari Deepwell membutuhkan pengolahan terlebih dahulu agar dapat digunakan sebagai
pasokan air bersih. Air tanah yang dipompa menggunakan Submersible Pump dengan
kapasitas pemompaan 12 m³/jam lalu akan ditampung pada Raw Water Tank yang
berkapasitas 72 m³ terlebih dahulu yang selanjutnya dialirkan ke Sand Filter dan
Carbon Filter berkapasitas 24 m³/jam dengan menggunakan pompa setrifugal untuk
diolah kandungan pasir dan tanah yang ada agar aman untuk diteruskan ke
penampungan Ground Water Tank yang berkapasitas 490 m³. Pengisian Ground Water
Tank dari mall dikendalikan dengan Fuel Valve Control (FVC). Hal ini menjadi
pembeda berhubung sumber air dari apartemen Atria Residence sepenuhnya
mengandalkan pasokan dari PDAM sehingga tidak terdapat pengolahan awal untuk air
bersih berhubung secara rutin kualitas air diperiksa oleh pihak PDAM sedangkan
penampungan GWT dari gedung mall Southgate dipisahkan menjadi 2 dengan influen
dari PDAM langsung masuk ke dalam Ground Water Tank.

Sistem pengaliran air bersih dari tampungan Ground Water Tank menuju alat
plambing di seluruh gedung pada mall Southgate adalah dengan pengaliran secara
langsung menggunakan pompa sesudah GWT sehingga sistem transmisi dan sistem
distribusi dari plambing air bersih disatukan dan tidak digunakan Roof Tank sebagai
tampungan sementara. Hal ini disebabkan karena jumlah lantai pada gedung mall hanya
8 sehingga tekanan pompa dari lantai dasar menuju lantai teratas telah teranalisis
sanggup sehingga hanya memanfaatkan Riser – Riser pada dua jenis zona tahap
pemompaan agar air bersih hasil pemompaan tetap kuat dalam mengalirkan air menuju
lantai tertinggi yaitu ada Low Zone dan High Zone. Sistem transmisi dan distribusi
dengan menggunakan sistem ini akan rentan terhadap terjadinya Backflow apabila
Check Valve pada sistem Riser terjadi kerusakan. Namun memang, untuk gedung mall
8 lantai, penggunaan sistem ini dapat menghemat biaya berhubung tidak memerlukan
instalasi Roof Tank dan pipa transmisi. Perpipaan yang digunakan untuk seluruh sistem
plambing air bersih gedung mall Southgate dari pengumpulan sampai pelayanan adalah
pipa berjenis Polypropylene Random Copolymer (PPR). Jenis pipa yang digunakan
berbeda dengan perpipaan air bersih gedung Atria Residence berhubung sistem
plambing air bersih Atria Residence menggunakan pipa jenis Galvanized Iron Pipe
(GIP) untuk pipa transmisi dan pipa tegak distribusi sedangkan pipa PPR hanya
digunakan pada pipa mendatar air bersih dan pipa pelayanan air bersih.

Pada sistem plambing air bersih gedung mall Southgate, terdapat perbedaan
bangunan pelengkap yaitu Make Up Cooling Tower yang berfungsi untuk menyimpan
dan mendinginkan sebagian air bersih di Rooftop untuk menjadi cadangan air Air
Conditioner bagi supermarket dan mall. Perlengkapan perpipaan air bersih untuk kedua
infrastruktur pembanding adalah sama, namun terdapat perbedaan dari jenis pompa

244
karena mall Southgate menggunakan pompa Submersible untuk Deepwell dan pompa
Centrifugal untuk memompa air dari Raw Water Tank ke berbagai filter air tanah.

6.3 Sistem Plambing Air Buangan

Pada sistem plambing air buangan gedung mall Southgate Tanjung Barat –
Jakarta, terdapat 3 jenis kategori air limbah berdasarkan sumbernya yaitu air kotor yang
berasal dari Water Closet, air bekas yang berasa dari Lavatory, Floor Drain, Urinoir,
dan air buangan dapur yang telah dilengkapi dengan Grease Trap pada saluran
perpipaan air buangannya. Ketiga kategori air buangan tersebut dipisahkan pada sistem
perpipaan air buangan nya namun disatukan pada influen Sewage Treatment Plant
(STP). Perbedaan mendasar dari kategori air buangan pada gedung mall Southgate
dengan gedung Atria Residence adalah klasifikasi air buangan untuk alat plambing
urinoir. Urinoir pada Atria Residence dikategorikan sebagai air kotor sedangkan pada
gedung mall Southgate dikategorikan sebagai air bekas. Hal ini dapat dilakukan
berhubung Yellow Water tidak mengandung padatan yang dapat mengakibatkan
tersumbatnya luas penampang pipa. Namun, mengkategorikan air buangan dari urinoir
sebagai air kotor sehingga tercampur dengan air buangan dari WC dapat meningkatkan
efektivitas pengolahan apabila pengolahan air buangan antara air kotor dengan air bekas
dipisahkan berhubung kandungan pada air seni dari urinoir dan WC akan lebih
homogen dibandingkan dengan air bekas dari cucian.

Pada perpipaan air buangan gedung mall Southgate digunakan jenis pipa PVC
untuk air buangan kategori air kotor dan air bekas, sedangkan air buangan dapur
menggunakan jenis pipa Cast Iron Pipe dari sumber hingga masuk ke dalam STP.
Metode penyambungan pipa untuk PVC dan CIP pada gedung mall Southgate sama
dengan metode penyambungan pipa PVC dan GIP pada gedung apartemen Atria
Residence yaitu menggunakan lem lekat pada perpipaan PVC dan las besi untuk
perpipaan CIP/GIP. Bangunan pelengkap dari gedung mall Southgate terdiri dari
Grease Trap dan STP sedangkan Atria Residence terdiri dari STP dan Sump Pit. Hal
ini disebabkan karena Grease Trap pada gedung mall Southgate terbentuk dari beton
yang terpasang pada saluran perpipaan air buangan sehingga membuat struktur Grease
Trap lebih kuat namun akan lebih susah untuk dilakukan Maintenance, sedangkan Atria

245
Residence terdapat Sump Pit pada sistem plambing air buangan karena adanya siklus
air kolam renang yang secara rutin dilakukan Backwash. Pada bangunan STP, terdapat
perbedaan di antara STP Atria Residence dengan STP Southgate yaitu dari segi unit
pengolahan yang terdapat unit koagulasi dan flokulasi pada STP Southgate sedangkan
pada STP Atria Residence menggunakan prinsip pengolahan Activated Sludge. Selain
dari metode pengolahan, pemanfaatan terkait efluen STP juga berbeda berhubung air
hasil olahan STP Southgate akan digunakan sebagai air untuk menyiram tanaman
sedangkan air hasil olahan dari STP Atria Residence dialirkan langsung menuju saluran
drainase kota.

6.4 Sistem Plambing Vent

Pada sistem plambing vent gedung mall Southgate Tanjung Barat – Jakarta,
digunakan sistem plambing vent ring. Satu sistem vent ring dapat digunakan untuk
melayani seluruh alat plambing pada satu ruang toilet. Sistem ini melanjutkan gas pada
berbagai kategori air buangan ke pipa tegak vent yang langsung diteruskan menuju pipa
pembuang vent pada Rooftop gedung. Sistem berbeda dengan sistem plambing vent
pada Atria Residence yang menggunakan sistem vent basah yaitu menggunakan pipa
tegak air buangan sebagai pipa tegak vent sehingga lebih hemat dalam memasangnya
namun lebih rumit apabila terdapat kerusakan pada sistem perpipaan air buangan seperti
penyumbatan maupun retakan pada pipa. Perpipaan dengan sistem vent ring efektif
digunakan pada sistem plambing mall berhubung jumlah toilet setiap lantainya akan
terbatas dibandingkan dengan jumlah toilet yang ada pada apartemen setiap lantainya
sehingga akan sangat memakan tempat dan memakan biaya yang jauh lebih mahal.

6.5 Sistem Penyaluran Air Hujan

Pada sistem penyaluran air hujan gedung mall Southgate – Jakarta digunakan
sistem pengaliran secara gravitasi. Prinsip pengaliran ini menggunakan 56 pipa tegak
air hujan di dalam dan luar gedung beserta 8 pipa tegak air hujan untuk ram putaran
parkiran mobil. Seluruh air hujan yang dialirkan dari lantai dasar sampai lantai 8
ditujukan ke sumur resapan berdiameter 1 m dan memiliki kedalaman sedalam 5 m.

246
Overflow dari sumur resapan akan dialirkan menuju saluran drainase kota. Air hujan
yang terdapat pada lantai basement 1 sampai basement 3 karena aliran dari Gutter dan
ram mobil akan diteruskan menuju 12 buah Sump Pit pada lantai basement paling
rendah dengan dimensi 1 m³ yang masing – masing dilengkapi dengan sebuah pompa
Submersible. Seluruh perpipaan air hujan yang digunakan berjenis PVC. Perbedaan
yang mendasar antara sistem penyaluran air hujan gedung mall Southgate dengan
gedung apartemen Atria Residence adalah keberadaan dari sumur resapan pada sistem
penyalurannya. Sumur resapan merupakan suatu unit yang esensial untuk menjaga
kestabilan air tanah yang terkandung pada tanah di sekitar pondasi gedung terutama
apabila digunakannya sumur Deepwell sebagai sumber air bersih. Selain dari
pemanfaatan sumur resapan untuk menjaga pasokan air tanah, alternatif pemanfaatan
air hujan lainnya adalah menggunakannya untuk menyirami tanaman atau air
penggelontoran pada toilet.

6.6 Sistem Pemadam Kebakaran

Berhubung laporan evaluasi konstruksi sistem plumbing air bersih, air buangan,
dan air hujan proyek southgate tanjung barat – Jakarta (mall) oleh Sarah Daniella tidak
terdapat pembahasan terkait sistem pemadam kebakaran, maka tidak dapat dilakukan
studi komparasi sistem plambing antara gedung apartemen Atria Residence dengan
gedung mall Southgate Tanjung Barat, Jakarta mengenai sistem pemadam kebakaran.

247
BAB VII
KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini yang berjudul “Evaluasi Operasional dan


Pemeliharaan Sistem Plambing Air Bersih, Air Buangan, Vent, Sistem Penyaluran Air
Hujan, dan Sistem Pemadam Kebakaran di Apartemen Atria Residence Gading
Serpong” adalah sebagai berikut:

1. Dalam Sistem plambing air bersih apartemen Atria Residence, sumber air
bersih yang digunakan sepenuhnya berasal dari PDAM yang kualitasnya
selalu diuji oleh pihak PDAM 3 bulan sekali. Penggunaan sumber air bersih
kurang optimal karena menggunakan air bersih untuk menyirami tanaman,
bukan menggunakan air olahan STP. Sistem pengumpulan air bersih
menggunakan Ground Water Tank sebagai wadah tampungan. Pada Ground
Water Tank terdapat retakan dinding yang cukup besar beserta kebocoran
aliran pada kran dekat Sump Pit sehingga belum memenuhi standar kualitas
pada buku Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing (Noerbambang
& Morimura, 1986). Pada sistem pengaliran air bersih, terdapat 6
permasalahan yang berkaitan dengan kebocoran alat plambing, kurangnya
pompa resirkulasi kolam renang, karat dalam Roof Tank, karat pada
perpipaan pompa Booster, ketidaksesuaian pemetaan perpipaan pada
gambar teknik dengan kondisi aktual, dan arsip dokumen yang kurang
lengkap dimensinya sehingga masih terdapat peningkatan yang dapat
diimplementasikan. Kebutuhan air bersih aktual adalah sebesar 2829
m³/bulan sedangkan kebutuhan air bersih teoritis adalah sebesar 7662,6
m³/bulan. Kapasitas pompa aktual adalah sebesar 90 m³/jam sedangkan
kapasitas pompa teoritis adalah 39,9 m³/jam. Kapasitas reservoir bawah
aktual adalah sebesar 400 m³ dan kapasitas reservoir atas aktual adalah
sebesar 30 m³ sedangkan kapasitas reservoir bawah teoritis adalah sebesar
275,78 m³ dan kapasitas reservoir atas teoritis adalah sebesar 8,65 m³.
Pemeliharaan sistem plambing air bersih yang masih belum terlaksana
secara optimal di antara lain adalah pengendalian kualitas air, pemeriksaan

248
atas tangki persediaan air, penyimpanan gambar dan dokumen, dan
pembersihan tangki air sehingga masih dapat dilakukan peningkatan sistem
plambing air bersih.
2. Dalam sistem plambing air buangan apartemen Atria Residence, sistem
pengaliran air buangan dialirkan dengan gravitasi dan telah dialirkan
terpisah menjadi 3 kategori yaitu air kotor, air buangan, dan air buangan
dapur. Namun, terdapat sebuah pipa tegak yang dipasang seperti corong
sehingga gas akan keluar dari pipa tegak. Hal ini perlu dilakukan perbaikan
agar dapat mengalirkan air buangan dengan lebih optimal. Secara
keseluruhan, Sistem pengaliran air buangan secara terpisah ini sudah cukup
optimal namun berakhir pada bak influen yang sama pada STP. Grease Trap
masing – masing Sink dapur dipasang dengan berbahan besi sehingga lebih
mudah untuk dipelihara namun seringkali mengalami permasalahan seperti
meluapnya air dari Grease Trap apabila tidak dilakukan penyedotan.
Evaluasi terkait bangunan pelengkap yaitu STP adalah pengolahan antara
ketiga kategori pipa yang dicampur, perlengkapan pakaian untuk petugas
operasional dan pemeliharaan STP sangat tidak layak, terdapat banyak
vektor seperti kecoa, dan efluen STP yang tidak dimanfaatkan kembali
untuk penyiraman tanaman. Evaluasi terkait pemeliharaan sistem plambing
air buangan secara keseluruhan adalah kurangnya pemeriksaan endapan
lumpur pada unit ekualisasi, aerasi, dan sedimentasi, kurangnya efektivitas
penyemprotan untuk vektor terbukti dari banyaknya sarang vektor penyakit,
sangat kurangnya pemeriksaan untuk pompa celup STP, arsip gambar teknik
yang sangat tidak sesuai dengan kondisi aktual beserta tidak adanya dimensi
panjang pipa, dan tidak adanya prosedur pengukuran merinci ketinggian
muka air pada bak – bak di STP setelah prosedur pembersihan STP. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa masih banyak hal yang perlu
diperbaiki dari sistem.
3. Dalam sistem plambing vent apartemen Atria Residence, sistem perpipaan
vent yang digunakan adalah sistem vent basah. Penempatan dari perpipaan
vent sudah sangat optimal dan tidak pernah menimbulkan masalah. Evaluasi
terkait pemeliharaan dari sistem plambing vent adalah kurang terjadwalnya
pemeliharaan plambing vent dan tidak dilakukannya pemeriksaan
menggunakan air bertekanan tinggi dari elevasi tertinggi lubang pipa vent
249
sehingga dapat mengkikis potensi penyumbatan maupun pemeriksaan
kebocoran pipa.
4. Dalam sistem penyaluran air hujan apartemen Atria Residence, sistem
penyaluran air hujan menggunakan prinsip pengaliran dengan gravitasi.
Pengaliran air hujan pada sisi balkon – balkon tiap kamar terkadang
mengalami penyumbatan ringan akibat tersumbatnya Floor Drain balkon
dengan kotoran maupun tanah liat dari tanaman milik penghuni. Bangunan
pelengkap di penghujung pengaliran air hujan pun kurang efektif karena air
hujan dari pipa tegak hujan gedung dan air dari Sump Pit tidak dialirkan ke
sumur resapan terlebih dahulu melainkan dialirkan langsung ke drainase
kota. Evaluasi lainnya terkait operasional dan pemeliharaan sistem
penyaluran air hujan terdapat pada arsip gambar teknik yang tidak sesuai
dengan kondisi aktual, pemeriksaan pipa tegak air hujan pada balkon yang
tidak terjadwal rutin, dan pemeriksaan pompa celup pada Sump Pit hanya
dengan observasi dari jarak tertentu karena tidak dapat memeriksa dengan
memegang langsung.
5. Dalam sistem pemadam kebakaran apartemen Atria Residence, pengaliran
air bersih pada sistem perpipaan pemadam kebakaran dilakukan tanpa
menggunakan Roof Tank namun menggunakan sistem pengaliran dengan
tangki tekan yang oleh karena itu terdapat sebuah Pressure Tank pada ruang
pompa. Pengaliran perpipaan tegak basah pada sistem perpipaan pemadam
kebakaran bersumber pada Ground Water Tank dan dipompakan hingga
mencapai tekanan 13 bar. Pipa kering hanya tersambung dari Seammese
Connection langsung menuju GWT tanpa adanya pipa tegak kering yang
memberikan akses langsung ke Sprinkler dan Hidran setiap lantai. Unit
Ground Water Tank sudah bagus karena memenuhi persyaratan Supply air
yaitu 30 menit, namun GWT dapat Supply air selama 8,8 jam. Sistem ruang
pompa juga sudah optimal. Hidran pada sistem pemadam kebakaran kurang
optimal terutama pada perawatan hidran halaman. Sprinkler secara
pemasangan, operasional, dan pemeliharaan sudah memenuhi standar pada
SNI 03-1745-2000 (Badan Standarasasi Nasional, 2000).

250
7.2 Saran

Berikut adalah beberapa saran yang diajukan berdasarkan kesimpulan


permasalahan yang telah dianalisis.

1. Sistem Plambing Air Bersih


a. Menghemat penggunaan air Ground Water Tank untuk penyiraman air
sehingga menggunakan air olahan STP.
b. Merenovasi retakan pada dinding Ground Water Tank.
c. Memperbaiki keran yang bocor di dekat Sump Pit.
d. Menambahkan 1 buah pompa resirkulasi kolam renang.
e. Melakukan Penggerusan karat pada Roof Tank atau mengganti Roof
Tank secara utuh.
f. Melakukan Pengecatan pipa Booster dengan cat anti karat.
g. Merancang laporan evaluasi untuk pelaksanaan gambar teknik pada
proyek ke depannya.
h. Merencanakan metode arsip yang lebih lengkap dengan membuat
kesepakatan bersama tim konsultan dan kontraktor.
i. Melakukan pengujian kualitas air bersih di berbagai titik pipa.
j. Melakukan pemeriksaan kualitas air bersih di Roof Tank secara
berkala.
k. Membersihkan tangki dengan prosedur awalan disinfeksi seluruh
peralatan dan tubuh dari petugas.
2. Sistem Plambing Air Buangan
a. Memperbaiki ketidaksesuaian pemasangan pipa tegak air buangan di
lokasi tertentu.
b. Apabila digunakan sistem pengaliran air buangan secara terpisah
berdasarkan 3 kategori air buangan, akan lebih baik jika dipisahkan
juga pengolahannya agar lebih spesifik tertuju pada jenis air buangan
tertentu.
c. Menjadwalkan pembersihan Grease Trap agar tidak meluap dan
meresahkan penghuni.
d. Menyediakan kelengkapan pakaian petugas yang membersihkan STP
agar layak secara HSE.

251
e. Memperketat jadwal pembasmian kecoa di STP.
f. Memanfaatkan air olahan STP untuk penyiraman tanaman.
g. Meningkatkan pemeriksaan lumpur di setiap unit STP.
h. Meningkatkan frekuensi pemeriksaan pompa celup di STP.
i. Membuat laporan evaluasi gambar teknik yang tidak sesuai untuk
proyek ke depannya.
3. Sistem Plambing Vent
a. Membuat prosedur pemeriksaan vent yang terjadwal.
b. Membuat jadwal pembersihan pipa vent dengan air bertekanan tinggi.
4. Sistem Penyaluran Air Hujan
a. Membuat jadwal rutin pembersihan kotoran pada Floor Drain di
balkon kamar.
b. Mengadakan sumur resapan pada sistem penyaluran air hujan.
c. Memperbaiki metode arsip gambar teknik.
d. Melakukan pemeriksaan pompa celup secara langsung.
5. Sistem Pemadam Kebakaran
a. Merancang perpipaan tegak kering dari Seammese Connection ke
setiap lantainya.
b. Melakukan peningkatan perawatan terhadap hidran halaman.

252
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03-1735-2000. Tata Cara Perencanaan Akses
Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2000. SNI 03-1745-2000. Tata Cara Perencanaan Dan
Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2001. SNI 03-6570-2001. Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap
Untuk Proteksi Kebakaran. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 03-7065-2005. Tata Cara Perencanaan Sistem
Plambing. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Kementerian Kesehatan No. 492
Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sekretariat Negara: Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Lingkungan


Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.68/Menlhk/Setjen /Kum.1/8/2016.
Sekretariat Negara: Jakarta.

Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Sekretariat Negara: Jakarta.

Nobelia, James. 2016. Modul Plambing. ITB, Bandung.

Noerbambang, Soufyan & Takeo Morimura. 1984. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plumbing. PT Pradnya Paramitha: Jakarta.

Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretariat Negara: Jakarta.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik


Lampiran 2. Form Penilaian Kerja Praktik

255
Lampiran 3. Logbook Kerja Praktik Halaman 1

256
Lampiran 4. Logbook Kerja Praktik Halaman 2

257
Lampiran 5. Logbook Kerja Praktik Halaman 3

258
Lampiran 6. Logbook Kerja Praktik Halaman 4

259
Lampiran 7. Logbook Kerja Praktik Halaman 5

260
Lampiran 8. Logbook Kerja Praktik Halaman 6

261
Lampiran 9. Logbook Kerja Praktik Halaman 7

262
Lampiran 10. Logbook Kerja Praktik Halaman 8

263
Lampiran 11. Logbook Kerja Praktik Halaman 9

264
Lampiran 12. Logbook Kerja Praktik Halaman 10

265
Lampiran 13. Logbook Kerja Praktik Halaman 11

266
Lampiran 14. Logbook Kerja Praktik Halaman 12

267
Lampiran 15. Logbook Kerja Praktik Halaman 13

268
Lampiran 16. Logbook Kerja Praktik Halaman 14

269
Lampiran 17. Logbook Kerja Praktik Halaman 15

270
Lampiran 18. Logbook Kerja Praktik Halaman 16

271
Lampiran 19. Logbook Kerja Praktik Halaman 17

272
Lampiran 20. Logbook Kerja Praktik Halaman 18

273
Lampiran 21. Logbook Kerja Praktik Halaman 19

274
Lampiran 22. Logbook Kerja Praktik Halaman 20

275
Lampiran 23. Logbook Kerja Praktik Halaman 21

276

Anda mungkin juga menyukai