Pengampu:
Prof. Dr. Syafruddin, M.Pd
Dr. Aldo Naza Putra , M.Pd
Disusun oleh:
1. Hanafi (22199061)
2. Ira Chinta (22199021)
3. M. Syahlan (22199027)
4. Yayang Yulia Sari (22199049)
Puji syukur atas karunia yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan, atas
limpahan rahmat, dan kasih sayang-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah
semua pihak, yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi,
amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut. Tentunya masih banyak kekurangan
yang ada dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap masukan
dari pembaca dan semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian pedagogi olahraga…………………………………… …..3
B. Pengertian Kompetensi Pedagogi Guru………………………………7
C. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi guru ...........................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masih jauh dari yang ditargetkan oleh pemerintah dengan nilai rata-rata
41,5 dengan nilai terendah 1 dari 275.768 guru tingkat nasional (Inan,
2016: 1).
sekolah.
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Perspektif Sejarah Pedagogi Olahraga
Kerangka ilmu keolahragaan itu sendiri di Indonesia secara gamblang
mulai dikenal sejak tahun 1975 tatkala ada lokakarya internasioanal sport
science. Hasilnya berdampak kuat terhadap pengembangan Sekolah
Tinggi Olahraga (STO) di Indonesia meskipun muatannya sesak dengan
pengetahuan tentang isi (content knowledge). Beberapa sub disiplin ilmu
keolahragaan misalnya biomeknik, filsafat olahraga, fisiologi olahraga
dalam nuansa sendiri, mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu
pengantar lainnya dalam pendidikan misalnya psikologi pertumbuhan
dan perkembangan dan ilmu sosial seperti ilmu sosiologi dan antropologi
yang diapndang perlu dikuasai oleh para calon guru, pelatih dan pembina
olahraga.
2. Landasan Filosiofis Pedagogi Olahraga
Pandangan dualisme Decartes yang memahami dikhotomi jiw dan
bdan berpengaruh terhadap profesi dibidang keolahragaan yakni raga
dipandang semata-mata sebagai objek yang diungkapkan dalam
perumpamaan yang lazim dikenl “the body instrument” the body
machine atau the body computer”. Hal ini sebagai pandangan yang
mengutamakan aspek raga sehingga fisiologi dan anatomi menduduki
posisi yang amat kuat dalam penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani
dan pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah subjek yang penting
bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin. Selanjutnya konsep
dikembangkan Maurice Merleau -Ponty tentang “the body subjek” dapat
dipandang sebgi sebuah perubahan radikal pemikiran dualisme
Cartesian. Inti dari pemikiran Ponty yaitu bahwa manusia itu sendirilah
yang secara sadar menggerakkn dirinya sehingga tubuh atau raga aktif
sedemikian rupa untuk kontak dengan dunia ekitarnya. Ide tentang the
body subject mnegaskan kesatuan antara jiwa dan badan.
3. Pendidikan Jasmani dan Pedagogi Olahraga
Meskipun ruang lingkup unsur pedagogi olahraga beragam pada
berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya, akar sejarah
4
dan standar metodologi, namun pada tingkat internasioanl, terdapat
persamaan pemahaman yaitu : pendidkan jasmani dipahami sebagai
sebuah bidang studi (mata pelajaran) disekolah dan pedagogi olahraga
dipandang sebgai sebuah subdisiplin ilmu dalam kerangka ilmu
keolahragaan. Menurut para ahli Pierson Cheffers dan Barette 1994 :
dalam Naul 1994 “ pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang
terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan”. Paradigma ini telah diadopsi
di Indonesia dalam pengembangan pedagoogi olahraga di FIK /FPOK
dengan kedudukan bhawa pedagogi olahraga dianggap sebagai “induk”
yang berpotensi untuk memadukan konsep / teori terkait dan relevan dari
beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks
pembinaan dalam arti luas dan paradigma interdisiplin (Matveyvev
dalam Rusli Lutan 1998). Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di
Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam keduddukan sentral
dan struktural ilmu keolahragaan (Wasmund,1973).
Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga
Moskow pedagogi olahraga ditempatkan sebagai “pusat” yang berpotensi
untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu
keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport medicine yang
mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan
bagi pedagogi olahraga (Rusli Lutan 1998 dalam laporan hasil The
Second Asia Pasifik Congress Of Sport and Physical Education
University President). Widmer 1972 menjelaskan objek formal pedagogi
olahraga yaitu fenomena olahraga fenomena pendidikan, tatkala manusia
dirangsang agar mampu berolahraga, menurut Grupe & Kruger 1994
menegmukakan “ pedagogi olahraga mencakup 2 hal utama yaitu : (1)
tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga dan karena itu
ada landasan teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud
mendidik tersebut, (2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik
dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latiha
gaya militer dan drill di beberapa negara, khususnya Jerman : praktik
5
baru itu disertai konsep teoriti pendidikan jasmani, kontrol terhadap
badan, disiplin, yang menyatu dnegan gerak fisik, ability dan
keterampilan dibawah pengendalian jiwa dan kemauan.
6
buku Pedagogi Sportive pad tahun 1922. Gerakan Olimpiade sejak tahun
1898 hingga perang dunia I seperti buah pikiran yang tertuang dalam
beberapa naskah dan artikel yang ditulis de Courbertin (Perancis),
Gebbardt dan Diem ( Jerman) dan Kemeny serta Guth Jarkowsky
(Austria-Honngaria) sempat diabaikan oleh para pedagogi olahraga.
Tulisan mereka tentang pendidikan olahraga menonjolkan
pengembangan moral, kemauan untuk berolahraga dan semangat
olimpiade serta pokok pikiran itu sungguh sangat relevan dengan konsep
dalam pedagogi olahraga. Para tokoh peletak dasar pedgogi olahraga ini
berpikiran sama dengan para pendidik lainnya tentang hakikat dan
gerakan pengembangan “body and mind” di Amerika Serikat dan
Jerman.
Di berbagai negara, pendidikan jasmani dibentuk kembali setelah
tahun 1900, khususnya tahun 1920-an. Perkembangan ini didukung kuat
oleh Dokter olahraga yang dikenl ditingkat internasional yaitu Sargent
1906 di AS dan Schimidt 1912 di Jerman. Kedua tokoh ini
menganjurkan tipe latihan senam dan metode alamiah menjadi populer di
Denmark dan Swedia yang dipromosi Torngren 1914, Knudsen dan
Bukh 1923.
B. Pengertian Kompetensi Pedagogi Guru
University (2010: 10) adalah tujuan dan kerangka kerja guru yang pasti
7
kemampuan mengatur pembelajaran, kerangka instruksi dan implementasi,
8
tugas, tumbuh suburnya kerja sama antara berbagai satuan kerja yang
dan utuh.
2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara lain
dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berfikir dan bertindak secara
inovatif.
operasionalisasinya.
9
Keterkaitan dengan tujuan pengembangan itu, Soepardi mencoba
maka materi yang menjadi fokus sorotan kajian ini berkisar pada tiga aspek
penilaian (evaluation).
1. Perencanaan
10
pada setiap organisasi. Karena itu perencana terhadap kualifikasi
pendidikan.
baik menjadi modal awal yang baik pula bagi pengembangan kompetensi
terkait.
11
suatu hal yang penting dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak untuk
12
tersebut.
menjadi seorang pendidik, pemerintah dalam hal ini telah menentukan dan
a. WNI
yang tetap
13
upaya seleksi dan penyaringan dengan menetap kriteria kualifikasi nilai
2. Pengembangan
Hal-hal inilah yang menuntut perlunya peran kepala sekolah baik secara
14
pengembangan kualitas guru.
baik. Upaya ini juga berperan penting bagi mendorong guru melakukan
15
Keenam, klinik dan supervise akademik dalam pendekatan penilaian dan
MGMP di sekolah.
16
masingyangdianggappentingdanmemudahkan guru dalam menggunakan
model pembelajaran yang efektif. Melalui kursus ini, maka guru agama
17
penyelidikan.
tenaga pendidik dan pengajar, maka guru perlu untuk menambah ide-ide
memenuhi kebutuhan.
18
peningkatan mutu pendidikan. Sebagai supervisor, kepala sekolah
Sehubungann dengan hal ini, ada beberapa hal yang menjadi tujuan
dari supervisi yang ingin di capai antara lain adalah sebagai berikut:
pembinaan sekolah.
19
1) Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah
siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan
bersangkutan.
dan sebagainya.
tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik. Salah satu bentuk rapat guru
20
yang bertujuan untuk membimbing guru-guruu agar lebih efekitif dalam
meningkatkan efektifitas.
3. Evaluasi
pedagogik guru yang cukup penting untuk mengukur atau menilai tingkat
21
pengembangan karir seorang guru atau sebaliknya bagi pemutusan ikatan
dalam menjalankan tugas. Di samping itu, hal lain juga sebagai evaluator
dilakukan untuk mengetahui titik kelemahan dari sebuah program yang telah
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23
DAFTAR
PUSTAKA
Chairul Amin, MGMP Sebuah Pengantar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),
hlm. 19.
Hujono, Kiat Mengajar Guru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 86.