Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PEDAGOGI

“Strategi Pengembangan Profesi Guru PJOK Secara Pedagogi”

Pengampu:
Prof. Dr. Syafruddin, M.Pd
Dr. Aldo Naza Putra , M.Pd

Disusun oleh:
1. Hanafi (22199061)
2. Ira Chinta (22199021)
3. M. Syahlan (22199027)
4. Yayang Yulia Sari (22199049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan, atas

limpahan rahmat, dan kasih sayang-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi

Pengembangan Profesi Guru PJOK secara Pedagogi”. Dalam kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam- dalamnya kepada

semua pihak, yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi,

dan doa selama proses penulisan makalah ini.

Teriring harapan dan doa semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Membalas

amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut. Tentunya masih banyak kekurangan

yang ada dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat berharap masukan

dari pembaca dan semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Aamiin

Padang, 01 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian pedagogi olahraga…………………………………… …..3
B. Pengertian Kompetensi Pedagogi Guru………………………………7
C. Strategi Pengembangan Kompetensi Pedagogi guru ...........................8

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari Negara-

negara lainnya, dimana Indonesia menempati peringkat ke 10 dari 14

negara berkembang dalam pendidikan, dan kualitas guru di Indonesia

berada diperingkat ke 14 dari 14 negara berkembang di dunia (Fahruddin,

2016:1). Hasil uji kompetensi guru di Indonesiapun masih rendah dan

masih jauh dari yang ditargetkan oleh pemerintah dengan nilai rata-rata

41,5 dengan nilai terendah 1 dari 275.768 guru tingkat nasional (Inan,

2016: 1).

Melihat permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia,

maka untuk meningkatkan kualitas pendidikannya, kualitas guru harus

ditingkatkan terlebih dahulu salah satunya dengan meningkatkan

kompetensi pedagogik guru. Jika ingin meningkatkan kompetensi lulusan

maka kualitas guru dalam proses belajar mengajar harus ditingkatkan

(Guerriero, 2013: 2). Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas

pendidikan Indonesia, maka kualitas guru harus ditingkatkan, salah satunya

dengan meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan

mutu sekolah. Oleh sebab itu diperlukan strategi-strategi dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu

sekolah.

1
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengertian Pedagogi olahraga

2. Apakah yang dimaksud kompetensi pedagogi guru?

3. Bagaimana strategi pengembangan guru PJOK secara pedagogi?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian pedagogi olahraga

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kompetensi pedagogik guru.

3. Untuk mengetahui strategi pengembangan kompetensi pedagogi guru.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pedagogi Olahraga


Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) adalah sebuah disiplin ilmu
keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan subdisplin ilmu
keolahragaan lainnya untuk melandasi semua praktik dlam bidang
keolahragaan yang mengandung maksud dan tujuan untuk mendidik
Kajian ruang lingkup sport pedagogy istilah lazimnya dan disepakati
ditingkat internasional memang tidak lepas dari pemahaman kita
terhadap eksistensi ilmu keolahragaan (sport science). Dari persepektif
sejarah Indonesia status dan pengakuan terhadp ilmu keolahragaan masih
tergolong masih muda baik ditinjau dari tradisi dan paradigma penelitian
maupun produk riset yang dapat diandalkan untuk melandasi tataran
praktis.
Selanjutnya diuraikan tentang pedagogi olahraga dari aspek
perkembangannya, tetapi risalah ini lebih diuraikan pada pengenalan
batang tubuh pedagogi olahraga itu sendiri dipahami sebagai medan
penelitian, sekaligus pengembangan ilmu yang melandasi semua upaya
yang mengandung intensi yang bersifat mendidik. Itulah sebabnya,
pedagogi olahraga memiliki peluang pengembangan dan penerapnnya,
tidak hanya dalam lingkup penyelenggaraan Penjaskes dan Olahraga
disekolah tau lembga formal, tetapi juga diluar persekolahan seperti
perkumpulan olahraga, terutama klub-klub pembinaan olahraga usia dini.
Kukuhnya landasan ilmiah bagi segenap upaya kependidikan dlam
olahraga menunutun kearah efisiensi proses dan efektifitas pencapaian
tujuan yang diharapkan. Hanya dengan landasan ilimiah yang kukuh
baru akan terjamin prinsip akuntabilitas dalam pendidikan jasmani dan
olahraga dan atas dasar para pendidik dibidang olahraga dapat
mempertangungjawbkan upaya pembinaannya secara terbuka
kemasyarakat.

3
1. Perspektif Sejarah Pedagogi Olahraga
Kerangka ilmu keolahragaan itu sendiri di Indonesia secara gamblang
mulai dikenal sejak tahun 1975 tatkala ada lokakarya internasioanal sport
science. Hasilnya berdampak kuat terhadap pengembangan Sekolah
Tinggi Olahraga (STO) di Indonesia meskipun muatannya sesak dengan
pengetahuan tentang isi (content knowledge). Beberapa sub disiplin ilmu
keolahragaan misalnya biomeknik, filsafat olahraga, fisiologi olahraga
dalam nuansa sendiri, mulai dikembangkan yang didukung oleh ilmu
pengantar lainnya dalam pendidikan misalnya psikologi pertumbuhan
dan perkembangan dan ilmu sosial seperti ilmu sosiologi dan antropologi
yang diapndang perlu dikuasai oleh para calon guru, pelatih dan pembina
olahraga.
2. Landasan Filosiofis Pedagogi Olahraga
Pandangan dualisme Decartes yang memahami dikhotomi jiw dan
bdan berpengaruh terhadap profesi dibidang keolahragaan yakni raga
dipandang semata-mata sebagai objek yang diungkapkan dalam
perumpamaan yang lazim dikenl “the body instrument” the body
machine atau the body computer”. Hal ini sebagai pandangan yang
mengutamakan aspek raga sehingga fisiologi dan anatomi menduduki
posisi yang amat kuat dalam penyiapan tenaga guru pendidikan jasmani
dan pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah subjek yang penting
bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin. Selanjutnya konsep
dikembangkan Maurice Merleau -Ponty tentang “the body subjek” dapat
dipandang sebgi sebuah perubahan radikal pemikiran dualisme
Cartesian. Inti dari pemikiran Ponty yaitu bahwa manusia itu sendirilah
yang secara sadar menggerakkn dirinya sehingga tubuh atau raga aktif
sedemikian rupa untuk kontak dengan dunia ekitarnya. Ide tentang the
body subject mnegaskan kesatuan antara jiwa dan badan.
3. Pendidikan Jasmani dan Pedagogi Olahraga
Meskipun ruang lingkup unsur pedagogi olahraga beragam pada
berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya, akar sejarah

4
dan standar metodologi, namun pada tingkat internasioanl, terdapat
persamaan pemahaman yaitu : pendidkan jasmani dipahami sebagai
sebuah bidang studi (mata pelajaran) disekolah dan pedagogi olahraga
dipandang sebgai sebuah subdisiplin ilmu dalam kerangka ilmu
keolahragaan. Menurut para ahli Pierson Cheffers dan Barette 1994 :
dalam Naul 1994 “ pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang
terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan”. Paradigma ini telah diadopsi
di Indonesia dalam pengembangan pedagoogi olahraga di FIK /FPOK
dengan kedudukan bhawa pedagogi olahraga dianggap sebagai “induk”
yang berpotensi untuk memadukan konsep / teori terkait dan relevan dari
beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks
pembinaan dalam arti luas dan paradigma interdisiplin (Matveyvev
dalam Rusli Lutan 1998). Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di
Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam keduddukan sentral
dan struktural ilmu keolahragaan (Wasmund,1973).
Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga
Moskow pedagogi olahraga ditempatkan sebagai “pusat” yang berpotensi
untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu
keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport medicine yang
mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan
bagi pedagogi olahraga (Rusli Lutan 1998 dalam laporan hasil The
Second Asia Pasifik Congress Of Sport and Physical Education
University President). Widmer 1972 menjelaskan objek formal pedagogi
olahraga yaitu fenomena olahraga fenomena pendidikan, tatkala manusia
dirangsang agar mampu berolahraga, menurut Grupe & Kruger 1994
menegmukakan “ pedagogi olahraga mencakup 2 hal utama yaitu : (1)
tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga dan karena itu
ada landasan teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud
mendidik tersebut, (2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik
dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latiha
gaya militer dan drill di beberapa negara, khususnya Jerman : praktik

5
baru itu disertai konsep teoriti pendidikan jasmani, kontrol terhadap
badan, disiplin, yang menyatu dnegan gerak fisik, ability dan
keterampilan dibawah pengendalian jiwa dan kemauan.

Di Indonesia baik dalam penngertian paradigma pengembangan


kelimuannya, maupaun substansinya pedagogi olahraga ini baru
merupakan sebuah “embrio” dalam taksonomi ilmu keolahragaan dlam
internasioanal Workshop on Sport Science 1975 di Bandung yang diikuti
pimpinan dan dosen dari STO se-Indonesia dengan narasumber ahli dari
Jerman Barat Prof. Haag, Prof. Nowacki, Dr. Jansen dan Bodo Schimidt.
Indonesia tenggelam dalam pencairan struktur ilimu keolahragaan , asyik
dengan tema-tema diskusi olahraga kompetitif bidang ilmu kepelatihan
dan sport medicine. Sejak tahun 1980-an perubahan memang banyak
terjadi ditingkat internasional terutama di AS utara yaitu para ilmuan
bidang keolahragaaan mulai memperkenalkan “Sport Pedagogi” dengan
alasan yang berbeda dan merek mulai menengok ke perspektif sejarah
sistem pendidikan jasmani dan kurikulum pendidikan jasmani mereka
sendiri. (Siedentop 1990) ,diantara alasan yang dikemukakan adlah
dampak krisis ekonomi yang menyebabkan penyerapan lulusan program
pendidikan yang amat rendah dipasar kerja (disekolah) sehingga melalui
pengembangan pedagogi olahraga akan terbuka spektrum layanan jasa
profesional diluar sekolah dan menyerap tenaga kerja.
Pedagogi olahraga bukanlah merupakan perluasan istilah pendidikan
jasmani. Perkembangan pedagogi olahraga dlam paradigma interdisiplin-
integrtaif didorong oleh kebutuhan secara akademik yakni dari aspek
metodologi sebab pendekatan hermenetik dari “ teori pendidikan jasmai”
mengalami kemunduran pada akhir tahun 1960-an, sehinggga diganti
dengan istilah pedagogi olahraga (Grupe 1969 dalam Naul 1994.
Namun informasi lain misalnya Naul 1994 menyebutkan bahwa
istilah pedagogi olahraga itu tiadak saja sepenuhnya berasal dari Jerman
yang muncul pada tahun 1960-an, karena Pieere de Coubertin menulis

6
buku Pedagogi Sportive pad tahun 1922. Gerakan Olimpiade sejak tahun
1898 hingga perang dunia I seperti buah pikiran yang tertuang dalam
beberapa naskah dan artikel yang ditulis de Courbertin (Perancis),
Gebbardt dan Diem ( Jerman) dan Kemeny serta Guth Jarkowsky
(Austria-Honngaria) sempat diabaikan oleh para pedagogi olahraga.
Tulisan mereka tentang pendidikan olahraga menonjolkan
pengembangan moral, kemauan untuk berolahraga dan semangat
olimpiade serta pokok pikiran itu sungguh sangat relevan dengan konsep
dalam pedagogi olahraga. Para tokoh peletak dasar pedgogi olahraga ini
berpikiran sama dengan para pendidik lainnya tentang hakikat dan
gerakan pengembangan “body and mind” di Amerika Serikat dan
Jerman.
Di berbagai negara, pendidikan jasmani dibentuk kembali setelah
tahun 1900, khususnya tahun 1920-an. Perkembangan ini didukung kuat
oleh Dokter olahraga yang dikenl ditingkat internasional yaitu Sargent
1906 di AS dan Schimidt 1912 di Jerman. Kedua tokoh ini
menganjurkan tipe latihan senam dan metode alamiah menjadi populer di
Denmark dan Swedia yang dipromosi Torngren 1914, Knudsen dan
Bukh 1923.
B. Pengertian Kompetensi Pedagogi Guru

Menurut Panda (2012: 34) kompetensi pedagogik guru merupakan

kemampuan dan keinginan untuk secara regular menerapkan sikap,

pengetahuan, dan keahliankeahlian untuk mempromosikan pembelajaran

dari guru dan murid. Kompetensi pedagogik guru menurut Uppsala

University (2010: 10) adalah tujuan dan kerangka kerja guru yang pasti

melalui pengembangan pembelajaran dan pengembang an profesionalisme,

dukungan, dan fasilitas pembelajaran yang terbaik secara berkelanjut-an.

Sedangkan menurut Hakim (2015: 2) kompetensi pedagogik guru adalah

7
kemampuan mengatur pembelajaran, kerangka instruksi dan implementasi,

hasil evaluasi pembelajaran, dan pengembangan siswa untuk

mengaktualisasikan potensi mereka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi

pedagogik guru adalah kemampuan dan keinginan dalam menerapkan

sikap, pengetahuan dan keahlian untuk mempromosikan pembelajaran,

mengatur pembelajaran, dan mengevaluasi serta membantu siswa untuk

dapat mengaktualisasikan potensi mereka

C. Strategi Pengembangan Kompentensi Pedagogi Guru PJOK

Pengembangan kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu

bagian kegiatan Pengembangan Organisasi (PO) yang bertujuan untuk

mewujudkan kelembagaan pendidikan di sekolah yang lebih baik. Di sini

kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus mampu

mendorong guru untuk meningkatkan kompetensinya demi peningkatan

kualitas keunggulan siswa ke arah yang lebih optimal. Sehubungan dengan

peningkatan kompetensi guru, upaya ini dapat dilakukan dengan

mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengerakkan serta menfasilitasi

guru dengan berbagai program kegiatan dan pelatihan untuk dapat

meningkatkan kualifikasi kompetensi pedagogiknya.

Berbagai kegiatan yang telah dirancang dan dilaksanakan nantinya

perlu dilakukan dengan tujuan dan manfaat diantaranya:

1. Peningkatan produktivitas kerja lembaga sebagai keseluruhan antara lain

karena tidak terjadinya pemborosan, karena kecermatan melaksanakan

8
tugas, tumbuh suburnya kerja sama antara berbagai satuan kerja yang

melaksanakan kegiatan yang berbeda dan bahkan spesifik, meningkatnya

tekad mencapai sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi

sehingga organisasi/lembaga bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat

dan utuh.

2. Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan antara lain

karena adanya pendelegasian wewenang, interaksi yang didasarkan pada

sikap dewasa baik secara teknikal maupun intelektual, saling menghargai

dan adanya kesempatan bagi bawahan untuk berfikir dan bertindak secara

inovatif.

3. Terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat

karena melibatkan para pegawai yang bertanggung jawab

menyelenggarakan kegiatan- kegiatan operasional dan tidak sekedar

diperintah oleh para manajer.

4. Meningkatkan semangat kerja seluruh pegawai dalam lembaga dengan

komitmen organisasional yang lebih tinggi.

5. Mendorong sikap keterbukaan manajemen melalui penerapan gaya

manajerial yang partisipatif.

6. Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya

memperlancar proses perumusan kebijaksanaan organisasi. dan

operasionalisasinya.

7. Penyelesaian konflik secara fungsional yang dampaknya adalah tumbuh

suburnya rasa persatuan dan suasana kekeluargaan anggota organisasi.

9
Keterkaitan dengan tujuan pengembangan itu, Soepardi mencoba

mendefinisi arti pentingnya strategi kepemimpinan kepala sekolah yang

lebih efektif, yaitu: Kemampuan untuk mengerakkan, mempengaruhi,

memotivasi, menasehati, menyuruh, memerintah, mengarahkan, melarang,

menghukum (apabila perlu), serta membina dengan maksud agar manusia

sebagai media menajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan

administrasi secara efektif dan efisien.

Melalui kemampuan yang dimiliki kepala sekolah tersebut, maka

kepemimpinan kepala sekolah dengan segenap kemampuan dan peranannya

bisa menjadi motor penggerak, penentu kebijakan sekolah yang akan

menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dapat direalisasikan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Di dalam pengembangan kompetensi pedagogik guru,ke arah yang

lebih baik, strategi pengembangan dalam sebuah organisasi tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan administrasi personil itu sendiri yang kegiatannya

berproses pada "planning,rekrutmen, seleksi, penilaian, pengembangan,

kompensasi, tawar-menawar, keamanan, countinuity, informasi..

Di antara fungsi-fungsi personil yang telah dikemukakan di atas,

maka materi yang menjadi fokus sorotan kajian ini berkisar pada tiga aspek

utama yaitu, perencanaan (planning), pengembangan (develoepment) dan

penilaian (evaluation).

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial

10
pada setiap organisasi. Karena itu perencana terhadap kualifikasi

kompetensi guru dalam sebuah kelembagaan menjadi sesuatu hal yang

penting yang akan menentukan adanya perbedaan kinerja satu organisasi

dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Suatu organisasi hanya dapat berkembang dan terus hidup

bilamana setiap lembaga mampu menghasilkan pegawainya dengan

tingkat kualifikasi diberbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta

keterampilannya melalui program pengembangan pegawai. Perencanaan

pegawai terlebih dahulu harus dilakukan pertama kali semenjak proses

penetapan mekanisme rekrutmen calon pegawai dengan memperhatikan

dan mempertimbangkan segala kemampuan yang dimiliki calon untuk

bekerja di lembaga tersebut. Oleh karenanya, mekanisme rekrutmen yang

baik menjadi modal awal yang baik pula bagi pengembangan kompetensi

pegawai pada fase selanjutnya setelah ditetapkan sebagai tenaga pengajar

tetap di instansi tersebut. Hal itu dilakukan untuk dapat merangkul

sejumlah tenaga pengajar yang betul-betul profesional dan memudahkanya

dalam mengembangkan kompetensi guru setelah diterima di instansi

terkait.

Rekrutmen guru merupakan suatu cara dalam melakukan

peningkatkan dini bagi calon guru dengan terlebih dahulu harus

mempersiapkan diri dengan berbagai kompetensi yang memadai sehingga

mau diterima di sekolah tersebut. Oleh karenanya, rekrutmen merupakan

11
suatu hal yang penting dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak untuk

mendapatkan sumber daya pendidikan yang potensial dalam sebuah

kelembagaan pendidikan. Program rekrutmen dilakukan sebagai suatu

kegiatan menarik sejumlah personil yang dibutuhkan dalam suatu sistem

pendidikan yang memenuhi kualitas tertentu serta dapat memenuhinya

kebutuhan personil di sekolah.

Sebagaimana yang di kutib oleh Amru Shaleh dalam

tesisnya,Randal S. Schuler dan Susan E. Jakson menjelaskan bahwa

kegiatan kunci yang merupakan hal yang penting diperhatikan dalam

melakukan rekrutmen guru, yaitu:

a. Menentukan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan

dalam hal jenis pekerjaandan levelnya dalam perusahaan.

b. Terus berupaya mendapatkan informasi mengenai perkembangan

kondisi pasar tenaga kerja.

c. Menyusun bahan-bahan rekrutmen yang efektif.

d. Menyusun program rekrutmen yang sistematis dan terpadu yang

berhubungan dengan kegiatan sumber daya manusia lain dan dengan

kerja sama dengan menajer lini dan karyawan.

e. Mendapatkan data calon kandidat yang berbobot atau memenuhi syarat.

f. Mencatat kualitas dan jumlah pelamar dari berbagai sumber dan

masing-masing metode rekrutmen.

g. Melakukan tindak lanjut terhadap para calon karyawan, baik yang

diterima maupu ditolak, guna mengetahui efektifitas rekrutmen

12
tersebut.

Sebagaimana yang telah dikemukakan tersebut, program rekrutmen

bertujuan penting guna mendapatkan calon peserta yang betul-betul

memiliki kualifikasi kompetensi sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

sebuah kelembagaan. Sehubungan dengan kriteria persyaratan untuk

menjadi seorang pendidik, pemerintah dalam hal ini telah menentukan dan

menetapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pelamar

untuk menjadi calon pendidik di lembaga keguruan, diantaranya:

a. WNI

b. Berusia sekurang-kuranya 18 tahun dan setinggi-tingginya 35tahun

c. Tidak pernah dihukum penjara dan berdasarkan putusan pengadilan

yang tetap

d. Tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat baik, atas nama

permintaan pribadi secara tidak hormat sebagai pegawai negri maupun

diberhentikan secara tidak hormat dalam pegawai swasta

e. Tidak berkedudukan sebagai calon/pegawai Negeri

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang

diperlukan; berkelakuan baik

g. Sehat jasmani dan rohani

h. Beersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI atau negara lain yang

ditentukan oleh pemerintah

Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

i. Setelah persyaratan tersebut dipenuhi, maka calon guru akan dilakukan

13
upaya seleksi dan penyaringan dengan menetap kriteria kualifikasi nilai

dari masing-masing calon. Hal itu bertujuan untuk bisa mengukur

secara keseluruhan kualifikasi kompetensi guru serta bias menentukan

siapa yang seharusnya diterima sebagai seorang tenaga pendidik di

sekolah tersebut dengan terlebih dahulu melihat kepampuan calon baik

kualifikasi kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi

SosiaL serta kompetensi kepribadian seorang guru.

2. Pengembangan

Langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah perlunya peran

kepala sekolah dalam pengembangan kompetensi guru ke arah yang lebih

profesional setelah tenaga pengajar tersebut diterima bertugas di lembaga

pendidikan terkait. Upaya ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan

menjalankan perannya baik sebagai supervisor, matovator, administrator,

fasilitator dan lain sebagainya untuk mengadakan berbagai program

pelatihan pengembangan kualitas kompetensi pedagogik guru ke arah yang

lebih baik lagi.

Dalampengembangan kompetensi pedagogik guru, kepala sekolah

keterkaitan dengan hal ini dapat mengembangkan kompetensi pedagogik

guru melalui penyelenggaraan kegiatan pelatihan KTSP, pelatihan PTK,

program MGMP, Supervisi kepala sekolah serta berbagai program lainnya

yang dapat meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran di kelas.

Hal-hal inilah yang menuntut perlunya peran kepala sekolah baik secara

langsung maupun secara tidak langsung melibatkan diri dalam

14
pengembangan kualitas guru.

Sehubungann dengan pengembangan kompetensi pedagogik guru, peran

kepala sekolah dapat diupayakan melalui penyelenggaraan berbagai

program kegiatan sebagai berikut:

a. Pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

Program MGMP merupakan salah satu program pengembangan

kompetensi guru yang cukup efektif bagi peningkatan kualitas guru

mengelolaan pembelajaran siswa sehingga menjadi tenaga pengajar yang

betul-betul profesional. Upaya ini dapat dilakukannya dengan berperan

sebagai fasilitator bagi guru agama agar mampu mengefektifkan program

MGMP di sekolah demi mengasah kemampuan guru ke arah yang lebih

baik. Upaya ini juga berperan penting bagi mendorong guru melakukan

tugas dengan lebih baik sehingga mampu membawa mereka ke arah

peningkatan kompetensi. Rencana ini diperlukan juga sebagai wahana

diskusi, komunikasi dan informasi bagi guru dalam memecahakan

berbagai masalah pembelajaran siswa serta sebagai wadah pertemuan

guru untuk mengubah paradigma pembelajaran dari pola pikir

behavioristik ke konstruktivistik sesuai dengan kurikulum saat ini.

Selain itu, program MGMP juga berperan penting sebagai; pertama,

reformator, dalam reorientasi pembelajaran efektif. Kedua, mediator,

dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru. Ketiga, agen

pendukung dalam inovasi menajemen kelas. Keempat, collaborator,

terhadap unit terkait dan organisasi yang relevan. Kelima, evaluator.

15
Keenam, klinik dan supervise akademik dalam pendekatan penilaian dan

pengawasan. Oleh karenanya kepala sekolah harus berperan aktif, dengan

bertindak sebagai fasilitor, administrator, manajer, edukator, serta

motovator bagi memotovasi guru secara aktif untuk meningkatkan

kemampuanya mengelola pembelajaran siswa melalui pemberdayaan

MGMP di sekolah.

b. Memotivasi Mengikuti guru Kursus Kependidikan

Kepala sekolah disini juga berberan penting dalam memotivasi

gurunya untuk mengikuti kursus kependidikan bagi peningkatan kualitas

kompetensinya di sekolah. Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu

teknik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru mengembangkan

pengetahuan profesi mengajarnya serta menambah keterampilan guru

dalam melengkapi profesionalismenya. Melalui kursus ini, diharapkan

akan tercapai dua sasaran utama pegembangan kompetensi guru, yaitu:

pertama sebagai bentuk penyegaran, dan kedua sebagai upaya

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu.

Program kursus kependidikan bertujuan penting agar guru dapat

mengikuti kursus yang berkaitan dengan spesialisasi keahliannya masing-

msing demi peningkatkan kompetensi pedagogiknya ke arah yang lebih

baik. Misalnya kursus keterampilan berbasis kecakapan hidup (life skill)

seperti kursus komputer, bahasa asing, SPSS untuk memudahkan guru

dalam melakukan penilaian bagi para siswanya di kelas, maupun kursus

lain yang diikutinya sesuai kosentrasi masing-

16
masingyangdianggappentingdanmemudahkan guru dalam menggunakan

model pembelajaran yang efektif. Melalui kursus ini, maka guru agama

misalnya dapat mengoptimalkan pembelajaran di kelas dengan berbagai

keahlian yang telah dimiliki serta melakukan evaluasi hasil pembelajaran

melalui keterampilan SPSS serta juga memanfaatkan media pembelajaran

infokus untuk mendukung efektifitas program pembelajaran yang

dilaksanakan di kelas secara baik.

c. Memotivasi Guru Untuk Ikut Sertifikasi

Kepala sekolah sebagai motivator guru, harus mampu memainkan

perannya untuk membujuknya ikut sertifikasi demi meningkatkan

kualifikasi kompetensi pedagogik di sekolah. Program sertifikasi guru

bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakan guru

melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Maka dengan itu, upaya memotivasi guru ikut

sertifikasi menjadi tanggung jawab kepala sekolah selaku pempimpin

tertinggi di sekolah yang harus mengelola sumber daya sekolah,

termasuk dengan melakukan pengembangan dan pemberdayaan personil.

d. Mengadakan Lokakarya (Workshop)

LokakaryaPendidikan adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang

terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema

yang dihadapai melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun

bersifat perorangan.[16] Masalah yang dibahas muncul dari peserta

sendiri, metode pemecahan masalah dengan cara musyawarah dan

17
penyelidikan.

e. Mengadakan Penataran Guru

Di sini kepala sekolah harus mengikut sertakan dan memberikan

kesempatan bagi para gurunya sekaligus memotivasinyamengikuti

program penataran bagi peningkatan kompetensinya melaksanakan

pembelajaran. Hal itu mengingat tugas rutin dalam aktivitasnya sebagai

tenaga pendidik dan pengajar, maka guru perlu untuk menambah ide-ide

baru melalui kegiatan Penataran.

Adapun bentuk penyelenggaraan penataran dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

1) Sekolah yang bersangkutan mengadakan penataran sendiri dengan

menyewa tutor (penatar) yang dianggap profesional dan dapat

memenuhi kebutuhan.

2) Sekolah bekerja sama dengan sekolah-sekolah lain atau lembaga-

lembaga lain yang sama-sama membutuhkan penataran sebagai upaya

peningkatan kompetensi tenaga kependidikannya.

3) Sekolah mengirimkan atau mengutus para guru untuk mengikuti

penataran yang dilaksanakan oleh sekolah lain, atau lembaga

departemen yang membawahi.

f. Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi mempunyai pengertian luas yang merupakan usaha

memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun

secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dalam

18
peningkatan mutu pendidikan. Sebagai supervisor, kepala sekolah

diharuskan melakukan upaya pengawasan serta pengarahan bagi guru

untuk dapat meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar di sekolah.

Sehubungann dengan hal ini, ada beberapa hal yang menjadi tujuan

dari supervisi yang ingin di capai antara lain adalah sebagai berikut:

1) .Membantu guru memahami tujuan-tujuan pendidikan dan berupaya

untuk mewujudkan guru mencapai tujuan tersebut.

2) Membantu guru dalam memahami secara jelas kebutuhan siswa di

sekolah maupun dalam masyarakat dengan tujuan untuk

membimbingnya dalam pengalaman belajar siswa.

3) Ikut meningkatkan kecakapan guru menggunakan model belajar untuk

meningkatkan minat belajar siswa.

4) Mengarahkan guru untuk memahami penggunaan alat peraga

pelajaran, motode-metode, dan supervisi.

5) Mengarahkan guru untuk menata administrasi kelas dan kemampuan

dalam menilai kemampuan siswa dari hasil pembelajaran itu sendiri.

6) Merangsang semangat kerjasama yang baik dalam melaksanakan

tujuan pendidikan sebagai amal ibadah.

7) Mengarahkan guru agar waktu dan tugasnya tercurah dalam

pembinaan sekolah.

Selain beberapa tujuan di atas, supervisi kepala sekolah juga beperan

penting bagi penting untuk meningkatkan kompetensi guru melalui

pencapaian tujuan sebagai berikut:

19
1) Membangkitkan dan merangsang semangat guru dan pegawai sekolah

dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik.

2) Mengembang dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru

dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan lebih sesuai

3) Mengembangkan kerjasama yang baik dan harmonis antara guru dan

siswa, guru dengan sesama guru, guru dengan kepala sekolah dan

seluruh staf sekolah yang berada dalam lingkungan sekolah yang

bersangkutan.

4) Berusaha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan

pegawai sekolah dengan cara mengadakan pembinaan secara berkala,

baik dalam bentuk workshop, seminar, in service training, up grading,

dan sebagainya.

g. Mengadakan Rapat Sekolah

Kepala sekolah secara umum bertanggung jawab dalam menjalankan

tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di

dalam perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara

periodik dengan guru-guru.Rapat sekolah merupakan pertemuan yang

cukup penting untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk dalam

memecahkan masalah yang dihadapi guru untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar. Rapat guru

dilakukan dalam rangka menigkatkan kualitas guru dalam mengemban

tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik. Salah satu bentuk rapat guru

yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ialah konferensi atau musyawarah

20
yang bertujuan untuk membimbing guru-guruu agar lebih efekitif dalam

perbaikan pengajaran di sekolah.

Secara umum, tujuan pengadaan rapat ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengintegrasikan seluruhanggota staf yang berbeda pendapat,

pengalaman dan kemampuannya menjadi satu keseluruhan potensi

yang menyadari tujuan bersama dan tersedia untuk bekerja sama

dalam mencapai tujuan itu.

2) Untuk mendorong atau menstimulasi setiap anggota staf dan berusaha

meningkatkan efektifitas.

3) Untuk bersama-sama mencari dan menemukan metode dan prosedur

dalam menciptakan proses belajar yang paling sesuai bagi masing-

masing di setiap situasi.

Mengacu pada tujuan di atas, maka keberahasilan rapat guru

merupakan tanggung jawab bersama dari semua anggota-anggotanya.

Meskipun demikian peranan supervisor sebagai pemimpin sangat besar

bahkan menentukan sampai dimana anggotanya berpartisipasi.

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian strategi pengembangan kompetensi

pedagogik guru yang cukup penting untuk mengukur atau menilai tingkat

kualifikasi kompetensi guru serta efektifitas upaya pengembangan yang

telah dilakukan terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru ke arah

yang lebih baik. Di sini kepala sekolah dituntutjugamelakukan penilaian

secara cermat terhadap bawahannya untuk kemudian ditentukan upaya

21
pengembangan karir seorang guru atau sebaliknya bagi pemutusan ikatan

kerja jika kualifikasi kompetensi seorang guru tidak mungkin lagi

dipertahankan di isntasi kelembagaan pendidikan tersebut.

Sehubungan dengan penilaian guru, kepala sekolah perlu menetapkan

penilaian yang transparan, objektif serta akurat untuk mengukur tingkat

kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang guru berdasarkan kinerjanya

dalam menjalankan tugas. Di samping itu, hal lain juga sebagai evaluator

kepala sekolah perlu mengevaluasi kembali efektifitas program

pengembangan kompetensi guru yang telak diupayakan. Upaya ini

dilakukan untuk mengetahui titik kelemahan dari sebuah program yang telah

diikuti atau diadakan bagi kemudian di cari solusinya terhadap pemecahan

masalah tersebut. Melalui program evaluasi tersebut, akan memudahkan

upaya kepala sekolah nantinya dalam memainkan perannya terhapa

pengembangan kompetensi pedagogik guru di sekolah.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan dan keinginan dalam

menerapkan sikap, pengetahuan dan keahlian untuk mempromosikan

pembelajaran, mengatur pembelajaran, dan mengevaluasi serta membantu

siswa untuk dapat mengaktualisasikan potensi mereka.

Pengembangan kompetensi pedagogik guru merupakan salah satu

bagian kegiatan Pengembangan Organisasi (PO) yang bertujuan untuk

mewujudkan kelembagaan pendidikan di sekolah yang lebih baik. Di sini

kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus mampu

mendorong guru untuk meningkatkan kompetensinya demi peningkatan

kualitas keunggulan siswa ke arah yang lebih optimal. Sehubungan dengan

peningkatan kompetensi guru, upaya ini dapat dilakukan dengan

mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengerakkan serta menfasilitasi

guru dengan berbagai program kegiatan dan pelatihan untuk dapat

meningkatkan kualifikasi kompetensi pedagogiknya.

23
DAFTAR
PUSTAKA

Amrun Saleh, Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan Kementrian


Agama Kabupaten Bener Meriah, (Banda Aceh: Program Pascasarjana
IAIN Ar-Raniry, 2010), hlm. 35.

Chairul Amin, MGMP Sebuah Pengantar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004),
hlm. 19.

Depag. Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan,


(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm. 29

Fahruddin, I. 2016, Desember 15. Kualitas Pendidikan Indonesia. Retrieved 12


22, 2016, from Tentang Nusantara:
http://www.tentangnusantara.com/kualitaspendidikan-indonesia.html

Guerriero, Sonia. 2013. Teachers’ Pedagogical Knowledge and the Teaching


Profession Background Report and Project Objectives. OECD (Better
Policies For Better Lives)

Hadawi Nawawi, dkk., Kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah


Mada Press, 1994), hlm. 343.

Hakim, A. 2015. Contribution of Comptence Teacher (pedagogical, Personality,


Professional Competence and Social) On the Performance of Learning. The
International Journal of Engineering and Science (IJES), 4 (2), 1-12.

Hujono, Kiat Mengajar Guru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 86.

Inan, Kito. 2016, January 24. Permasalahan Guru di Indonesia Sekarang.


Retrieved December 20, 2016, from Inan Kito Konsultan: Konsultan
Pendidikan dan Sains Dasar: http://www.inankito.org/2016/01/perm
asalahan-guru-di-indonesiasekarang.html

Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,


2006), hlm. 202.
Malayu S.P. Hasibuan, Menajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 250.

M. Amin Thaib BR, dkk, Profesionalisme Pelaksanaan Pengawsan Pendidikan,


(Jakarta: DEPAG RI, 2005), hlm. 30.

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2004), hal. 20.

Panda, S. 2012. Mapping Pedagogical Competency of Secondary School Science


Teacher: An Attempt and Analysis. International E-Journal (Quarterly), 1
(4), 32-45. Retrieved from www.oiirj.or

Panduan Pelaksanaan Penerimaan CPNS di Lingkungan Direktorat Jendral


Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta:
PMPTK, 2009), hlm. 7.

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar...,hlm. 104.

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta:


RinekaCipta, 2000), hlm. 121.

Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson, Menajemen..., hlm. 276.

Samani, Muclas dkk. Mengenai Sertifikasi Guru di Indonesia, (Surabaya: SIC,


2006), hlm. 10.

Sanusi Luwes, Menajemen..., hlm. 23 jam

Soepardi, Dasar..., hlm. 57.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,


Menajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 246-248.

Uppsala University. 2010. A Swedish Perspective on Pedagogical Competence.


(A. R. Apelgren, Ed., & R. Eriksson, Trans.) Swedish: Uppsala University.

Veithzal Rivai, Islam... , hlm. 188.

Anda mungkin juga menyukai