Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FISIOLOGI PENGLIHATAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi


penglihatan dan persepsi

Dosen pembimbing

Dr. Zaldi, Sp.M

DISUSUN OLEH

Jones Wijaya Ng (21114041498)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III REFRAKSI OPTISI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINALITA SUDAMA
MEDAN 2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan atas segala rahmat yang telah diberikan


sehingga makalah yang berjudul “Fisiologi Penglihatan” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa di
mengerti oleh pembaca pada umumnya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan


lebih luas mengenai fungsi penglihatan dan tindakan-tindakan yang terkait
penglihatan bagi penulis serta memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu.

Penulis mengucapkan terimkasih kepada bapak Dr, Zaldi Z, Sp.M,


selaku dosen pengampu mata kuliah Fisiologi Penglihatan dan Persepsi
Karna telah memberikan tugas ini kepada penulis, sehingga penulis
berkemampuan untuk mengumpulkan lebih banyak informasi tentang
Media Refraksi dan tindakan tindakan yang terkait penglihatan yang
berguna untuk penambahan ilmu dan wawasan bagi penulis dan juga
pembacanya.

Medan 13 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1 Latar belakang Masalah.......................................................................2


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah...................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan Makalah.................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................4

2.1 Gambaran umum sistem penglihatan..................................................4

2.2 Struktur Aksesoris Mata.......................................................................6

2.3 Struktur Mata........................................................................................8

2.4 Sistem Lakrimalis.................................................................................12

2.5 Otot Mata.............................................................................................13

2.6 Proses Stimulus Penglihatan...............................................................15

BAB 3 PENUTUP......................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Penglihatan................................................................4

Gambar 2.2 Aksesoris Mata......................................................................6

Gambar 2.4 Sistem Lakrimalis...................................................................12

Gambar 2.5 Otot Mata...............................................................................13

Gambar 2.6 Stimulus Penglihatan.............................................................15

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Penglihatan merupakan salah satu fungsi fisiologis yang penting bagi


manusia. Objek pada lingkungan luar terlihat melalui cahaya yang
dipantulkan oleh objek ke mata dan terjadi induksi sel-sel fotoreseptor
retina sehingga energi cahaya diubah menjadi suatu impuls saraf. Cahaya
yang masuk ke mata pertama-tama akan mengalami pembiasan oleh
media refraksi untuk difokuskan tepat pada retina. Media refraksi meliputi
kornea, humor akuos, lensa, dan badan vitreus. Masing masing media
refraksi memiliki peranan dan kekuatan refraksi tersendiri.

Proses visual diteruskan melalui deteksi sinyal cahaya oleh sel


fotoreseptor pada lapisan luar retina. Sel fotoreseptor mengubah energi
cahaya menjadi stimulus elektrik yang ditransmisikan ke sel bipolar, sel
ganglion retina, saraf optik, nukleus genikulatum lateralis hingga korteks.
Impuls saraf yang diterima oleh korteks akan melalui tahapan akhir, yaitu
proses persepsi visual. Persepsi visual merupakan proses intepretasi
akhir stimulus visual oleh korteks menjadi suatu informasi visual yang
spesifik. Persepsi visual meliputi persepsi warna, persepsi gerak, persepsi
ruang, dan persepsi kedalaman. Sari kepustakaan ini bertujuan untuk
membahas rangkaian proses fisiologi visual diawali dari cahaya yang
masuk ke mata hingga proses pembentukan persepsi visual dari bayangan
yang diterima.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan maslah
yaitu antara lain
1. Apa yang di maksud dengan Fisiologi Penglihatan

v
2. Seperti apa cara kerja indra penglihatan

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memnuhi


salah satu tugas mata kuliah fisiologi penglihatan dan persepsi yang
memiliki tema fisiologi penglihatan yang selanjutnya dapat kita uraikan
dalalam makalah ini.

1.4 manfaat penulisan makalah

Terlepas dari tujuan itu sendiri makalah ini dibuat dengan manfaat
supaya pengetahuan dan wawasan pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi saya selaku penulis.

vi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran umum sistem penglihatan

Gambar 2.1 sistem penglihatan

Penglihatan bagi manusia melibatkan deteksi gelombang cahaya


yang sangat sempit dengan panjang gelombang 400 sampai 750 mm.
panjang gelombang terpendek dispersinya sebagai warna biru, dan
gelombang terpanjang dispersinya warna merah, maka memiliki poto
reseptor yang bertanggung jawab untuk deteksi ini, cahaya yang yang
difokuskan ke retina ketebalan 200 mµ oleh kornea dan lensa.

Fotoreseptor bisa dibagi menjadi 2 jenis yanitu sel batang dan sel
konus (kerucut), reseptor batang merespon terhadap cahaya remang
remang dan reseptor konus merespon dalam keadaan terang dan mampu
membedakan warna merah,hijau dan biru, reseptor batang dan konus
terdapat di bagian dalam retina dan cahaya harus berjalanmelalui
sejumlah lapisan sel untuk mencapai fotoreseptor ini, setiap potoreseptor
memiliki molekul pigmen visual (batang:rodopsin:konus :eritrolabe (merah)
klorolabe (hijau), sianolabe (biru), pigmen-pigmen ini menyerap cahaya

vii
dan memicu potensial reseptor yang tidak seperto reseptor lainnya
menyebabkan hiperpolarisasi sel dan bukan depolarisasi.

Lapisan antara permukaan retina dan permukaan sel reseptor


berisi sejumlaj sel yang dapat dideteksi, yaitu sel bipolar, sel horizontal,
sel amakrin dan sel panglion sel ganglion dan sel neukron yang bisa
mentransmisikan impuls ke seluruh sitem saraf pusat (ssp) melalui akson
dan saraf optikus sel-sel ini tereksitasi oleh interneuron bipolar vertikal
yang terletak diantara sel reseptor dengan sel ganglion, selain itu struktur
komplek ini juga memiliki 2 kelompok interneuron (sel horizontal dan sel
amakrin) yang berfungsi dengan memberikan pengaruhnya secara
horizontal dengan menyebabkan inhibisi lateral pada hubungan-hubungan
sinaptik disekitarnya yaitu sel horizontal pada hubungan antara sel
reseptor dengan sel bipolar, sementara sel amakrin pada hubungan
antara sel bipolar dengan sel ganglion.

Setiap mata memiliki 126 juta fotoreseptor 120 juta reseptor


batang dan 6 juta reseptor konus dan hanya 1,5 juta sel ganglion, ini
berarti bahwa terdapayt sejumlah besar konvergensi dari reseptor dan sel
bipolar menjadi sel ganglion tetapi hal ini tidak terjadi secara seragam
dikedua sisi retina pada bagian perifer retina terdapat banyak sekali
konvergensi tetapi pada daerah dengan ketajaman visual terbesar (fovea
sentralios), terdapat hubungan 1:1:1 antara sel reseptor konus tunggal, sel
bipolar tunggal dan sel gagliontunggaldaerah fovia banyak sekali reseptor
konus dan sedikit memiliki reseptor batang sedang distribusu reseotor
batang dan konus di daerah lain retina lebih merata.

Setiap ganglion berespon terehadap perubahan intensitas cahaya


dalam daerah retina yang terbatas, dan bukan terhadap stimulus cahaya
yang statis, area terbatas ini disebut lapang pandang reseptif sel dan
berhubungan dengan kelompok fotoreseptor yang bersinaps dengan sel
ganglion tertentu sel ganglion biasanya aktif secara spontan, sekitar

viii
setengah dari sel ganglion retina akan berespon terhadap penurunan
peletupan (firing) influsnya jika bagian ferifer lapang pandang reseptifnya
di stimulus oleh cahaya, dan meningkatkan laju peletupannya jika pusat
lapang pandang reseptif terkena cahaya (sel pusat ON) setengah lainnya
dari sel ganglion retina akan meningkatkan laju peletupanya jika bagian
perifer terkena cahaya akan mengurangi laju peletupannya, jika bagian
pusat terstimulasi (sel pusat OFF) hal ii memungkinkan keluaran retina
untuk memberikan sinyal mengenai keadaan terang dan gelap relative
dari setiap area yang distimulasi dalam lapang pandang.

2.2 Struktur Aksesori Mata

Gambar 2.2 aksesoris mata

1. Orbita adalah lekukan yang terisi bola mata.


i. Hanya seperlima rongga yang terisi bola mata; sisa rongga berisi
jaringan ikat dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik, yang berasal
dari orbita dan menginsersi bola mata.
ii. Ada dua lubang pada orbit; foramen optik berfungsi untuk lintasan
saraf optik dan arteri oplamik, dan fisura orbital superior berfungsi
untuk lintasan saraf dan arteri yang berkaitan dengan otot mata.

ix
2. Tiga pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot
oblik) memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal,
horizontal, dan menyilang)
3. Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae)
atas dan bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu.
4. Fisura palpebral atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah,
ukurannya bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan
mata.
5. Kantus medial terbentuk dari sambungan (junction) medial kelopak
mata atas dan bawah; kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral
kelpoak mata atas dam bawah.
6. Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini
berisi kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
7. Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi
setiap kelopak (konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas
permukaan anterior bola mata (bulbar, atau okular, kongjungtiva)
8. Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah hubungan jaringan
ikat yang rapat. Kelenjar melbomian, yang merupakan pembesaran
kelenjar sebasea pada lempeng tarsal, mensekresi barier berminyak
untuk mencegah air mata yang berlebihan pada kelopak mata bagian
bawah.
9.  Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
 Air mata mengandung garam, mukosa dan lisozim, suatu
bakterioksida. Cairan ini membasahi permukaan mata dan
mempertahankan kelembabannya.
 Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan menyebabkan
produksi air mata
 Airmata keluar melalui pungtum papila lakrimal, yang
menyambung kantong lakrimal. Kantong membuka ke dalam

x
duktus nasolakrimal, yang pada gilirannya akan masuk rongga
nasal.
2.3 Struktur Mata
Mata terdiri dari dua bagian yaitu mata bagian internal dan eksternal
yaitu
1. Mata bagian eksternal (luar)
a. Orbita (lekuk mata), pelindung mata yang terbentuk dari tulang –
tulang mata.
b. Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
c. Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola
mata.
d.  Kelopak mata (palpebra) berfungsi untuk menutupi dan
melindungi mata.
e.  Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air
mata.
2.  Mata bagian internal (dalam)
 Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa.
Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi
jaringan ikat fibrosa putih.
a.  Sklera, memberi bentuk pada bola mata dan memberikan
tempat perlekatan untuk otot ekstrisik
b. Kornea, adalah perpanjngan anterior yang transparan pada
sklera di bagian depan mata. Bagian ini menstransmisi cahaya
dan memfokuskan berkas cahaya.
 Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan
tersusun dari koroid, badan siliaris dan iris.
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat
terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas
cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk
memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga
dapat menarik ligamen suspensori.

xi
b.  Badan Siliaris, suatu penebalan dibagian anterior
lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot
siliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik,
tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam
akomondasi penghilatan, atau kemampuan untuk
mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek
dekat di depan mata.
c.  Iris, perpanjangan sisi anterior koroid merupakan
bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri
dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil
d. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang
harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior
mata.
 Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang
pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun
seiring proses penuaan.
 Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga;
rongga interior dan posterior.
a. Ruang anterior terbagi menjadi dua ruang.
- Ruang anterior terletak dibelakang kornea dan di
depan iris.
- Ruang posterior terletak di depan lensa dan di
belakang iris.
- Tekanan intraokular pada aqueous humor penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran
aqueous humor terhambat. Tekanan akan meningkat
dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu
kondisi yang disebut glaukoma.

xii
Rongga posterior terletak diantara lensa dan retina dan
berisi vitreus humor, semacam gel transparan yang
juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap
kornea.

 Retina, lapisan terdalam mata adalah lapisan yang tipis dan


transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar dan
lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan
koroid. Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel epitel kunoidal
yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk
menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal
berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga
menyimpan vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal) yang terletak
bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi adalah struktur
kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1. Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi
a. Sel batang adalah neuron silindirs bipolar yang bermodifikasi
menjadi dendrit sensitif cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120
juta sel batang terletak terutama pada perifer retina. Sel
batang tidak sensitif terhadap warna dan bertanggung jawab
untuk penglihatan di malam hari.
b. Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi
pada tingkat intesitas cahaya yang tinggi dan b erperan
dalam penglihatan di siang hari.
1. Neuron bipolar membentuk lapisan tengah yang menghubungkan
sel batang dan sel kerucut ke sel – sel ganglion

xiii
2. Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia
khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik.
3. Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan
dalam retina. Sel ini berepan untuk menghubungkan sinaps –
sinaps lateral
4. Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar dan badan
sel batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan
memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf jalar dengan arah
terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
c. Bintik Buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena
tidak ada fotoreseptor pada area ini, makan tidak ada sensasi
penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini
d. Lutea makula adalah aera kekuningan yang terletak agak
lateral terhadap pusat
e. Jalur visual ke otak (9-28)
1. Saraf optik terbentuk dari akson sel sel ganglion yang
keluar dari mata dan bergabung tepat di sisi superior
kelenjar hipofisis membentuk klasma optic
2. Pada klasma optik, serabut neuron yang berasal dari
separuh bagian temporal (lateral) setiap retina tetap  berada
di sisi yang sama sementara serabut neuron yang berasal
dari separuh bagian nasal (medial) setiap retina menyilang
ke sisi yang berlawanan.
3.  Setelah klasma optik, serabut akson membentuk traktus
optik yang memanjang untuk bersinapsis dengan neuron
dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonya menjalar
ke korteks lobus oksipital
4.  Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli dalam refleks
pupilaris dan siliaris.

xiv
2.4 Sistem Lakrimalis

Gambar 2.4 sistem lakrimalis

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak didaerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtung lakrimal, kalikuli lakrimal,
sakus lakrima, duktus nasolakrimal, neatus inferior. Sistem lakrimal terdiri
atas dua bagian yaitu :

1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di


temporoatero superior rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas piungtung lakrima, kanalikuli
lakrimal, saklus lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Saklius lakrimal
terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal
akan mengalir ke dalam rongga hidung didalam neatus inferior
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk kedalam saklus lakrimal melalui pungtung lakrimal. Bila
pungtum tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar
melalui margopalpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi
akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktuas nasolakrimal maka
sebaiknya diulakukan penekanan pada saklus nakrimal. Bila terdapat
penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental
akan keluar melalui pungtum lakrimal.

xv
2.5 Otot Mata

Gambar 2.5 Otot Mata

Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk


pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu
aksi otot.

Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :

1. Oblik inferior, aksi primer


Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang
lakrimal, berinsersi pada sklera  posterior  2 mm dari  kedudukan
makula,  dipersarafi  saraf  okulomotor,  bekerja untuk
menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2. Oblik superior, aksi primer
Oblik  superior  berorigo  pada  anulus  Zinn  dan  ala  parva  tul
ang  sfenodi  di  atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan
dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior,
yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal  belakang
bola mata.  Oblik superior dipersarafi  saraf  ke IV atau
saraf  troklear  yang keluar  dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata
dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan

xvi
search atau mata melihat ke arch nasal.

Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer)


terutama bila mata melihat ke nasal,  abduksi  dan
insiklotorsi.  Oblik superior merupakan otot  penggerak mata  yang
terpanjang dan tertipis.

3. Rektus inferior, aksi primer


Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan
antara oblik inferior  dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di
belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat
kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III.
Fungsi  menggerakkan mata -  depresi  (gerak primer) -
eksoklotorsi  (gerak sekunder) - aduksi  (gerak  sekunder)
Rektus  inferior  membentuk  sudut  23  derajat  dengan  sumbu pe
nglihatan.
4. Rektus lateral, aksi
Rektus lateral  mempunyai  origo pada anulus Zinn di atas dan d
bawah foramen  optik.
Rektus  lateral  dipersarafi  oleh  N.  VI.  Dengan  pekerjaan  mengg
erakkan  mata terutama abduksi.
5. Rektus medius, aksi

Rektus medius mempunyai  origo pada anulus Zinn dan


pembungkus dura saraf  optik yang sering memberikan dan rasa
sakit pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar,  dan
berinsersi  5 mm di  belakang limbus.  Rektus medius merupakan
otot mata
yang  paling  tebal  dengan  tendon  terpendek.  Menggerakkan  ma
ta  untuk  aduksi (gerak primer).

6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi sekunder

xvii
Rektus superior mempunyai  origo pada anulus Zinn
dekat  fisura orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang
akan memberikan rasa sakit  pada pergerakkan bola mata bila
terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang
limbus dan dipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya
menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :

a. Aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral


b. Insiklotorsi

2.6 Proses Stimulus Penglihatan

Gamabar 2.6 Stimulus Penglihatan

Reseptor penglihatan adalah sel – sel di conus (sel kerucut) dan basillus
(sel batang). Conus terutama terdapat dalam fovea dan penting untuk
menerima rangsang cahay kuat rangsang warna. Sel – sel basillus
tersebar pada retina terutama diluar macula dan berguna sebagai
penerima rangsang cahaya bereintensitas rendah. Oleh karena itu
dilakukan dua mekanisme tersendiri di dalam retina (teori duplisitas) yaitu

Penglihatan photop yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan sinar


pada siang hari dan penglihatan warna dengan conus.

xviii
Penglihatan scotop yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan senja
dan malm hari dengan basillus.

Manusia dapat melihat karena ada rangsang berupa sinar yang diterima
oleh reseptor pada mata. Jalannya sinar pada mata adalah sebagai
berikut :

Impuls yang timbul dalam conus atau basillus berjalan melalui neuritnya
menuju ke neuron yang berbentuk sel bipolar dan akhirnya berpindah ke
neuron yang berbentuk sel multipolar. Neurit sel – sel multipolar
meninggalkan retina dan membentuk N. Optikus. Kedua N.Optikus
dibawah hipotalamus saling bersilangan sehingga membentuk chiasma
nervus optikus, yaitu neurit – neurit yang berasal dari sebelah lateral retina
tidak bersilangan. Traktus optikus sebagian berakhir pada coliculus
superior, dan sebagian lagi pada korpus genekulatum lateral yang
membentuk neuron baru yang pergi ke korteks pada dinding visura
calcarina melalui kapsula interna. Pada dinding visura calcarina inilah
terdapat pusat penglihatan.

xix
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

 Mata sebagai alat indera penglihatan kita sangatla penting untuk


kelangsungan hidup. Karena mata adalah salah satu organ penting pada
manusia. mata adalah alat indra yang terdapat pada manusia. Secara
konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran
yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.

      Mata mempunyai strukturnya yang sangat rinci dan setiap bagian


dari  mata tersebut mempunyai fungsinya masing – masing seperti yang
sudah dijelaskan di atas. Mata juga mempunyai kemampuan dalam
beradaptasi di saat cahaya terang maupun gelap.

xx
DAFTAR PUSTAKA

1. Stoane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk


pemula.Jakarta:ECG. https://id.scribd.com/doc/193088968/Makalah
-Indera-Penglihatan-Kel-1
2. Heni puji wahyuningsih, yunu kusmiati ANATOMO FISIOLOGI,
kementrian kesehatan republic Indonesia:2017
3. ANATOMI MATA, Fakultas Kedokteran UMY, Youtube: Chamim
Faizin 2015 Noer Haeny, Analisis Fakto FKM UI, 2009
4. Bruce james dkk, lecture notes oftamologi, terj: Asri Dwi
Rachmawati,(semarang:erlangga,Edisi ke ix,2005) Syaifuddin,
Anatomi Fisioogi Untuk Mahasiswa
5. Liesegang TJ. Skuta GL. Cantor LB. Optic of the Human Eye In
Clinical Optic. Chapter 3. American Academy of Ophthalmology.
San Fransisco. 2014: pp.116 - 117

xxi

Anda mungkin juga menyukai