BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang berumur 12-59 bulan, pada masa ini
jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi (Ariani, 2017). Balita
sangat rentan terhadap kelainan gizi karena pada saat ini mereka
negara, baik negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini
bukan hanya berdampak pada kesehatan saja, akan tetapi berdampak pula
akan datang. Salah satu masalah gizi yang terjadi pada anak balita adalah
dibutuhkan oleh tubuh. Cara menilai status gizi dapat dilakukan dengan
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan sebagainya.
2020 terdapat 99 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi kurang di
dunia diantaranya 67% terdapat di Asia dan 29% di Afrika serta terdapat
kematian 6,34 juta anak usia dibawah 5 tahun atau hampir 17 ribu
kematian setiap harinya akibat penyakit infeksi dan status gizi (WHO,
19,6%, yang berarti 212 masalah gizi kurang di Indonesia masih menjadi
status gizi balita terdapat 16.982 balita (5,4%) mengalami gizi buruk
II dengan kejadian gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan dengan
Puskesmas XIII Koto Kampar tahun 2021 terhapat 64 balita gizi kurang
dari 5 desa. Kejadian gizi kurang berada di desa Koto Tuo dengan jumlah
256 balita dan yang gizi kurang sebanyak 28 (10.9%) balita di banding
desa lain. Hal ini membuktikan bahwah kejadian balita dengan gizi kurang
di desa Koto Tuo masih tinggi (Puskesmas XIII Koto Kampar II, 2021).
kurang dari karakteristik ibu balita yaitu berupa umur ibu, pendidikan,
pekerjaan, pemberian ASI dan MP-ASI, dan jumlah anak. Masalah utama
terjadinya gizi kurang pada balita yaitu dari penghasilan orang tua balita,
keluarga di setiap harinya dan perilaku orangtua dalam berbagai pola asuh
Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu
baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga
cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Status gizi ibu
BBLR. Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
bermakna dengan gizi buruk karena ASI dan imunisasi memberikan zat
kekebalan kepada balita sehingga balita tersebut menjadi tidak rentan terhadap
penyakit. Balita yang sehat tidak akan kehilangan nafsu makan sehingga status
gizi tetap baik. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan
gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi, sehingga penyakit
infeksi dengan keadaan gizi merupakan suatu hubungan timbal balik ( Faisol
A. Rumusan Masalah
adalah berikut:
Apakah ada hubungan BBLR dengan kejadian gizi kurang pada balita di
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
C. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teori
bahan ajaran, menjadi referensi dan bahan bacaan yaitu terkait dengan
kejadian gizi kurang pada balita. Hasil penelitian ini dapat digunakan
2. Aspek Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
2018).
gizi baik pada balita adalah bila berat badan berada pada pita hijau.
1
0
menunjukkan status gizi kurang pada balita adalah bila berat badan
balita berada pada pita warna kuning yang berada dibawah pita
warna hijau.
status gizi buruk pada balita adalah bila berat badan berada
untuk dinilai naik atau tidaknya berat badan tersebut. Ada tiga
2010):
secara teratur
3) Ada penilaian naik atau turunnya berat badan sesuai arah garis
pertumbuhannya.
e. Penilaian Naik atau Tidak Naik pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
diharapkan.
1
2
salah satu pita warna. Bila berat badan anak hasil penimbangan
a. Jarak kelahiran, misalnya jarak antara usia kakak dan adik yang
b. Anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga
Kurang gizi yang murni adalah karena makanan. Ibu harus dapat
f. Selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya
bayi, anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui sering mengalami
Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah
Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, ciri-ciri gizi kurang pada anak
sebagai berikut:
1
5
a. Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, belum ada tanda-
tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat
b. Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak
hanya mencapai 70% dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda
yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan
standar Harvard.
g. Pada KMS berat badan balita gizi kurang terletak pada pita warna
tergantung pada zat-zat gizi yang kurang. Gizi kurang ini secara umum
d. Struktur dan fungsi otak Gizi kurang pada anak dapat berpengaruh
6. Penanganan Gizi
Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan
turut.
a. Faktor Langsung
Sukamto, 2020)
Sukamto, 2020)
3) Penyakit Infeksi
yaitu 5,6 kali lebih besar daripada tingkat pendidikan ibu yang
2
4
4) ASI eksklusif
7) Pola asuh
secara fisik dan psikis memiliki status gizi lebih baik daripada
kurang yaitu 1,2 kali lebih besar daripada balita dengan pola
8) Faktor lingkungan
segera setelah bayi lahir. Air susu ibu yang keluar pertama kali
Sukamto, 2020)
adalah zat gizi yang didapatkan dari makanan yang dimakan oleh anak.
zat gizi apa saja yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dengan normal
protein, vitamin, dan mineral dengan mutu yang baik dan jumlah yang
Tabel 2.3 Manfaat dan sumber zat-zat gizi penting yang perlu mendapat
Membantu proses
metabolism dan
pembentukan sel-sel
darah
Menjaga rasa lesu,
mengantuk dan kurang
Semangat
Vitamin C Meningkatkan Buah-buahan seperti
imunitas/daya tahan pisang ambon,
tubuh terhadap infeksi papaya, tomat, jeruk,
Pemeliharaan kesehatan dan sayuran hijau
gigi dan gusi
Membantu mengurangi
zat-zat karsiogenik
(pembentuk sel kanker)
Membantu penyerapan
zat besi
Vitamin D Membantu tubuh Susu dan produk
menyerap kalsium dan olahannya, minyak ikan
fosfor untuk tuna, salmon, mentega,
pertumbuhan tulang dan dan margarin
gigi
Vitamin E Sebagai antioksidan yang Tauge, sayur- sayuran,
melindungi sel dari buah- buahan, kacang-
kerusakan kacangan, minyak biji
Menghalangi oksidasi bungan matahari, telur
lemak dalam tubuh
Mencegah kenaikan
kadar kolesterol
Menjaga kesehatan kulit
dan otot
Vitamin K Penting untuk proses Sayuran hijau tua
pembekuan darah seperti bayam, hati,
Pembentuk tulang yang kacang polong, kuning
kuat telur dan
kacang-kacangan
Mineral, Pembentukan tulang dan Ikan laut, susu,
macamnya: gigi brokoli, kacang
Kalsium Menjaga reaksi otot dan kedelai, keju
respon syaraf lebih cepat
Magnesium Pertumbuhan otot dan Gandung, coklat,
3
2
agar anak tidak bosan. Sebaiknya dibuat siklus menu 7 hari atau 10
hari. Ini juga memudahkan ibu untuk mengatur menu balita. Selain itu
warna, aroma, besar porsi dan pemilihan alat makan anak yang menari.
Selain itu didalam menyusun menu, jadwal makan balita juga harus
3
3
harus diisi dan ritme tubuhnya maka ketika jam makan tiba, anak tidak
makan balita yaitu 3 kali makan utama yaitu sarapan, makan siang dan
juga enggan sarapan pagi. Menu sarapan pagi tak harus komplit
dan malam. Selain itu porsi makanan untuk sarapan juga lebih
sarapan pagi misalnya omlete sayur, mie goreng, nasi goreng atau
hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Tetapi untuk makan malam
kandungan kalorinya tapi zat gizi lain seperti protein, mineral, dan
vitamin. Makanan selingan ini dapat berupa kue, biskuit, atau jus
B. Penelitian Terkait
kejadian stunting antara bayi yang alami BBLR dengan yang tidak
tidak jauh berbeda yaitu 23,2% dan 23,5%. Kesimpulan akhir dari
lebih
Sri, 2021).
C. Kerangka Teori
1. BBR
2. Tingkat Sosial Ekonomi Gizi kutang Pada
3. Asi Eksklusif Balita
4. Pemberian Imunisasi Dasar
5. Jumlah Anggota Keluarga
6. Pola Asuh
7. Faktor Lingkungan
D. Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Balita.
4
0
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pendekatan desain case control yaitu suatu peneltian (survey) analitik yang
2020).
jenis kasusnya
1. Rancangan Penelitian
skema 3.1
Berisiko
Kontrol Kejadian Gizi
Kurang
Tidak berisiko
Berisiko
Kasus Kejadian Gizi
Kurang
Tidak berisiko
4
2
2. Alur Penelitian
n : 64 n : 64
n : 127
Pengolahan data
Analisis Data :
1. Univariat
2. Bivariat
Hasil Analisis
4
3
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
sampai tahun 2022 dari bulan Januari – April sebanyak 632 balita.
2. Sampel
1:1, yaitu sampel kasus dan kontrol. Seluruh data Balita yang
sebanyak 64 Balita.
a. Sampel Kasus
b. Sampel Kontrol
Kampar II.
3. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
kurang.
2) Kriteria eksklusi
Koto Kampar II
1) Kriteria inklusi
2) Kriteria Eksklusi
4
5
bulan.
a. Kasus
b. Kontrol
D. Etika Penelitian
2. Kerahasiaan (Confindetiality)
penelitian ini berupa lembar check list. Data yang dikumpulkan adalah
data sekunder yang diperoleh dari data Puskeamas XIII Koto Kampar II
kemudian dicatat sesuai variabel yang diteliti, data yang digunakan adalah
G. Pengolaan Data
instrument diperiksa apakah sudah diisi dengan benar dan semua item
H. Definisi Operasional
Variabel Independen
1. BBLR adalah berat bayi lahir Lembar Ordinal 0. Ya, jika berat
normal yaitu ≥2500-4000 Check badan bayi <
list 2500 gram
1. Tidak, jika berat
badan bayi ≥
2500 gram
Variabel Dependen
2. Kejadian Pengertia. Balita gizi Lembar Nominal 2. Ya ,balita gizi
Gizi kurang adalah balita Check kurang <-2 SD
Kurang dengan status gizi list 3. Tidak Gizi kurang-
berdasarkan korelasi berat 3 SD
badan dengan umur
I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
F
P= x 100 %
N
Keterangan :
P = Hasil presentase
2. Analisis Bivariat
Dengan nilai probability (P) dengan taraf nyata = 0,05 dan dapat
HASIL PENELITIAN
2022. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan bayi berat lahir rendah
dengan kejadian gizi kurang pada balita di Puskesmas XIII Koto Kampar II pada
tahun 2021 dan 2022 dari bulan Januari - April. Penelitian ini menggunakan
digunakan sebanyak 128 dengan 64 sampel sebagai kelompok kasus (balita gizi
kurang) dan 64 lainnya sebagai kelompok kontrol (balita tidak gizi kurang).
Peneliti telah melakukan pengumpulan data di Puskesmas XIII Koto Kampar II.
Dilakukan dengan membaca rekam medik dari 128 sampel tersebut. Data yang
A. Analisa Univariat
berikut :
51
Tabel 4.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
2 Perempuan 73 57,1 %
jenis kelamin balita yang ada di Puskesmas XIII Koto Kampar II pada
(28,1%).
52
2. Berdasarkan Kejadian BBLR
B. Analisa Bivariat
gizi kurang pada balita 12 – 59 bulan. Uji statistik yang digunakan adalah
53
jika P-Value>0,05 maka H0 diterima atau tidak terdapat hubungan yang
Tabel 4.5 Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara BBLR Dengan Kejadian
Gizi Kurang
Gizi Kurang
Ya Jumlah
BBLR P
(Kasus) Tidak (Kontrol) OR
Value
F % F % F %
Ya 48 75.0 12 18,8 60 46,9
68
0.000 3.000
Tidak 16 25.0 52 81, 53.1
Jumlah 64 100 64 100 128 100
3,000 hal ini bermakna BBLR dengan kejadain gizi kurang kejadian
BBLR.
54
BAB V
PEMBAHASAN
BBLR dengan kejadian gizi kurang balita di Puskesmas XIII Koto Kampar
(BBLR) dan variabel dependen (kejadian gizi kurang) dengan jumlah sampel
3,000 hal ini bermakna BBLR dengan kejadain gizi kurang kejadian
BBLR.
55
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Nepal yang dilakukan
riwayat berat badan lahir rendah dengan kejadian gizi kurang. Berat badan
lahir yang rendah memiliki risiko gizi kurang 4,47 kali lebih besar dari
tubuh di kemudian hari. Hal ini karena pada umumnya bayi yang
(Barker, 2020).
dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering). Seseorang bayi yang lahir
dan kesehatan anak maka perlu adanya pola asuhan nutrisi yang baik bagi
ibu sejak masa hamil, masa bayi, masa balita, dan anak-anak agar
Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu
baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga
56
cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Status gizi ibu
BBLR. Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
Berat bayi yang dilahirkan dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu
baik sebelum hamil maupun saat hamil. Status gizi ibu sebelum hamil juga
cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Status gizi ibu
BBLR. Ibu dengan status gizi kurang sebelum hamil mempunyai resiko
4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu yang
57
BAB VI
PENUTUP
Saran
58
Diharapan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
59