Anda di halaman 1dari 11

Karakteristik Pasien Osteomielitis di Rumah Sakit Pusat Infeksi

Prof Dr. Sulianti Saroso

Characteristics of Osteomyelitis Patients In Sulianti Saroso Infectious Disease


Hospital

M. Rifaldi Nabiu 1, Adinta Anandani 2, Nico Perdana Hardiansyah3


1
Mahasiswa Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Jakarta, 2Departemen Mikrobiologi-Parasitologi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta. 3KSM Bedah Ortopedi RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso

*Korespodensi Penulis :
M. Rifaldi Nabiu
Email: mrifaldinabiu476@gmail.com

Abstrak
Latar Belakang: Osteomielitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada tulang dan strukturnya,
proses inflamasi yang terjadi digolongkan berdasarkan durasi waktu mulai dari akut, subakut sampai dengan
kronis. Bakteri penyebab infeksi osteomielitis yang paling sering adalah Staphylococcus aureus. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pasien osteomielitis di RSPI. Prof. Dr. Sulianti Saroso. Metode:
Penelitian ini dengan desain deskriptif observasional dengan mengambil sampel rekam medik pada pasien
pasien penderita osteomielitis periode 2018 sampai 2019. Hasil: Dari 22 kasus osteomyelitis, rentang usia
terbanyak adalah 50-59 tahun (31,8%) dan jenis kelamin laki-laki 54,5%. Sebagian besar pasien menjalani
perawatan lebih dari 7 hari (54,5%). Manifestasi klinis yang tampak adalah nyeri (100%), nyeri tekan
(77.3%), ulkus (36.4%), gangguan mobilitas fisik (40.9%). Faktor risiko terbanyak adalah DM (54.5%) diikuiti
oleh trauma (54.5%). Gambaran radiologis menunjukkan (59,1%) kesan osteomyelitis. Hasil laboratorium
memperlihatkan lekositosis (40.9%), peningkatan LED (90.9%) dan peningkatan CRP (36.4%). Dari 22
kasus ostemielitis tersebut hanya 8 yang dilakukan pemeriksaan kultur dan terdapat pertumbuhan bakteri
pada empat kasus yaitu (Staphylococcus aureus). Sebagian besar terapi empirik menggunakan
metronidazole (20.6%). Terapi definitif sesuai hasil kultur. Semua kasus memperlihatkan prognosis yang
baik. Rata-rata lama rawat di rumah sakit adalah >7 hari (54.5%). Kesimpulan: Osteomielitis terjadi pada
rentang usia terbanyak 50-59 tahun dengan karakteristik klinis dominan nyeri dan peningkatan LED.

Kata kunci : Osteomielitis; Karakteristik Klinis,; Mikrobiologi

Abstract
Background: Osteomyelitis is an inflammatory process that occurs in bone and its structure, the
inflammatory process that occurs is classified based on the length of time ranging from acute, subacute to
chronic. The most common bacterial cause of osteomyelitis infection is Staphylococcus aureus. The purpose
of this study was to determine the characteristics of patients with osteomyelitis at RSPI. Prof. Dr. Sulianti
Saroso. Method: This study was an observational descriptive study by taking medical record samples in
patients with osteomyelitis from 2018 to 2019.Results: Of the 22 cases of osteomyelitis, the highest age
range was 50-59 years (31.8%) and male sex 54.5%. Most patients require treatment for more than 7 days
(54.5%). Clinical manifestations that appeared were pain (100%), tenderness (77.3%), ulcers (36.4%),
impaired physical mobility (40.9%). The most frequent risk factor was DM (54.5%) followed by trauma
(54.5%). Radiological features showed (59.1%) osteomyelitis. Laboratory results shows of increased
leukocytosis (40.9%), increased LED (90.9%) and increased CRP (36.4%). Of the 22 cases of ostemielitis,
only 8 were examined for culture and increased bacterial growth in four cases, namely (Staphylococcus
aureus). Most empirical therapies used metronidazole (20.6%). Definitive therapy is given according to
culture results. All cases considered a good prognosis. The average hospital stay was >7 days (54.5%).
Conclusion: Osteomyelitis occurs in the highest age range of 50-59 years with dominant clinical
characteristics of pain and increased LED.

Keywords: Osteomyelitis; Clinical Characteristics; Microbiology

35 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1


Pendahuluan pasien yang melakukan opeasi bebrapa
Osteomielitis adalah suatu penyakit hal ini dapat menjadi faktor risiko
peradangan tulang dan sumsum yang seseorang bisa mengalami penyakit
disebabkan oleh organisme piogenik. radang pada tulang yang bisa
Sifat infeksi dari osteomielitis terdiri dari disebabkan dari bakteri yang berasal
akut, subakut dan kronis hingga dapat dari flora normal pada kulit yang
mengenai struktur sekunder dari tulang menginvasi kedalam hingga dapat
dengan presentasi masing-masing jenis menyebabkan infeksi pada tulang.3
karakteristiknya berdasarkan waktu dan Adapun salah satu faktor penyebab
serangan dari penyakit osteomielitis, yang dapat menyebabkan terjadinya
pada pasien dengan infeksi akut proses osteomielitis adalah diabetes mellitus.
perkembangan penyakit dimulai dalam Berdasarkan Riskesdas tahun 2018
kurun waktu dua minggu setelah bahwa penderita diabetes mellitus di
serangan penyakit pada pasien Jakarta mengalami peningkatan
osteomielitis, sedangkan pada pasien dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu
dengan sifat infeksi yang subakut 3.4% pada tahun 2018. Berdasarkan
proses penyakitnya dimulai dalam diagnosis oleh dokter pada semua usia
hitungan minggu sampai dengan satu DKI berada pada peringkat pertama
atau beberapa bulan dan pada pasien dibandingkan dengan provinsi lainnya di
dengan infeksi osteomielitis yang kronis Indonesia.4
penyakitnya sudah berlangsung lama Berdasarkan data yang terdapat di
dalam hitungan waktu ≥3 bulan.1–3 Rumah Sakit Penyakit Infeksi. Prof. Dr.
Penyebab infeksi osteomielitis yang Sulianti Saroso Sunter pada tahun 2019.
paling sering adalah Staphylococcus Bahwa pasien yang didagnosis dari
aureus. Secara hematogen inokulasi bulan Januari sampai dengan bulan
langsung pada penderita. Penyebab September 2019 di IGD Rumah Sakit
infeksi akibat S. aureus pada anak-anak Penyakit Infeksi. Prof. Dr. Sulianti
mencapai 90%, sedangkan pada pasien Saroso terdapat 1.972 pasien dengan
osteomielitis kronis, bakteri yang paling kasis trauma yang merupakan salah
sering menyebabkan adalah satu fator utama yang menyebabkan
Staphylococcus epidermidis, S. aureus, terjadinya osteomielitis.5
Pseudomonas aeruginosa, Serratia
marcescens dan Escherichia coli. Metode
Adapun faktor risiko osteomielitis seperti Penelitian ini menggunakan
lemahnya sistem imun, trauma, hingga pendekatan observasional dengan

The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1 36


desain cross sectional. Populasi Hasil
penelitian ini dilakuka pada Seluruh Karakteristik sosiodemografi pada
pasien yang didiagnosis osteomielitis di penlitian ini didapatkan rentan usia
Rumah Sakit Penyakit Infeksi. Prof. Dr. tertinggi mengalami osteomielitis yaitu
Sulianti Saroso Sunter periode 2018- pada usia 50-59 tahun dengan
2019 yang diambil dari data rekam presentase 31.8% dan laki-laki memiliki
medis. Adapun data yang diambil risiko tinggi mengalami ostomileitis
berupa data sosiodemografi, lama dibandingkan dengan perempuan
rawat, klinis, pemeriksaan penunjang, dengan presentase 54.5%, berdasarkan
dan terapi, kriteria eksklusi yaitu pada distribusi tempat tinggal pasien
pasien osteomielitis dengan HIV dan osteomileitis yang dirawat di RSPI Prof.
wanita hamil. Semua data yang telah Dr. Sulianti Saroso terbanyak berasal
dikumpulkan dari rekam medis dari Kec. Tanjung Priok dengan
kemudian diolah dengan menggunakan presentase 50.0% (Tabel 1).
program analisis data. Analisis data Karakteristik klinis pasien penderita
yang digunakan adalah analisis osteomielitis di RSPI Prof. Dr. Sulianti
univariat yang bertujuan untuk Saroso. Rata-rata lama rawat pasien >7
menjelaskan atau digunakan untuk hari dengan presentase 54.5%,
mendeskripsikan karakteristik setiap gambaran klinis yang diapatkan pada
variabel penelitian. Pada Penelitian ini keseluruhan pasien mengeluhkan rasa
terdapat 32 data rekam pasien penderita nyeri dengan presentase 100%,
osteomielitis yang didagnosis dari kemudian pada pemeriksaan fisik
Januari tahun 2018 sampai dengan tampak adanya ulkus dengan
bulan Oktober tahun 2019. Tetapi pada presentase 36.4% dan didapatkan
penelitian ini hanya 22 data rekam adanya nyeri tekan positif sebanyak
medis pasien penderita osteomielitis 77.3%, 40.9% didapatkan adanya
yang memenuhi kriteria inklusi terhadap gangguan mobilitas fisik. Trauma dan
penelitian ini. Semua data yang telah DM merupakan faktor risiko utama
dikumpulkan dari rekam medis penyebab osteomielitis dengan
kemudian diolah dengan menggunakan presentase masing-masing 54.5%,
program analisis data. Penelitian ini kemudian dari hasil pemeriksaan
telah mendapat ethical clearance dari penunjang laboratorium didapatkan
komite etik RSPI Prof Dr Sulianti Saroso lekositosis (10^³/μL) dengan presentase
dengan nomor izin etik 40.9% terjadi juga peningkatan dari
50/XXXVIII.10/XI/2019. CRP >5.00 (mg/dl) dengan presentase

37 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1


36.4% dan terdapat peningkatan dari presentase 54.5%. Berdasarkan
LED >20 (mm/jam) dengan presentase penelitian yang di lakukan oleh
90.9%. terapat 8 pasien yang dilakukan (Kremers, et.al) menyatakan bahwa laki-
pemeriksaan kultur, hasil pemeriksaan laki lebih berisiko mengalami
mikrobiologi didapatkan 4 pasien osteomielitis dibandingkan dengan
dengan kultur positif. Pada pemeriksaan perempuan, kemudian berdarakan
radiologi didapatkan kesan osteomielitis penelitian yang dilakukan oleh Omoke di
dengan presentase 59.1%, komplikasi Nigeria menyatakan bahwa laki-laki
pada pasien penderita osteomielitis lebih berisiko mengalami oteomielitis
didapatkan adanya selulitis dengan dibandingkan dengan perempuan
presentase 22.7% (Tabel 2). dengan perbandingan 1.7:1.6–8
Prognosis pasien penderita
osteomielitis dalam penelitian baik Tabel 1. Karakteristik Sosiodemografi
pada Pasien Osteomielitis di Rumah
dengan presentase 100%, trapi empiric
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti
yang paling banyak diberikan adalah Saroso
Metronodazol dengan presentase Karakteristik n Persentase
20.6%, kemudian untuk terapi definitif Usia
diberikan sesuai dengan bakteri ▪ < 18 6 27.3
penyebab (Tabel 3). ▪ 18-29 1 4.5
▪ 30-39 1 4.5

Pembahasan ▪ 40-49 3 13.6

Hasil analisis didapatkan usia yang ▪ 50-59 7 31.8

paling banyak menderita osteomielitis ▪ 60-69 4 18.2

yaitu pada pasien dengan usia 50-59 Jenis Kelamin

tahun. Berdasarkan penelitian yang ▪ Laki-Laki 12 54.5

dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin ▪ Perempuan 10 45.5


Tempat Tinggal
Bandung pada tahun 2016 rentan usia
▪ Kec. Tanjung Priok 11 50.0
pasien yang mengalami osteomielitis
▪ Kec. Pademangan 5 22.7
adalah 17-25 tahun sedangkan
▪ Kec. Cilincing 2 9.1
berdasarkan penelitian yang dilakukan
▪ Kec. Ciampea 1 4.5
oleh (Kremers, et.al) usia yang berisiko
▪ Kec. Kby. Lama 1 4.5
menderita osteomielitis yautu pada usia
▪ Kec. Jatinegara 1 4.5
>80 tahun. Dari 22 pasien yang
▪ Kec. Menteng 1 4.5
didiagnosis menderita osteomielitis 12
Total 22 100
diantaranya adalah laki-laki dengan

The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1 38


Tabel 2. Karakteristik Klinis pada Pasien Osteomielitis di Rumah Sakit Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti Saroso
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Lama Rawat
▪ >7 Hari 12 54.5
▪ <7 Hari 10 45.5
Gambaran Klinis
▪ Nyeri 22 100
▪ Demam 6 27.3
▪ Menggigil 2 9.1
Look
▪ Ulkus 8 36.4
▪ Edema 4 18.2
▪ Tidak ada data 4 18.2
▪ Edema dengan ulkus 3 13.6
▪ Ulkus dengan abses 2 9.1
▪ Selulitis 1 4.5
Feel
▪ Nyeri 17 77.3
▪ Pitting edema 1 4.5
▪ Gatal disekitar luka 1 4.5
▪ Tidak ada data 3 13.6
Move
▪ Gangguan Mobilitas Fisik 9 40.9
▪ Tidak ada data 13 59.1
Faktor Risiko
▪ Trauma dan ada riwayat DM 12 54.5
▪ Riwayat Operasi 10 45.5
Leukosit (10^³/μL)
▪ Lekosit Normal 12 54.5
▪ Lekositosis 9 40.9
▪ Lekopenia 1 4.5
CRP (mg/dl)
▪ >5.00 8 36.4
▪ <5.00 1 4.5
▪ Tidak ada data 13 59.1
LED (mm/jam)
▪ >20 20 90.9
▪ Tidak ada data 2 9.1
Spesimen Kultur
▪ Kultur Pus 7 31.8
▪ Kultur Jaringan 1 4.5
▪ Tidak Dilakukan Pemeriksaan 14 63.6
Hasil Kultur
▪ Staphylococcus aureus 2 9.1
▪ Streptococcus agalactiae 1 4.5
▪ Escherichia coli 1 4.5
▪ Tidak ada Pertumbuhan Bakteri 4 18.2
Radiologi
▪ Kesan Osteomielitis 13 59.1
▪ Dalam batas normal 4 18.2
▪ Tidak ada data 5 22.7
Komplikasi
▪ Selulitis 5 22.7
▪ Deformitas Tulang 2 9.1
▪ Abses Tulang 1 4.5
Total 22 100

39 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1


Tabel 3. Karakteristik Prognosis dan Terapi pada Pasien Osteomielitis di Rumah Sakit
Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
Variabel n Persentase (%)
Prognosis
▪ Baik 22 100
Terapi Empirik
▪ Metronidazole 7 20.6
▪ Vicillin 6 17.6
▪ Cefixime 5 14.7
▪ Cefotaxime 4 11.8
▪ Cefoperazone 3 8.8
▪ Gentamicine 3 8.8
▪ Clindamycin 2 5.9
▪ Cefadroxil 2 5.9
▪ Vancomycin 2 2.9
▪ Amoxicillin 2 2.9
Terapi Definitif
▪ Trimethoprim atau sulfamethoxazole 1 4.5
▪ Metronidazole 1 4.5
▪ Vancomisin 1 4.5
▪ Meropenem 1 4.5
Total 22 100

Dari keseluruhan data yang korban meninggal dunia sebanyak 155


didapatkan dalam penelitian ini bahwa dan korban dengan luka berat sebanyak
pasien yang berasal dari Kec. Tanjung 23 orang, dan 709 korban mengalami
Priok sebanyak (50.0%), sedangkan luka ringan.9
untuk Kec. Pademangan dengan Rata-rata lama rawat pasien
presentasenya adalah (22.7%), untuk osteomielitis di RSPI Prof. Dr. Sulianti
Kec. Cilincing dengan didapatkan Saroso adalah >7 hari (54.5%).
presentase sebanyak (9.1%) ketiga Berdasarkan penelitian yang di RSUP
kecamatan ini berada di daerah Jakarta Dr. Kariadi Semarang rata-rata lama
Utara dan tiga kecamatan lainya berada rawat <10 hari. Dari hasil analisis yang
disekitar Jakarta, Berdasarkan data dari di lakukan bahwa pasien datang dengan
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI keluhan utama nyeri (100%) dan diikuti
Jakarta bahwa angka kecelakaan yang dengan keluhan demam sebanyak
terjadi di Jakarta pada tahun 2013 (27.3%), (9.1%) disertai dengan keluhan
dengan total 3.710 kejadian. kejadian menggigil. Dari hasi analisis
tertinggi khususnya terjadi pada daerah pemeriksaan fisik look didapatkan
Jakarta Utara dengan angka kejadian adanya ulkus (36.4%), edema (18.2%),
tertinggi yaitu 741 kejadian dengan edema disertai ulkus (13.6%), kemudian

The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1 40


terdapat abses (9.1%), selulitis (4.5%). mengalami diabetes melitus dengan
Kemudian dilakukan pemeriksaan, feel ulkus pedis megalami osteomielitis.12
and move didapatkan adanya nyeri Berdasarkan pemeriksaan
tekan (77.3%) dan (40.9%) pasien laboratorium didapatkan pasien dengan
mengalami gangguan dalam mobilitas leukositosis >11.000 (40.9%) dan 1
fisik. Bedasarkan penelitian yang pasien ditemukan leukopenia <3.600
dilakukan di Rumah Sakit Johns (4.5%), sedangkan pada 12 pasien
Hopkins. Gambaran klini yang timbul (54.5%) kadar leukosit dalam batas
pada pasien osteomielitis bervariasi, normal. Berdasarkan hasil dari
tergantung penyebab terjadinya pemeriksaan C-reaktif protein 8 pasien
osteomielitis tersebut dan proses infeksi mengalami peningkatan >5.00 mg/dl
tersebut dapat terjadi secara cepat atau (36.4%) dan 1 pasien kadar C-reaktif
lambat. Demam adalah hal pertama protein dalam batas normal <5.00 mg/dl
yang terjadi ketika seseorang (4.5%). Dari hasil Pemeriksaan laju
mengalami infeksi, nyeri pada daerah endap darah didapatkan 20 pasien
yang mengalami infeksi, tampak mengalami peningkatan dari kadar LED
eritema, terdapat daerah yang >20 mm/jam (90.9%). Pada
mengalami pembengkakan, pada pemeriksaan laboratorium darah
daerah sekitar infeksi akan terasa biasanya didapatkan peningkatan, laju
hangat, dan kesulitan dalam mobilitas endap darah (LED) mungkin normal
10
fisik. atau sedikit meningkat pada pasien
Pada penelitian ini didapatkan osteomielitis kronis, sedangkan pada
faktor risik utamanya adalah trauma dan pasien dengan osteomielitis akut dapat
diabetes melitus dengan presentase ditemukan leukositosis. Kultur darah
masing-masing (54.5%), (45.5%) mungkin positif sekitar 50% dari kasus
memiliki riwayat tindakan operasi. osteomielitis akut. pada pemeriksaan
Dalam Global Status Report on Road (LED) atau C-reaktif protein. (CRP)
Safety (WHO, 2015) disebutkan bahwa sering meningkat.13
setiap tahun, di seluruh dunia, lebih dari Pada pemeriksaan mikrobiologi
1,25 juta korban meninggal akibat spesimen yang di gunakan berupa Pus
kecelakaan lalu lintas dan 50 juta orang (31.8%) pada 7 orang pasien,
11
luka berat. Berdasarkan penelitian sedangkan untuk Jaringan diambil pada
yang dilakukan oleh (Lavery, et. al) 1 orang pasien (4.5%). Pemeriksaan
menyatakan bahwa (12%) pasien yang mikrobiologi kultur darah dan biopsi
pada tulang diperlukan untuk

41 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1


mengindentifikasi kuman patogen Maka dari itu diperlukan pemeriksaan
spesifik yang dilakukan pada pasien penunjang lainnya atau modalitas
osteomielitis.13,14 Dari hasil kultur radiologi yang lain seperti CT-Scan atau
didapatkan bakteri penyeba utamanya MRI.15 Osteomielitis didiagnosis
adalah Staphylococcus aureus berdasarkan adanya gambaran klinis
sebanyak (9.1%) dan ditemukan juga seperti (demam, nyeri lokalis atau nyeri
bakteri penyebab Streptococcus tekan, pembengkakan, dan terbatasnya
agalactiae dan Escherichia coli dengan mobilitas fisik), yang disertai
presentase masing-masing (4.5%). pemeriksaan laboratorium, radiologi
Berdasarkan pemelitian yang dilakukan yang kompatibel dengan atau tanpa
oleh (Carek, et.al) bakteri penyebab dilakukannya kultur bakteri dari sampel
osteomielitis yang utama adalah darah atau tulang.16
Staphylococcus aureus (90%), komplikasi yang didapatkan pada
sedangkan pada pasien osteomielitis penderiya yaitu selulitis (22.7), (9.1%)
kronis, bakteri yang paling sering didapatkannya deformintas tulang,
menyebabkan adalah Staphylococcus terdapat pasien dengan abses tulang
epidermidis, S. aureus, Pseudomonas (4.5%). Serupa dengan laporan yang
aeruginosa, Serratia marcescens dan ditulis oleh (Momodu & Savaliya)
Escherichia coli.1 komplikasi yang dapat terjadi pada
Pada hasil pemeriksaan radiologi osteomielitis dapat berupa infeksi
kesan osteomielitis (59.1%). Diagnosis jaringan lunak yang berdekatan,
osteomielitis sering didasarkan pada deformitas tulang, abses tulang, fraktur
hasil pemeriksaan radiologi yang patologis, pembentukan saluran sinus
memperlihatkan gambaran litik dengan dan Infeksi sistemik.17
cincin sclerosis. Namun, pemeriksaan Dari 22 pasien yang didiagnosis
foto polos radiologi memiliki sensitivitas osteomielitis mendapatkan terapi
dan spesifisitas yang rendah untuk empirik yang diberikan di Rumah Sakit
mendiagnosis osteomielitis akut. Pada Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso
osteomielitis kronis, dapat terlihat yang paling banyak digunakan yaitu
sequestrum pada foto polos radiologi metronidazole (20.6%), Vicillin (17.6%),
sebagai lesi sklerotik fokal dengan tepi Cefixime (14.7%), Cefotaxime (11.8%),
lusent. Involucrum dapat terlihat sebagai Cefoperazone (8.8%), gentamicine
tulang yang menebal dan sklerotik yang (5.9%), cefadroxil (5.9%), vancomycin
mengelilingi sequestrum. Bisa juga (2.9%), amoxicillin (2.9%). Bedasarkan
terdapat gambaran destruksi kortikal. penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.

The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1 42


Hasan Sadikin Bandung bahwa terapi semuanya baik dengan presentase
empirik yang banyak digunakan adalah (100%) baik, ditambah dengan baiknya
Cefazolin (41.93%). Metronidazole fasilitas kesehatan yang terdapat di
digunakan untuk pengobatan infeksi rumah sakit penyakit infeksi prof. dr.
protozoa dan bakteri anaerob yang sulianti saroso. Berdarakan pemelitian
disebabkan oleh spesies Bacteriodes. yang dilakukan oleh (Momodu &
Metronidazole mekanisme menghambat Savaliya) bahwa dengan pengobatan
sintesis protein dengan brinteraksi pada kondisi awal yang agresif,
dengan DNA dan akan menyebabkan prognosis pada pasien dengan
hilangnya struktru DNA, oleh karena hal osteomielitis baik.21 Namun, pada
tersebut menyebabkan matinya pasien dengan osteomielitis kronis
organisme yang rentan.18 β laktam dan dapat terjadi kekambuhan sekitar
22
vancomisin adalah antimikroba yang (30%).
paling umum digunakan dalam
pengobatan osteomielitis. Cefazolin Kesimpulan
memiliki aktivitas yang sangat baik Usia yang paling banyak menderita
terhadap bakteri patogen osteomielitis yaitu pada pasien dengan
Staphylococcus sensitif metisilin dan usia 50-59 tahun. Adapun gambaran
telah banyak digunakan untuk terapi Klinis yang dominan adalah Nyeri diikuti
pada pasien osteomielitis. Ceftriakson oleh demam dan menggigil. Pada
pada penggunaan satu kali dalm satu pemeriksaan fisik yang didapatkan
hari umumnya digunakan untuk pasien adalah tampak adanya ulkus dan diikut
denga rawat jalan.19 Strategi gangguan mobilitas fisik, dengan faktor
pengobatan pada osteomielitis risiko berupa trauma dan diabetes
tergantung pada penyebab awal dan melitus. Kadar leukosit tidak selalu
perubahan patologis yang terjadi.20 meingkat pada pasien osteomielitis,
Terapi definitif yang diberikan pada sehingga diperlukan penapisan
pasien penderita osteomielitis yang tambahan untuk mentukan diagnosis
dilakukan kultur di Rumah Sakit yaitu dengan pemeriksaan LED yang
Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso meningkat dan radiologi yang dominan
diberikan berdasarkan bakteri penyebab adalah tampak kesan osteomielitis.
dari hasil kultur. Prognosis pada pasien Terapi Empirik yang terbanyak adalah
yang dirawat Di Rumah Sakit Penyakit menggunakan metronidazole.
Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dengan Sedangkan terapi definitif yang
total 22 populasi dalam penelitian ini diberikan adalah berdasarkan hasil

43 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1


kultur. Rata-rata lama rawat di rumah sulianti-saroso
sakit adalah >7 hari dengan prognosis 6. Indria , Shelia Ayu; Lokarjana,
yang baik. Lukmana; Pohan, Djoni Kusumah.
Gambaran Pasien Osteomielitis
Saran
Kronis Di Bagian Bedah Ortopedi
Diharapkan penelitian ini dapat
Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung
dilanjutkan oleh peneliti lain untuk
Periode Januari 2011–Desember
menggali lebih dalam lagi mengenai
2016.
infeksi musculoskeletal khususnya
7. Kremers, Hilal Maradit MD, MSc;
osteomielitis.
Nwojo, Macaulay E, MD; Ransom,

Ucapan Terima Kasih Jeanine E; M, BS Christina; Wood-

Penulis mengucakan banyak terima Wentz MS; III, L. Melton Joseph, MD;
kasih kepada Direktur Utama serta M, Paul ; III, Huddleston MD. Trends

seluruh jajaran Direksi Rumah Sakit in the epidemiology of osteomyelitis: a

Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso population-based study, 1969 to 2009.

yang telah memberikan izin terhadap J Bone Joint Surg Am.

penelitian ini sehinga dapat 2015;97(10):837-45.

dilaksanakan dengan baik. 8. Omoke, Njoku Isaac. Childhood


pyogenic osteomyelitis in Abakaliki,
Daftar Pustaka
south east Nigeria. Niger J Surg.
1. Carek, Peter J M.D.,M.S; Dickerson,
2018;24(1):27-33.
Lori M; D, Pharm; Sack, Jonathan L
9. Badan Pusat Statistik. Data Jumlah
M.D. American Family Physician.
Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas,
2001;63(12):2413.
Korban Dan Kerugian Di Provinsi DKI
2. Noor Zairin. Buku Ajar Gangguan
Jakarta. Provinsi DKI Jakarta: 2016.
Muskuloskeletal Edisi 2. Jakarta :
http://data.jakarta.go.id/dataset/data-
Salemba Medika; 2016.
jumlah-kejadian-kecelakaan-lalu-
3. Skinner, Harry B. Current Diagnosis &
lintas-korban-dan-kerugiannya.
Treatment in Orthopedics. California:
10. The Johns Hopkins University, The
The McGarw-Hill Companies. 2007.
Johns Hopkins Hospital, and Johns
4. RISKESDAS. Hasil Utama Riskesdas
Hopkins Hospital System.
2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Osteomyelits. 2019.
Republik Indonesia. 2018.
11. Kominfo. Rata-rata Tiga Orang
5. Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Meninggal Setiap Jam Akibat
Sulianti Saroso. 2019.
Kecelakaan Jalan di indonesia.
https://www.neliti.com/id/rspi-prof-dr-

The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1 44


(2017,08 22). https:// kominfo. osteomyelitis in children treated at a
go.id/index.php/content/detail/1036 tertiary hospital in central Taiwan.
8/rata-rata-tiga-orang-meninggal- Journal of Microbiology,
setiap-jam-akibat-kecelakaan- Immunology and Infection, (2020).
jalan/0/artikel_gpr. 2-9.
12. Lavery , Lawrence A; Armstrong, 17. Momodu , I. I., & Savaliya, V.
David G; Peters, Edgar J.G; Lipsky, Osteomyelitis. NCBI, StatPearls
Benjamin A. American Diabetes Publishing LLC. (2021).
Association. Probe-to-bone test for 18. Weir, Connor B; Le, Jacqueline K.
diagnosing diabetic foot Metronidazole. (December 7,
osteomyelitis: reliable or relic? 2019).
Diabetes Care. 2007;30(2):270- 19. Mustafa, Murtaza; Yusof, Sharil M;
274. Iftikhar, Muhammad. Osteomyelitis:
13. Michno, Adrian; Nowak, Anna; pathogenesis, clinical and
Królicki, Leszek. Review of therapeutic challenge. International
contemporary knowledge of Journal of Medicine and
osteomyelitis diagnosis. World Pharmaceutical Sciences.
Scientific News An International 2014;4:9-18.
Scientific Journal. 92(2) (2018) 272- 20. Birt , M. C., Anderson, D. W., Toby ,
282 E. B., & Wang, J. Osteomyelitis:
14. Fritz, Joseph M, MD; McDonald, recent advances in pathophysiology
Jay R, MD. Osteomyelitis: approach and therapeutic strategies. Elsevier
to diagnosis and treatment. NIH-PA Journal of Orthopaedics, 14 (2017).
Author Manuscript. (2009 June 15).. 45–52.
15. Lee, Y. J., Sadigh, S., Mankad, K., 21. Momodu, Ifeanyi I; Savaliya, Vipul.
Kapse, N., & Rajeswaran, G. The Osteomyelitis. StatPearls
imaging of osteomyelitis. Publishing, Treasure Island (FL).
Quantitative Imaging in Medicine 2019.
and Surgery, (2016). 6(2):184-198. 22. Hatzenbuehler , J., & Pulling , T. J.
16. Chen , J. A., Lin, H. C., Wei, H. M., Diagnosis and management of
Hsu, Y. L., Lai, H. C., Low, Y. Y., . osteomyelitis. American Academy
Hwang, K. P. Clinical characteristics of Family Physician.
and outcomes of culture-negative (2011).84(9):1027-1033.
versus culture-positive

45 The Indonesian Jounal Of Infectious Disease | Volume 7 No.1

Anda mungkin juga menyukai