Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Osteomielitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada tulang dan strukturnya, proses
inflamasi yang terjadi digolongkan berdasarkan durasi waktu mulai dari akut, subakut sampai
kronis. Pada pasien dengan infeksi akut, proses perkembangan penyakit dimulai dalam kurun
waktu dua minggu setelah onset penyakit, sedangkan pada pasien dengan sifat infeksi yang
subakut proses penyakitnya dimulai dalam hitungan minggu sampai dengan satu atau beberapa
bulan dan pada pasien dengan infeksi yang kronis penyakitnya sudah berlangsung lama dalam
hitungan waktu ≥3 bulan.

2.2 Etiologi

Terdapat berberapa macam jenis mikroorganisme patogen. Pada orang dewasa, Organisme yang
paling umum ditemukan yakni Staphylococcus aureus, berdasarkan sebuah penelitian bahwa
kasus osteomielitis di Amerika Serikat yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus
memiliki persentase sebesar 44% dari 760 kasus osteomielitis. Namun, organisme lain pada
kelompok gram–positive cocci (seperti beberapa diantaranya bakteri Streptococcus spp., serta
baketeri jenis coagulase–negative staphylococci), gram–negative bacilli, dan jenis anaerobik
merupakan jenis yang umum terlibat, pada beberapa kasus osteomielitis contiguous focus
mikroorganisme ini juga terlibat. Pada bayi, apabila dilihat pada spesimen darah atau tulang,
sering ditemukan beberapa jenis mikroorganisme patogen yaitu dimulai dari Staphylococcus
aureus, Streptococcus agalactiae, serta Escherichia coli. Namun, pada anak usia diatas 1 tahun,
bakteri jenis Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan Haemophilus influenzae yang
sering ditemukan.5,6 Dari beberapa kuman tersebut, masing-masing kuman berbeda.memiliki
penatalaksaann yang berbeda

2.3 Faktor risiko

Faktor risiko penyakit osteomielitis meliputi diabetes mellitus, penyakit sickle cell, AIDS,
penyalahgunaan obat-obatan secara intra vena, alkohol, pengguna steroid jangka panjang, dan
penurunan kekebalan tubuh. Kondisi- kondisi tersebut bisa menjadi faktro risiko ditambah
dengan terjadinya fraktur terbuka.

2.4 Patofisiologi

Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis hematogen biasanya


terjadi pada tilang panjang anak-anak, jarang pada orang dewasa kecuali bila terjadi pada tulang
belakang (Eid AJ, 2019). Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering terjadi pada diabetes
melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada ekstremitas.
Berbeda dari osteomielitis hematogen, yaitu infeksi polimikroba staphylococcus aureus
bercampur dengan patogen lain. Infeksi nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh
kontaminasi mikroba setelah patah tulang terbuka atau pembedahan patah tulang tertutup (Eid
AJ, 2019). Pembentukan biofilm merupakan kunci dari perkembangan infeksi. Biofilm
merupakan suatu kumpulan koloni mikroba yang ditutupi matriks polisakarida ekstraseluler yang
melekat pada permukaan implan atau tulang mati (Eid AJ, 2019).

Osteomielitis akut bila tidak segera ditangani akan terjadi peningkatan tekanan intramedula dan
eksudat menyebar melalui korteks metafise yang tipis menjadi abses subperiosteal (Eid AJ,
2019). Abses subperiosteal dapat menyebar dan mengangkat periosteum sepanjang diafise.
Nekrosis tulnag terjadi karena kehilangan aliran darah akibat dari peningkatan tekanan
intramedulari dan kehilangan suplai darah dari periosteal (Eid AJ, 2019). Bagian yang avaskular
dari tulang yang dikenal sebagai sequestrum, dan seluruh panjang dari tulang dapat menjadi
sequestrum. Fragmen ini menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme dan dapat menjadi
episode infeksi klinis yang berulang (Eid AJ, 2019). Abses dapat keluar melalui kulit
membentuk sinus. Respon pasien dibentuk oleh periosteum sebagai usaha memagari atau
menyerap fragmen ini dan mengembalikan stabilitas yang disebut dengan involucrum (Eid AJ,
2019).

Infeksi bakteri ke tulang dapat terjadi karena inokulasi langsung, penyebaran hematogen atau
invasi lokal dari tempat infeksi lain (Eid AJ, 2019). Bakteri dapat muncul dalam bentuk biofilm
atau planktonik. Biofilm memberikan proteksi yang dapat meningkatkan aktivitas metabolik
(Mruk AL, 2018). Pada bentuk planktonik tidak terdapat hubungan antara sel-sel, demikian juga
tidak terbentuk lapisan kimia. Bakteri dlam bentuk planktonik memudahkan penyebaran infeksi
di tempat lain (bacteremia atau sepsis), namun lebih rentan diserang oleh sistem imun atau
antibiotik (Mruk AL, 2018).

Setelah terinfeksi, osteomielitis melunakkan tulang secara progresif dan terjadi nekrosis tulang
sehingga terbentuknya sequestrum (Eid AJ, 2019). Pada stadium ini, debridemen dengan
pembedahan menjadi pilihan terapi. Adanya implant pada lokasi infeksi dapat menjadi salah satu
faktor yang dapat menghambat pengobatan yang sukses

2.5 Klasifikasi

Terdapat empat tipe anatomi dari osteomielitis yaitu medula, superfisial, lokal dan difus
(Chiappini E, 2020). Osteomielitis medula (tipe 1) melibatkan permukaan intramedula.
Osteomielitis superfisial (tipe 2) melibatkan permukaan tulang. Ini disebabkan oleh infeksi
langsung ketika permukaan tulang berdekatan dengan luka jaringan lunak. Osteomielitis lokal
(tipe 3) melibatkan seluruh tebal korteks dan menyebar ke kanal intramedula, namun
pengeluaran squestrum dengan pembedahan tidak dipengaruhi stabilitas tulang. Osteomielitis
difus (tipe 4) melibatkan tulang secara melingkar, membutuhkan reseksi tulang dan stabilisasi.
Instabilitas pada osteomielitis difus dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah debridemen
(Chiappini E, 2020).
2.6 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada pasien osteomyelitis bergantung pada onset keluhan tersebut. Pada
osteomieoitis akut ditemukan tanda infeksi akut seperti demam, bengkak, kemerahan, nyeri dan
muncul nanah pada lokasi infeksi. Sedangkan pada osteomieitis kronis, pasien menderita nyeri
pada daerah yang terkena, eritema, bengkak dan terdapat sinus. Demam biasanya tidak
ditemukan pada osteomielitis kronis. Oleh karena infeksi biasanya tenang, diperlukan kecurigaan
yang tinggi dalam diagnosis, terutama pada pasien dengan atrophic nonunion setelah patah
tulang terbuka atau fiksasi internal dari patah tulang tertutup. Pada sekitar 0,2% hingga 1,6%
pasien, sinus yang kronik dapat berakhir pada metaplasia pada epitel traktus sinus, transformasi
ganas dan pembentukan squamous cell carcinoma (Solomon, 2020).

2.7 Diagnosis

Diagnosis seringkali ditentukan secara klinis dan dikombinasi dengan hasil gambaran radiologi
dan histopatologi

 Tes darah – pemeriksaan sel darah putih biasanya normal atau meningkat; penanda
inflamasi (Laju Endap Darah) biasanya meningkat
 Radiologi – meskipun kurang sensitif, Radiografi polos biasanya tersedia, tidak mahal,
dan bisa memperlihatkan perubahan setelah 10-14 hari. Pemindaian tulang sensitif tapi
tidak spesifik. Pemindaian CT atau MRI lebih mahal tapi sensitif dan spesifik, dan bisa
menjadi pikihan. MRI menjadi kontraindikasi pada pasien yang mengenakan bahan-bahal
metal; karena menyebabkan artefak pada CT
 Biopsi-Panduan radiologi atau biopsi untuk pembedahan, bisa menjadi pilihan utama
dalam pemberian terapi antibiotik, ini direkomendasi untuk mengidentifikasi organisme
penyebab

2.8 Gambaran radiologis

Foto polos normal dapat terlihat hingga 10 hari dengan tanda paling awal berupa pembengkakan
jaringan lunak. Tulang yang terinfeksi pada awalnya kehilangan detailnya dan menjadi tidak
berbatas jelas dengan reaksi periosteal dan bahkan destruksi tulang. Pada pencitraan sinar-X
akan menunjukan adanya resorpsi tulang, hilangnya densitas tulang, penebalan, dan sklerosis di
sekitar tulang.

1. Stage 1 Osteomielitis, Pada foto polos ini menunjukkan adanya penebalan dan sclerosis
pada midshaft tibia
Gambar 2.1

2. Stage 2 Osteomielitis, pada foto polos terlihat adanya penebalan pada focal cortical
(tanda panah) dan pemusnahan jaringan lemak serta reaksi periosteal

Gambar 2.2
3. Stage 3 osteomielitis, menunjukan adanya ring sequesterum pada fokus infeksi

Gambar 2.3

4. Stage 4 osteomielitis, menunjukkan adanya non-union dari fraktur distal femoral dengan
lesi osteolisis dan osteosclerosis

Gambar 2.4

2.9 Manajemen
 Prinsip umum, tujuan terapi untuk mengeradikasi infeksi dan mengembalikan lagi fungsi
organ. Osteomielitis pada dewasa biasanya diobati oleh kombinasi surgical debridement
dan antibiotik.
 Pembedahan, prinsip terapi pembedahan adalah membersihkan jaringan yang terinfeksi,
membersihkan metalware, manajemen dari celah yang mati (dengan ditutup), menutup
luka, dan stabilisasi fraktur yang terinfeksi.
 Terapi antimikroba, pemilihan antimikroba bergantung pada organisme yang terisolasi.
Durasi optimal dari pengobatan tidak diketahui tapi biasanya disarankan 4-6 minggu dari
terapi intravena.
 Terapi adjunctive, hyperbaric oxygen sudah menunjukan keefektifitasannya pada
penelitian di hewan, tapi tidak ada data yang adekuat untuk mendukung

Penatalaksanaan

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi (Baughman D.C, 2020).

1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa
kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi
antibiotik tambahan.

2.10 Komplikasi

Infeksi osteomyelitis dapat menjalar ke bagian kortek tulang dan periosteum, sehingga terjadi
penurunan suplai darah ke periosteum dan menyebabkan nekrosis tulang (Baughman D.C, 2020).
Celah di antara nekrosis tulang dapat mengandung pus dan tulang baru/involucrum akan tumbuh
pada periosteum yang terluka ini, sehingga dapat terjadi kontraktur fleksi di atas atau di bawah
area infeksi. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi apabila terapi osteomyelitis tidak
adekuat adalah (Baughman D.C, 2020):

1. Artritis septik
2. Patah tulang patologis
3. Karsinoma sel skuamosa
4. Pembentukan saluran sinus
5. Abses
6. Kelainan bentuk tulang
7. Infeksi sistemik
8. Amiloidosis (jarang)
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai