RPZ Moramo Wawonii
RPZ Moramo Wawonii
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Ditetapkan di Kendari
pada tanggal 2020
ALI MAZI
-5-
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Teluk Moramo dan
Pulau-Pulau Kecil sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebagai
acuan dan panduan dalam:
1. Pelaksanaan program dan kegiatan;
2. Perlindungan dan pelestarian kawasan beserta sumber dayanya;
3. Pemanfaatan kawasan sesuai dengan zonasinya;
4. Pengembangan wisata berbasis konservasi; dan
5. Mengevaluasi efektifitas pengelolaan kawasan.
BAB II
POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN
2.1 Potensi
Secara administrasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara (TWP Teluk Moramo dan Pulau-Pulau Kecil sekitarnya)
berada dalam 3 ( tiga) wilayah administrasi pemerintahan yaitu Kota
Kendari, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan. Kawasan
Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki
luas sebesar 21.786,14 Ha. Peta Kawasan KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara
selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 2.1.
A. Kabupaten Konawe
Kabupaten Konawe adalah salah satu dari 17 kabupaten dalam
wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Ibukota Unaaha terletak 73
Km dari Kota Kendari. Secara geografis terletak di bagian Selatan
Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara 02˚45’ dan 04˚15’
LS, membujur dari Barat ke Timur antara 121˚15’ dan 123˚30’ BT.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah
dan Kabupaten Konawe Utara;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Kendari dan Laut Banda;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.
Luas wilayah Kabupaten Konawe adalah 579.894 Ha dengan wilayah
pesisir hanya mencakup 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Kapoila,
Kecamatan Morosi, Kecamatan Lalonggasumeeto, dan Kecamatan
Soropia. Kabupaten Konawe memiliki beberapa pulau kecil yaitu Pulau
Bokori, Pulau Saponda Laut, dan Pulau Saponda Darat. Kesemua pulau
tersebut dikembangkan untuk tujuan wisata bahari baik melalui
program wisata secara umum maupun melalui program konservasi.
B. Kota Kendari
Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas
daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit
dan dilewati oleh sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari.
Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi.
Wilayahnya sebagian besar terdapat di wilayah daratan, mengelilingi
Teluk Kendari dan hanya terdapat satu pulau, yaitu Pulau Bungkutoko.
Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, berada
di antara 03˚54’40” dan 04˚5’05” Lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara 122˚26’33” dan 122˚39’14” Bujur Timur. Wilayah
Kota Kendari berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Kabupaten Konawe
2.1.1 Aksesibilitas
Ditinjau dari aspek geostrategis, Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara berada pada posisi atau letak yang strategis dan
dapat dijangkau dengan mudah terutama untuk kegiatan wisata dan
pengawasan kawasan. Kawasan konservasi ini dapat ditempuh melalui jalur
laut dan darat. Jalur darat dapat ditempuh baik dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat, namun daerah yang dapat
dijangkau hanya wilayah KKPD di sisi timur Teluk Moramo yang mencakup
2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Moramo Utara dan Kecamatan Moramo
Kabupaten Konawe Selatan. Sedangkan untuk menuju kawasan konservasi
yang masuk dalam wilayah Kota Kendari dan Kabupaten Konawe hanya
dapat ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan transportasi laut
yang mudah ditemukan disepanjang pesisir Teluk Kendari atau di sekitar
daerah Pelabuhan Nusantara Kendari/Pelabuhan Beringin.
Penggunaan trasnportasi laut untuk menuju KKPD Provinsi Sulawesi
Tenggara merupakan pilihan yang tepat untuk dapat menjangkau seluruh
wilayah kawasan konservasi terutama wilayah Teluk Moramo yang juga
mencakup wilayah Kecamatan Laonti. Waktu tempuh yang dibutuhkan
untuk mencapai lokasi kawasan konservasi bergantung pada jenis kapal
dan kapasitas mesin yang digunakan, tetapi umumnya waktu yang
ditempuh cukup singkat ± 20 menit – 2 Jam. Dengan daya jangkau yang
mudah dalam mengakses kawasan konservasi, maka pengelolaan
diharapkan akan lebih mudah dilakukan. Walaupun ke depannya tidak
menutup kemungkinan akan banyak bermunculan potensi konflik
pemanfaatan ruang di sekitar wilayah perairan kawasan konservasi karena
lokasinya yang tidak jauh dari kota Kendari yang terus menerus dalam
perkembangan khususnya pelabuhan dan alur pelayaran.
2.1.2 Iklim
Koordinat Kondisi
Kedalaman
No. Stasiun Tutupan Kategori Keterangan
Bujur Lintang (m)
(%)
1 TK STRA
122,680007 -3,98213 5 40,5 Sedang Pasi Jambe
001
2 TK STRA Pulau
122,77629 -3,971432 11 47,0 Sedang
002 Saponda
3 TK STRA Pulau
122,768089 -3,984584 4 26,5 Sedang
003 Saponda
4 TK STRA Sapa Pulau
122,739509 -4,00228 5 19,5 Rusak
004 Hari
5 TK STRA Sapa Pulau
122,735736 -4,026099 5 57,5 Baik
005 Hari
6 TK STRA Sapa Pulau
122,757359 -4,019257 3 22,0 Rusak
006 Hari
7 TK STRA
122,775642 -4,036352 8 42,0 Sedang Pulau Hari
007
8 TK STRA Tanjung
122,774033 -4,057014 5 9,0 Rusak
008 Gomo
Tanjung
9 TK STRA
122,771314 -4,082263 6 62,0 Baik Lemo
009
/Labutaone
10 TK STRA
122,816408 -4,113522 3 66,0 Baik Woru-Woru
010
11 TK STRA
122,812538 -4,132049 4 25,0 Rusak Pulau Gala
011
12 TK STRA Rumbi-
122,761626 -4,150392 4 56,0 Baik
012 Rumbia
13 TK STRA Pulau
122,723162 -4,125989 7 54,5 Baik
013 Wawosunggu
14 TK STRA Panambea
122,7014 -4,132802 5 59,5 Baik
014 Barata
15 TK STRA Pulau
122,673953 -4,11961 3 40,5 Sedang
015 Moramo
16 TK STRA
122,669807 -4,101262 7 63,5 Baik Pulau Lara
016
Pasi Jambe
Pulau Saponda
Pulau Hari
Teluk Moramo
Untuk kondisi biomassa ikan diperoleh nilai yang cukup bervariasi dari
masing wilayah perairan atau stasiun pengamatan. Lokasi yang memiliki
jumlah biomassa ikan yang tertinggi adalah stasiun 7 (Pulau Hari)
sebanyak 186,44 Kg/Ha, dan terendah adalah stasiun 15 (Pulau Moramo)
sebanyak 21,114 Kg/Ha.
Biomassa total semua kategori tiga kelompok utama yakni ikan target,
mayor dan indikator adalah 1191, 149 Kg/Ha. Biomassa ikan karang
didominasi oleh ikan target 970,313 Kg/Ha, selanjutnya ikan mayor
209,728 Kg/Ha dan ikan indikator 11,108 Kg/Ha. Kategori ikan target
diwakili oleh famili Lutjanidae, Nemiptiridae, dan Scaridae. Ikan mayor
diwakili oleh famili Pomacentridae. Dalam pengamatan di lapangan,
sering ditemukan ikan-ikan tersebut berkelompok dalam jumlah besar
(schooling).
Tabel 2.3 Penyebaran Jenis Ikan yang dilindungi di KKPD
Provinsi Sulawesi Tenggara
Lokasi/Wilayah
Stasiun Jenis Biota Laut yang Dilindungi
perairan
TK STRA 001 Pasi Jambe Bambu Laut, Kima
TK STRA 002 Pulau Saponda Bambu Laut
TK STRA 003 Pulau Saponda Bambu Laut, Kima
TK STRA 004 Sapa Pulau Hari Bambu Laut
TK STRA 005 Sapa Pulau Hari Bambu Laut, Kima
TK STRA 006 Sapa Pulau Hari Bambu Laut, Kima
TK STRA 007 Pulau Hari Bambu Laut
TK STRA 008 Tanjung Gomo Bambu Laut
Tanjung
TK STRA 009 Bambu Laut, Penyu
Lemo/Labutaone
TK STRA 010 Woru-Woru Penyu, Bambu Laut
TK STRA 011 Pulau Gala Bambu Laut, Kima
TK STRA 012 Rumbi-Rumbia Bambu Laut
TK STRA 013 Pulau Wawosunggu Bambu Laut, Penyu
TK STRA 014 Panambea Barata Bambu Laut, Kima
TK STRA 015 Pulau Moramo Bambu Laut, Benur lobster
Bambu Laut, Penyu, Napoleon,
TK STRA 016 Pulau Lara
Kima
-15-
B. Ekosistem Mangrove
MG
S : 04° 09′ 13,8″ Desa
STRA Lumpur 86,74 1,61 Baik 2300 Padat
E : 122° 49′ 58,8″ Wandaeha
04
MG Sekitar
S : 04° 09′ 22,1″ Lumpur
STRA 77,44 6,41 Baik 1567 Padat Mata Air
E : 122° 47′ 58,5″ berpasir
05 Emba
MG
S : 04° 09′ 09,2″ Desa
STRA Lumpur 72,28 15,45 Sedang 1700 Padat
E : 122° 46′ 52,5″ Tambolosu
06
MG Desa
S : 04° 07′ 24,5″ Lumpur
STRA 78,72 10,53 Baik 2133 Padat Ranooha
E : 122° 39′ 48,9″ berpasir
07 Raya
C. Padang Lamun
Ekosistem lamun yang terdapat di kawasan ini memiliki keanekaragaman
tertinggi. Ekosistem lamun yang dijumpai masih beragam, sebagian
besar berbentuk sporadis (spot-spot) dengan jenis yang dominan adalah
Enhalus acoroides. Kondisi ini disebabkan perairannya pada musim hujan
sering terjadi peningkatan sedimen akibat aliran sungai sehingga dapat
menghambat pertumbuhan lamun. Jenis-jenis lamun yang ditemukan
dalam KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari E. acoroides,
Cymodocea rotundata, C. serrulata, Syringodium isotifelium, Halodule
uninervis. Jenis dan karakteristik substrat lamun disajikan pada
Gambar 2.5 berikut.
a. Suhu
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari,
letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air
-19-
c. pH
Parameter pH di perairan sekitar KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara
berkisar antara 6.9 – 7.8 dengan pH rata-rata 7.12 (± 0,29), dimana
parameter ini masih mendukung kelangsungan hidup biota laut dan
masih layak untuk kegiatan budidaya perikanan laut.
d. Clorofil-A
Parameter clorofil-a di perairan sekitar KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara
berkisar antara 1.06 – 2.72 mg/l, dengan rata-rata 1.76 (± 0669), dimana
parameter ini masih mendukung untuk kegiatan budidaya perikanan
laut.
e. Kedalaman Perairan
Kedalaman perairan di perairan KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara
berkisar antara 0 – 45 meter. Kedalaman di sekitar pantai yakni pada
kedalaman antara 0 – 5 memiliki jarak yang bervariasi dari garis pantai.
Perairan yang sangat landai terdapat di sekitar muara-muara sungai di
Dusun Beroro Desa Ranooha Raya, Desa Lapuko, dan Muara Sungai
Laonti. Beberapa gugusan pulau kecil seperti Pulau Lara dan Pulau
Wawosunggu memiliki kedalaman yang cukup dangkal dengan tipe pantai
berpasir. Kedalaman terbesar berada di bagian tengah Teluk Moramo
yakni mencapai 45 meter.
f. Arus
Arus merupakan salah satu faktor penting dalam pemanfaatan kawasan
laut. Arus laut yang dibangkitkan oleh angin berfungsi sebagai pembersih
kotoran, sisa pakan, ataupun mengganti suplai nutrient di perairan.
Kecepatan arus di perairan KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara bervariasi
antara 0,04 – 0,35 m/s dengan rata-rata 0,17 m/s.
-20-
kelompok krustasea (udang, lobster, dan kepiting). Untuk jenis ikan pelagis,
hasil tangkapan nelayan dapat mencapai 20 Kg untuk sekali trip dengan
wilayah penangkapan di dalam kawasan konservasi dengan armada yang
masih bersifat tradisional. Sedangkan untuk ikan demersal, kisaran hasil
tangkapan antara 3 – 15 Kg per sekali trip. Dan hasil tangkapan pada salah
satu jenis kelompok krustasea yaitu udang kecil (ebi) dapat mencapai 300 Kg
pada musim tertentu.
Pulau Hari
Pulau Saponda
Pulau Lara Mata Air Emba
1. Aspek Ekologis
a. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan cara yang tidak
ramah lingkungan
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
ekosistem pesisir didalam kawasan yaitu masih adanya pemanfaatan
sumber daya pesisir dan laut yang dilakukan oleh masyarakat sekitar
-24-
f. Pencemaran sampah
Sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga masyarakat kawasan dan
yang bersumber dari aktivitas masyarakat lainnya yang beraktivitas di
perairan kawasan konservasi akan mengakibatkan terjadi penurunan
kualitas perairan. Kualitas perairan yang tercemar mempengaruhi
kelangsungan hidup biota laut yang ada dalam kawasan. Keberadaan
sampah juga akan mengurangi keindahan (estetika) pantai sehingga
mengurangi daya tarik wisatawan untuk berwisata di dalam kawasan
konservasi.
g. Sedimentasi
Aktivitas pertambangan batu dan pelabuhan khusus sektor
pertambangan di wilayah pesisir sekitar kawasan konservasi turut
memberikan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan, apalagi
pemantauan dan pengawasan oleh pihak terkait tidak dilakukan
secara rutin dan maksimal. Sedimentasi akan mempengaruhi
penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sehingga dapat
menyebabkan terganggunnya kehidupan bahkan kematian bagi biota
laut. Sedimen yang masuk ke perairan akan menutupi dasar perairan
yang semula terdapat biota laut yang hidup seperti terumbu karang.
2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
a. Konflik pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut
1). Kehadiran nelayan luar
Sebagian besar nelayan luar melakukan penangkapan ikan
menggunakan kapal dengan ukuran yang besar terutama yang
menggunakan jaring lingkar di malam hari dirasakan cukup
mengganggu nelayan kecil. Akibatnya jumlah tangkapan nelayan
kecil yang beraktivitas di pagi hari semakin menurun. Hal ini pula
yang kadang memicu masyarakat lokal atau sekitar kawasan untuk
melakukan perlawanan, karena ada indikasi bahwasanya nelayan
tersebut tidak hanya membuang jaring tetapi juga menggunakan
bahan peledak dalam menangkap ikan.
2). Kegiatan pertambangan dan keberadaan kawasan industri
Meliputi penambangan batu di sekitar Tanjung Opa Kecamatan
Moramo Utara dan keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) di Desa Tanjung Tiram juga akan mempengaruhi wilayah
penangkapan, aktivitas budidaya nelayan atau masyarat pesisir
kawasan serta aktivitas wisata bahari yang dilakukan di sekitarnya
seperti wisata pantai di Pantai Senja dan Snorkeling/Diving di Pulau
Lara.
3). Alur kapal yang berukuran besar yang menggunakan sumber daya
di Pelabuhan Lapuko Kec. Moramo. Kapal pengangkut semen curah
menjadikan wilayah perairan dalam kawasan konservasi sebagai
alur pelayaran reguler dalam melaksanakan aktivitas transportasi
dan bongkar muat.
-26-
BAB III
PENATAAN ZONASI
3.1. Umum
Zonasi kawasan konservasi perairan adalah suatu bentuk rekayasa
teknik pemanfaatan ruang di kawasan konservasi perairan melalui penetapan
batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung,
serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan
ekosistem. Zonasi dalam Kawasan Konservasi Perairan dibagi atas 4 (empat)
zona yaitu Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan, dan
Zona Lainnya (Permen KP No.30 Tahun 2010).
Berdasarkan hasil analisis marxan serta mempertimbangkan
tanggapan/masukan dari berbagai pihak, zonasi Taman Wisata Perairan
Teluk Moramo dan Pulau-Pulau Kecil sekitarnya terdiri atas Zona inti, Zona
Perikanan Berkelanjutan, Zona Pemanfaatan dan Zona Lainnya ( sub zona
DPL dan sub zona rehabilitasi). Pengalokasian ruang dalam zonasi telah
mempertimbangkan potensi sumber daya, daya dukung dan proses
ekologis kawasan konservasi. Dalam penataan zonasi kawasan dilakukan
penyesuaian terhadap Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Tahun 2017,
sehingga terdapat penambahan luas kawasan konservasi sebesar 116, 20 Ha
dan total keseluruhan kawasan konservasi menjadi 21.902, 34 Ha.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh luas lokasi masing-masing zona
dalam KKPD Prov. Sultra, disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara
Persentase
No. Zonasi Lokasi Luas (Ha)
(%)
1. Zona Inti 2.299, 81 10,50
- Zona Inti I Sapa Pulau Hari 1.666,35 7,61
Wilayah Perairan Desa
- Zona Inti II 633,46 2,89
Tambolosu
Wilayah perairan Teluk
Moramo, Pulau Moramo,
Zona Perikanan Pulau Wawosunggu, Pulau
2. 18.490,96 84,42
Berkelanjutan Gala, Pulau Saponda, Pulau
Hari, Pasi Jambe, Tanjung
Gomo dan Tanjung Lemo
Zona
3. 1.070, 95 4,89
Pemanfaatan
- Zona
Pulau Hari 295,89 1,35
Pemanfaatan I
- Zona Wilayah perairan Desa Woru-
480,27 2,19
Pemanfaatan II Woru dan sekitarnya
- Zona
Pulau Lara 294,79 1,35
Pemanfaatan III
4. Zona Lainnya 40,61 0,19
- Sub zona DPL Pulau Saponda 4,49 0,02
-29-
- Sub zona
Pulau Saponda 8,59 0,04
Rehabilitasi I
- Sub zona
Pulau Saponda 27,53 0,13
Rehabilitasi II
Total 21.902, 34 100
Dari Tabel 3.1 di atas, secara rinci Zonasi KKPD Prov. Sultra dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Zona Inti terletak di wilayah perairan Sapa Pulau Hari dan Desa
Tambolosu Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan dan
sekitarnya dengan luas keseluruhan mencapai 2.299,81 Ha atau
10,50% dari total luas KKPD Prov. Sultra.
2) Zona Perikanan Berkelanjutan terletak hampir di seluruh wilayah
perairan KKPD Prov. Sultra yaitu Wilayah perairan Teluk Moramo,
Pulau Moramo, Pulau Wawosunggu, Pulau Gala, Pulau Saponda, Pulau
Hari, Pasi Jambe, Tanjung Gomo dan Tanjung Lemo, dengan luas
18.490,96 Ha atau 80,42% dari total luas kawasan konservasi.
3) Zona Pemanfaatan terletak di wilayah perairan Pulau Hari dan Pulau
Lara serta Desa Woru-Woru dan sekitarnya dengan luas 1.070, 95 Ha
atau 4,89% dari total luas KKPD Prov. Sultra.
4) Zona Lainnya, zona ini terbagi atas 2 (dua) sub zona yaitu sub zona
Daerah Perlindungan Laut (DPL) dan sub zona Rehabilitasi. Kedua sub
zona tersebut terletak di wilayah perairan Pulau Saponda, dengan luas
keseluruhan Zona Lainnya yaitu sebesar 40,61 Ha atau 0,19% dari total
luas KKPD Prov. Sultra.
Gambar 3.2 Peta Zona Inti KKPD Prov. Sultra pada Wilayah Perairan
Sapa Pulau Hari
-31-
Gambar 3.3 Peta Zona Inti KKPD Prov. Sultra pada Wilayah Perairan
Teluk Moramo
Tabel 3.2 Titik Koordinat Zona Inti pada Kawasan Konservasi Perairan
Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara
lamun, dan mangrove). Peta dan titik koordinat lokasi Zona Perikanan
Berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 3.2, Gambar 3.3 dan Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Peta Zona Perikanan Berkelanjutan KKPD Prov. Sultra pada
Wilayah Perairan Teluk Moramo
Tabel 3.3 Titik Koordinat Zona Perikanan Berkelanjutan di Kawasan
Konservasi Perairan Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara
Koordinat
Luas Target
No. Zone_Id Lokasi
X Y (Ha) Pengelolaan
Wilayah perairan
14. 14 122,778962 -3,974462
Pulau Saponda
Wilayah perairan
15. 15 122,773069 -3,974572 Pulau Saponda
Wilayah perairan
16. 16 122,7632 -3,982103
Pulau Saponda
Wilayah perairan
17. 17 122,765296 -3,983159
Pulau Saponda
Wilayah perairan
18. 18 122,764565 -3,984513
Pulau Saponda
Wilayah Perairan
19. 19 122,762422 -3,983444
Pulau Saponda
Wilayah perairan
20. 20 122,767262 3,984015
Pulau Saponda
Wilayah Perairan
21. 21 122,771719 -3,984051
Pulau Saponda
Wilayah perairan
22. 22 122,771706 -3,985622
Pulau Saponda
Wilayah perairan
23. 23 122,76725 -3,985586
Pulau Saponda
24. 24 122,711428 -3,994683 Sapa Pulau Hari
25. 25 122,786752 -3,994912 Sapa Pulau Hari
26. 26 122,786791 -4,000848 Sapa Pulau Hari
27. 27 122,737368 -4,000833 Sapa Pulau Hari
28. 28 122,737364 -4,014226 Sapa Pulau Hari
29. 29 122,72714 -4,014222 Sapa Pulau Hari
30. 30 122,727134 -4,032079 Sapa Pulau Hari
31. 31 122,750694 -4,032086 Sapa Pulau Hari
32. 32 122,750697 -4,021818 Sapa Pulau Hari
33. 33 122,78693 -4,021834 Sapa Pulau Hari
Wilayah perairan
34. 34 122,768477 -4,025605
Pulau Hari
Wilayah perairan
35. 35 122,781991 -4,025609
Pulau Hari
Wilayah perairan
36. 36 122,781986 -4,043702
Pulau Hari
Wilayah perairan
37. 37 122,768472 -4,043698
Pulau Hari
38. 38 122,78719 -4,061061 Labuan Beropa
39. 39 122,807448 -4,116487 Woru-Woru
40. 40 122,8093 -4,114757 Woru-Woru
41. 41 122,833155 -4,139368 Woru-Woru
42. 42 122,831128 -4,141262 Woru-Woru
-36-
Tambolosu dan
43. 43 122,793402 -4,151965
sekitarnya
Tambolosu dan
44. 44 122,793405 -4,140256
sekitarnya
Tambolosu dan
45. 45 122,754662 -4,140245
sekitarnya
Tambolosu dan
46. 46 122,754656 -4,15149
sekitarnya
47. 47 122,697605 -4,138001 Panambea Barata
Lapuko dan
48. 48 122,697669 -4,144884
sekitarnya
49. 49 122,679531 -4,144818 Ranooha Raya
Landipo dan
50. 50 122,679284 -4,159021
sekitarnya
Wilayah perairan
51. 51 122,66431 -4,106904
Pulau Lara
Wilayah perairan
52. 52 122,673376 -4,106915
Pulau Lara
Wilayah perairan
53. 55 122,673371 -4,086345
Pulau Lara
54. 56 122,690657 -4,086898 Teluk Moramo
B. Potensi
Zona Perikanan Berkelanjutan dalam KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara
memiliki potensi perikanan yang cukup besar yang didukung dengan
keberadaan ekosistem pesisir yang lengkap. Zona ini merupakan daerah
penyebaran ikan-ikan ekonomis penting baik dari kelompok ikan pelagis
maupun ikan demersal (ikan karang). Selain itu, wilayah zona ini merupakan
daerah penangkapan ikan (fishing ground) bagi nelayan sekitar kawasan
maupun yang berasal dari kabupaten lain. Berdasarkan kondisi di
lapangan, zona ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan
budidaya khususnya Keramba Jaring Apung (KJA), untuk berbagai jenis
ikan demersal seperti ikan Kuwe.
Kondisi ekosistem pesisir pada Zona Perikanan Berkelanjutan
KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki nilai yang beragam di tiap -
tiap bagian wilayah pesisir dalam zona tersebut. Ekosistem terumbu
karang berada dalam kondisi sedang, dengan nilai rata-rata persentase
tutupan karang hidup sebesar 41,6%. Wilayah perairan pesisir yang
memiliki kondisi terumbu karang yang baik yaitu Tanjung Lemo atau
Desa Labotaone, Pulau Wawosunggu, dan Desa Panambea Barata. Untuk
ekosistem mangrove, zona ini memiliki nilai rata-rata tutupan kanopi
sebesar 71 % atau berada pada kondisi sedang. Wilayah pesisir Desa
Wandaeha merupakan wilayah yang memiliki nilai persentase tutupan
kanopi tertinggi yaitu 86,74% atau berada dalam kriteria baik.
Sedangkan kondisi ekosistem lamun pada zona ini berada dalam kriteria
sedang, dengan nilai persentase tutupan sebesar 46,6%. Di wilayah
perairan zona ini juga ditemukan beberapa jenis biota perairan yang
dilindungi seperti kima, ikan napoleon, dan bambu laut.
Di wilayah perairan Zona Perikanan Berkelanjutan KKPD Provinsi
Sulawesi Tenggara, memiliki potensi perikanan khususnya dari kelompok
krustasea. Keberadaan udang kecil (ebi) yang melimpah pada waktu
tertentu di wilayah perairan sekitar muara Sungai Laonti membawa
dampak positif terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu, jenis
lobster yang masih berukuran larva hingga juvenil juga banyak
ditemukan di wilayah perairan Desa Ranooha Raya (sekitar muara Sungai
Moramo). Benur lobster yang melimpah menarik perhatian masyarakat
sekitar untuk menangkapnya, walaupun jenis tersebut merupakan jenis
biota perairan yang dilindungi dengan ukuran tertentu.
C. Peruntukan Zona
Berdasarkan Permen KP No.30 Tahun 2010, Zona Perikanan
Berkelanjutan dalam Kawasan Konservasi Perairan diperuntukkan bagi:
• Perlindungan habitat dan populasi ikan, meliputi: a) perlindungan
proses-proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup dari suatu
jenis atau sumber daya ikan dan ekosistemnya; b) pengamanan,
pencegahan dan/atau pembatasan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan keutuhan potensi kawasan dan
perubahan fungsi kawasan; c) pengelolaan jenis sumber daya ikan
-38-
Woru- Perlindungan,
Zona Pelestarian
Woru,
5. 39 122,807448 -4,116487 Pemanfaatan 480,27 Terumbu
Tambeanga
II Karang dan
-41-
Woru- Mangrove
6. 40 122,8093 -4,114757 Woru, untuk Tujuan
Tambeanga Wisata;
Kegiatan
Woru- Wisata
7. 41 122,833155 -4,139368 Woru, Ramah
Tambeanga Lingkungan
Woru-
8. 42 122,831128 -4,141262 Woru,
Tambeanga
Wilayah Perlindungan,
9. 51 122,66431 -4,106904 perairan Pelestarian
Pulau Lara Mangrove
untuk tujuan
Wilayah wisata;
10. 52 122,673376 -4,106915 perairan Pelestarian
Pulau Lara dan
Wilayah Zona Keindahan
11. 53 122,661882 -4,086028 perairan Pemanfaatan 294,79 Pantai;
Pulau Lara III Kegiatan
Wisata
Wilayah Ramah
12. 54 122,662125 -4,085985 perairan Lingkungan
Pulau Lara
Wilayah
13. 55 122,673371 -4,086345 perairan
Pulau Lara
B. Potensi
Tabel 3.5 Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan di Zona
Pemanfaatan di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara
Perumusan No. Jenis Kegiatan
Kegiatan
1 Patroli pengawasan
.2 Penelitian, pengembangan, dan pendidikan
3 Berenang
4 Wisata menyelam/snorkeling
5 Wisata jetski
Kegiatan 6 Wisata kayak/dayung
yang boleh 7 Wisata mancing (catch and release)
dilakukan 8 Wisata perahu
9 Wisata mangrove
10 Wisata budaya
11 Alur kapal untuk perhubungan
12 Infrastruktur pengelolaan kawasan
13 Berlayar melintas
14 Rehabilitasi dan pemulihan habitat
1 Pembuangan limbah dan sampah
2 Pemasangan rumpon
3 Penggunaan bahan peledak, bius, dan kompresor
Kegiatan 4 Penangkapan ikan
yang tidak 5 Penambangan/pengambilan terumbu karang
boleh
6 Penebangan mangrove
dilakukan
7 Segala bentuk kegiatan pertambangan
6
8 Kegiatan budidaya
1 Wisata karamba
Kegiatan 2 Pembangunan infrastruktur wisata
yang boleh
3 Pembuatan foto, video, film baik untuk tujuan
dilakukan
komersil maupun non komersil
setelah
memperoleh 4 Monitoring dan penelitian non ekstraktif
Kegiatan
izin 5 Tambatan kapal (moring buoy)
yang tidak 6 Pengembangan wisata pantai/perairan untuk
boleh tujuan komersial
dilakukan
-44-
Wilayah
Perairan
2. 13 122,778892 -3,970656 Pemulihan
Pulau Zona
Habitat
Saponda Lainnya I
(Ekosistem
(Rehabilitasi 27,53
Terumbu
Wilayah Terumbu
Karang,
perairan Karang)
3. 14 122,778962 -3,974462 Lamun)
Pulau
Saponda
Wilayah
perairan
4. 15 122,773069 -3,974572
Pulau
Saponda
Wilayah
perairan
5. 16 122,7632 -3,982103
Pulau
Saponda
Wilayah
perairan
6. 17 122,765296 -3,983159 Pemulihan
Pulau Zona
Habitat
Saponda Lainnya II
(Ekosistem
(Rehabilitasi 8,59
Terumbu
Wilayah Terumbu
Karang,
perairan Karang)
7. 18 122,764565 -3,984513 Lamun)
Pulau
Saponda
Wilayah
Perairan
8. 19 122,762422 -3,983444
Pulau
Saponda
-45-
Wilayah
perairan
9. 20 122,767262 3,984015
Pulau
Saponda
Wilayah Perlindungan
Perairan Daerah
10. 21 122,771719 -3,984051
Pulau Penyebaran
Saponda Zona Ikan
Lainnya III 4,49 Ekonomis
Wilayah (DPL) dan
perairan Pemulihan
11. 22 122,771706 -3,985622
Pulau Habitat Biota
Saponda Laut
Wilayah
perairan
12. 23 122,76725 -3,985586
Pulau
Saponda
Tabel 3.7 Kegiatan yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan di Zona
Lainnya di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN
BAB V
PENUTUP
ALI MAZI
-83-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Konawe Kepulauan merupakan salah satu kabupaten yang
berada di Provinsi Sulawesi Tengggara yang memiliki luas wilayah 70.823,3
Hektar. Secara geografis Kabupaten Konawe Kepulauan terletak sebelah
utara dan Timur berbatasan dengan Laut Banda, sedangkan Sebelah Barat
dan Selatan berbatasan dengan Selat Wawonii (BPS, 2018). Untuk menuju
Kabupaten Konawe Kepulauan dapat diakses melalui akses laut yaitu dengan
menggunakan kapal fery, maupun kapal kayu dari Kota Kendari.
Kabupaten Konawe Kepulauan terbagi atas 7 kecamatan dengan
jumlah penduduk 33.212 jiwa yang terdiri atas 16.628 jiwa penjududuk laki-
laki dan 16.584 jiwa penduduk perempuan, wilayah kecamatan yang terdapat
di Kabupaten Konawe Kepulauan adalah Wawonii Barat, Wawonii Utara,
Wawonii Timur Laut, Wawonii Timur, Wawonii Tenggara, Wawonii Selatan,
dan Wawonii Tengah (BPS 2018).
Kabupaten Konawe Kepulauan memiliki tiga ekosistem pesisir penting
yaitu terumbu karang, mangrove dan lamun yang merupakan habitat dari
sumber daya ikan, ketiga ekosistem tersebut memiliki nilai penting dari aspek
ekologi, ekonomi, sosial dan juga budaya. Luas terumbu karang di Kabupaten
Konawe Kepulauan 4.315,06 hektar, dan mangrove 1.829,9 hektar (BIG,
2016).
Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi, Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara Telah mencadangkan Kawasan Konservasi
Perairan (KKP) Pulau Wawonii dengan Luas 28.340 hektar melalui Surat
Keputusan Gubernur Nomor 725 Tahun 2016 Tentang Pencadangan
Kawasan Konservasi Perairan Pulau Wawonii di Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan tipe kawasan sebagai Taman Wisata Perairan (TWP).
Kawasan Konservasi Perairan Taman Wisata Perairan (KKP TWP) Pulau
Wawonii mencakup beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe
Kepulauan yaitu Kecamatan Wawonii Barat, Kecamatan Wawonii Utara, dan
Kecamatan Wawonii Timur Laut. Berdasarkan hasil pemodelan konektivitas
larva TWP Pulau Wawonii memiliki sifat self-replenisment sehingga akan
sangat rentang terhadap gangguan yang masuk.
Pemanfaatan potensi yang ada di ketiga kecamatan tersebut hingga
saat ini belum optimal. Kawasan wisata pantai dan wisata bahari pada ketiga
ekosistem pesisir belum dikelola dengan maksimal disebabkan salah
-84-
B. Tujuan
Tujuan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan (TWP)
Pulau Wawonii adalah sebagai acuan dan panduan dalam:
1. Pelaksanaan program dan kegiatan;
2. Perlindungan dan pelestarian kawasan beserta sumberdayanya;
3. Pemanfaatan kawasan sesuai dengan zonasinya;
4. Pengembangan wisata berbasis konservasi; dan
5. Mengevaluasi efektivitas pengelolaan kawasan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata
Perairan (TWP) Pulau Wawonii adalah sebagai berikut :
1. Potensi dan Permasalahan meliputi kondisi biofisik, social, ekonomi
budaya dan permasalahan yang terkait dengan pengelolaan TWP Pulau
Wawonii.
2. Penataan Zonasi kawasan meliputi penetapan zonasi dan aturan yang
berlaku dalam zonasi.
3. Rencana pengelolaan meliputi rencana jangka panjang (20 Tahun),
rencana jangka menengah (5 Tahunan) dan rencana kerja tahunan.
-85-
BAB II
POTENSI DAN PERMASALAHAN
A. Potensi Ekologi
1. Ekosistem Terumbu Karang
Persentase kondisi tutupan karang hidup yang teramati berkisar
2,0-54 % atau dari kondisi buruk sampai dengan baik, kondisi ini
menunjukkan adanya perbedaan antar lokasi pengamatan, hal tersebut
disebabkan oleh aktifitas masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya
kelautan dan perikanan yang masih menggunakan alat bantu
penangkapan yang bersifat merusak. Terumbu karang yang memiliki
kondisi sedang sampai dengan baik ditemukan pada dua lokasi yaitu Desa
Labeau Kecamatan Wawonii Utara dan Desa Noko Kecamatan Wawonii
Timur Laut ditemukan pada kedalaman 4 meter. Sedangkan lima lokasi
lainnya ditemukan ekosistem terumbu karang dengan kategori rusak
dengan nilai persentase yaitu pada Desa Langara Bajo (2,0%, 9,0% dan
15,5%), Desa Wawolaa (6,5%) dan Pantai Kampa (23,5%).
Persentase/kondisi tutupan karang hidup dalam kawasan konservasi
disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
2. Ekosistem Mangrove
Berdasarkan pengamatan kondisi tutupan mangrove di Kabupaten
Konawe Kepulauan menunjukkan masih dalam kategori yang cukup baik.
Hal tersebut ditunjukkan dari rata-rata persentase tutupan kanopi
-86-
Gambar 1. Kondisi Sumber Daya Ikan TPW Pulau Wawonii Tahun 2018
-88-
B. Kualitas Perairan
Kualitas air secara umum merupakan suatu ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya (Diersing dan Nancy, 2009).
Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan
biota air dan manusia. Secara khusus, untuk perairan laut, kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan dan/atau
kualitas ekosistem perairan laut tersebut. Kondisi air bervariasi seiring waktu
tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi
ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat
kompleks dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur,
pertambangan, konstruksi, dan transportasi merupakan penyebab utama
pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian dan perkotaan
dan/atau pemukiman.
Kualitas air yang diukur dalam penyusunan dokumen KKP TWP Pulau
Wawonii berdasarkan Pedoman Umum (Pedum) adalah parameter fisika
(suhu, kecerahan, kecepatan arus); parameter kimia (salinitas, pH, oksigen
terlarut (DO), BOD, COD, Nitrat, Fosfat), dan parameter biologi (klorofil dan
plankton). Sebagai acuan dalam menentukan atau mengatur pengelolaan
kawasan TWP Pulau Wawonii, maka varibilitas kualitas air di kawasan
konservasi yang dimaksud juga sangat perlu untuk diketahui. Olehnya itu,
survei lapangan pengambilan data kualitas air di kawasan TWP Pulau
Wawonii dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Selain pengukuran
di lapangan langsung, analisis laboratorium juga dilakukan guna
menentukan kualitas beberapa parameter perairan yang tidak dapat
dilakukan pengukuran secara langsung di lapangan. Di sepanjang kawasan
TWP Pulau Wawonii, total terdapat sepuluh (10) titik yang dijadikan sebagai
lokasi pengambilan sampel kualitas air. Lokasi-lokasi pengambilan sampel
kualitas air dan titik koordinatnya serta nilai kualitas airnya disajikan pada
Tabel 4.
-89-
DO (mg/l) 8.1 7.8 7.6 7.2 6.8 7.6 7.7 7.3 7.5 7.1
BOD (mg/l 16.1 13.8 11.5 12.3 13.1 12.4 8.8 10.9 12.9 15.2
COD (mg/l) 26.1 27.45 28.8 26.95 25.1 24.68 18.7 21.9 25.12 26.9
Nitrat (mg/I) 0.075 0.0815 0.088 0.0895 0.091 0.0828 0.077 0.084 0.069 0.016
Fosfat (mg/I) 0.008 0.005 0.002 0.0015 0.001 0.003 0.001 0.001 0.003 0.002
Klorofil (mg/I) 1.99 2.9 3.81 5.23 6.65 4.09 3.94 5.29 4.53 6.28
-90-
1. Arus
Arus laut merupakan suatu pergerakan massa air secara vertikal
serta juga horizontal sehingga menuju suatu keseimbangannya. Arus
dapat disebabkan oleh tipuan angin atau juga perbedaan densitas
ataupun pergerakan gelombang panjang. Selain itu, pergerakan arus
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: arah angin, pasang surut,
perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus
Ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwelling dan downwelling
(Wyrtki 1961). Hasil survei kecepatan arus laut bervariasi antara satu
lokasi perairan dengan perairan lainnya di sepanjang kawasan TWP Pulau
Wawonii (Gambar 2).
0.8
0.7
0.6
Kecepatan Arus (m/det.)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang
vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam
kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun
demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir
suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan
organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas
maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu,
tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang
terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu
terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap
perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang
toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.
Pengukuran suhu di lokasi TWP Pulau Wawonii diperoleh suhu
yang fluktuasinya tidak signifikan yaitu berkisar 29-31˚C dengan rata-rata
suhu perairan 30˚C. Dari 9 titik pengamatan variasi suhu yang dipeoleh
di lokasi pengamatan berbeda-beda, nilai suhu tertinggi diperoleh di
Pantai Kampa (32˚C) dan terendah di Tanjung Palia (29˚C) (Gambar 3).
4. Salinitas
5. Kecerahan
200
Tinggi Pasut (cm)
150
100
50
0
185
668
116
139
162
208
231
254
277
300
323
346
369
392
415
438
461
484
507
530
553
576
599
622
645
691
1
24
47
70
93
Waktu (Jam)
Pasut HWS LWS MSL
Rendah 0,0-10,0
Sedang 10,1-20,0
TInggi 25,0
Sumber: Modifikasi dari Wirosarjono (1974)
(28,8 mg/l) dan terendah di Perairan Labeau (18,7 mg/l). Kisaran nilai
konsentrasi COD tersebut masih tergolong dalam kategori rendah atau
sangat mendukung untuk kehidupan biota perairan laut. Berbeda halnya
jika dibandingkan dengan perairan muara atau perairan tercemar yang
nilai CODnya dapat mencapai 500 mg/l.
12. Klorofil
Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan
produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi
klorofil sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan (Mann dan
Lazier, 1991). Klorofil itu sendiri terdiri dari tiga jenis yaitu klorofil-a, b, dan
c. Ketiga jenis klorofil ini sangat penting dalam proses fotosintesis tumbuhan
yaitu suatu proses yang merupakan dasar dari pembentukkan zat-zat organik
di alam. Kandungan klorofil yang paling dominan dimiliki oleh fitoplankton
adalah klorofil-a. Oleh karena itulah klorofil-a dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator kesuburan perairan. Berdasarkan hal tersebut, maka survei
kualitas air (klorofil) di sepanjang kawasan TWP Pulau Wawonii di khususkan
hanya pada klorofil-a.
-100-
C. Aksesibilitas
Memiliki latar belakang wilayah yang berciri kepulauan maka satu-
satunya akses yang dapat ditempuh untuk mencapai TWP Pulau Wawonii
adalah dengan menggunakan akses laut yaitu dengan menggunakan kapal
Fery yang berangkat setiap hari dari Kota Kendari menuju Pelabuhan Langara
begitupun sebaliknya, selain menggunakan kapal Fery dapat juga
menggunakan kapal kayu. Akan tetapi setelah berada di daratan Pulau
Wawonii sudah terdapat kendaraan roda dua maupun roda empat yang
memudahkan untuk mengakses TWP Pulau Wawonii.
E. Permasalahan Pengelolaan
Berdasarkan informasi dari survei lapangan, diketahui beberapa
permasalahan yang terjadi di dalam kawasan. Permasalahan tersebut
berkaitan dengan aspek biofisik dan lingkungan. Dikarenakan aktifitas dan
jumlah penduduk yang menggantungkan hidup pada wilayah pesisir, maka
sangat berpotensi terjadi aktifitas-aktifitas pemanfaatan yang bersifat
destruktif. Jenis aktifitas dan penjelasan aktifitas yang berbahaya dan harus
mendapatkan pengawasan di wilayah pesisir antara lain :
1. Penangkapan ikan dengan bom ikan dan penangkapan ikan dengan
sianida.
Pengeboman-ikan adalah cara penangkapan ikan yang sangat
merusak, dan juga ilegal di seluruh Indonesia. Bom buatan sendiri
dibuat dengan mengemas pupuk ke dalam botol bir atau minuman
ringan. Sumbu biasanya dibuat dari kepala korek yang digerus dan
dimasukkan ke dalam pipa sempit lalu diikat kuat dengan kawat.
Sumbu dinyalakan lalu botol dilemparkan ke dalam air. Sementara
sianida (bius) adalah menyemprotkan larutan potasium sianida pada
ikan atau hewan terumbu karang lainnya, sehingga mereka pingsan
dan memudahkan nelayan untuk mengeluarkan mereka dari tempat
persembunyiannya.
-102-
BAB III
PENATAAN ZONASI
A. Umum
1. Zona Inti
Gambar 9. Peta Zonasi KKP TWP Pulau Wawonii Skala 1:50.000 NLP A1
Gambar 10. Peta Zonasi KKP TWP Pulau Wawonii Skala 1:50.000 NLP A2
-108-
Gambar 11. Peta Zonasi KKP TWP Pulau Wawonii Skala 1:50.000 NLP A3
Tabel 9. Batas Wilayah, Batas Koordinat, Luas dan Target Pengelolaan Zona
Inti KKP TWP Pulau Wawonii.
15 122.965048 -3.987046
Langara Bajo 16 122.965049 -3.973476 Terumbu
1 Zona Inti I Wawonii Barat ( Desa 449.96
17 122.992074 -3.973476 Karang
Terdekat)
18 122.992073 -3.987044
19 123.13096 -4.01467
Terumbu
Tumburano, 20 123.130955 -4.001811 karang,
2 Zona Inti II Wawonii Utara Palingi Barat 283.66
21 123.15798 -4.001807 Lamun,
dan Palingi
Mangrove
22 123.157982 -4.010124
23 123.207678 -4.017098
Noko, Baho
24 123.21484 -4.009442 Terumbu
Wawonii Timur Bubu,
3 Zona Inti III 260.27 karang,
Laut Tangkombuno 25 123.234533 -4.02803 Mangrove
dan Ladianta
26 123.226379 -4.036742
2. Zona Pemanfaatan
Merujuk pada kriteria kawasan konservasi Pulau Wawonii yang
merupakan Taman Wisata Perairan (TWP) maka zona pemanfaatan TWP
Pulau Wawonii akan dikelola untuk tujuan pengembangan sektor pariwisata.
Zona Pemanfaatan KKP TWP Pulau Wawonii memiliki luas 716,33
hektar atau ± 2,65 % dari total luas KKP TWP Pulau Wawoonii, luasan
tersebut terdiri dari dua lokasi yaitu lokasi pertama berada di Desa Langara
Bajo dengan luas 414,79 hektar dan lokasi kedua berada di Desa Langara
Bajo, Desa Wawobili dan Desa Wawolaa dengan luas 301,54 hektar. Lokasi
-109-
ini di pilih sebagai zona pemanfaatan karena memiliki nilai potensi untuk
pengembangan wisata seperti wisata pantai, wisata snorkling dan juga wisata
selam. Batas Wilayah, koordinat batas, luas dan target pengelolaan zona
pemanfaatan KKP TWP Pulau Wawonii secara rinci disajikan pada Tabel 10.
Sedangkan lokasi Zona Pemanfaatan dalam TWP Pulau Wawonii dapat dilihat
pada Gambar 9.
Tabel 10. Batas Wilayah, Batas Koordinat, Luas dan Target Pengelolaan
Zona Pemanfaatan TWP Pulau Wawonii
Wilayah Administrasi ID Koordinat Luas Target
No Kriteria Zonasi
Kecamatan Desa Point X Y (Ha) Pengelolaan
1. Pemanfaatan
27 122.997443 -4.011244 sumber daya
Perikanan dan
kelautan.
28 122.972964 -4.011241 2. Penyediaan
ruang untuk
pengembangan
Zona Wawonii Langara
1 29 122.972965 -3.997673 414.79 wisata pantai,
Pemanfaatan I Barat Bajo
wisata snorkling
dan wisata
30 122.99999 -3.997674 selam untuk
mendukung
perekonomian
31 122.99999 -3.998389 masyarakat di
dalam TWP
Pulau Wawonii.
32 123.0266 -3.980503 3. Penyediaan
ruang untuk
kebutuhan mata
Langara 33 123.030492 -3.974799 pencaharian dan
Zona Bajo, pusat
Wawonii perekonomian
2 Pemanfaatan Wawobili 301.54
Utara terhadap
II dan 34 123.056239 -3.992516
Wawolaa pemanfaatan
sumber daya
perikanan dan
35 123.052285 -3.998311 kelautan secara
berkelanjutan.
4. Zona Lainnya
Zona lainnya di dalam KKP TWP Pulau Wawonii adalah zona yang
diperuntukkan untuk rehabilitasi dengan tujuan untuk memulihkan sumber daya
perikanan dan kelautan. Lokasi zona untuk rehabilitsi ini dipilih dikarenakan
kondisi ekosistem terumbu karang yang masuk dalam kategori rusak sedangkan
dilokasi tersebut terdapat biota yang dilindungi yaitu kima. Batas Wilayah,
-111-
koordinat batas, luas dan target pengelolaan zona lainnya KKP TWP Pulau
Wawonii secara rinci disajikan pada Tabel 12. Sedangkan lokasi zona lainnya
dalam TWP Pulau Wawonii dapat dilihat pada Gambar 9, dan Gambar 10.
2 Pendidikan ≠ ≠ ≠ ≠
3 Budidaya rumput laut × × ≠ ×
4 Budidaya dengan KJT × × ≠ ×
Zona Zona
Zona Zona
No Kegiatan Perikanan Lainnya
Inti Pemanfaatan
Berkelanjutan (Rehabilitasi)
17 Wisata mancing × √ ≠ ×
18 wisata mangrove × √ ≠ ×
Pembangunan infrastruktur
19 wisata hotel, home stay, dan × ≠ ≠ ×
sarana penginapan lainnya
20 Penambangan pasir × × × ×
21 Penambangan batu karang × × × ×
22 Rehabilitasi terumbu karang ≠ ≠ ≠ √
23 Rehabiitasi mangrove ≠ ≠ ≠ √
24 Rehabilitasi padang lamun ≠ ≠ ≠ √
25 Pembuatan rumah ikan × ≠ ≠ √
26 Penebangan mangrove × × × ×
Pembuangan limbah dan
27 × × × ×
sampah
Pembuatan foto, vidio dan film
28 × ≠ ≠ ×
untuk tujuan komersil
34 Berlayar Melintas ≠ ≠ √ ×
35 Pembangunan dermaga × ≠ ≠ ×
36 Pembangunan pelabuhan × ≠ ≠ ≠
Keterangan : × = Tidak Boleh √ = Boleh ≠ = Boleh Dengan Ijin
-113-
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN
Tahun
Sumber Pertama
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan
Dana Triwulan
1 2 3 4
3. Monitoring biota yang dilindungi APBN/ DKP Prov
APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya Pengelola KKP, BPSPL
Makassar Perguruan
Tinggi, NGO
4. Penilaian EKKP-3-K setiap tahun APBN/ DKP Prov
APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya Pengelola KKP, Dinas
terkait, Perguruan
Tinggi, NGO
2. Pengawasan dan 1. Patroli rutin/reguler APBD DKP Prov.
pengendalian Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
2. Patroli bersama APBN/ DKP Prov.
APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
3. Patroli mendadak/insidentil APBD/ DKP Prov.
Lainnya Sultra/Lembaga
Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
4. Penegakan hukum terhadap APBD/ DKP Prov
pelanggaran Lainnya Sultra/Lembaga
Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
5. koordinasi pengawasan dan APBN/ DKP Prov
penegakan APBD/ Sultra/Lembaga
hukum Lainnya Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
-121-
Tahun
Sumber Pertama
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan
Dana Triwulan
1 2 3 4
3. Monitoring dan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan APBN/ KKP, DKP Prov.
evaluasi sumber daya kawasan APBD Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
Tabel 15. Matriks Rencana Pengelolaan TWP Pulau Wawonii Jangka Menengah (5 Tahun Pertama)
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
1. Penguatan 1. Peningkatan sumber 1. Pelatihan Pengelolaan Kawasan APBN/ DKP Prov.
Kelembagaan daya manusia dalam Konservasi untuk staf pengelola dan APBD/ Sultra/Lembaga
Pengelolaan pengelolaan kawasan masyarakat Swasta Pengelola KKP/Mitra
Kawasan konservasi 2. Pelatihan monitoring kesehatan APBN/ DKP Prov.
Konservasi ekosistem pesisir kawasan konservasi APBD/ Sultra/Lembaga
Laninnya Pengelola KKP/Mitra
3. Penyadartahuan kepada masyarakat APBN/ DKP Prov.
tentang pentingnya kawasan APBD/ Sultra/Lembaga
konservasi beserta zonasinya Laninnya Pengelola KKP/Mitra
4. Pelatihan selam bagi staf pengelola APBN/ DKP Prov.
dan masyarakat APBD/ Sultra/Lembaga
Laninnya Pengelola KKP/Mitra
5. Pelatihan pengembangan wisata APBN/ DKP Prov.
berkelanjutan di dalam kawasan APBD Sultra/Lembaga
konservasi dan manajemen wisata Pengelola KKP/Mitra
2. Penatakeloaan 1. pembentukan lembaga pengelola APBN/ DKP Prov.
kelembagaan kawasan konservasi perairan APBD Sultra/Biro Ortala
2. Sosialisasi unit pengelola TWP Pulau APBN/ DKP Prov.
Wawonii APBD Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
-122-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
3. Penyusunan profil pengelolaan dan APBD/ DKP Prov.
kawasan konservasi TWP Pulau Lainnya Sultra/Lembaga
Wawonii Pengelola KKP
4. Penyususnan Rencana kerja tahunan APBD/ DKP
pengelolaan TWP Pulau Wawonii Lainnya Prov.Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
5. Penyusunan rencana teknis APBD/ DKP Prov.
pemanfaatan TWP Pulau Wawonii Lainnya Sultra/Lembaga
Pengelola KKP/NGO
6. Penyusunan rencana formasi SDM APBD DKP Prov.
pengelola TWP Pulau Wawonii Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
7. Penyusunan tugas pokok dan fungsi APBD DKP Prov.
lembaga pengelola TWP Pulau Wawonii Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
8. Penyusunan SOP perkantoran dan APBD DKP Prov. Sultra/
pengelolaan keuangan Lembaga Pengelola
KKP
9. Penyusunan SOP sarana dan APBD DKP Prov. Sultra/
prasarana Lembaga Pengelola
KKP
10.Penyusunan SOP Pengawasan/Patroli APBD DKP Prov. Sultra/
bersama Lembaga Pengelola
KKP/
11.Penyusunan SOP monitoring biofisik APBD DKP Prov. Sultra/
Lembaga Pengelola
KKP/NGO
12.Penyusunan SOP monitoring sosekbud APBD/ DKP Prov. Sultra/
Lainnya Lembaga Pengelola
KKP/NGO
-123-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
13.Penyusunan SOP Monitoring dan APBN/ DKP Prov. Sultra/
evaluasi efektivitas pengelolaan Lainnya Lembaga Pengelola
kawasan konservasi KKP/NGO
14.Pembentukan tim penyuluh APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP/Mitra
3. Peningkatan kapasitas 1. Pembangunan kantor unit pengelola APBN/ DKP Prov. Sultra/
infrastruktur kawasan konservasi APBD Lembaga Pengelola
KKP
2. Pengadaan kapal patroli beserta APBN/ DKP Prov. Sultra/
peralatan komunikasi , navigasi dan APBD Lembaga Pengelola
safety KKP
3. Pembuatan pos-pos pengawasan APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD Lembaga Pengelola
KKP
4. Pemasangan tanda batas, rambu dan APBN/ DKP Prov. Sultra/
paelampung tambat perahu APBD Lembaga Pengelola
KKP
5. Pemasangan sistem komunikasi APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD Lembaga Pengelola
KKP
6. Pembuatan papan informasi APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD Lembaga Pengelola
KKP
7. Penyediaan saranan penunjang APBN/ DKP Prov. Sultra/
pengelolaan kawasan konservasi APBD Lembaga Pengelola
KKP
8. Penyediaan tambatan perahu APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD Lembaga Pengelola
KKP
-124-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
4. Penyusunan 1. Penyusunan Peraturan Gubernur APBN/ DKP Prov. Sultra/
peraturan pengelolaan tentang Peraturan pemanfaatan APBD/ Lembaga Pengelola
kawasan konservasi kawasan konservasi Lainnya KKP/NGO
2. Penyusunan peraturan persyaratan APBN/ DKP Prov. Sultra/
dan tata cara perizinan pemanfaatan APBD Lembaga Pengelola
kawasan konservasi KKP/Mitra
3. Penyusunan pedoman pelaksanaan/ APBN/ DKP Prov. Sultra/
petunjuk teknis pemanfaatan kawasan APBD Lembaga Pengelola
konservasi KKP/Mitra
5. Pengembangan 1. Pembentukan kelompok mitra APBD DKP Prov. Sultra/
Organisasi/ konservasi Lembaga Pengelola
kelembagaan KKP/NGO
masyarakat 2. Sosialisai peratuaran pemanfaatan APBN/ DKP Prov. Sultra/
kawasan konservasi melalui APBD Lembaga Pengelola
pemberdayaan masyarakat kawasan KKP/Mitra
dan sekitarnya
3. Pelatihan masyarakat untuk APBN/ DKP Prov. Sultra/
pengawasan dan rehabilitasi ekosistem APBD Lembaga Pengelola
pesisir KKP/Mitra
4. Penguatan kapasitas POKMASWAS APBN/ DKP Prov. Sultra/
melalui pelatihan dan patroli bersama APBD Lembaga Pengelola
KKP/Mitra
6. Pengembangan 1. Sosialisasi program pengelolaan APBD DKP Prov. Sultra/
kemitraan kawasan konservasi kepada Lembaga Pengelola
masyarakat KKP/NGO
2. Inisiasi kemitraan kepada masyarakat APBD DKP Prov. Sultra/
dalam pengelolaan TWP Pulau Lembaga Pengelola
Wawonii KKP/NGO
-125-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
3. Pembentukan kelompok mitra APBD DKP Prov. Sultra/
konservasi Lembaga Pengelola
KKP/Mitra
4. Membangun kerja sama/ kemitraan APBD DKP Prov. Sultra/
dengan perguruan tinggi, NGO serta Lembaga Pengelola
pihak-pihak lainnya melalui MoU atau KKP/Mitra
perjanjian kerja sama.
7. Pengembangan Sistem 1. Penyusunan rencana anggaran APBN/ DKP Prov. Sultra/
Pendanaan kebutuhan pengelolaan dan peluang APBD/ Lembaga Pengelola
Berkelanjutan sumber pendanaan berkelanjutan Lainnya KKP/Mitra
2. Penyusunan mekanisme pendanaan APBN/ DKP Prov. Sultra/
berkelanjutan terhadap pengelolaan APBD/ Lembaga Pengelola
kawasan konservasi Lainnya KKP/Mitra
3. Penyusunan mekanisme pengelolaan APBN/ DKP Prov. Sultra/
dana dan retribusi pemanfaatan APBD/ Lembaga Pengelola
kawasan konservasi Lainnya KKP/Mitra
4. Pengkajian dan penerapan APBN/ DKP Prov. Sultra/
pembayaran jasa ekosistem (payment APBD/ Lembaga Pengelola
ecosystem service) Lainnya KKP/Mitra
5. Implementasi pungutan/jasa APBN/ DKP Prov. Sultra/
lingkungan dalam kawasan konservasi APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP/Mitra
8. Monitoring dan Monitoring dan evaluasi kelembagaan APBN/ DKP Prov. Sultra/
Evaluasi kawasan konservasi APBD Lembaga Pengelola
KKP
2. Penguatan 1. Perlindungan habitat 1. Sosialisasi zonasi TWP Pulau Wawonii APBN/ DKP Prov. Sultra/
Pengelolaan dan populasi ikan kepada masyarakat dan pihak-pihak APBD/ Lembaga Pengelola
terkait Lainnya KKP/Mitra
-126-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
Sumber Daya 2. Seminar/diseminasi kondisi ekosistem APBN/ DKP Prov. Sultra/
Kawasan pesisir dan sumber daya perikanan APBD/ Lembaga Pengelola
dalam kawasan konservasi perairan Lainnya KKP/
Perguruan Tinggi/
Mitra
3. Monitoring biota yang dilindungi APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, BPSPL
Makassar Perguruan
Tinggi, NGO
4. Monintoring lokasi pemijahan ikan APBN/ DKP Prov. Sultra/
(Spawning Aggregation Sites/SPAGS APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, BPSPL
Makassar Perguruan
Tinggi, NGO
5. Monitoring ekosistem pesisir kawasan APBN/ DKP Prov. Sultra/
(ekosistem terumbu karang, mangrove APBD/ Lembaga Pengelola
dan lamun) Lainnya KKP, BPSPL
Makassar Perguruan
Tinggi, NGO
6. Sosialisasi jenis biota perairan yang APBN/ DKP Prov. Sultra/
dilindungi APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP/BPSPL
Makassar/Dinas
Terkait/ Perguruan
Tinggi/ NGO
7. Penataan dan pemasangan tanda APBN/ DKP Prov. Sultra/
batas khususnya zona inti yang APBD/ Lembaga Pengelola
merupakan habitat prioritas Lainnya KKP/NGO
-127-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
perlindungan dalam kawasan
konservasi
8. Perlindungan kawasan tertentu diduga APBN/ DKP Prov. Sultra/
daerah pemijahan APBD/ Lembaga Pengelola
Lainny KKP/ Perguruan
Tinggi/ NGO
9. Peningkatan pengawasan melalui APBN/ DKP Prov. Sultra/
kegiatan patroli dan pemberdayaan APBD/ Lembaga Pengelola
masyarakat kawasan konservasi Lainnya KKP, Dinas/Instansi
terkait, Mitra
10.Sosialiasi fungsi dan peranan APBN/ DKP Prov. Sultra/
ekosistem pesisir APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas/Instansi
terkait, Mitra
11.Pembuatan atlas sumberdaya pesisir APBN/ DKP Prov. Sultra/
dan laut TWP Pulau Wawonii APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Mitra
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
3. Rehabilitasi ekosistem lamun APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, Mitra
4. Pemulihan habitat penting untuk biota APBN/ DKP Prov. Sultra/
perairan tertentu (Endangered, APBD/ Lembaga Pengelola
Threatened, Protected Species) Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, Mitra
5. Pembuatan rumah ikan untuk APBN/ DKP Prov. Sultra/
pemulihan stok ikan APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, Mitra
6. Pembuatan bank ikan APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, Mitra
3. Pendidikan, Penelitian 1. Pengadaan bahan edukasi dan APBD/ DKP Prov. Sultra/
dan Pengembangan penyadartahuan (leaflet, poster, buku, Lainnya Lembaga Pengelola
video/film, papan informasi dall) KKP, Mitra
2. Penyediaan website sebagai media APBD/ DKP Prov Sultra/
informasi dan masukan terhadap Lainnya Lembaga Pengelola
pengelolaan kawasan konservasi KKP, Mitra
3. Pendidikan pesisir dan laut bagi siswa APBD/ DKP Prov. Sultra/
SD-SMA Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
4. Pengadaan sarana dan prasarana APBN/ DKP Prov. Sultra/
penunjang survei atau monitoring APBD Lembaga Pengelola
KKP
-129-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
kondisi sumber daya kawasan
konservasi
5. Monitoring sosial, ekonomi, dan APBN/ DKP Prov. Sultra/
budaya dalam kawasan konservasi APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, NGO
6. Kajian daya dukung kawasan APBN/ DKP Prov. Sultra/
terhadap kegiatan pariwisata dalam APBD/ Lembaga Pengelola
TWP Pulau Wawonii Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
7. Kajian potensi dan daya dukung APBN/ DKP Prov. Sultra/
terhadap perikanan tangkap dalam APBD/ Lembaga Pengelola
TWP Pulau Wawonii Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, NGO
8. Kajian potensi dan daya dukung APBN/ DKP Prov. Sultra/
terhadap perikanan budidaya dalam APBD/ Lembaga Pengelola
TWP Pulau Wawonii Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, NGO
9. Kajian pengembangan mata APBN/ DKP Prov. Sultra/
pencaharian alternatif bagi APBD/ Lembaga Pengelola
masyarakat Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, NGO
10.Kajian kerawanan bencana dalam TWP APBN/ DKP Prov. Sultra/
Pulau Wawonii APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
-130-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
11.Pengembangan teknologi pengelolaan APBN/ DKP Prov. Sultra/
sumber daya perikanan APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
12.Penilaian EAFM setiap dua tahun APBN/ DKP Prov. Sultra/
sekali APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
13.Penilaian EKKP-3-K setiap tahun APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO
4. Pemanfatan Sumber 1. Pengembangan kegiatan budidaya laut APBN/ DKP Prov. Sultra/
Daya Ikan APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Mitra
2. Pengembangan kegiatan perikanan APBN/ DKP Prov. Sultra/
tangkap dengan teknologi ramah APBD/ Lembaga Pengelola
lingkungan dan efisien Lainnya KKP, Mitra
3. Pengembangan kegiatan perikanan APBN/ DKP Prov. Sultra/
skala kecil melalui Pengelolaan Akses APBD/ Lembaga Pengelola
Area Perikanan (PAAP) Lainnya KKP, NGO
4. Identifikasi potensi perikanan APBN/ DKP Prov. Sultra/
budidaya APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
-131-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
5. Pengorganisasian kelompok budidaya APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
6. Pelatihan teknik budidya yang APBN/ DKP Prov. Sultra/
bertanggung jawab (BMP Aquaculture) APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
7. Pendampingan kelompok budidaya APBN/ DKP Prov. Sultra/
daam memperbaiki praktek budidaya APBD/ Lembaga Pengelola
yang bertanggung jawab Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
8. Bimbingan teknis budidaya perairan APBN/ DKP Prov. Sultra/
pada daerah yang memiliki potensi APBD/ Lembaga Pengelola
pengembangan kegiatan budidaya Lainnya KKP, Dinas terkait,
perairan Perguruan Tinggi,
Mitra
9. Identifikasi potensi perikanan tangkap APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
10.Pengorganisasian kelompok nelayan APBN/ DKP Prov. Sultra/
tangkap APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
11.Pelatihan praktek perikanan APBN/ DKP Prov. Sultra/
berkelanjutan tuna dan ikan karang APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
-132-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
Perguruan Tinggi,
Mitra
12.Pendampingan kelompok nelayan APBN/ DKP Prov. Sultra/
tangkap dalam melakukan perbaikan APBD/ Lembaga Pengelola
praktek perikanan Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
13.Pelatihan teknik pasca panen hasil APBN/ DKP Prov. Sultra/
perikanan APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
14.Pelatihan diversifikasi hasil perikanan APBN/ DKP Prov. Sultra/
dalam bentuk olahan yang bernilai APBD/ Lembaga Pengelola
ekonomis Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
5. Pariwisa alam dan jasa 1. Identifikasi potensi wisata bahari APBN/ DKP Prov. Sultra/
lingkungan dalam TWP Pulau Wawonii APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
Mitra
2. Pengembangan kegiatan pariwisata APBN/ DKP Prov. Sultra/
alam dalam kawasan konservasi APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
4. Penguatan Promosi wisata dalam APBN/ DKP Prov. Sultra/
kawasan konservasi dan jaringannya APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
5. Pelatihan selam bagi anggota APBN/ DKP Prov. Sultra/
kelompok masyarakat pemandu wisata APBD/ Lembaga Pengelola
selam Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
6. pengembangan pariwisata bawah air APBN/ DKP Prov. Sultra/
dan APBD/ Lembaga Pengelola
darat berbasis ekowisata Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
7. Pengorganisasian kelompok APBN/ DKP Prov. Sultra/
masyarakat dalam mengembangkan APBD/ Lembaga Pengelola
ekowisata Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
6. Pengawasan dan 1. Sosialisasi peraturan pemanfaatan APBN/ DKP Prov. Sultra/
pengendalian kawasan konservasi APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
2. Pembentukan tim patroli gabungan APBN/ DKP Prov. Sultra/
antara masyarakat dan aparat APBD/ Lembaga Pengelola
keamanan Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
3. Patroli rutin/reguler APBD DKP Prov. Sultra/
Lembaga Pengelola
KKP
4. Patroli bersama APBN/ DKP Prov.
APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya
-134-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
5. Patroli mendadak/insidentil APBD/ DKP Prov. Sultra/
Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
6. Pemetaan daerah rawan pelanggaran APBD/ DKP Prov. Sultra/
dan gangguan Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
7. Penyusunan mekanisme pelaporan APBD/ DKP Prov. Sultra/
pelanggaran Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
8. Penegakan hukum terhadap APBD/ DKP Prov. Sultra/
pelanggaran Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
9. Pembuatan sistem informasi APBD/ DKP Prov. Sultra/
pengawasan Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
10.Koordinasi pengawasan dan APBN/ DKP Prov. Sultra/
penegakan hukum APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
11.Bimbingan teknis pengawasan/patroli APBN/ DKP Prov. Sultra/
APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
-135-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
12.Penyusunan SOP pengawasan APBD/ DKP Prov Sultra/
kawasan konservasi berbasis Lainnya Lembaga Pengelola
masyarakat KKP, Dinas terkait,
Mitra
13.Pembentukan POKMASWAS/mitra APBD/ DKP Prov. Sultra/
konservasi Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
14.Pelatihan POKMASWAS/mitra APBN/ DKP Prov
konservasi APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya Pengelola KKP, Dinas
terkait, Mitra
15.Penyediaan sarana prasarana APBN/ DKP Prov
POKMASWAS/mitra konservasi APBD/ Sultra/Lembaga
Lainnya Pengelola KKP, Dinas
terkait
7. Monitoring dan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan APBN/ KKP, DKP Prov.
evaluasi sumber daya kawasan APBD Sultra/Lembaga
Pengelola KKP
3. Penguatan 1. Pengembangan Sosial 1. Inventarisasi/ pencatatan hasil APBN/ DKP Prov. Sultra/
Sosial, Ekonomi Masyarakat penangkapan ikan oleh masyarakat APBD/ Lembaga Pengelola
Ekonomi dan dan alur pemasaran Lainnya KKP, Dinas terkait,
Budaya Perguruan Tinggi,
NGO
2. Pengembangan jaringan pasar bagi APBN/ DKP Prov. Sultra/
hasil tangkapan nelayan atau APBD/ Lembaga Pengelola
pembudidaya ikan dalam kawasan Lainnya KKP, Dinas terkait,
konservasi Perguruan Tinggi,
NGO
-136-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
3. Pelatihan Pengolahan produk APBD/ DKP Prov. Sultra/
perikanan bagi masyarakat Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Perguruan Tinggi,
NGO/LSM
4. Pembuatan protokol dan pelaksanaan APBD/ DKP Prov. Sultra/
monitoring persepsi stakeholder secara Lainnya Lembaga Pengelola
berkala KKP, Dinas terkait,
Mitra
5. Survey persepsi masyarakat terhadap APBD/ DKP Prov. Sultra/
TWP Pulau Wawonii Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
6. Penyusunan protokol monitoring APBD/ DKP Prov. Sultra/
penggunan sumberdaya kawasan TWP Lainnya Lembaga Pengelola
Pulau Wawonii KKP, Dinas terkait,
Mitra
7. Monitoring pengguna sumberdaya APBD/ DKP Prov. Sultra/
kawasan TWP Pulau Wawonii Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, Dinas terkait,
Mitra
2. Pemberdayaan 1. Peningkatan partisipasi masyarakat APBN/ DKP Prov. Sultra/
Masyarakat melalui kegiatan kemitraan dalam APBD/ Lembaga Pengelola
pengelolaan kawasan konservasi Lainnya KKP, NGO/LSM,
Mitra
2. Pertemuan rutin pengelola dengan APBD/ DKP Prov. Sultra/
masyarakat kawasan Lainnya Lembaga Pengelola
KKP, NGO
-137-
Periode I
Sumber
Strategi Program Kegiatan Pelaksanan 2020-2025
Dana
1 2 3 4 5
3. Bantuan sarana prasarana kepada APBN/ KKP, DKP Prov.
masyarakat dalam menunjang APBD/ Sultra/Lembaga
kegiatan pemanfaatan kawasan Lainnya Pengelola KKP, Dinas
konservasi dan pendampingan terkait, Mitra
4. Pengembangan BUMDES atau APBN/ DKP Prov. Sultra/
koperasi yang telah ada APBD/ Lembaga Pengelola
Lainnya KKP, Dinas terkait,
Mitra
5. Pelibatan masyarakat dalam APBD DKP Prov. Sultra/
perencanaan program/kegiatan Lembaga Pengelola
dan/atau perumusan kebijakan KKP
pengelolaan kawasan konservasi
6. Pelibatan masyarakat dalam APBN/ DKP Prov. Sultra/
kampanye dan penyebarluasan APBD/ Lembaga Pengelola
informasi kawasan konservasi Lainnya KKP, Perguruan
Tinggi, Dinas terkait,
NG
3. Pelestarian Adat dan 1. Identifikasi kearifan lokal yang APBN/ KKP, DKP Prov.
Budaya melestarikan APBD Sultra/Lembaga
sumberdaya pesisir Pengelola KKP
2. Penguatan adat yang memiliki kearifan APBN/ KKP, DKP Prov.
lokal APBD Sultra/Lembaga
dalam melestarikan sumberdaya Pengelola KKP
pesisir
4. Monitoring dan Monitoring dan Evaluasi Penguatan APBN/ KKP, DKP Prov.
Evaluasi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Kawasan APBD Sultra/Lembaga
Konservasi Perairan Pengelola KKP
-138-
Tabel 16. Matriks Rencana Pengelolaan TWP Pulau Wawonii Jangka Panjang (20 Tahun)
BAB V
PENUTUP
ALI MAZI