PADA MANUSIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Ni’mah Azizah
Nurul Fajrah
Yeni Wulandari
Ni luh Tantri Ayu
Yitshak Abel Landeng
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan seks, yaitu kebutuhan pelampiasan dorongan seksual, bagi mereka yang
sudah matang fungsi biologisnya. Kebutuhan akan seks bagi manusia sudah ada sejak
lahir. Seks tergolong dalam kebutuhan primer yang sama dengan kebutuhan: makan,
minum, mandi, berpakaian, tidur, bangun, bekerja, buang air besar, atau buang air kecil.
Aktiviats-aktivitas rutin ini dilakukan setiap manusia sepanjang hidup. Orang bisa
berpuasa tetapi dalam batas waktu tertentu. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan
seks (Kusiran, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka terdapat beberapa
rumusan masalah sebagai berikut
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk membahas mengenai Konsep Kebutuhan Seksual agar
pembaca dapat memahami tentang faktor-faktor pemenuhan maupun laraangan mengenai
kebutuhan seks dengan tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Seks
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, salah satu kebutuhan yang
harus terpenuhi adalah seksualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Abraham Maslow dalam teori
hierarki seksual menempati peringkat ke tiga, disamping kebutuhan-kebutuhan fisiologis lainnya
bahkan menurut pencetus psiko analisa (freud), dikatakan bahwa kebutuhan seksual dibawa sejak
lahir, dan sejak itu kebutuhan seksual berkembang sampai orang itu meninggal dunia.
Seksualitas adalah suatu keinginan untuk menjalin hubungan, kehangatan, atau cinta dan
perasaan diri secara menyeluruh pada individu, meliputi memandang dan berbicara, berpegangan
tangan, berciuman, atau memuaskan diri sendiri, dan sama-sama menimbulkan orgasme.
B. Perilaku Seksual
Prilaku Seksual Menurut Sarwono (2012), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun
sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Kusmiran (2011),
perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah
menurut hukum, sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama
dan kepercayaan masing-masing. Perilaku seksual merupakan tingkah laku yang didorong oleh
keinginan atau hasrat seksual yang muncul dalam dirinya yang diwujudkan dengan melakukan
aktifitas yang mengacu adrenalin kearah seksual dengan menggunakan bagian alat tubuh untuk
memuaskan hasrat seksualnya atau dengan berfantasi untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.
(Fadli, 2013).
a. Perilaku seksual normal Menurut Sarwono (2012) bentuk tingkah laku seks
bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse
meliputi:
4) Intercrouse Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria
dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk
mendapatkan kepuasan seksual
Secara emosional, seseorang yang tidak terekspresikan kebutuhan seksnya, akan mudah
marah, tidak bahagia, sinis, berperilaku negatif seperti senang bergosip. Sementara penyakit fisik
yang kerap dialami mereka yang tak terpenuhi kebutuhan seksnya, di antaranya psikosomatis,
biduran, rambut rontok, dan gejala stress.
Perkembangan seksual pada usia remaja tidak hanya terjadi pada remaja normal, tapi juga
dialami oleh remajaremaja dengan kebutuhan khusus. Maka mengajarkan seksualitas pada
remaja berkebutuhan khusus tentu bukan hal yang mudah karena mereka kurang memiliki
fleksibilitas dalam berpikir dan juga karena pemahamannya sangat terbatas (Heward, 2009).
Menurut John Mortlock (dalam Ashman & Elkins, 1994), pendidikan seksual pada remaja
berkebutuhan khusus dapat diberikan dengan beberapa cara:
(1). Perilaku yang diperbolehkan. Kita melatih remaja secara proaktif mengenai model-model
tingkah laku yang berupa kontak fisik yang bisa diterima oleh lingkungan sekitar (sebagai
tindakan orang dewasa). Di sini remaja diharapkan tahu mengenai perilaku (berupa kontak fisik)
yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.
(2). Pengelompokan sesuai dengan jenis kelamin. Mengajarkan pada remaja untuk betulbetul
menyadari bahwa ia masuk pada satu jenis kelamin tertentu, dan kita perlu melatihnya agar ia
tahu benar aktivitas yang merupakan respon yang tepat dalam situasi sosial orang dewasa. Hal
yang menjadi dasar adalah pemahaman identifikasi tentang jenis kelamin dirinya sendiri dan
orang lain.
(3). Etika sosial. Mereka diajarkan untuk mengerti dan mampu bertindak sesuai dengan etika
atau sopan santun
Selain itu pendidik dapat mengajarkan tentang seksual melalui bercerita tentang
pengalaman atau cerita dari kasus-kasus yang ada. Tujuannya adalah memberikan contoh mana
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Tata kesopanan bertutur kata, berpakaian
dan bersikap baik dengan teman harus selalu di ingatkan kepada siswa. Mengingatkan dan
melarang siswa menyentuh atau memegang alat vital teman meskipun dengan maksud bergurau.
3. Membakar Kalori
Enggak cuma olahraga saja yang bisa membakar kalori tubuh. Hubungan intim juga dapat
membakar kalori dan lemak. Jika seseorang melakukan hubungan intim selama 20 menit,
setidaknya tubuh akan membakar 96 kalori. Bisa dibilang hubungan intim merupakan bentuk
olahraga yang menyenangkan.
Selain dapat membakar lima kalori permenit, hubungan intim juga dapat membuat berbagai otot
tubuh lebih aktif. Di samping itu, denyut jantung manusia saat orgasme setara dengan olahraga
ringan, seperti berjalan kaki.
4. Meningkatkan Libido
Berhubungan intim akan membuat hubungan intim lebih baik dan akan meningkatkan libido.
Bagi wanita, berhubungan intim dapat meningkatkan pelumasan Miss V, aliran darah, dan
elastisitas. Semuanya membuat hubungan intim terasa lebih baik dan membantu kamu lebih
membutuhkannya.
1. Sifilis
Sifilis, atau penyakit raja singa, adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penularan
dari gangguan ini aktif dari 10 hingga 90 hari setelah terjangkit.
Gejala dari sifilis adalah timbul luka kecil di tempat bakteri menyerang dan ruam. Penyakit ini
harus segera diatasi, sebab dapat menyebabkan kebutaan, tuli, kerusakan hati, dan lainnya.
2. Klamidia
Dampak seks bebas lainnya adalah klamidia. Saat terjadi pada pria, gangguan ini dapat
menimbulkan gejala berupa peradangan pada saluran kencing, mengeluarkan cairan dari Mr.P,
hingga penis terasa sakit. Jika terjadi pada wanita, klamidia dapat menimbulkan gejala, seperti
infeksi pada saluran kemih, serviks, dan bahkan rahim, keluar cairan yang tidak normal dari
Ms.V, hingga terasa panas saat buang air kecil. Gangguan ini perlu diatasi segera agar tidak
menular pada pasangan seksual.
3. Gonore
Penyakit kencing bernanah ini terjadi disebabkan infeksi bakteri. Seseorang yang
mengalaminya dapat merasakan gejala berupa sakit saat buang air kecil, keluar nanah pada ujung
Mr.P atau Ms.V, hingga terasa nyeri pada area kelamin.
Peran Perawat Dalam Menanggulangi Konsep Kebutuhan Seksual
Peran perawat sebagai pemberi edukasi dimana perawat sangat berperan dalam
memberikan edukasi tentang bahaya nya seksualitas terhadap lebih dari satu pasangan atau
dalam artian sex bebas. Memberikan edukasi kepada pasangan usia subur PUS yang baru
menikah. Sehingga resiko bahaya seksualitas pada individu atau kelompok itu dapat terpenuhi.
Bersentuhan (touching) mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan. 2. Berciuman
(kissing), mulai dari ciuman singkat, hingga berciuman bibir dengan mempermainkan lidah. 3.
Bercumbuan (petting) menyentuh bagian yang sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada
pembangkitan gairah seksual.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Seks adalah kata yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin antara laki - laki dan
perempuan, sedangkan seksualitas adalah gambaran yang digunakan secara luas mengenai
kesehatan organ reprouksi manusia. Perilaku seksual yang melibatkan sentuhan secara fisik
anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan
perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Tinjauan Pustaka
https://www.halodoc.com/artikel/inilah-7-manfaat-hubungan-intim-untuk-kesehatan
https://www.google.com/search?
q=manfaat+berhubungan+seksual&biw=1239&bih=588&sxsrf=AJOqlzXL_6Exx5hiHtMOhbfR
bGa2CkL6Mg%3A1675145515237&ei=K7HYY96KDonF3LUP-
uqkwAY&oq=manfaat+&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQARgAMgQIIxAnMgQIIxAnMgQII
xAnMgQIABBDMgQIABBDMgoIABCABBCxAxAKMgQIABBDMg0ILhCABBCxAxCDAR
AKMgQIABBDMgoIABCABBCxAxAKOgcIIxDqAhAnOg0ILhDHARCvARDqAhAnOggIAB
CABBCxAzoLCC4QgwEQsQMQgAQ6CwgAEIAEELEDEIMBOggILhCxAxCDAToFCC4Qg
AQ6CggAELEDEIMBEAo6CAgAELEDEIMBOgsILhCABBCxAxCDAUoECEEYAEoECEY
YAFCPEljbJGC8PmgBcAF4AIABuAOIAecRkgEHMi01LjIuMZgBAKABAbABCsABAQ&scl
ient=gws-wiz-serp
Daftar isi Hal
Halaman Judul.................................................................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................4
A. Pengertian Seks.....................................................................................................................4
B. Perilaku Seksual....................................................................................................................4
C. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual...........................................................................................4
D. Akibat Perilaku Seksual..........................................................................................................5
Kondisi Seseorang yang Tidak Terpenuhi Kebutuhan Seksualnya.............................................5
Penerapan Edukasi Tentang Kebutuhan Seks..............................................................................6
Manfaat Pemenuhan Kebutuhan Seks..........................................................................................6
Dampak Seks Bebas Terhadap Kesehatan Fisik..........................................................................7
Peran Perawat Dalam Menanggulangi Konsep Kebutuhan Seksual............................................7
BAB III............................................................................................................................................8
PENUTUP.......................................................................................................................................8
Kesimpulan..................................................................................................................................8
Tinjauan Pustaka..........................................................................................................................8