2-2018
ABSTRACT
Once upon a time in an area in Soppeng (a district in South Sulawesi), there was a village with
a very friendly people, always peaceful, peaceful and prosperous. Almost or even all the people
living in the area have a livelihood as farmers. Every day they flock to the fields to farm on their
respective fields. At one time, the peaceful village was disturbed by an old grandmother whose
white hair used a head on her head, a wrinkled face, with a half-bent body, then wearing a batik
sarong and shirt. At first glance, the grandmother was just an ordinary grandmother who was
looking for a place to live. But who would have thought that the old grandmother was a stealth
who liked to prey on human flesh, especially the flesh of children. With his character known as
that, the local people also named the grandmother as ‘Nenek Pakande’ (taken from the Bugis
language, the word manre which means eating). Usually ‘Pakande's’ wanders around the
village in search of prey on the day when the dawn has begun to sunk.
ABSTRAK
Alkisah di suatu daerah di Soppeng (sebuah Kabupaten di Sulawesi Selatan), terdapatsuatu desa
dengan rakyatnya sangat bersahabat, senantiasa hidup tentram, damai, dan sejahtera. Hampir
atau bahkan seluruh masyarakat yang tinggal di daerah itu bermata pencaharian sebagai seorang
petani. Setiap hari mereka berbondong-bondong ke sawah untuk bertani di lahan mereka
masing-masing. Pada suatu ketika, desa yang terkenal tentram tersebut terusik oleh seorang
nenek tua yang rambutnya berwarna putih memakai konde di kepalanya, wajah yang keriput,
dengan badan yang setengah membungkuk, lalu memakai sarung batik dan kemeja. Sekilas
terlihat nenek itu hanyalah seorang nenek tua yang biasa-biasa saja yang sedang mencari tempat
tinggal.Tapi siapa yang menyangka bahwa nenek tua itu adalah seorang siluman yang suka
memangsa daging manusia terlebihnya daging anak-anak. Dengan karakternya yang dikenal
seperti itu, maka warga setempat pun menamai nenek itu dengan sebutan ‘Nenek Pakande’
(diambil dari bahasa Bugis yaitu kata manre yang berarti makan). Biasanya Nenek Pakande itu
berkeliaran keliling kampung untuk mencari mangsa pada hari ketika sang fajar sudah mulai
tenggelam.
48
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.2-2018
49
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.2-2018
Gaya penulisannya persis seperti easy remaja saat ini. Buku The Outsiders karya
readers, namun lebih panjang (naskah S.E. Hinton menjadi tonggak sejarah buku
biasanya sebanyak 30 halaman, dipecah cerita anak di genre ini yang menceritakan
menjadi 2–3 halaman perbab), ukuran trim permasalahan remaja saat itu ketika pertama
perhalamannya lebih kecil lagi, serta kali diterbitkan pada tahun 1967. Kategori
dilengkapi dengan ilustrasi hitam- putih new-age (usia 10–14 tahun) perlu
dibeberapa halaman. Serial The Kids of the diperhatikan, terutama untuk buku-buku
Polk Street School karya Patricia Reilly Giff kelompok nonfiksi remaja.
(Dell Young Yearling Publishing) dan seri Teknik potong kertas (paper cut) adalah
Stepping Stone Books yang diterbitkan kerajinan paling sederhana yang sangat
Random House masuk dalam kelompok genre mudah dibuat dengan hasil yang rumit
ini. sekaligus sangat indah. Teknik paper cut ini
Untuk usia 7–10 tahun, terdiri dari sendiri awalnya berasal dari Cina, sesaat
naskah setebal 45– 60 halaman yang dibagi setelah penemuan kertas pada sekitar tahun
dalam tiga hingga empat halaman perbab. 200 SM. Paper cut secara natural menjadi
Kisahnya lebih padat dibanding genre lebih popular disbanding teknik potong
transition books, walaupun tetap memakai lembaran kulit dan perak atau memotong
banyak ramuan aksi petualangan. Kalimat- tembaga foil yang lebih dulu ditemukan.
kalimatnya mulai sedikit kompleks, tapi Ilustrasi juga dapat diartikan sebagai
paragraf yang dipakai pendek (rata-rata 2–4 gambaran singkat alur suatu cerita guna lebih
kalimat). Tipikal dari genre ini adalah cerita di menjelaskan salah satu adegan ilustrasi
akhir setiap bab dibuat menggantung di digunakan untuk membantu
tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca mengkomunikasikan pesan dengan tepat,
penasaran dan terstimulasi untuk terus cepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan
membuka bab-bab selanjutnya. Serial Herbie dari sebuah judul. Ilustrasi tersebut
Jones karangan Suzy Kline (Puffin diharapkan bias membentuk suatu suasana
Publishing) dan Ramona karya Beverly penuh emosi, dan menjadikan gagasan
Cleary (Morrow Publishing) dikatakan masuk seakan-akan nyata. Ilustrasi sebagai gambaran
dalam genre buku anak ini. pesan yang tidak terbaca, namun bias
Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia mengurai cerita, berupa gambar dan tulisan,
emas anak dalam membaca. Naskahnya lebih yaitu bentuk grafis informasi yang memikat.
panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai Dengan ilustrasi maka pesan menjadi lebih
kompleks (bagian-bagian sub-plot berkesan, karena pembaca akan lebih mudah
menampilkan banyak karakter tambahan yang mengingat gambar dari pada kata-kata.
berperan penting dalam jalinan cerita), dan Saat ingin menentukan penggunaan
tema-temanya cukup modern. Anak-anak sebuah ilustrasi dan memilih corak atau
diusia ini mulai tertarik dan mengidolakan medium apa untuk membuatnya, sebaiknya
karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan ditanyakan dulu, apa yang ingin dicapai
keberhasilan beberapa seri petualangan yang dengan ilustrasi tersebut. Bagaimana
terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh keserasian antara judul dan tulisan. Apakah
yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai ilustrasi dapat memikat pembaca. Perlu
dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga diingat bahwa kata yang memikat bukan
science-fiction atau petualangan fantasi. berarti menggoda, karena bias saja ilustrasi
Sementara yang masuk kelompok nonfiksi tersebut berkesan mengagetkan atau
antara lain biografi, iptek, dan topik-topik menakutkan. . (Kusmiati R. dkk, 1999 : 44)
multi budaya. Layout dijabarkan sebagai tata letak
Antara 130–200 halaman, genre ini untuk elemen-elemen desain terhadap suatu bidang
anak usia 12 tahun ke atas. Plot ceritanya bisa dalam media tertentu untuk mendukung
sangat “ruwet” dengan banyak karakter konsep/pesan yang dibawanya. Me-layout
utama, meskipun tetap ada satu Naskahnya adalahs uatu proses/tahapan kerja dalam
karakter yang difokuskan. Tema-tema yang desain. Prinsip layout juga prinsip dasar
diangkat seringnya relevan dengan kehidupan desain grafis, antara lain:
51
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.2-2018
Dalam desain, tidak semua informasi bisa diciptakan untuk menjelaskan atau mendikte
ditampilkan sama kuat karena dapat membuat informasi sensual (seperti puisi, cerita atau
pembaca kesulitan menangkap pesan. Urutan koran artikel) dengan menyediakan
adalah mengurutkan informasi dari yang harus representasi visual grafis. (Salam, 1992-1993:
dibaca pertama sampai yang bisa dibaca 1)
setelah pesan utama. Jenis karya yang dibuat adalah buku
Pembagian berat yang merata pada suatu dongeng untuk anak usia 3-8 tahun dengan
bidang layout. Pembagian berat bertujuan tampilan berbeda dari buku cerita pada
menghasilkan kesan seimbang dengan umumnya. Cerita yang diangkat yaitu
menggunakan elemen-elemen yang dongeng Nenek Pakande. Tampilan buku
dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat dongeng yang akan dibuat menggunakan
yang tepat teknik paper cut. Paper cut merupakan karya
Dalam pembagian warna, kita seni yang terbuat dari potongan-potongan
menggunakan lingkaran warna. Warna-warna kertas yang kemudian membentuk suatu
dalam lingkaran warna terdiri atas tiga bagian gambar, kerajinan paling sederhana yang
yaitu: sangat mudah dibuat dengan hasil yang rumit
1. Warna Primer terdiri atas warna merah, sekaligus sangat indah. Berdasarkan target
kuning, dan biru. Warna primer merupakan audiance yaitu anak-anak umur 3-8 tahun,
warna dasar dalam lingkaran warna konsep desain yang akan digunakan “fun”
2. Warna Sekunder terdiri orange, hijau dan atau ceria dengan menggabungkan budaya
ungu. Warna sekunder merupakan lokal sulawesi Selatan.
pencampuran dua warna primer dengan
perbandingan yang sama. Warna orange 3.1.1. Konsep Komunikasi
merupakan pencampuran warna merah dan 3.1.1.1. Konsep Visual
kuning, warna hijau pencampuran warna
biru dan kuning, sedangkan warna ungu Konsep dalam bentuk storyline yang
adalah pencampuran warna merah dan akan ditampilkan pada buku dongeng Nenek
biru. Pakande. Pada setiap halaman ditampilkan
3. warna Tersier merupakan pencampuran dengan berbagai ilustrasi cerita dongeng
antara warna primerdan sekunder dengan Nenek Pakande dengan menggunakan teknik
perbandingan yang sama. Warna tersier paper cut. Gaya ilustrasi yang digunakan
terlihat unik dan cantik, seperti warna hijau adalah gaya kartun. Gaya kartun dapat dengan
limau dihasilkan dari campuran hijau dan mudah dipahami oleh anak karena karakternya
kuning. Ada warna hijau toska dihasilkan yang sederhana. Kartun dengan
dari campuran hijau dan biru. Warna penggambaran proporsi tubuh mengalami
indigo dihasilkan dari campuran ungu dan sedikit distorsi yaitu dengan kepala yang agak
biru. ( Demaria, 2007:15) besar namun dengan badan yang kecil dan ada
sedikit penyederhanaan bentuk sehingga
3. PEMBAHASAN tampilannya akan terlihat lucu. Gaya ini
3.1. Konsep Desain dipilih dengan pertimbangan anak-anak
menyukai sesuatu yang sederhana serta dapat
Pengertian umum dahulu secara langsung ditangkap dengan mudah dan
sederhana, Ilustrasi adalah sesuatu yang lucu sehingga membuat mereka
menerangkan/menjelaskan suatu cerita. Secara tertarik dengan cerita tersebut.
etimologis, istilah ilustrasi yang diambil dari
bahasa Inggris illustration dengan bentuk kata 3.1.1.2. Konsep Kreasi Pemilihan Warna
kerjanya toillustrate dan berasal dari bahasa
Latin illustrare berarti membuat jelas dan Warna-warna dominan yang digunakan
terang. Dengan kata lain pula, ilustrasi adalah dalam perancangan adalah enam warna pokok
sebuah karya ditampilkan visualisasi bentuk yang dapat menarik perhatian anak-anak serta
seperti yang ditampilkan sebagai gambar, warna-warna alam dan warna netral
lukisan, foto atau karya lain dari seni yang disesuaikan dengan suasana dalam cerita.
52
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.2-2018
Enam warna pokok merupakan warna yang • Teknik digital dan manual
cerah, warna tersebut dipilih karena 2) Media Pendukung
disesuaikan dengan karakter anak-anak yang Buku cerita dengan teknik cetak
ceria. Kemudian warna pada karakter digital.
disesuaikan dengan warna dari pakaian orang- • Cover : Kertas kingstruk 230 gr
orang Desa pada umumnya. Warna Pertama dengan laminasi dof.
(warna primer) adalah warna yang • Isi : Ukuran buku 21 x 21 cm
keberadaannya sudah demikian, artinya bukan bahan Kertas kingstruk 210
tercipta dari percampuran warna lain. Warna- gram.
warna tersebut yaitu: Merah, Kuning, dan • Pin bergambar karakter dalam
Biru. Sedang Warna Kedua (warna sekunder) cerita.
yaitu hijau, ungu, dan jingga, merupakan • Stiker bergambar karakter dalam
warna yang tercipta dari percampuran dua cerita.
macam Warna Pertama. Adapun Warna 3) Media Promosi
Antara sering pula disebut ‗warna • Poster Ukuran A3:
intermedit/warna tengah‘ (intermediate o Bahan kertas Kingstruk 210
colors), yaitu warna-warna yang tercipta dari gram, teknik cetak digital.
percampuran Warna Pertama dengan Warna o X-Banner; Ukuran 60 x 160
Kedua. Warna-warna ini disebut sebagai cm, Al batros, teknik cetak
warna antara karena warna-warna tersebut digital.
berada diantara Warna Pertama dan Kedua
dalam lingkaran warna, yaitu terdiri atas: 3.1.2. Proses Kreatif dan Explorasi/sketsa
Jingga kekuning-kuningan, Hijau kekuning-
kuningan, Hijau kebiru-biruan, Ungu kebiru- Explorasi bentuk yang diperoleh melalui
biruan, Ungu kemerah-merahan, dan Jingga sketsa yang digambarkan kemudian dipilih
kemerah-merahan. Sementara itu, Warna berdasarkan pada pertimbangan aspek yang
Ketiga adalah warna yang tercipta dari dibutuhkan pada naskah cerita.
percampuran dua macam warna Kedua. terdiri
atas tiga warnayaitu:Coklat kekuning- 3.2. Konsep Media
kuningan, Coklat kemerah-merahan, dan 3.2.1. Media Utama
Coklat kebiru-biruan (Said, 2006: 92-96).
Adapun media utama yang akan dibuat
adalah buku cerita bergambar dengan tehnik
paper cut.
Observasi dengan mendatangi komunitas Dameria, Anne. 2007. Color Basic. Jakarta :
dongeng di Makassar untuk mendapatkan Link & Match Graphic
gambaran yang lebih jelas mengenai cerita
rakyat Nenek Pakande dan observasi Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk.
mengenai minat anak terhadap buku bacaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Menentukan format karya, menentukan gaya
visual, pembuatan karakter, pembuatan Kusmiati, Artini dkk. 1999. Teori dasar
storyline dan storyboard, menentukan jenis desain Komunikasi Visual. Jakarta :
kertas yang digunakan. Djambatan.
54
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.2-2018
55