Anda di halaman 1dari 1

Peristiwa penjemputan atau penculikan 

Mayjen  S. Parman

 Pada pagi hari sekitar pukul 03.00 WIB, 1 Oktober 1965, Komandan Satuan Tugas (Satgas)
Pasopati, Letnan (Inf) Doel Arif membentuk tujuh pasukan dari Satgas Pasopati di Lubang Buaya untuk
menculik ketujuh jenderal. Satu di antara tim yang dibentuk bertugas khusus untuk menculik Mayjen S.
Parman. Pasukan yang ditugaskan untuk menculik Mayjen S. Parman dipimpin oleh Sersan Satar dari
Resimen Tjakrabirawa.
Pimpinan Sersan Satar ini didukung dengan kekuatan satu regu Tjakrabirawa dan satu peleton
Yon 530/Para Brawijaya yang dipimpin Sersan Paat.
Pasukan penculik telah datang di rumah Mayjen S. Parman di Jalan Serang, pada 1 Oktober 1965,
pukul 04.00 WIB. Terdapat sekitar 20 orang tentara yang siap membawa S. Parman. Saat pasukan
penculik datang, S. Parman dan istrinya yang sedang terjaga langsung keluar menuju halamannya.
Pada mulanya, S. Parman dan istrinya menduga telah terjadi sebuah perampokan di rumah
tetangganya.
Secara langsung, S. Parman langsung bertanya pada sekelompok pasukan Tjakrabirawa atas apa
yang terjadi.

s. Parman : Ada apa?!


Cakra : keadaan negara Genting pak, Bapak presiden meminta Bapak menghadap sekarang
juga
S. parman :  baik !
S. Parman Masuk Untuk berganti pakaian…
Pasukan menyerobot masuk rumah…
Istri : Kenapa ikut masuk mana surat perintah,
Bu, Sukma Melihat NRP Pasukan ada 4 Angka.. bergegas masuk kamar dan menutup pintu.
Istri : kok aneh mas, NRP Mereka cuma 4 Anggka
S. Parman : itu memang NRP Cakra (Sambil Memasang Topi)
terdengar suara burung gereja diatas rumah… lalu keluar kamar diikuti bu sukma..
didepan pintu kamar…
S. parman : kamu yanto ya?
cakra : siap pak
s. parman : sukma, hubungi pak yani
pasukan cakra langsung memutus kabel tlp,dan tlp terbanting..
Istri : lo…
s. parman : lo.. tlp saya kok diputus..
S. Parman bergerak menghampiri pasukan cakra..
Istri : mas,… 
S. Parman : kalau begitu saya pasti sedang di fitnah 
cakra : bapak Presiden menunggu jendral.

Anda mungkin juga menyukai