Anda di halaman 1dari 3

Semua orang memang memiliki privasi, lantas lazim kah seorang aparatur negara secara

paksa merampas hak privasi warga sipil?

(ada pemutaran video yang memperlihatkan kasusnya)

Dari kasus tersebut kita dapat menarik 3 permasalahan, diantaranya :

1. Aparat bertindak tanpa memenuhi persyaratan formil.


2. Menggeledah hp tanpa izin karena menganggap hp adalah identitas
sehingga melanggar hak privasi.
3. Adanya tuduhan tidak berdasar

Ajakan :

Sebagai warga sipil tentunya kita akan selalu berurusan dengan aparat negara, dan tidak
menutup kemungkinan kita bisa saja mengalami hal yang sama sehingga kita harus
memiliki dasar pengetahuan tentang aturan-aturan yang melindungi kita dalam
bernegara.

Solusi dari permasalahan ini adalah tentunya mengetahui semua hukum yang
menyangkut permasalahan di atas :

1. Mengetahui persyaratan formil polisi sebelum melakukan penindakan


Dalam KUHAP diatur bahwa ada tiga hal yang harus dipenuhi
Pertama, aparat harus menjelaskan identitas
Kedua, aparat harus menunjukkkan surat izin dari pengadilan negeri
Jika tidak memenuhi jelas ini melanggar hukum acara pidana yang berkaitan
dengan penggeledahan
Ketiga, aparat harus menjelaskan atas dasar apa melakukan penggeledahan
2. Mengetahui apa saja yang termasuk identitas
Jelas, handphone bukanlah identitas, yang termasuk identitas adalah akta
kelahiran, kartu tanda penduduk ataupun kartu tanda pengenal lainnya.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghadapi polisi yang memeriksa HP
tidak sesuai prosedur seperti Ambarita. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik atau UU ITE dapat digunakan untuk
menghadapi polisi yang memeriksa HP seenaknya. Pasal 30 Ayat (1) UU ITE
menyatakan bahwa Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain
dengan cara apapun. Pasal tersebut dengan tegas menyatakan bahwa
memeriksa alat elektronik seseorang tanpa hak merupakan tindakan melawan
hukum. Adapun hak yang dimaksud dalam pasal tersebut hanya dimiliki oleh
beberapa orang. Dalam penyelidikan tindak kejahatan, hanya penyidik yang
memiliki tugas tersebut. Seorang polisi yang hanya mendapat tugas untuk
melakukan patroli malam tentu bukan merupakan penyidik dan tidak boleh
melakukan penggeledahan HP. Selain itu, seseorang HP-nya boleh digeledah
apabila ia sudah berstatus sebagai tersangka.
3. Mengetahui aturan yang melindungi hak privasi
Hak privasi dan data pribadi diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 28G
ayat 1, yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas perlindungan data
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta bendayang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa amandan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.” Hal ini dperkuat oleh pasal 31 Ayat (2) Perkapolri Nomor 8 Tahun 2009
mengatur bahwa polisi memiliki batasan tertentu dalam melakukan
penggeledahan. Secara garis besar, pasal tersebut menegaskan bahwa polisi
tidak boleh melakukan penggeledahan yang berlebihan sehingga privasi
seseorang bisa terganggu.
4. Mengetahui kejelasan pelanggaran dipenuhi sebelum digeledah
Diantaranya ada 2 hal yang harus dipenuhi :
1) Mens Rea
Singkatnya, kejahatan baru sebatas rencana atu tidak selesai dilakukan
2) Actus Reus
Singkatnya adalah perbuatan yang nyata atau kejahatan sudah
dilakukan
jika keduanya atau salah satu tidak terpenuhi maka aparat tidak memiliki
wewenang untuuk menggeledah, atau tindakan berhenti di situ.

setelah kita mengetahui apa saja yang harus dipenuhi oleh aparat sebelum melakukan
penggeledahan ataupun melakukan penindakan diharapkan bisa mengurangi
kemungkinan terjadinya pelanggaran sama, karena sebagai warga negara kita berhak
untuk menjaga privasi ataupun membela diri dengan hukum yang ada.

Anda mungkin juga menyukai