Anda di halaman 1dari 21

Paraphilic Disorders

(Fetishistic)

Agung Bimantoro Andrea Zahra Leona Hasna Damarwulan Mutiara Aini


Hikmat
10519283 10519763 14519529
12519770
1 Definisi 4 Penyebab

2 Kasus 5 Diagnosa

3 Ciri (Karakteristik) 6 Treatment


1 Definisi
Gangguan Fetishistic
Gangguan Parafilik
Gangguan fetishistik didefinisikan
Dalam DSM-5 gangguan parafilik oleh ketergantungan pada benda mati
didefinisikan sebagai ketertarikan atau bagian tubuh nongenital untuk
seksual berulang terhadap hal yang gairah seksual. Fetish mengacu pada
tidak biasa berupa benda atau objek dorongan seksual seperti pada
aktivitas seksual yang berlangsung sepatu atau kaki wanita. Orang
minimal 6 bulan. Dengan kata lain, dengan gangguan fetishistik (hampir
ada penyimpangan (para) pada apa selalu laki-laki) memiliki dorongan
yang membuat orang tertarik seksual yang berulang dan intens
(philia). terhadap fetish ini.
2
Kasus

Isi Tweet korban


Twitter, Juli 2020
Dengan alasan riset, G meminta korban
Kasus Gilang Bungkus. dibungkus dengan kain jarik selama tiga jam
Pengakuan pemilik akun sebagai korban layaknya jenazah manusia yang meninggal
predator "fetish kain jarik". Disebutkan korban dunia.
dan pelaku kuliah di kampus yang berbeda dan Korban pun bersedia menuruti kemauan G.
G menghubungi korban melalui Instagram. Korban juga melaporkan aksi G ke ke institusi
tempat pelaku berkuliah.
Divonis 5 tahun 6 bulan
penjara dan denda Rp 50 juta
Ditangkap di Kapuas

G mengaku sudah melakukan perilaku


G ditangkap di kampung menyimpang tersebut kepada 25 orang korbannya.
halamannya di Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah
pada Agustus 2020.
G mengaku telah melakukan
penyimpangan seksual itu
sejak 2015.
G mengaku akan terangsang
bila melihat tubuh dibungkus
kain jarik.
Pengertian Gangguan Fetishistic

Pada kasus ini, G dapat dikatakan sebagai orang dengan gangguan


penyimpangan seksual yaitu gangguan parafilik yang kategorinya
merupakan gangguan fetishistik karena dinyatakan bahwa G memiliki
ketertarikan seksual berulang yang berlangsung sejak tahun 2015
terhadap tubuh yang dibungkus kain jarik.
3 Ciri (Karakteristik)
Sumber: DSM 5

1 2 3
Mengalami gairah seksual terhadap Imajinasi, dorongan seksual, Objek fetish tidak sebatas
benda mati atau bagian-bagian tubuh dan perilaku tertentu pakaian yang digunakan dalam
non seksual secara intens dan menyebabkan kegelisahan crossdressing (seperti pada
berulang-ulang selama kurang lebih dan terganggunya aktivitas gangguan transvestik) atau alat
enam bulan yang dimanifestasikan sehari-hari. khusus untuk menstimulasi
melalui dorongan seksual, imajinasi, kelamin, seperti vibrator.
dan perilaku tertentu ketika melihatnya.
G menunjukan ciri-ciri bahwa ia mengalami
penyimpangan seksual sebagaimana ditulis dalam DSM
5, yaitu mengalami gairah seksual terhadap benda
mati atau bagian-bagian tubuh non seksual, yaitu
tubuh yang dibungkus oleh kain jarik, secara intens
dan berulang-ulang selama kurang lebih enam bulan,
di mana G melakukannya sudah dari tahun 2015, yang
dimanifestasikan melalui dorongan seksual,
imajinasi, dan perilaku tertentu ketika melihatnya.
4 Penyebab
Penyebab dari gangguan fetish yang dialami G belum tergambar dengan
jelas, karena menurut DSM 5, belum ada penyebab pasti gangguan fetish
yang ditetapkan saat ini.

Tapi beberapa teori


percaya bahwa fetishism
berkembang dari pengalaman
masa kanak-kanak awal, di
mana suatu objek dikaitkan
dengan bentuk gairah atau
kepuasan seksual yang
sangat kuat.
5 Diagnosis

1 2 3

Penggunaan yang Diagnosisnya harus Diagnosis fetisistik


berulang pada benda mencakup tekanan membutuhkan
mati atau pada bagian pribadi (secara klinis) pemenuhan dari kedua
tubuh nongenital perilaku dalam Kriteria
atau gangguan peran
sebagai objek utama A dan Kriteria B.
psikososial (Kriteria
dari gairah seksual
(Kriteria A). B
Pada kasus ini G menunjukan kedua kriteria tersebut. Pada Kriteria A
pelaku G mengakui sudah berulang kali dan dalam kurun waktu lebih
dari 6 bulan menggunakan kain jarik sebagai objek untuk memuaskan
nafsunya. Dan pada Kriteria B, pelaku G menunjukkan memiliki tekanan
pribadi (secara klinis) dan terganggunya peran psikososialnya, yaitu
bahwa ia memiliki banyak musuh, haters, backstabbers, teman bermuka
dua, penghianat, dan ia selalu berasumsi bahwa ia memiliki banyak
junior yang kurang ajar. Tidak hanya itu, akibat dari fetish yang
dimilikinya ini, ia merugikan banyak orang dengan dalih untuk
memenuhi risetnya hingga terjadi pelecehan seksual.
6 Treatment
1. Strategi Meningkatkan Motivasi

Untuk meningkatkan motivasi pelaku fetihistik agar bisa mengubah perilaku mereka,
para terapis dapat melakukan hal-hal seperti:

● Berempati dengan keengganan pelaku untuk mengakui bahwa dia adalah pelaku dan
untuk mencari pengobatan, sehingga mengurangi sikap defensif dan permusuhan
● Tunjukkan bahwa pengobatan dapat membantunya mengendalikan perilakunya dengan
lebih baik
● Tekankan konsekuensi negatif dari penolakan pengobatan (misalnya pindah ke
tempat yang kurang menarik), pengaturan penahanan jika orang tersebut sudah
dalam tahanan dan melakukan pelanggaran lagi (misalnya, lebih kaku sanksi hukum)
2. Psikoanalisis

● Terapi psikoanalisa dapat dilakukan kepada penderita gangguan


parafilia yang disebabkan oleh trauma masa kecil. Pemikiran
psikoanalitik cenderung setuju bahwa objek fetish digunakan sebagai
pertahanan bawah sadar terhadap kecemasan. Maka dari itu dapat
diterapkan terapi psikoanalisa untuk mengeluarkan/mengedepankan
trauma masa kecil yang berada di alam bawah sadarnya sehingga
kemudian dapat dianalisis bersama dengan terapis. Dengan itu,
penderita gangguan parafilia akan mengerti akan kenyataan yang
sesungguhnya, alasan mereka melakukan perilaku abnormal, dan
menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya dilakukan.
3. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy)

Dilakukan dengan menggunakan teknik atau terapi aversi. Jadi para fetishist
akan diberi kejut listrik (di kaki atau tangan) bisa juga diberi emetik
(obat yang menimbulkan rasa mual) bila atau setiap ia menatap ke objek
fetishnya. Variasi dari terapi aversi berdasarkan citra adalah covert
sensitization, di mana individu tersebut membayangkan situasi yang
menurutnya tidak membangkitkan gairah dan juga membayangkan merasa mual
atau malu karena merasa dan bertindak demikian.
Namun aversi ini memang tidak dapat sepenuhnya menghilangkan ketertarikan
tersebut, tetapi dalam beberapa kasus terapi ini membuat klien cukup dapat
mengendalikan perilakunya dan mengurangi gairah menyimpang.
Kemudian prosedur terapi kognitif juga sering
kali digunakan untuk mengatasi distorsi
pikiran pada individu yang mengidap
parafilia. Fokus terapinya yaitu untuk
membantu klien mengenali dan menyadari bahwa
perilakunya salah. Hal ini dilakukan dengan
mengarahkan pemikiran yg tidak benar ke
hal-hal yang lebih positif dan rasional.
Pelatihan empati juga adalah teknik kognitif
lain yang semakin umum; mengajar pengidap
parafilia untuk mempertimbangkan bagaimana
perilakunya akan mempengaruhi orang lain dan
dapat mengurangi kecenderungan untuk terlibat
dalam kegiatan tersebut.
4. Treatment Biologis
● Beberapa obat-obatan telah digunakan untuk mengobati gangguan parafilia.
● Pada pria, dorongan dan fungsi seksual diatur oleh hormon androgen
(testosteron dan dihidrotestosteron). Oleh karena itu, obat-obatan
hormonal yang gunanya untuk mengurangi atau menekan hormon androgen telah
digunakan untuk mengobati gangguan parafilia, termasuk medroxyprogesterone
acetate (MPA, nama dagang Depo-Provera), cyproterone acetate (CPA,
Gyrostat), dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Obat-obatan
ini sudah diuji dan terbukti dapat mengurangi gairah seksual pada objek
yang menyimpang.
● Selain obat yang mempengaruhi hormon, antidepresan SSRI biasanya digunakan
untuk mengobati gangguan parafilia. Karena SSRI terbukti dapat mengurangi
gairah untuk objek yang menyimpang.
Untuk perawatan yang dijalani G, tidak diketahui secara pasti
karena mengingat adanya kode etik dalam pemeriksaan psikologis
serta dalam tindakan perawatannya yang tercantum dalam Pasal 26
Pengungkapan Kerahasiaan Data. Apa lagi G adalah seorang tesangka
yang di mana hasil tesnya dan mekanisme perawatannya hanya
dipublikasikan pada pihak-pihak terkait, tidak untuk konsumsi
publik. Yang diketahui publik adalah bahwa G sudah dibawa, dites,
dan dirawat oleh psikiater yang bertugas, serta sudah diberi
hukuman 5 tahun 6 bulan penjara dan diwajibkan membayar denda
sebesar 50 Juta Rupiah.
Kesimpulan
Gangguan fetisistik adalah gangguan seksual pada benda mati atau
bagian tubuh non genital sebagai objek seksualnya. Pada kasus
yang dibahas oleh kelompok kami, G menjadikan korban sebagai
kepuasan seksualnya dengan cara membungkusnya dengan kain jarik.
Gangguan ini sudah berlangsung selama 5 tahun. Dan perilakunya
tersebut sesuai dengan diagnosis pada DSM-V. Dan tidak hanya
didiagnosa memiliki penyimpangan seksual, G juga menjadi
tersangka kejahatan seksual, sehingga ia harus menerima
konsekuensi berupa hukuman penjara dan membayar denda, serta
mendapat sanksi sosial dari masyarakat.
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder
(5th ed.). Washington: American Psychiatric Publishing.
Balon, R. (2016). Practical Guide to Paraphilia and Paraphilic
Disorders. Detroit: Springer.
Davison,G. C., Johnson, S. L., Kring, A. M., Neale, M. (2013).
Abnormal Psychology, 12th Edition DSM-5 Update. United
States: Wiley Global Education.
Faizal, A. (04 Maret 2021). Perjalanan kasus gilang fetish kain jarik, terbongkar dari utas
twitter, 25 korban, pelaku dikeluarkan dari unair. Kompas.
https://regional.kompas.com/read/2021/03/04/06160021/perjalanan-kasus-gilang-fetish-ai
n-jarik-terbongkar-dari-utas-twitter-25?page=all
Terima
Kasih<3

Anda mungkin juga menyukai