(Fetishistic)
2 Kasus 5 Diagnosa
1 2 3
Mengalami gairah seksual terhadap Imajinasi, dorongan seksual, Objek fetish tidak sebatas
benda mati atau bagian-bagian tubuh dan perilaku tertentu pakaian yang digunakan dalam
non seksual secara intens dan menyebabkan kegelisahan crossdressing (seperti pada
berulang-ulang selama kurang lebih dan terganggunya aktivitas gangguan transvestik) atau alat
enam bulan yang dimanifestasikan sehari-hari. khusus untuk menstimulasi
melalui dorongan seksual, imajinasi, kelamin, seperti vibrator.
dan perilaku tertentu ketika melihatnya.
G menunjukan ciri-ciri bahwa ia mengalami
penyimpangan seksual sebagaimana ditulis dalam DSM
5, yaitu mengalami gairah seksual terhadap benda
mati atau bagian-bagian tubuh non seksual, yaitu
tubuh yang dibungkus oleh kain jarik, secara intens
dan berulang-ulang selama kurang lebih enam bulan,
di mana G melakukannya sudah dari tahun 2015, yang
dimanifestasikan melalui dorongan seksual,
imajinasi, dan perilaku tertentu ketika melihatnya.
4 Penyebab
Penyebab dari gangguan fetish yang dialami G belum tergambar dengan
jelas, karena menurut DSM 5, belum ada penyebab pasti gangguan fetish
yang ditetapkan saat ini.
1 2 3
Untuk meningkatkan motivasi pelaku fetihistik agar bisa mengubah perilaku mereka,
para terapis dapat melakukan hal-hal seperti:
● Berempati dengan keengganan pelaku untuk mengakui bahwa dia adalah pelaku dan
untuk mencari pengobatan, sehingga mengurangi sikap defensif dan permusuhan
● Tunjukkan bahwa pengobatan dapat membantunya mengendalikan perilakunya dengan
lebih baik
● Tekankan konsekuensi negatif dari penolakan pengobatan (misalnya pindah ke
tempat yang kurang menarik), pengaturan penahanan jika orang tersebut sudah
dalam tahanan dan melakukan pelanggaran lagi (misalnya, lebih kaku sanksi hukum)
2. Psikoanalisis
Dilakukan dengan menggunakan teknik atau terapi aversi. Jadi para fetishist
akan diberi kejut listrik (di kaki atau tangan) bisa juga diberi emetik
(obat yang menimbulkan rasa mual) bila atau setiap ia menatap ke objek
fetishnya. Variasi dari terapi aversi berdasarkan citra adalah covert
sensitization, di mana individu tersebut membayangkan situasi yang
menurutnya tidak membangkitkan gairah dan juga membayangkan merasa mual
atau malu karena merasa dan bertindak demikian.
Namun aversi ini memang tidak dapat sepenuhnya menghilangkan ketertarikan
tersebut, tetapi dalam beberapa kasus terapi ini membuat klien cukup dapat
mengendalikan perilakunya dan mengurangi gairah menyimpang.
Kemudian prosedur terapi kognitif juga sering
kali digunakan untuk mengatasi distorsi
pikiran pada individu yang mengidap
parafilia. Fokus terapinya yaitu untuk
membantu klien mengenali dan menyadari bahwa
perilakunya salah. Hal ini dilakukan dengan
mengarahkan pemikiran yg tidak benar ke
hal-hal yang lebih positif dan rasional.
Pelatihan empati juga adalah teknik kognitif
lain yang semakin umum; mengajar pengidap
parafilia untuk mempertimbangkan bagaimana
perilakunya akan mempengaruhi orang lain dan
dapat mengurangi kecenderungan untuk terlibat
dalam kegiatan tersebut.
4. Treatment Biologis
● Beberapa obat-obatan telah digunakan untuk mengobati gangguan parafilia.
● Pada pria, dorongan dan fungsi seksual diatur oleh hormon androgen
(testosteron dan dihidrotestosteron). Oleh karena itu, obat-obatan
hormonal yang gunanya untuk mengurangi atau menekan hormon androgen telah
digunakan untuk mengobati gangguan parafilia, termasuk medroxyprogesterone
acetate (MPA, nama dagang Depo-Provera), cyproterone acetate (CPA,
Gyrostat), dan luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH). Obat-obatan
ini sudah diuji dan terbukti dapat mengurangi gairah seksual pada objek
yang menyimpang.
● Selain obat yang mempengaruhi hormon, antidepresan SSRI biasanya digunakan
untuk mengobati gangguan parafilia. Karena SSRI terbukti dapat mengurangi
gairah untuk objek yang menyimpang.
Untuk perawatan yang dijalani G, tidak diketahui secara pasti
karena mengingat adanya kode etik dalam pemeriksaan psikologis
serta dalam tindakan perawatannya yang tercantum dalam Pasal 26
Pengungkapan Kerahasiaan Data. Apa lagi G adalah seorang tesangka
yang di mana hasil tesnya dan mekanisme perawatannya hanya
dipublikasikan pada pihak-pihak terkait, tidak untuk konsumsi
publik. Yang diketahui publik adalah bahwa G sudah dibawa, dites,
dan dirawat oleh psikiater yang bertugas, serta sudah diberi
hukuman 5 tahun 6 bulan penjara dan diwajibkan membayar denda
sebesar 50 Juta Rupiah.
Kesimpulan
Gangguan fetisistik adalah gangguan seksual pada benda mati atau
bagian tubuh non genital sebagai objek seksualnya. Pada kasus
yang dibahas oleh kelompok kami, G menjadikan korban sebagai
kepuasan seksualnya dengan cara membungkusnya dengan kain jarik.
Gangguan ini sudah berlangsung selama 5 tahun. Dan perilakunya
tersebut sesuai dengan diagnosis pada DSM-V. Dan tidak hanya
didiagnosa memiliki penyimpangan seksual, G juga menjadi
tersangka kejahatan seksual, sehingga ia harus menerima
konsekuensi berupa hukuman penjara dan membayar denda, serta
mendapat sanksi sosial dari masyarakat.
Referensi
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorder
(5th ed.). Washington: American Psychiatric Publishing.
Balon, R. (2016). Practical Guide to Paraphilia and Paraphilic
Disorders. Detroit: Springer.
Davison,G. C., Johnson, S. L., Kring, A. M., Neale, M. (2013).
Abnormal Psychology, 12th Edition DSM-5 Update. United
States: Wiley Global Education.
Faizal, A. (04 Maret 2021). Perjalanan kasus gilang fetish kain jarik, terbongkar dari utas
twitter, 25 korban, pelaku dikeluarkan dari unair. Kompas.
https://regional.kompas.com/read/2021/03/04/06160021/perjalanan-kasus-gilang-fetish-ai
n-jarik-terbongkar-dari-utas-twitter-25?page=all
Terima
Kasih<3