Mungkin yang membaca judul karagan ini akan mengernyitkan kening dan berkata mana
mungkin vaksin dibuat dari tanaman ?
Memang selama ini sampai sekarang, semua vaksin yang kita kenal dan kita pergunakan adalah
dibuat dari bahan protein kuman atau virus penyebab penyakit dikembangkan dalam bahan
medium sel mamalia yang telah diolah dengan teknologi pembuatan vaksin yang modern,
sehingga tersedia jenis dan macam vaksin yang kita kenal saat ini. Sampai detik ini, belum ada
satupun vaksin yang dikembangkan dan dibuat dari bahan tanaman atau tumbuh tumbuhan
seperti halnya pembuatan obat-obtan dan antibiotika, yang sudah banyak bahan bakunya berasal
dari tanaman dan tumbuh tumbuhan.
Dasar pemikiran ilmuwan untuk mencari bahan tumbuhan yanng dapat dikembangkan menjadi
bahan baku untuk pembuatan vaksin :
Saat ini dunia memerlukan vaksin yang efisien dan terjangkau harganya karena diproduksi
dengan kebutuhan yang minimal dalam proses pembuatannya dan pengembangannya, berkat
kemajuan dan pencapaian dalam bidang bioteknologi. Tanaman memberikan alternatif
kemungkinan dalam pembuatan dan pengembangan vaksin. Banyak antigen penyakit yang bisa
dipergunakan untuk pembuatan vaksin telah bisa dikembangkan dalam sejumlah besar tanaman,
sehingga hal ini memungkinkan pembuatan vaksin dari bahan tanaman dimasa depan, meskipun
aplikasi teknologi ini masih berada beberapa dekade yang akan datang, karena masih terhambat
oleh masalah tehnis yang harus dicarikan jawaban dan pemecahannya. Namun vaksin dari bahan
tanaman bukan suatu ilusi lagi bagi bidang ilmu pencegahan penyakit dalam dunia kedokteran
yang akan datang.
Introduksi
Pada tahun 1990 ilmuwan bernama Curtis dan Cardineu berhasil menemukan mutan Protein A
dari antigen permukaan kuman Streptococcus di tanaman tembakau, sejak saat itu timbul idea
bahwa tanaman bisa dijadikan bio-reaktor untuk memproduksi molekul farmaceutical dan
sebagai reaktor pembuat vaksin sub-unit untuk memenuhi kebutuhan vaksin masyarakat dan
negara.
Diketahui bahwa tanaman telah dipergunakan untuk menghasilkan lebih dari 200 jenis protein
yang mempunyai potensi untuk dipergunakan dalam pengobatan, sehingga tanaman menjadi
saingan bagi sel hewan mamalia dalam memproduksi bahan bio-farmaceutika, karena tanaman
bisa digunakan untuk menghasilkan bahan protein yang rumit dengan susunan molekul yang
tepat, namun dengan biaya yag terjangkau, segi keamanan yang memadai dan bisa diproduksi
dalam skala besar untuk keperluan industri.
Tanaman bisa ditanam dan dipanen dengan sistim pertanian tradisionil, dan untuk keperluan
fermentasi dalam proses pembuatan cukup dipergunakan rumah kaca. Kemudian juga ada
kemungkinan vaksin yang dihasilkan dari bahan tanaman bisa diberikan secara oral/diminumkan,
sehingga hal ini akan sangat mengurangi biaya distribusi dan biaya vaksinasi bagi masyarakat
luas.
Pada tahun 1992, Mason dan rekan penelitiannya menemukan antigen permukaan virus hepatitis
B (HBsAg) yang bisa dikembangkan dalam tanaman tembakau transgenik. Tiga tahun kemudian,
mereka juga berhasil membuktikan bahwa tikus percobaan yang disuntik antigen protein HBsAg
yang dimurnikan dari tanaman tembakau akan menghasilkan antibody spesifik IgG dan IgM,
sebagai akibat reaksi sistim imunologi tubuh tikus percobaan ini.
Pada tahun 2001, kelompok peneliti yang sama juga menemukan bahwa tikus percobaan yang
diberi makanan mengandung HBsAg yang digabungkan dengan toksin Cholera sebagai ajuvant,
akan menghasilkan reaksi imunologi jangka panjang yang mirip dengan hasil penyuntikan
HBsAg yang diberikan sebagai dosis penguat pada manusia.
Semenjak itu, maka mereka juga mulai meneliti bahan tanaman yang lain misalnya pisang,
sayuuran selada, tanaman lupin dan tanaman tomat, yang dapat dipergunakn sebagai pembuat
antigen HBsAg untuk merangsang reaksi imunologi mukosa.
Tantangan yang dihadapi oleh rencana pembuatan vaksin dari tanaman antara lain dari sudut
tehnologi, regulatory dan persepsi masyarakat.
Ada beberapa masalah tehnis dan logistik yang harus diselesaikan sebelum rencana produksi
vaksin dari bahan tanaman menjadi kenyataan, antara lain :
- Panenan yang rendah dari hampir semua antigen yang dikembangkan dalam tanaman, sehingga
diperlukan jumlah tanaman yang mencukupi untuk mendapatkan hasil yang baik
- Buah dan daun tanaman trans-genik dalam suhu luar harus segera di- ekstraksi dan pemurnian
terhadap antigen yang dikandung. Hal sebaliknya bila disemai dalam biji tanaman, dalam suhu
kamar bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama
- Keberhasilan mempertahankan stabilitas antigen yang berasal dari tanaman tertentu bisa
memungkinkan pemakaian tanaman transgenik jenis tersebut untuk produksi selanjutnya
- Menambahkan zat ajuvant yang tepat untuk meningkatkan penyerapan antigen berasal dari
tanaman melalui mukosa saluran pencernaan dan menigkatkan reaksi imunologi tubuh erhadap
antigen tersebut
- Standardisasi dosis dan skema pemberian vaksin asal tanaman harus dilakukan untuk vaksin
yang berasal dari jenis tanaman yang berbeda, dengan efek yang berbeda pula, antara satu jenis
tanaman dengan jenis tanaman lainnya.
- Masih banyak usaha harus dilakukan untuk menentukan konsep komersialisasi vaksin asal
tanaman, strategi untuk meningkatkan panenan dari protein antigen, perbedaan dengan protein
hewani, efikasi farmakologi dan foumulasinya
- Hal yang berkaitan dengan masalah ethis, sosial,bio-safety dan pengaruh pada lingkungan
sebagai akibat dari tanaman yang mengalami modifikasi genetik (transgenic plant)
Kesimpulan
Telah banyak bukti bahwa tanaman bisa dipergunakan sebagai bio-reaktor untuk menghasilkan
antigen vaksin.
Awal perkembangan, yang harus diperhatikan adalah menjamin panenan yang tinggi dan
stabilitas juga imugenisitas dari protein rekombinant yang mampu melindungi binatang
percobaan dan selanjutnya adalah perlindungan pada manusia.
Namun, hingga saat ini belum ada satupun vaksin dari tanaman yang berhasil dibuat, kecuali satu
vaksin dari tanaman yang telah di setujui US FDA yaitu vaksin utuk hewan
Meskipun vaksin berasal dari tanaman belum dipasarkan secara komersial, namun perkembang
pesat sedang terjadi dalam bidang penelitian vaksin berasal dari tanaman ini.
Beberapa contoh antigen pembuat vaksin yang bisa dikembangbiakkan dalam bahan
tanaman
Hepatitis B virus –> Tanaman tembakau, sayur selada, kentang dan pisang
HIV AIDs virus –> Tanaman tomat, kentang,tebakau, sayuran bayam,cowpea dan
N. benthamiana
Sumber: http://selukbelukvaksin.com/pengembangan-vaksin-dari-tanaman/