Anda di halaman 1dari 16

EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN BAHASA KELAS DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

Ni Made Ratminingsih

Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Pendidikan Ganesha

email: nmratminingsih@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk membahas temuan dari hasil kuesioner dan hasil
observasi tentang efektivitas pelatihan penggunaan bahasa kelas (classroom language)
yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan P2M DIPA Undiksha tahun 2014. Pelatihan yang
diberikan merupakan salah satu jenis pengembangan profesi dalam jabatan (in-service
training) sebagai upaya meningkatkan profesionalisme guru-guru pengampu mata pelajaran
Bahasa Inggris. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 25 guru pengampu mata pelajaran Bahasa
Inggris di SD di Kecamatan Sukasada. Hasil kuesioner membuktikan bahwa pelatihan yang
diberikan secara keseluruhan dinilai oleh para guru memiliki tingkat efektivitas yang sangat
baik, yaitu 87%. Hasil observasi kelas pasca pelatihan oleh tiga guru yang
mengimplementasikan bahasa kelas juga membuktikan adanya peningkatan kemampuan
mereka dalam menggunakan bahasa kelas jika dibandingkan dengan observasi awal pra-
pelatihan. Ketiga guru terkategori baik dlam penggunaan bahasa kelas berdasarkan hasil
observasi 2 pasca pelatihan (72%).

Kata-kata kunci: Bahasa kelas, pembelajaran bahasa Inggris

ABSTRACT

The main aim of this article was to discuss the results of questionnaire and observation on
the effectiveness of the in-service training on the use of classroom language held in
accordance to the Community Service by the staff of Ganesha University of Education year
2014. Thi in-service training was subjected to improve English teacher professionalism. It
was followed by 25 English teacher of elementary schools in Sukasada District. The result of
questionnaire proved that the training was assessed very effective (87%) by the teachers
who became the participants. The observation result of the post training toward three
representative teachers also conveyed that three was an improvement of the
teachers’competence in using the English classroom language compared to its use before
training. They were all categorized good in their use of classroom language.

Key words: classroom language, English instruction

1. Pendahuluan adalah kompetensi prodesional, yaitu


Pembelajaran yang baik dan kompetensi yang terkait dnegan
berkualitas didapatkan bila dilakukan bidang studi yang diajarkan, dalam hal
oleh seseorang guru yang memiliki ini adalah bidang studi Bagsa Inggris.
kompetensi yang memadai. Salah satu Kebijakan pembelajaran Bahasa
kompetensi dari empat kompetensi Inggris sebagai mata pelajaran muatan
dasar yang harus dimiliki seorang guru lokal di sekolah dasar yang dimulai

7
sejak tahun 1994 sampai dengan guru yang mengajarkan bahsa Inggris
pemberlakuan KTSP sejak 2006 di 25 sekolah dasar belum memiliki
belum dibarengi oleh usaha maksimal kualitas pembelajaran bahasa Inggris
baik dari pihak pemerintah maupun yang memadai. Selanjutnya, dari hasil
sekolah, terutama guru untuk wawancara dengan KUPP Sukasada,
memaksimalkan pembelajaran. Hal ini (Ratminingsih & artini, 2013),
dapat dibuktikan dari masih banyaknya didapatkan informasi yang sangat
guru-guru pengampu mata pelajaran signifikan yakni dari 63 sekolah dasar
Bahasa Inggris yang tidak memiliki di Kecamatan Sukasada (60 SD umum
latar belakang pendidikan Bahasa dan 3 Madrasah), hanya memiliki latar
Inggris, namun meraka mengajarkan belakang pendidikan bahasa Inggris,
mata pelajaran ini di SD. Ratminingsih selebihnya mayoritas mereka adalah
(2010) membuktikan bahwa tenaga guru-guru kelas yang dituntut mau
kependidikan (guru) yang dimiliki mengajarkan bahasa Inggris oleh
sekolah dasar di dua kecamatan karena tuntutan kurikulum. Data ini
belum memadai dilihat dari latar mengindikasikan bahwa masalah
belakang pendidikan. Dari 185 guru penyiapan tenaga yang mampu
bahasa Inggris tersebut, 105 orang mengajarkan bahasa Inggris masih
(56,75%) memiliki latar belakang belum ditangani dengan serius oleh
bahasa Inggris, sedangkan 80 orang pemerintah. Padahal kompetensi
(43,25%) tidak berlatar belakang siswa dalam menggunakan bahasa
bahasa Inggris. Data ini membuktikan Inggris, fondasinya terletak pada
bahwa tuntutan kurikulum muatan pembelajaran di sekolah dasar. Bila
lokal yang diberlakukan pemerintah fondasi kuat, maka pembelajaran pada
belum dibarengi dengan perekrutan level berikutnya akan semakin kuat,
guru-guru yang memiliki kualitas namun bila fondasi goyah goyah atau
akademik yang memadai, sehingga lemah, bisa dibayangkan pada level
hal ini dapat berdampak terhadap berikut siswa akan mengalami
pengajaran yang kurang memenuhi masalah serius.
standar pengajaran bahasa Inggris Strategi atau teknik yang
yang baik dilihat dari segi ketepatan biasanya digunakan oleh guru dalam
penanganan materi pembelajaran mengajar cenderung bersifat
(aspek-aspek kebahasaan dan konvensional, yaitu lebih
keterampilan berbahasa) yang memfokuskan pada penggunaan buku
diajarkan, maupun dari prosedur teks (textbook oriented) yang lebih
pembelajaran terkait dengan metode didominasi oleh pembelajaran
dan teknik pembelajaran yang kosakata, setelah mengajarkan
digunakan. melafalkan kosakata bahasa Inggris
Temuan terkini dari kegiatan dalam menerjemahkan, yaitu
P2M yang dilakukan Ratminingsih dan memberikan pendanaannya dalam
Budasi (2012) menunjukkan bahwa bahasa ibu (bahasa indonesia).
dari 25 guru bahasa Inggris di sekolah Pemanfaatan bahasa pertama (L1)
dasar di kecamatan Sukasada yang bila dilakukan terlalu sering bahkan
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, mendominasi tidak baik atau tidak
hanya 6 orang guru (24%) yang membantu siswa menguasai bahasa
berlatar belakang bahasa Inggris, yang dipelajari. Oleh karena itu, guru
sedangkan mayoritas guru, yaitu 19 hendaknya dapat menjadi model
orang (76%) berlatar belakang bahasa target dengan baik, yakni lebih
pendidikan non Bahasa Inggris. Data banyak menggunakan bahasa Ingris di
ini menunjukkan bahwa mayoritas dalam kelas.

8
Adapu usaha yang dapat berinteraksi. Lebih lanjut Scott dan
dilakukan untuk membantu para guru Ytreberg (2000) menegaskan agar
meningkatkan kualitas guru lebih memaksimalkan
pembelajarannya adalah melalui penggunaan bahasa Inggris di dalam
pelatihan penggunaan bahasa kelas kelas dengan menggunakan mimik,
(classroom language). Dengan akting, boneka, dan lain-lain untuk
pelatihan tersebut, para guru dapat menyampaikan makna.
diperkenalkan dengan berbagai Penggunaan bahasa Inggris yang
ekspresi-ekspresi bahasa Inggris yang maksimal di dalam kelas sangat
sederhana dan bermakna, yang dapat berguna, karena anak-anak hanya
digunakan berkomunikasi dengan mendapat kesempatan mendengar
siswa. Dengan penggunaan ekspresi- bahasa Inggris digunakan di dalam
ekspresi bahasa Inggris yang kelas. Di luar sekolah mereka
memadai, maka secara simultan guru biasanya kurang mendapat ekspos
dapat lebih mendomainkan bahasa. Oleh karena itu, guru
penggunaan bahasa Inggris sebagai hendaknya mengupayakan
medium pembelajaran. Dengan penggunaan bahasa Inggris yang
demikian siswa akan terbiasa dengan sederhana, natural dan sesuai dengan
pemanfaatan bahasa kelas, dan level siswa. Dengan strategi tersebut,
melalui cara tersebut, mereka akan guru dapat memperbanyak
memperoleh bahasa secara alami pemanfaatan bahasa Inggris sebagai
(language acquisition). medium pembelajaran daripada
Berdasarkan paparan di atas, bahasa Indonesia yang lebih
tujuan dari artikel ini adalah untuk bermanfaat dalam upaya usaha
mengetahui efektivitas pelatihan pemerolehan bahasa target.
pengguanan bahasa kelas (classroom Paul (2003) menambahkan
language) dalam pembelajaran bahwa guru perlu menggunakan untuk
bahasa Inggris. instruksi-instruksi kelas. Tugas guru
untuk memberikan contoh dan
Bahasa Kelas (Classroom membimbing siswa untuk
Language) menggunakan ekspresi –ekspresi
Bahasa kelas (classroom bahasa Inggris secara natural. Melalui
language) secara umum dapat cara tersebut, siswa dapat memahami
dikatakan sebagai ekspresi-ekspresi bagian bagian bahasa secra periferal
bahasa yang digunakan dalam dan menghubungkan penggunaan
berkomunikasi di kelas antara guru bahasa Inggris sesuai dengan
dan peserta didik. Menurut Scott dan perasaannya. Beberapa bahasa kelas
Ytreberg (2000:17), bahasa kelas yang dipaparkan oleh Paul (2003:81)
adalah ekspresi-ekspresi bahasa adalah sebagai berikut:
Inggris yang sederhana dan bermakna
yang digunakan membantu anak-anak
berkembang dari ketergantungan pada
buku menjadi lebih mandiri dalam
usaha untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan bahasa kelas oleh guru
sangat penting dalam proses belajar
mengajar agar anak-anak terbiasa
dalam menggunakan ekspresi-
ekspresi bahasa Inggirs dalam

9
Classroom Language
Simple Expressions Asking for Help
Good afternoon Could you repeat that, please?
Haow are you today? What’s this in English?
Thank you What’s that in English?
I’m sorry How do you spell?
I don’t know I don’t understand
Goodbye Please help me
See you next week How do i say?
May I open the window?
Between the Children From the Teacher
Can I borrow your ...... please? Guess
Sure Please stand up
Here you are Please open your books
It’s my turn Let’s write/ go home
It’s my turn Le’s play ....
May I have a .... What’s the weather like today?
It’s time to write/ go home

Dari uraian di atas, dapat Terkait dengan pemanfaatan


disimpulkan bahwa bahasa kelas bahasa Inggris sebagai bahasa
adalah ekspresi-ekspresi bahasa yang pengantar dalam pembelajaran
umum digunakan oleh guru maupun bahasa Inggris sebagai bahasa asing,
siswa sebagai bagian dari kegiatan Chang (2010) melaporkan hasil
berkomunikasi atau interaksi. surveinya terhadap 370 mahasiswa S1
Sehubungan dengan hal di di Taiwan bahwa mereka memiliki
atas, Nation (2003) menegaskan sikap positif terhadap penggunaan
bahwa penggunaan bahasa bahasa Inggris sebagai bahasa
hendaknya dimaksimalkan kapan saja pengantar (English as a Medium of
memungkinkan secara terus menerus Instruction), dan mayoritas setuju
maupun melalui pengelolaan kelas. bahwa pembelajaran dengan bahasa
Nation (2003) menambahkan bahwa pengantar bahasa Inggris dapat
ketika siswa memiliki sedikit meningkatkan profisiensi bahasa
kesempatan menggunakan bahasa Inggris mereka terutama keterampilan
target di luar kelas, tugas guru untuk mendengarkan.
memaksimalkan penggunaan bahasa Dari paparan di atas, dapat
Inggris yang di pelajari di dalam kelas. disimpulkan bahwa penggunaan
Salah satu cara yang ditempuh, yaitu bahasa kelas sebagai medium
melalui pengelolaan kelas (classroom pembelajaran sanagt penting
management), seperti menyuruh siswa dilakukan oleh guru sebagai upaya
apa yang perlu dikerjakan, misalnya memaksimalkan pemanfaatan bahasa
take your book, turn to page 7; Inggris di dalam kelas guna
mengontrol perilaku, misalnya be membimbing dan melatih siswa agar
quiet; menjelaskan aktivitas, misalnya dapt berkomunikasi dan meningkatkan
get into pair. profisiensi mereka.

10
2. Metode Pelaksanaan dasar yang berada di wilayah
Pengabdian Kecamatan Sukasada, yang terletak di
Peserta yang menjadi khalayak pedesaan. Guru-guru yang
sasaran strategis dari kegiatan P2M ini diutamakan adalah mereka yang tidak
adalah guru-guru bahasa Inggris di memilik latar belakang pendidikan
sekolah dasar di kecamatan bahasa Inggris, tetapi mereka telah
Sukasada, terutama para guru yang mengajar bahasa Inggris. Mereka
mendapat pelatihan terkait dengan diberikan pelatihan berupa
penggunaan bahasa kelas khususnya penggunaan bahasa kelas (classroom
mereka yang jauh dari kota. Ada dua language) sebagai upaya untuk
alasan signifikan mengapa guru-guru membuat pembelajaran bahasa
dipedesaan yang diutamakan, yaitu (1) Inggris lebih berkualitas.
guru-guru dipedesaan kurang memiliki Oleh karena guru-guru bahasa
akses untuk meningkatkan Inggris sudah memiliki pengalaman
profesionalisme melalui in-service mengajarkan bahasa Inggris, maka
training, dengan ikut seminar, rancangan kegiatan berupa in-service
lokakarya, atau sejenisnya ke sebuah training. Langkah-langkah kegiatan
LPTK (seperti Undiksha atau institusi yang ditempuh adalah sebagai berikut:
lain), karena berbagai alasan, seperti a) Penyemaian informasi,
jarak yang jauh, biaya, dsb., dan (2) berupa landasan teoretis
guru-guru di pedesaan sesuai dengan tentang hakikat bahasa
survei (Ratminingsih, 2010) masih kelas (classroom language)
banyak yang tidak memiliki latar dan peranannya.
belakang bahasa Inggris yang b) Pemberian model berupa
memadai. Terlebih lagi hasil contoh-contoh bahasa kelas
wawancara dengan gur-guru pada (classroom language)
kegiatan P2M (Ratminingsih dan c) Praktek membuat persiapan
Budasi, 2012), dari 25 guru yang ikut mengajar dengan
berpartisipasi, 19 orang guru (76%) menggunakan ekspresi-
tidak memiliki latar belakang ekspresi bahasa kelas
kependidikan bahasa Inggris, namun (classroom language)
mengajar bahasa Inggris dan hasil secara berkrlompok pada
wawancara deng KUPP (Ratminingsih fase awal, inti dan
dan Artini, 2013) bahwa total 63 SD, penutupan pembelajaran.
hanya 6% guru yang berlatar belakang d) Praktek menyelenggarakan
bahasa Inggris. Bukti ini pembelajaran dengan
mengindikasikan bahwa pelatihan menggunakan ekspresi –
penggunaan bahasa kelas (classroom ekspresi bahasa kelas
language) merupakan kegiatan (classroom language) yang
mendesak yang harus diupayakan telah didesain.
oleh Undiksha sebagai LPTK dalam e) Setelah kegiatan pelatihan,
pelaksanaan Tri Dharma Peguruan para guru diberikan angket
Tinggi, yaitu untuk membantu para untuk mengetahui pendapat
guru tersebut untuk meningkatkan mereka terkait dengan
kualitas bahasa Inggris mereka dan pelatihan yang telah
kualitas pembelajaran bahasa Inggris. dilakukan.
Metode yang digunakan dalam f) Observasi ke beberapa
melaksanakan kegiatan P2M ini sekolah (3 sekolah)
adalah pelatihan terutama kepada dilakukan untuk mengetahui
para guru bahasa Inggris di sekolah adanya peningkatan

11
kompetensi guru dalam relevan, dan praktek mengajar
melaksanakan pembelajaran menggunakan bahasa kelas.
yang memanfaatkan bahasa Sedangkan penilaian produk dilakukan
kelas. dengan melihat produk yang
Keberhasilan program pelaksanaan dihasilkan, yang berupa desain
P2M ini dievaluasi dengan pmbelajaran yang menggunkan
pengamatan langsung (observation). ekspresi-ekspresi bahasa kelas
Adapun indikator keberhasilan dari (classroom language) pada fase awal,
kegiatan ini adalah: inti, dan penutup pembelajaran.
a) Penegtahuan dan Disamping itu, penilaian juga dilihat
keterampilan guru dalam dari hasil angket guru dan observasi
menggunakan bahasa kelas kelas untuk mengetahui efektivitas
(classroom language). kegiatan dan adanya peningkatan
b) Keterampilan guru kemampuan guru dalam
mendesain pembelajaran menggunakan bahasa kelas dalam
dengan menggunakan pembelajaran.
bahasa kelas (classroom
language) pada fase awal, 3. Hasil dan Pembahasan
inti, dan penutup Untuk meningkatkan
pembelajaran. pengetahuan dan keterampilan guru-
c) Keterampilan guru dalam guru bahasa Inggris di sekolah dasar
melaksanakan pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Inggris
dengan menggunakan pada umumnya dan penggunaan
bahasa kelas (classroom bahasa kelas (classroom language),
language) yang telah beberapa konsep dipaparkan oleh
ditetapkan dalam persiapan. narasumber antara lain: (1) Hakikat
Evaluasi dilakukan dua cara, yaitu Pembelajaran Bahasa Inggris untuk
penilaian proses dan penilaian produk. Anak-Anak di sekolah Dasar, (2)
Penilaian proses dilakukan mulai dari Bahasa Kelas (Classroom Language),
penyemaian informasi terkait dengan (3) Contoh Desain Pembelajaran yang
kajian teoretis dan praktis tentang berisi contoh-contoh ekspresi bahasa
hakikat bahasa kelas dan peranannya, kelas. Efektivitas pembelajaran dilihat
pemodelan melalui contoh-contoh dari segi peningkatan pengetahuan
ekspresi bahsa kelas, latihan dan keterampilan penggunaan bahasa
mendesain pembelajaran dengan kelas dapat dilihat pada hasil
menggunakan bahasa kelas yang kuesioner pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Kuesioner Efektivitas Pelatihan Dilihat dari Dimensi Pengetahuan dan
Ketelampilan
NO RESP 1 2 3 4 5 JML
1 4 4 5 4 4 21
2 5 5 5 5 5 25
3 5 4 5 4 4 22
4 4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 5 5 5 5 5 25
7 5 5 5 5 5 25
8 4 4 4 4 4 20
9 4 5 5 4 4 22

12
10 4 5 5 4 4 22
11 4 5 5 4 4 22
12 5 5 5 5 5 25
13 5 5 5 5 5 25
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 4 4 4 20
16 4 4 4 4 4 20
17 5 5 5 5 5 25
18 4 3 4 4 4 19
19 4 3 4 4 4 19
20 5 5 5 5 5 25
21 4 4 4 4 4 20
22 4 5 4 4 4 21
23 4 5 4 4 4 21
24 4 5 4 4 4 21
25 5 5 5 5 5 25
JML 109 111 113 108 108 549

Skor Ideal 5x5x25 =625


Skor 549:625=0.87 atau 87%

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat pembelajaran. Mereka dibagi menjadi


dilihat bahwa efektivitas pelatihan 5 kelompok yang masing-masing
mendapat skor 87% yang terkategori terdiri atas 5 orang guru. Melalui hasil
sangat baik dalam hal meningkatkan observasi panitia, jelas terlihat bahwa
pengetahuan dan keterampilan guru semua guru antusias melaksanakan
dalam menggunakan ekspresi- tugas, bahkan mereka tidak segan-
ekspresi bahasa kelas. segan bertanya kepada narasumber
Semua informasi yang dan fasilitator dan jika ada kata-kata
didapatkan terkait dengan peningkatan yang sulit bagi mereka. Secara umum
pengetahuan dan keterampilan dapat dikatakan bahwa 5 kelompok
penggunaan bahasa kelas kemudian telah berhasil mendesain skenario
digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran yang terdiri atas
mendesai pembelajaran sendiri yang kegiatan awal, inti dan akhir.
menggunakan bahasa kelas mulai dari Hasil observasi peningkatan
pre-activity, whilst activity sampai kemampuan guru dalam mendesain
dengan post avtivity. Para guru pembelajaran yang menggunakan
bekerja kelompok selama satu jam bahasa kelas diperkuat oleh hasil
untuk berlatih mendesain kuesioner sebagai berikut:

13
Tabel 2. Hasil Kuesioner Efektivitas Pelatihan Dilihat dari Dimensi Kemampuan
Mendesain Pembelajaran
NO RESP 6 7 8 9 10 JML
1 4 4 4 4 4 20
2 5 5 5 5 5 25
3 4 5 5 4 4 22
4 4 5 5 4 4 22
5 5 4 4 5 5 23
6 5 5 5 5 5 25
7 5 5 5 5 5 25
8 4 4 4 4 4 20
9 4 5 4 4 4 21
10 4 5 5 4 4 22
11 4 5 5 4 4 22
12 5 5 5 5 5 25
13 5 5 5 5 5 25
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 4 4 4 20
16 4 4 4 4 4 20
17 5 5 5 5 5 25
18 4 4 4 4 4 20
19 4 4 4 4 4 20
20 5 5 5 5 5 25
21 4 4 4 4 4 20
22 4 4 4 4 4 20
23 4 4 4 4 4 20
24 4 4 4 4 4 20
25 5 5 5 5 5 25
JML 109 113 112 109 109 552
Skor Ideal 5x5x25 =625
Skor 552:625=0.88 atau 88%

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat dilatih untuk melaksanakan


bahwa efektivitas pelatihan dari segi pembelajaran melalui simulasi
kemampuan mendesain skenario pembelajaran dengan konsep peer
pembelajaran awal, inti, dan akhir teaching. Setiap kelompok diwakili
mendapat skor 88% yang juga oleh satu representatif sebagai guru
terkategori sangat baik. Hal ini model. Oleh karena terdapat 5
membuktikan bahwa setelah diberikan kelompok, maka terdapat 5 guru yang
pelatihan melalui pemberian contoh mensimulasikan pelaksanaan
oleh narasumber, guru menilai pembelajaran dengan bahasa kelas
kemampuannya dalam skenario dengan waktu masing-masing 15
pembelajaran meningkat. menit sd 20 menit. Hasil kuesioner
Setelah dilatih mendesain terkait dengan dimensi ini
pembelajaran, para guru kemudian menunjukkan data sebagai berikut:

14
Tabel 3. Hasil Kuesioner Efektivitas Pelatihan Dilihat dari Dimensi Kemampuan
Mengimplementasikan
NO RESP 11 12 13 14 15 JML
1 4 4 4 4 4 20
2 5 5 5 5 5 25
3 4 5 5 4 4 22
4 4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 5 5 5 5 5 25
7 5 5 5 5 5 25
8 4 4 4 4 4 20
9 4 4 5 4 4 21
10 4 4 5 4 4 21
11 4 4 4 4 4 20
12 5 5 5 5 5 25
13 5 5 5 5 5 25
14 4 4 4 4 4 20
15 4 4 4 4 4 20
16 4 4 4 4 4 20
17 5 5 5 5 5 25
18 4 4 4 4 4 20
19 4 4 4 4 4 20
20 5 5 5 5 5 25
21 4 4 4 4 4 20
22 4 4 4 4 4 20
23 4 4 4 4 4 20
24 4 4 4 4 4 20
25 5 5 5 5 5 25
JML 109 111 113 108 108 549
Skor Ideal 5x5x25 =625
Skor 544:625=0.87 atau 87%

Tabel 3 di atas menunjukkan Disamping data dari hasil


bahwa efektivitas pelatihan dilihat dari kuesioner yang disebarkan kepada 25
kemampuan guru dalam guru, hasil observasi kepada 3 guru
mengimplementasikan bahasa kelas membuktikan adanya peningkatan
dinilai sangat baik yang dibuktikan kemampuan guru dalam
oleh capaian skor 87%. Dengan melaksanakan pembelajaran
demikian pelatihan yang diberikan menggunakan bahasa kelas.
dianggap sangat efektif dalam Peningkatan penggunaan bahasa
meningkatkan kemampuan guru kelas oleh 3 guru (guru 1, guru 2, dan
melaksanakan pembelajaran yang guru 3) di 3 sekolah yang berbeda,
menggunakan ekspresi-ekspresi yaitu SD No. 2 Panji, Sd No. 2
bahasa kelas dalam bahasa Inggris. Sukasada, dan SD No. 4 Sukasada
dapat dilihat pada grafik 1:

15
90%

80%

70%

60%

50% Kegiatan Awal


Kegiatan Inti
40%
Kegiatan Akhir
30%

20%

10%

0%
Observasi Awal Observasi I Observasi II

Grafik 1. Penggunaan Bahasa Kelas oleh Guru 1

Berdasarkan grafik 1, dapat menggunakan bahasa kelas sebanyak


disimpulkan bahwa guru 1 yang 28,3%. Kemudian, pada observasi 2
berlatar belakang bahasa Inggris, (pasca pelatihan), penggunaan
pada observasi 1 (pasca pelatihan) bahasa kelas mengalami peningkatan
mengalami peningkatan dalam sebanyak 35,67%.

90%

80%

70%

60%

50% Kegiatan Awal


Kegiatan Inti
40%
Kegiatan Akhir
30%

20%

10%

0%
Observasi Awal Observasi I Observasi II

Grafik 2. Penggunaan Bahasa Kelas oleh Guru 2

16
Berdasarkan grafik 2, dapat menggunakan bahasa kelas sebanyak
disimpulkan bahwa guru 2 yang 15,33%. Kemudian, pada observasi 2
berlatar belakang bahasa Inggris, (pasca pelatihan), penggunaan
pada observasi 1 (pasca pelatihan) bahasa kelas mengalami peningkatan
mengalami peningkatan dalam sebanyak 24,67%.

70%

60%

50%

40% Kegiatan Awal


Kegiatan Inti
30%
Kegiatan Akhir

20%

10%

0%
Observasi Awal Observasi I Observasi II

Grafik 3. Penggunaan Bahasa Kelas oleh Guru 3

Berdasarkan grafik 3, dapat menggunakan bahasa kelas, maka


disimpulkan bahwa guru 3 yang tidak kemampuan mereka untuk
berlatar belakang bahasa Inggris, menggunakan ekspresi-ekspresi
pada observasi 1 (pasca pelatihan) dalam bahasa inggris akan semakin
mengalami peningkatan dalam meningkat sehingga kualitas
menggunakan bahasa kelas sebanyak pembelajaran bahasa inggris akan
29,3%. Kemudian, pada observasi 2 semakin membaik.
(pasca pelatihan), penggunaan Dari semua temuan yang telah
bahasa kelas mengalami peningkatan dipaparkan di atas, ada beberapa hal
sebanyak 34,66%. yang patut dikaji. Pada observasi awal,
Dari semua data yang dapat dibuktikan bahwa naik guru
dipaparkan di atas, dapat dijelaskan yang berlatar belakang bahasa inggris
bahwa terdapat peningkatan maupun yang tidak berlatar belakang
kemampuan guru dalam bahasa inggris menggunakan lebih
menggunakan bahasa kelas 3 fase banyak bahasa Indonesia dalam
pembelajaran (awal, inti, dan akhir) melaksanakan pembelajaran.
setelah diberikan pelatihan mendesain Untuk kasus guru yang tidak
dan mempraktekkan penggunaan berlatar belakang bahasa Inggris,
bahasa kelas. Peningkatan terjadi dapat dipahami bahwa yang
gradual dari observasi 1 ke observasi bersangkutan memiliki pengetahuan
2 pasca pelatihan. Hal ini yang terbatas dalam bahasa inggris
mengindikasikan bahwa apabila para sehingga mera kurang dapat
guru secara terus menerus berlatih menggunakan bahasa inggris yang

17
mengajar. Namun demikian, temuan yang cakap di dalam kelas (Walker
menarik justru ditunjukkan oleh dua dalam Yuwono & Harbon, 2011).
guru yang berlatar bahasa Inggris, Pada kegiatan awal pelatihan,
yang juga didominasi oleh para guru diberikan penegtahuan
penggunaan bahaa Indonesia dalam tentang hakikat pembelajaran untuk
mengajar. Ketika ditanyakan secara anak-anak dimana mereka memiliki
informal, mereka mengatakan bahwa karakteristik yang berbeda dengan
meraka takut kalau berbahasa inggris orang dewasa. Mereka akan sukses
terus, siswa tidak atau kurang bisa belajar bahasa inggris bila diberikan
memahami pelajaran. Kekhawatiran olehorang dewasa (guru) yang
kedua orang guru tersebut cukup memahami karakteristik utama anak-
beralasan karena yang dipentingkan anak, yaitu mereka akan senang
bagi mereka adalah bahwa setiap belajar bila pembeljaran dikemas
mengajar siswa mereka penting untuk dengan cara bermain sambil belajar,
mengerti pelajaran yang diterima. tidak mengajarkan sesuatu yang
Mereka lupa faktor pembiasaan (habit abstrak, dan dikemas secara
formation) pada aliran behaviorism menyenangkan (Brown, 2001).
banyak berpengaruh dalam usaha Disamping itu, guru sebagai sumber
mereka belajar (Richards & Rodgers, utama dalam pembelajaran bahasa
2003; Larsen-Freeman, 2010). Bila Inggris sebagai bahasa asing (EFL)
mereka terus secara konsisten diajar harus memahami bahwa tugas mereka
bahasa inggris melalui berpikir dalam untuk mengembangkan intelegensi
dua bahasa. Padahal guru dapat jamak anak-anak melalui
membentuk kebiasaan mereka untuk pembelajaran. Hal ini senada dengan
berpikir dalam bahasa target, sehinga konsep yang dijelaskan oleh Moon
kebiasaan ini akan berdampak pada (2000) dan Paul (2003), bahwa guru
kemampuan mereka mengunakan merupakan sumber belajar penting
bahasa target dengan baik secara dan utama dalam pembelajaran
perlahan. bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
Untuk meningkatkan atau bahasa asing, oleh karena itu
kompetensi profesionalnya khususnya guru hendaknya dapat menjadi model
pengetahuan mereka dalam bahasa target yang memadai agar
mengajarkan bahasa Inggris, maka anak-anak dapat memiliki kompetensi
kegiatan yang diupauakan oleh tim berkomunikasi dalam bahasa yang
pelaksana adalah berupa pelatihan. mereka pelajari. Berdasarkan
Danim & Khairil (2011:17) pemahaman itulah, maka kegiatan
menegaskan satu dari empat kegiatan pelatihan dalam pengetahuan tentang
yang dilakukan adalah peningkatan bahasa kelas krusial untuk dilakukan
profesionalisasi guru berbasis agar para guru dapat menjadi model
prakarsa institusi, yaitu melalui bahasa Inggris yang baik bagi para
pendidikan dan pelatihan. Adapaun siswanya.
pelatihan yang diberikan adalah Penyemaian informasi tentang
pelatihan dalam menggunakan bahasa bahasa kelas , yaitu ekspresi-ekspresi
kelas dalam proses pembelajaran. bahasa inggris yang sederhana dan
Pelatihan ini sangat bermanfaat bermakna perlu diupayakan
diberikan sebagai upaya untuk pemanfaatannyauntuk membangun
meningkatkan profesionalitas. interaksi antara guru dan siswa, yaitu
Profesionalitas dapat diukur dari berupa komunikasi dalam bahasa
pengetahuan yang baik dalam bidang target. Guru hendaknya bisa
studi dan kemampuan menjadi praktisi membimbing siswa melalui pemberian

18
contoh-contoh. Dari contoh-contoh temuan tersebut, dapat dikatakan
ekspresi yang digunakan para siswa bahwa sebelum pelatihan,
dapat dibiasakan untuk mendengar penggunaan bahasa kelas oleh semua
instruksi dalam bahyasa target dan guru model dapat dikategorikan
bila sudah sering mendengar ekspresi rendah (di bawah 50%) atau
tertentu digunakan maka mereka akan didominasi dengan bahasa Indonesia
bisa menggunakannya. Hal ini terkait terutama pada guru 3.
dengan paparan Scott dan Ytreberg Pada kegiatan ini, sebelum
(2000) dan Paul (2003) bahwa guru mendapat pelatihan, guru 2 yang
perlu menggunakan bahasa kelas berlatar belakang bahasa Iggris
untuk instruksi-instruksi kelas, yaitu mampu menggunakan bahasa kelas
melalui pemberian contoh dan melalui dengan baik yaitu sebanyak 54%.
contoh, guru dapat membimbing siswa Sementara itu guru 1 dan guru 3
untuk menggunakan ekspresi-ekspresi masih didominasi dengan
bahasa inggris secara natural. Nation menggunakan bahasa Indonesia
(2003) juga dengan tegas menyatakan dalam melaksanakan pmbelajaran
bahwa ketika siswa memiliki sedikit dimana guru 1 yang berlatar belkaang
kesempatan menggunakan bahasa bahasa Inggris hanya menggunakan
target di luar kelas, tugas guru untuk bahasa kelas sebanyak 38%
memaksimalkan pengguanaan bahasa sedangkan guru 3 yang tidak berlatar
inggris yang dipelajari di dalam kelas. belakang bahasa inggris hanya
Berdasarkan uraian tersebut, dapat menggunakan bahasa kelas sebanyak
disimpulkan bahwa konteks bahasa 34%. Pada kegiatan akhir, sebelum
Inggris sebagai bahasa asing (EFL), mendapat pelatihan, guru 1 dan guru 2
maka sudah menjadi kewajiban guru yang memang berlatar belakang
untuk memaksimalkan penggunaan bahasa inggris mampu
bahasa kelas di dalam kelas, karena mengkombinasikan bahasa inggris
hanya guru yang menjadi sumber dan bahasa Indonesia dengan
pelajaran paling utama dalam situasi seimbang (guru 1 sebanyak 48% dan
dimana siswa tidak banyak guru 2 sebanyak 52%). Sedangkan
mendapatkan pajanan di luar kelas. guru 3 yang tidak berlatar belakang
Bukti yang menegaska adanya bahasa Inggris mayoritas melakukan
peningkatan penggunaan bahasa kegiatan akhir pembelajaran
kelas adalah hasil observasi pasca menggunakan bahasa Indonesia
pelatihan kepada 3 orang guru. (penggunaan bahasa kelas sebanyak
Peningkatan mereka dalam 20%)
penggunaan bahasa kelas dapat Sedangkan pada observasi 1
dilihat pada kegiatan awal, inti dan setelah diberikan pelatihan, pada
akhir pada tabel 4.5 sd 4.10 diatas. kegiatan awal semua guru mengalami
Untuk melihat peningkatan pada peningkatan dalam penggunaan
masing-masing guru dari ketiga guru bahasa kelas. Guru 1 yang awalnya
dapat dilihat pada grafik 4.1 sd 4.3. mengguanakan bahasa kelas
Sebelum diberikan pelatihan, pada sebanyak 44%, setelah mendapat
kegiatan awal, guru 1 dan guru 2 yang pelatihan menjadi 68%. Begitu juga
memiliki latar belakang bahasa inggris dengan guru 2, penggunaan bahasa
hanya menggunakan bahasa kelas kelas yang awalnya 44%, setelah
sebanyak 44%. Di lain pihak, guru 3 mendapat pelatihan menjadi 64%.
yang tidak berlatar belakang bahasa Pada guru 3, penggunaan bahasa
inggris hanya menggunakan bahasa kelas yang awalnya 28%, setalah
kelas sebanyak 28%. Sesuai dengan mendapat pelatihan menjadi 52%.

19
Pada kegiatan inti pasca Sedangkan pada guru 3, persentase
pelatihan, guru 1 mengalami penggunaan bahasa kelas sebanayk
peningkatan yang cukup signifikan 66% (meningkat 8%). Secara
yaitu sebanyak 44%. Guru 2 keseluruhan, pada observasi 2
mengalami peningkatan sebanyak kegiatan inti, dapat dikatakan bahwa
14%. Guru 3 yang tidak belatar penggunaan bahasa kelas oleh
belakang bahasa Inggris mengalami seluruh guru model kembali
peningkatan penggunaan bahasa meningkat.
kelas sebanyak 24%. Sesuai dengan Beranjak menuju observasi 2
temuan tersebut, dapat dikatakan pada kegiatan akhir, ketiga guru model
bahwa setelah mendapat pelatihan, mengombinasikan bahasa inggris
semua guru mengalami peningkatan dengan bahasa indonesia untuk
penggunaan bahasa kelas pada menutup pelajaran. Guru 1 dan guru 2
kegiatan inti pembelajaran. menggunakan bahasa kelas sebanyak
Pada kegiatan akhir, 68% dan guru 3 sebanyak 60%.
pengguanaan bahasa kelas oleh Dengan demikian, dapat disimpulkan
semua guru model pasca mendapat bahwa pemberia pelatihan
pelatihan juga meningkat. Guru 1 membuktikan adanya peningkatan
mengalami peningkatan sebanyak kemampuan guru dalam
16%, dan guru 2 meningkat sebanyak mengimplementasikan bahasa kelas di
12%. Pada guru 3, pennggunaan dalam proses pembelajaran.
bahasa kelas pada kegiatan akhir Dengan demikian dapat
mengalami peningkatan yang cukup disimpulkan bahwa pemberian
tinggi yaitu sebanyak 40%. pelatihan membuktikan adanya
Berlanjut pada observasi 2 peningkatan kemampuan guru dalam
pasca pelatihan, kemampuan mengimplementasikan bahasa kelas di
penggunaan bahasa kelas yang dalam proses pembelajaran.
dimiliki ketiga guru tersebut semakin Hasil pelatihan yang didapatkan
meningkat. Pada kegiatan awal, guru 1 melalui penyebaran kuesioner kepada
dan guru 2 berhasil menggunakan 25 orang guru juga membuktikan
bahasa inggris sebagai bahasa bahwa efektivitas pelatihan bahasa
mayoritas sebanyak 84%. Begitu juga kelas mendapat skor 88% dengan
dengan guru 3 yang berhasil kategori sangat baik. Hal ini bermakna
menggunakan bahasa inggris sebagai bahwa semua guru menilai bahwa
bahasa mayoritas pada kegiatan awal, pelaksanaan pelatihan dinilai efektif
persentase penggunaan bahasa kelas dalam meningkatkan
yang dicapai sebanyak 60%. Sesuai profesionalitasnya. Berdasarkan hasil
dengan angka pencapaian tersebut, ini, maka dapat dikatakan bahwa hasil
dapat dikatakan bahwa pada kegiatan kegiatan ini mendukung hasil
awal emua guru berhasil penelitian terdahulu oleh Chang (2010)
menggunakan bahasa inggrislebih dalam surveinya di Taiwan bahwa
banyak daripada bahasa indonesia. mahasiswa memiliki sikap positif
Pada observasi 2 kegiatan inti, terhadap pengguanaan bahasa Inggris
guru 1 mencapai persentase sebagai bahasa kelas. Dalam kasus
penggunaan bahasa kelas yang paling pelatihan ini, para guru memiliki sikap
tinggi dibandingkan dengan guru positif terhadap pelaksanaan pelatihan
lainnya yaitu sebanyak 84% yang dinilai sangat baik dalam
(meningkat 2%). Pada guru 2, meningkatkan pengetahuan dan
persentase pengguanaan bahasa keterampilan mereka dalam
kelas sebanyak 72% (meningkat 4%). menggunakan bahasa kelas.

20
4. Penutup Taiwan International ESP
Berdasarkan pembahasan Journal, Volume 2, Number 1
kegiatan yang telah dilakukan, maka (pp. 55-84)
ada beberapa hal yang dapat Danim, S. & Khairil. 2011. Profesi
disimpulkan: Kependidikan. Bandung:
1) Melalui pelatihan berupa Alfabeta.
penyemaian informasi oleh Dantes, N. 2009. Standar Kompetensi
narasumber, terdapat Dosen. Singaraja: Universitas
peningkatan pengetahuan dan Pendidikan Ganesha.
keterampilan guru dalam Dantes, N. 2012. Pendidikan Profesi
penggunaan bahasa kelas Guru dalam Kaitannya dengan
(classroom language) yang Peningkatan Profesionalisme
dibuktikan dari hasil kuesioner Guru (Refleksi Tentang
yaitu 87% bahwa pelatihan yang Struktur Program LPTK).
diberikan dinilai sangat baik Tersedia pada
tingkat efektivitasnya oleh 25 http://nyomandantes.wordpres
orang guru. s.com/page/2/ (diakses
2) Melalui kegiatan pelatihan tanggal 28 Januari 2012).
keterampilan guru dalam Harmer, J. 2007. How to Teach
melaksanakan pembelajaran English. Essex: Pearson
dengan memanfaatkan bahasa Education Limited.
kelas (classroom language) juga Koster, W. 2006. Memperjuangkan
dinyatakan efektif dari hasil Nasib Guru dan Dosen, Sikap
kuesioner baik pada saat dan Pandangan Seorang
mendesain pembelajaran (88%) Anggota Fraksi PDIP DPR RI
dan mengimplementasikan dalam Pembentukan dan
pembelajaran 87% yang dinilai Pelaksanaan UU Guru dan
sangat baik oleh 25 orang guru. Dosen. Hak Cipta @ Wayan
Di samping itu temuan melalui Koster, November 2006.
observasi pasca pelatihan juga Larsen-Freeman, D. 2010. Techniques
membuktikan adanya and Principles in Language
peningkatan kemampuan guru Teaching. Oxford: Oxford
dalam menggunakan bahasa University Press.
kelas dalam proses pembelajaran McKay, P. 2007. Assessing Young
di sekolah. Language Learners.
Cambridge: Cambridge
DAFTAR PUSTAKA University Press.
Moon, J. 2000. Children Learning
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian:
English. Oxford: Macmillan
Suatu Pendekatan Praktek.
Publishers Limited.
Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, H. D. 2001. Teaching by Nation, P. 2003. The Role of the First
Principles. An Interactive Language in Foreign
Approach to Language Language Learning. Asian
EFL Journal. Volume 5, Issue
Pedagogy. New York: Addison
2. http://www.asian-efl-
Wesley Longman, Inc.
journal.com/site_map_2003.ph
Chang, Y-Y. 2010. English-Medium
p (diakses tanggal 30 Agustus
Instruction for Subject Courses
2012).
in Tertiary Education:
Reactions from Taiwanese
Undergraduate Student.

21
Paul, D. 2003. Teaching English to
Children in asia. Hong Kong:
Pearson Education Asia Ltd.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan. 2005. Jakarta:
Kementerian Pendidikan
Nasional.
Ratminingsih, N. M. 2010. Pengaruh
Teknik Pembelajaran dan Tipe
Kepribadian terhadap
Keterampilan Mendengarkan
Bahasa Inggris: Studi
Eksperimen pada Siswa SD
LAB Undiksha Singaraja.
Disertasi Doktor (tidak
diterbitkan). Jakarta: PPS
Universitas Negeri Jakarta.
Richards, J,C. & Rodgers, T.S. 2003.
Approaches and Methods in
Language Teaching.
Cambridge: Cambridge
University Press.

22

Anda mungkin juga menyukai