Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

Sampul

SK Direktur Utama RSIA ANANDA Tentang Panduan Keluarga berencana


di RSIA ANANDA

Daftar isi......................................................................................................1

Kata Pengantar............................................................................................2

BAB I DEFENISI..................................................................................3

BAB II RUANG LINGKUP...................................................................4

BAB III TATA LAKSANA.....................................................................8

BAB IV DOKUMENTASI.....................................................................  16

1
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat yang telah dikaruniakan sehingga Pedoman pelayanan Keluarga
Berencana di Ruang antenatal care di RSIA ANANDA ini dapat selesai
disusun.

Pedoman pelayanan keluarga berencana ini dibuat untuk memenuhi


kebutuhan akan pedoman kerja bagi petugas rumah sakit terutama tenaga
kebidanan yang bekerja di unit antenatal care. Pedoman ini sangat penting
untuk membantu sistematika kerja perawat di unit tersebut sehingga pada
akhirnya diharapkan secara khusus dapat menekan angka kelahiran serta
meningkatkan mutu pelayanan di pada umumnya.

Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas


 bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan keluarga
 berencana di Ruang antenatal care RSIA ANANDA.

  ( Penyusun )

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesepakatan Internasional dalam International Conference of Population


and Development (ICPD) di Kairo 1994 dengan paradigm baru kesehatan
reproduksi, telah merubah orientasi yang semula menempatkan manusia
sebagai obyek menjadi subyek dalam pengendalian kependudukan. Hak 
reproduksi memberikan kebebasan kepada perempuan untuk mengatur 
kehidupan reproduksinya termasuk dalam menjalankan Keluarga Berencana
(KB)
Sejak tahun 1995, beberapa program yang menyangkut pelayanan
kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah Sakit termasuk pelayanan
KB. Rumah Sakit sebagai tingkat rujukan primer, sekunder dan tersier 
mempunyai kewajiban menyediakan pelayan KIE dan konseling KB yang
diarahkan pada terciptanya akseptor mantap (MOW/MOP), penangan efek 
samping dan komplikasi serta kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang
meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan,
 penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB untuk 
fasilitas pelayanan dasar.
Dari hasil data Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, terlihat
 pencapaian program KB belum menggembirakan, hal ini dapat diketahui
dengan penggunaan kontrasepsi yang hanya mencapai 61,4%, sedangkan
angka unmet need meningkat menjadi 9,1%. Selain itu Total Fertility Rate
(TFR) masih sama dengan hasil SDKI 2002/2003 yaitu 2,6. Angka kematian
ibu (AKI) menurun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup namun angka ini
masih jauh dari sasaran  Millenium Development Goal (MDGS) yaitu
125/100.000 kelahiran hidup.
Dengan terjadinya perubahan tatanan pemerintah di tingkat pusat yaitu
desentralisasi urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, salah satu

 pPreorgart aumra ny aPnegm edriainlithakha n(P kPe) Npeom. e3r8in Tt ah

udna e2r0ah0 7a dteanlatahn gp rPogermamba gKiaBn. uDraulsamn


Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang antara lain menetapkan urusan pemerintahan bidang
KB dan Keluarga Sejahtera sebagai salah satu urusan wajib dan juga PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang mengamanatkan

3
rumpun kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan terhadap program KB
termasuk dalam pelayanan KB di Rumah Sakit.
Dalam kenyataannya terjadi perubahan pelayanan KB ditingkat lini
lapangan yang antara lain disebabkan oleh kurangnya jumlah serta
ketrampilan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan program
KB. Disamping itu, menurunnya komitmen politis penentu kebijakan juga
turut menyebabkan menurunnya kemampuan dalam pengelolaan program KB.
Beberapa daerah yang tidak memprioritaskan program KB, dikhawatirkan
membuat terputusnya kendali program KB, hal ini juga terjadi dalam
program KB di RS (PKBRS) yang saat ini. Meski penting, namun belum
menjadi
 program prioritas maupun unggulan sehingga berdampak pada rendahnya
cakupan pelayanan KB di RS.
Departemen Kesehatan juga telah mengeluarkan Pedoman
Penyelenggaraan RS 2008 yang memuat persyaratan/hal-hal yang harus
dipenuhi dan difasilitasi pada tahapan pendirian dan penyelangaraan
 pelayanan RS dan layanan KB termasuk didalamnya. Disamping itu, telah
terbit Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit Nomor 129 tahun 2008 yang memasukkan layanan KB mantap,
sehingga hal ini menjadi tolok ukur bagi daerah mengenai pelayanan minimal
yang harus diberikan kepada masyarakat.
Buku Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit ini
merupakan panduan untuk menjabarkan kebijakan pelayanan KB di Rumah
Sakit bagi Pemerintah Daerah, RS,Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota. Tenaga Kesehatan, Lintas Program/Sektor,
Organsisasi Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sehingga
peran dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, dan Daerah dalam pelayanan
KB dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan akses, kualitas dan keamanan pelayanan
Keluarga

2. KBKehruesnucsa n: a di Rumah Sakit.


a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan
Keluarga Berencana di Rumah Sakit.

4
 b. Tersedianya sIstem pelayanan dan rujukan KB termasuk Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan
 pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam pelayanan KB
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB

C. Ruang Lingkup Pelayanan KB di Rumah Sakit


Ruang lingkup Pelayanan KB meliputi: Pengorganisasian, Perencanaan dan
Advokasi, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB

D. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di RS adalah :
a. Pasangan usia subur
 b. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
c. Pasangan yang infertil

5
BAB I

DEFINISI

Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan

 jalan memberikan nasehat perkawinan, penjarangan dan penghentian kehamilan dan


 pengobatan kemandulan yang dilakukan secara sukarela.

6
BAB II
INTEGRASI PELAYANAN
KB

A. Sistem Kesehatan Nasional

Kebijakan pelayanan KB merupakan upaya pengaturan kehamilan bagi


 pasangan usia subur dalam rangka membentuk generasi penerus yang sehat
dan cerdas, upaya pencegahan kehamilan yang tak diinginkan dalam rangka
menurunkan kematian Ibu, pelayanan KB sebagai salah satu upaya kesehatan
masyarakat esensial dan pelayanan KB diberikan melalui pelayanan
kontrasepsi yang berkualitas dalam rangka memenuhi hak reproduksi klien.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diselenggarakan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-


tingginya. SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
 pembangunan kesehatan yang dimulai dari kegiatan perencanaan sampai
dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. SKN dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat secara berkelanjutan, sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan dengan
menjaga kemajuan, kesatuan, dan ketahanan nasional.
 Melalui pendekatan SKN, terdapat 7 komponen SKN yaitu:
1. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
 provinsi/ kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya
 peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan
kesehatan. Pelaksanaan SKN ditekankan pada peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya manusia kesehatan,
serta upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif 
dan rehabilitatif.

7
2. Sumber Daya Manusia
Fokus penting pada pengembangan dan pemberdayaan sumber daya
manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan melalui
perencanaan, pengadaan,

 pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan. Profesionalisme sumber daya


manusia kesehatan merupakan tuntutan bagi seluruh tenaga kesehatan yang
mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan manajemen kesehatan di fasilitas
kesehatan (meliputi fasilitas pelayanan kesehatan dan institusi pendidikan
kesehatan), termasuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi kader 
kesehatan.
3. Obat dan Alat Kesehatan
Menjamin aspek keamanan, ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan serta
mutu obat dan alat kesehatan di semua fasilitas pelayanan kesehatan primer 
dan rujukan; melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang salah dan
 penyalahgunaan obat; meningkatkan penggunaan obat yang rasional; serta
upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber
daya dalam negeri.
4. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan meliputi public dan private good memegang peran
yang amat penting untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
mencapai tujuan pembangunan nasional. Pembiayaan kesehatan meliputi

komponen pembiayaan untuk pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga,


transportasi, logistik dan upaya manajemen lainnya. Dengan sistem
 pembiayaan ini, diharapkan akan mencapai universal health coverage tahun
2019 sesuai dengan amanat UU Republik Indonesia Nomor 40/2004 tentang
SJSN dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24/2011 tentang
BPJS.

8
5.Sistem/ Informasi/ Regulasi/ Manajemen
Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya
manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk 

mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung


 pembangunan kesehatan. Informasi Kesehatan adalah Data Kesehatan yang
telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan
makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mendukung
 pembangunan kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi,
integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai sub-sistem SKN
agar efektif, efisien, dan transparan dalam penyelenggaraan SKN yang
meliputi tersedianya Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK);
 bimbingan dan pengawasan; pemantauan dan evaluasi; umpan balik (feed
 back) dan reward bagi yang
berprestasi. 6.Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya
merupakan fokus dari pembangunan kesehatan. SKN akan berfungsi
optimal apabila ditunjang oleh dukungan pemberdayaan masyarakat
sebagai bagian dari
 pelaku pembangunan kesehatan yang terdiri dari kelompok sasaran primer,
sekunder, dan tersier.
7.Penelitian dan pengembangan kesehatan

Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terdiri atas: penelitian


dan pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi
terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan
masyarakat, humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan
masyarakat. Sebagai contoh hal yang dapat dilakukan pengkajian adalah
terkait perilaku, mutu, akses dan pembiayaan kesehatan.

9
Pelayanan KB dalam SKN sejalan dengan komponen – komponen
yang ada dalam Sistem Kesehatan Nasional, khususnya dalam sub sistem
upaya kesehatan yang memprioritaskan pada upaya promotif dan preventif.

B. Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
 percepatan

 penurunan Angka Kematian Ibu melalui:

1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan


2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang
perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat
mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang
sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014


tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di
Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan. Pelayanan Keluarga Berencana
merupakan salah satu dari 5 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yaitu
pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan
pencegahan dan
 pengendalian penyakit. Begitu pula untuk di Rumah Sakit, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan

10
Rumah Sakit, pelayanan KB merupakan pelayanan medik umum yang harus
ada di RS. Dapat disimpulkan, pelayanan KB merupakan:

1. Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik 


umum di Rumah Sakit
2. Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk 
generasi penerus yang sehat dan cerdas
3. Upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
4. Memenuhi hak reproduksi klien.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care)  dalam pelayanan KB,
meliputi pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon
 pengantin, konseling KB pada ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan,
 pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval. Sesuai dengan

Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015, salah satu strateginya adalah


 peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB melalui
 pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling secara
sistematis dengan salah satu program utama adalah memastikan seluruh
 penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan pelayanan KB.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat


 penting dalam pelayanan KB. Pengertian komunikasi adalah  penyampaian
 pesan secara  langsung/tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada

 penerima pesan untuk mendapatkan suatu efek. Dalam bidang kesehatan kita
mengenal komunikasi kesehatan yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi
 perilaku positif masyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode
komunikasi baik menggunakan komunikasi individu maupun komunikasi
massa. Sementara informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan
yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan) dan edukasi
adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif.

11
Proses yang diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling.
Melalui konseling pemberian pelayanan membantu klien memilih cara KB
yang cocok dan membantunya untuk terus menggunakan cara tersebut
dengan
 benar. Konseling  adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif 

antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,


memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi. Pelayanan konseling KB memegang
peranan yang
sangat penting, oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan konseling
KB dapat digunakan media KIE dengan menggunakan lembar balik Alat
Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) - KB. Konseling KB dapat
dilaksanakan bagi wanita dan pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang


Jaminan Kesehatan Nasional dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa
Pelayanan KB merupakan salah satu manfaat promotif dan preventif. Selama
masa transisi menuju universal health coverage  pada tahun 2019, maka
 pelayanan KB bagi penduduk yang  belum terdaftar sebagai peserta program
JKN, dapat dibiayai dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar,
vasektomi, tubektomi termasuk komplikasi KB bekerjasama dengan lembaga
yang membidangi keluarga berencana.

12
BAB III

METODE KB PASCA PERSALINAN

Penyampaian informasi yang jelas dan benar mengenai metode KB


yang akan digunakan oleh akseptor dapat membantu klien dalam mengenal dan
memahami akan kebutuhannya, untuk memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi sehingga
diperlukan pengarahan atau konseling yang dilakukan oleh petugas dan itu akan
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi serta meningkatkan
keberhasilan KB. Jenis – jenis metode KB yang terkini pasca persalinan yang
 perlu diketahui adalah:

A. Metode Barrier
(Kondom) Cara kerja
1. Menghalangi sperma masuk ke uterus

2.Mencegah penularan infeksi mikro organisme


Keuntungan
1. Tidak mengganggu ASI

2. Tidak ada efek samping terhadap kesehatan

3. Metode kontrasepsi sementara bila kontrasepsi lainnya harus

ditunda 4.Mencegah infeksi menular seksual

Keterbatasan
1. Efektivitas tidak tinggi : 15 kehamilan per 100 ibu (15%)

2. Cara pemasangan yang tidak benar mempengaruhi

keberhasilan kontrasepsi
3. Agak menganggu hubungan seksual

Cara pakai
1. Dipasang saat penis ereksi

2. Dilepas sebelum penis melembek

13
3. Cari ukuran yang sesuai dengan ukuran penis

4. Hanya bisa digunakan sekali saja

B. Metode Amenorelaktasi

(MAL) Cara kerja


Menekan ovulasi Waktu Penggunaan Efektif hingga 6 bulan pasca
 persalinan, harus benar-benar eksklusif Efektivitas 2 kehamilan per 100 ibu
(2%)

Keuntungan
1. Segera efektif

2. Tidak mengganggu senggama

3. Tidak ada efek samping

4. Tanpa biaya
5. Bayi lebih sehat karena mendapat kekebalan pasif dan sumber gizi terbaik 

dari ASI
6. serta terhindar dari paparan kontaminasi dari botol, air, dan susu formula.

7. Baik bagi ibu karena mengurangi perdarahan pasca persalinan,

mengurangi risiko anemia, meningkatkan hubungan psikologis ibu


dan
 bayi

Keterbatasan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

3. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual


4. Efektivitas tinggi bila dilakukan dengan baik dan benar (ASI eksklusif)
dan hanya selama 6 bulan

14
Kontraindikasi
1. Sudah mendapatkan haid setelah bersalin
2. Tidak ASI eksklusif
3. Bayi tidak menyusui lebih lama dari 4 jam

Informasi untuk klien agar metode ini berhasil (konsensus Bellagio


1988)
1. Ibu harus menyusui secara penuh
2. Bayi menghisap secara langsung
3. Menyusui dimulai dari 30 menit – 1 jam bayi setelah lahir
4. Kolostrum diberikan kepada bayi
5. Pola menyusui on demand
6. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam, termasuk malam hari
7. Perdarahan sebelum hari ke 56 pasca persalinan belum
dianggap sebagai haid

MAL harus Memenuhi 3


persyaratan 1. Belum haid setelah
melahirkan.
2. ASI Ekslusive ( asi saja )

3. Bayi berusia kurang dari 6 bulan.

C.Metode Pil
a. Pil Progestin (mini pil)
Cara kerja:
1. Mencegah ovulasi
2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

15
5. Efektivitas: secara umum 10 kehamilan per 100 ibu (10%) , untuk
ibu menyusui 1 kehamilan per 100 ibu (1%)
Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan 3 hari untuk daerah sulit setelah

persalinan maupun
2. pasca keguguran
3. Dapat digunakan segera mungkin pada ibu menyusui dan tidak

menyusui 4. Setelah abortus, segera dimulai


Keuntungan:
1. Tidak menganggu hubungan seksual
2. Tidak mempengaruhi ASI
3. Kesuburan cepat kembali bila obat dihentikan
4. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
5. Dapat dihentikan setiap saat
6. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan
pembekuan darah,kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala,
dan depresi)
7. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
8. Mencegah kanker endometrium dan ovarium
9. Dapat diberikan pada pasien endometriosis
Keterbatasan:
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Harus diminum setiap hari pada waktu yang sama

4. Bila lupa minum satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau

jerawat 6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih


rendah bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak ber-KB)
7. Tidak melindungi diri dari infeksi menular
seksual

16
8. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang terjadi

17
Kontraindikasi:
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

3.Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin


dan
 barbiturat)
4.Kanker payudara atau riwayat kanker
payudara 5.Sering lupa menggunakan pil
6.Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)
7.Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh darah)
Cara Pakai:
1. Pastikan pasien tidak hamil

2. Konsumsi pil dimulai dari hari 1 hingga 5 haid

3. Bila dimulai dari hari ke 6 setelah hari pertama haid, gunakan

kontrasepsi lain atau tidak berhubungan selama 2 hari


4. Dapat digunakan segera pasca persalinan, baik pada ibu

menyusui maupun tidak menyusui

 b. Pil Kombinasi


Cara kerja
1. Mencegah ovulasi
2.Mencegah implantasi
3.Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma
4.Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel
telur 
Keuntungan
1. Memiliki efektivitas yang tinggi (8 kehamilan per 100 pengguna
dalam 12 bulan
2. pertama pemakaian)
3. Risiko terhadap kesehatan kecil

18
4. Tidak menganggu hubungan seksual
5. Siklus haid jadi teratur dan jumlah darah haid berkurang (mencegah
anemia)
6. Dapat digunakan jangka panjang

7. Dapat digunakan dari masa remaja hingga menopause


8. Mudah dihentikan setiap saat
9. Kesuburan cepat kembali
10. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
11. Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker 
endometrium, Kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan
 jinak pada payudara, dismenorea.
Keterbatasan
1. Mual terutama 3 bulan pertama

2. Perdarahan bercak atau perdarahan sela pada 3 bulan

pertama 3.Nyeri payudara, berat badan naik sedikit


4. Tidak bisa pada ibu menyusui

5. Meningkatkan tekanan darah dan retensi

cairan 6.Tidak mencegah Infeksi menular


seksual Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai
hamil 2. Menyusui eksklusif
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui
penyebabnya 4. Penyakit hati akut (hepatitis)
5. Perokok dengan usia >35 tahun

6. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg

7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis (tidak

terkontrol) > 20 tahun


8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)

19
10. Tidak dapat menggunakan pil setiap hari

(pelupa) Cara pakai


1. Pastikan klien tidak hamil
2. Dapat dikonsumsi dari hari 1 hingga ke 7 siklus haid, sebaiknya
dikonsumsi pada jam yang sama
3. Apabila dipergunakan dari hari ke-8 siklus haid, gunakan kontrasepsi
lain seperti kondom atau tidak berhubungan selama 7 hari
4. Bila muntah dalam 2 jam setelah minum pil, segera minum pil
 berikutnya
5. Bila lupa meminum pil selama 1 hari, hari besok langsung minum 2
 pil sekaligus.
6. Apabila lupa meminum pil selama 2 hari, minum 2 pil sekaligus

setiap hari selama 2 hari berturut-turut, lalu lanjutkan minum pil


seperti biasa
7. Apabila lupa minum pil selama 3 hari, lanjutkan pil seperti biasa atau
memulai dari
8. strip KB baru, dan gunakan kontrasepsi kondom/ tidak berhubungan
selama 7 hari.
9. Untuk pil yang 21 tablet, selangi 1 minggu sebelum menggunakan
tablet berikutnya
10. Hanya boleh dikonsumsi oleh ibu menyusui setelah 6 bulan pasca
 persalinan

D.Metode Suntikan
a. Suntikan Progestin
Preparat
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150

mg DMPA disuntik 3 Bulan sekali, secara intramuscular

20
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg

 Noretindron Enantat, diberika setiap 2 bulan sekali secara intramuscular


Cara kerja (sama seperti suntikan kombinasi)
1. Mencegah ovulasi

2. Mencegah implantasi
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma

Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel


telur Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun

 pasca keguguran (MEC 2015)


2. Pada klien yang menyusui dapat digunakan setelah 6 minggu pasca

 persalinan

3. Pada klien yang tidak menyusui digunakan segera


mungkin 4.Setelah abortus, segera dimulai
Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan pertama
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami
istri 4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
5. Jangka panjang
6. Efek samping terhadap kesehatan kecil
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
9. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
10. Mencegah kehamilan ektopik 

Keterbatasan

21
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai

10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang

setelah suntikan kedua atau ketiga


3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan
4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis

dan epilepsi
5. Penembahan berat badan

6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,

stroke, 7. gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati


8. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual

9. Kesuburan kembali lama

Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amonorea 4.Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara


5.Diabetes mellitus disertai komplikasi
Cara Pakai
1. Pastikan pasien tidak hamil

2. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7


3. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak
 berhubungan selama 7 hari
4. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi
suntikan, dapat langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu
tidak hamil
5. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi
suntik yang lain

22
6. lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal
penyuntikan kontrasepsi suntik sebelumnya. \
7. Untuk suntikan depo medroksiprogesteron asetat disuntik setiap
12 minggu, intra muscular
8. Untuk suntikan noretisteron enantat untuk 4 kali suntikan
pertama diseling 8 minggu, suntikan ke 5 setiap 12 minggu, intra
muscular 

 b. Suntikan
Kombinasi Preparat
• Cyclofem mengandung Depo medroksiprogesteron asetat 25 mg

dan estradiol sipionat 5 mg, disuntik sebulan sekali secara


intramuscular.
• 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat, suntikan sebulan

sekali

Cara kerja (sama seperti KB pil kombinasi)


1. Mencegah ovulasi
2. Mencegah implantasi

3. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati sperma

4. Mengganggu pergerakan tuba, sehingga mengganggu transportasi sel telur 

Keuntungan
1. Efektifitas tinggi, 3 kehamilan per 100 pengguna selama 12 bulan
 pertama pe makaian
2. Risiko terhadap kesehatan kecil
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
4. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam Jangka panjang
5. Efek samping terhadap kesehatan kecil
6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
7. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid

23
8. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
9. Mencegah kehamilan ektopik

Keterbatasan
1. Perubahan pola haid, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai
10 hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan menghilang

setelah suntikan kedua atau ketiga


3. Klien harus kembali rutin ke fasilitas kesehatan

4. Efektivitas berkurang bila dipergunakan bersama obat tuberkulosis

dan epilepsi
5. Penambahan berat badan

6. Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung,


stroke, 7. gangguan pembekuan darah, timbulnya tumor hati
8. Tidak melindungi dari infeksi menular
seksual 9. Kesuburan kembali lama

Kontraindikasi
1.Hamil atau diduga hamil
2.Menyusui
3. Perdarahan pervaginam yang tidak/belum diketahui penyebabnya

4. Penyakit hati akut (hepatitis)


5.Perokok dengan usia >35
tahun
6.Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg
7.Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau DM tidak terkontrol >20
tahun
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi)

24
Cara pakai
1. Ibu menyusui hanya bisa digunakan saat bayi berusia 6 bulan atau lebih
2. Pastikan pasien tidak hamil
3. Suntikan diberikan dari hari haid 1 hingga 7
4. Bila disuntikan diluar masa haid, gunakan kontrasepsi lain atau tidak
 berhubungan selama 7 hari
5. Bila ingin mengganti dari kontrasepsi hormonal lain ke kontrasepsi
suntikan, dapat langsung diberikan kapan saja, bila dipastikan ibu tidak 
hamil
6. Bila ingin mengganti kontrasepsi suntik lain dengan kontrasepsi suntik
yang lain lagi, jadwal penyuntikan adalah sesuai dengan jadwal
 penyuntikan kontrasepsi suntik sebelumnya.

7. Suntikan dilakukan 1 bulan sekali

B. Metode Implan
Cara kerja
1. Mencegah ovulasi

2. Mempengaruhi transformasi endometrium sehingga implantasi sulit

3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi


sperma 4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu

Waktu Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan setelah persalinan maupun pasca keguguran dan
 pada klien yang menyusui maupun tidak menyusui (MEC 2015)
2. Setelah abortus, segera dimulai

Keuntungan

25
1. Efektivitas tinggi 0,5 kehamilan per 100 pengguna dalam 1 tahun
 pemakaian
2. Tidak menganggu hubungan seksual
3. Tidak mempengaruhi ASI
4. Kesuburan cepat kembali bila implan dicabut
5. Efek samping sedikit terhadap kesehatan
6. Dapat dihentikan setiap saat
7. Tidak mengandung estrogen (tidak meningkatkan gangguan
pembekuan darah,
8. kurang meningkatkan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi)
9. Mengurangi jumlah, lama, dan nyeri haid
10. Mencegah kanker endometrium dan ovarium

11. Dapat diberikan pada pasien endometriosis


Keterbatasan (sama seperti pil progestin)
1. Gangguan pada haid (perdarahan sela, spotting, amenorea)
2. Peningkatan berat badan
3. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
4. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (tapi lebih rendah bila
dibandingkan dengan wanita yang tidak ber-KB)
5. Tidak melindungi diri dari infeksi menular
seksual
6. Hirsustisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan) tapi sangat jarang
terjadi 7. Memerlukan prosedur medis
8. Efek berkurang bila menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) dan

obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)


Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

3. Menggunakan obat TB (rifampisin), dan obat epiliepsi (fenitoin dan

 barbiturat)

26
4. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

5. Miom uterus (progestin memicu pertumbuhan miom uterus)

6. Riwayat stroke (progestin menyebabkan spasme pembuluh

darah) Cara Pakai


1. Pasien tidak hamil

2. Dipasang saat siklus haid ke 2 hingga 7, bila dipasang setelah siklus

haid ke-7,
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja
1. Setelah 48 jam pertama pemasangan, daerah pemasangan harus
tetap dibiarkan
2. kering agar tidak infeksi
3. Perlindungan sampai 4 tahun

E.Metode AKDR
a. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim) Cara kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah ovum dan sperma bertemu,

walaupun AKDR

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan


mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi embrio dalam uterus

Waktu Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu pasca

 persalinan
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak ada infeksi

27
 
Keuntungan
1. Efektivitasnnya tinggi 0.8 kehamilan per 100 pengguna dalam 12 bulan

 pertama
 pemakaian
2. Memberi perlindungan hingga 12 tahun

3. Segera efektif setelah dipasang


4. Metode kontrasepsi jangka panjang, dapat digunakan sampai menopause
5. Tidak perlu mengingat-ingat (tidak seperti pil yang harus diminum setiap
hari)
6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

7. Tidak ada efek hormonal (AKDR tanpa progestin)

8. Tidak mengganggu produksi ASI


9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

10. Membantu mencegah kehamilan ektopik

11. Kembalinya kesuburan dalam waktu singkat setelah AKDR

dilepaskan Keterbatasan
1. Perubahan siklus haid (terutama 3 bulan pertama) misalnya haid jadi lebih

 banyak
dan nyeri, dan perdarahan antar menstruasi
2. Merasa nyeri dan kram perut 3-5 hari setelah pemasangan

3. Perforasi dinding uterus apabila sukar dalam


pemasangan 4. Tidak mencegah IMS
5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan
6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan
7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan

8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui

Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil

28
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya

3. Menderita Infeksi alat genital (gonorrhea, clamidia, vaginitis, servisitis)

4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau abortus

septik 5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal)


atau
menderita
tumor jinak
rahim
6. Penyakit trofoblas
ganas 7. Menderita TBC
pelvic 8. Kanker alat
genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5
cm Cara Pakai
1. Dapat dipasang kapan saja selama dipastikan tidak hamil

2. Sebagai kontrasepsi darurat dapat digunakan hari ke 1-5 pasca senggama

 b. AKDR dengan


Progestin Cara kerja
1. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel

atrofi sehingga
mengganggu implantasi
2. Mencegah pembuahan dengan mencegah pertemuan ovum dan

sperma 3. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii


4. Menginaktifkan
sperma Waktu
Penggunaan:
1. Dipasang dalam 48 jam setelah plasenta lahir atau setelah 4 minggu

 pasca
 persalinan.
2. Pada abortus, dapat langsung dipasang, selama dipastikan tidak

29
ada infeksi
Keuntungan

30
1. Efektif dengan jangka proteksi 1 tahun
2. Tidak mengganggu hubungan suami
istri 3. Tidak berpengaruh pada ASI
4. Kesuburan cepat kembali setelah AKDR
diangkat 5. Efek samping kecil
6. Mengurangi jumlah darah dan nyeri haid

7. Tidak menganggu kerja obat tuberkulosis dan epilepsy

Keterbatasan
1. Memerlukan prosedur
medis 2. Mahal
3. Perforasi dinding uterus apabila salah pemasangan

4. Tidak mencegah IMS


5. Tidak cocok pada wanita yang suka berganti pasangan

6. Memerlukan prosedur medis saat pemasangan

7. AKDR mesti dilepas di fasilitas kesehatan


8. AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama pada

 pemasangan AKDR
 pascaplasenta)
9. Efek samping progestin: risiko trombosis, menurunkan kadar HDL pada

 pemberian
 jangka panjang, memicu pertumbuhan
miom Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui

penyebabnya 3. Menderita Infeksi alat genital (vaginitis,


servisitis)
4. Tiga bulan terakhir mengalami penyakit radang panggul atau

abortus septik

31
5. Kelainan bawaan uterus abnormal (bentuk dan ukuran abnormal)

atau menderita
tumor jinak rahim
6. Penyakit trofoblas ganas

7. Menderita TBC pelvic


8. Kanker alat genital
9. Ukuran rahim kurang dari 5 cm

C. Metode Tubektomi
Cara kerja:
Menghambat ovum dengan cara mengoklusi tuba falopii sehingga sperma
tidak dapat

 bertemu dengan
ovum Waktu
Penggunaan:
1. Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun

 pasca
keguguran (WHO Mec 2015)
2. Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan

Keuntungan:
1. Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun
pertama 2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mempengaruhi hubungan suami
istri 4. Tidak ada efek samping hormonal

Keterbatasan
1. Harus melalui prosedur medis

2. Tidak melindungi dari infeksi menular seksual

3. Rasa nyeri atau tidak nyaman pasca tindakan


Yang dapat menjalani tubektomi

32
1. Usia > 26
tahun 2. Paritas >
2
3. Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan

4. Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko kesehatan yang

serius 5. Pasca persalinan dan pasca keguguran


6. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya 3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut


4. Tidak boleh menjalani prosedur
pembedahan 5. Ragu-ragu untuk menjalani
prosedur

6. Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis

D. Metode Vasektomi
Cara kerja
Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan cara melakukan oklusi
vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
fertilisasi tidak terjadi
Keuntungan
1. Sangat efektif : Efektivitas: 1 kehamilan pada 100 ibu

(0.15%) 2. Tidak ada efek samping jangka panjang


3. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3
bulan Keterbatasan
Membutuhkan prosedur medis

33
Kontraindikasi
1. Infeksi kulit pada lapang
operasi 2. Infeksi sistemik
3. Hidrokel dan varikokel yang
besar 4. Hernia inguinalis
5. Filariasis

6. Undesensus testikularis

7. Massa intraskrotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan
darah Informasi bagi klien
1. Pertahankan band aid selama 3 hari

2. Luka yang dalam penyembuhan jangan ditarik atau digaruh

3. Daerah luka tidak basah dalam 24 jam, dan setelah 3 hari daerah luka
 boleh dicuci
dengan sabun dan air
4. Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah skrotum

kering 5. Hindari mengangkat benda berat dan kerja keras


dalam 3 hari
6. Boleh bersenggama setelah hari ke 2-3, namun pakai kondom hingga

15- 20
ejakulasi atau 3 bulan
7. Lakukan pemeriksaan semen setelah 3 bulan pasca vasektomi

E. KONDAR ( Kontrasepsi Darurat )


Kontrasepsi darurat (Kondar) adalah cara untuk mencegah kehamilan
setelah hubungan seks yang tidak menggunakan pengaman. Kondar bisa
 berupa PIL atau AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). Jika ada
 pasangan yang melakukan hubungan seks tanpa pengama atau ibu yang
menggunakan metodel MAL (Metode Amenore Laktasi) dan tidak yakin

34
 bahwa dia menyusui dengan eksklusif, dia dapat mempertimbangkan untuk 
menggunakan Pil kondar atau AKDR.
Cara Pakai :
Pil kontrasepsi darurat atau yang sering disebut Morning after pil adalah
pil hormon yang dapat dikonsumsi wanita setelah melakukan hubungan
seks. Pil ini berfungsi paling baik jika diminum maksimal 72 jam pertama
setelah melakukan hubungan seks, tetapi masih tetap dapat mengurangi
risiko kehamilan jika dikonsumsi dalam kurun waktu 120 jam (5 hari)
setelah hubungan seks yang tidak berpengaman
Cara kerja:
Cara kerja kontrasepsi darurat adalah dengan menunda ovulasi (pelepasan
sel telur wanita selama siklus bulanan). Apabila pembuahan dan implantasi

telah terjadi, maka levonorgestrel tidak akan mengganggu kehamilan.


Cara Pemakaian :
Hormon seperti Levonorgestrel progesterone diberikan dalam dosis
tinggi untuk mencegah kehamilan. Jumlah pil yang dikonsumsi
tergantung pada tipe jenis pil yang digunakan. Jenis kontrasepsi darurat
ini adalah yang
 paling efektif ketika dikonsumsi secepat mungkin setelah berhubungan,
walaupun masih tetap dapat mengurangi risiko kehamilan ketika
dikonsumsi hingga 120 jam setelah berhubungan.
Tipe terbaru dari kontrasepsi darurat yang bernama ulipristal acetate adalah
 jenis pengobatan yang berbeda. Pil ini menunda ovulasi dan mungkin
membantu mencegah implan. Jenis ini masih efektif bila dikonsumsi
hingga 5 hari setelah berhubungan. Kontrasepsi darurat tidak akan
mencegah kehamilan jika hubungan seks yang tidak berpengaman
dilakukan setelah meminum kontrasepsi darurat.
Efektivitas :

35
1 atau 2 dari setiap 100 wanita yang menggunakan kontrasepsi darurat
dapat hamil walaupun telah mengkonsumsi obat tersebut pada waktu
yang telah disarankan

BAB VII

PENUTUP

Manajemen Pelayanan KB dilaksanakan melalui serangkaian


kegiatan secara sistematik yang saling terkait dan berkesinambungan mulai
dari pengorganisasian, perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan - evaluasi
untuk menghasilkan luaran yang efektif dan efisien. Kegiatan ini
dilaksanakan terintegrasi di setiap tingkatan administrasi di tingkat desa,
kecamatan, kabupaten/ kota , provinsi sampai ke tingkat pusat bak di
tingkatan pelayanan maupun di tingkat manajemen.

36
Dengan manajemen pelayanan KB yang baik di setiap tingkatan

administrasi diharapkan dapat meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

KB yang pada akhirnya dapat berkontribusi dalam percepatan penurunan

angka kematian ibu.

37

Anda mungkin juga menyukai