PENDAHULUAN
secara organisasional tidak ada sanksinya, yang mungkin dapat merugikan bagi
tujuan organisasi atau bagi kepentingan orang lain dalam organisasi (Harrell-Cook
dan juga diantara klien eksternal. Lingkungan dan suasana mungkin juga
ketegangan (Harris & Kacmar 2005; Vigoda 2002; dalam Vigoda-Gadot, 2006),
dan menambah reaksi negatif dari para karyawan seperti pelayanan kualitas yang
yang sebenarnya (Ferris et al. 1996; Folger, Konovsky, & Cropanzano 1992;
Von Glnow, 2010: 300). Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa
dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa berada di
memiliki kekuasaan terhadap orang lain jika ia dapat mengontrol perilaku orang
lain. Kekuasaan adalah hubungan nonresiprokal antara dua orang atau lebih.
kuasa yang dimiliki oleh individu yang satu dan individu yang lain. Dengan kata
lain, dua pihak yang memiliki hubungan nonresiprokal mungkin saja tidak
memiliki kekuasaan yang sama di dalam wilayah yang sama (Brown dan Gilman,
2003: 158).
Organisasi sebagai salah satu entitas sosial juga tidak terlepas dari politik.
Setiap orang dalam organisasi akan menggunakan taktik dan strateginya masing-
masing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas, baik itu menyangkut
kesehatan, seperti rumah sakit juga tidak terlepas dari kegiatan politik
mengidentifikasi pola interaksi antara aktor di rumah sakit (dokter, perawat dan
staf administrasi) sebagai ëke teraturan hasil negosiasi. Tak dapat disangkal
bahwa negosiasi merupakan salah satu bentuk aktivitas politik untuk mendapatkan
komitmen bersama. Untuk menjadi manajer yang efektif, seorang manajer harus
sadar bahwa politik selalu ada dalam setiap kehidupan organisasi. Berkenaan
dengan praktik manajemen melalui pendekatan politik, maka seorang manajer
(termasuk pemain lainnya) harus paham bagaimana bermain politik yang etis dan
elegant, sehingga secara etis dapat diterima oleh anggota lainnya (Siswanto,
2007). Permainan politik yang tidak etis dalam jangka panjang akan berakibat
variabel sikap kerja seperti: kepuasan kerja, keterlibatan kerja, dan komitmen
organisasi. Sikap kerja yang telah dipengaruhi politik organisasi pada akhirnya
Titisari, 2014:6). Studi literatur yang meneliti tentang pengaruh kepuasan kerja
dilakukan Oleh Darmawati et al. (2013) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja
Behavior. Chen dan Indartono (2011) serta Maslyn dan Fedor (1998) berpendapat
Namun, Cropanzano et al. (1997) serta Khumar dan Ghadialy (1989) justru
terhadap kepuasan kerja (Ferris & Kacmar, 1992; Cropanzano et al., 1997;
maka mereka akan berusaha untuk menghindarinya dan bekerja dengan dedikasi
yang tinggi. Berbeda dengan riset Cropanzano et al. (1997) yang menyatakan
Perbedaan dari beragam hasil penelitian dan menilik pada fenomena yang
terjadi secara khusus di Aceh Barat pada umumnya, peneliti kemudian merasa
Behavior?
3. Bagaimana Politik Organisasi melalui Sikap Kerja terhadap
Penelitian ini dibatasi dengan merujuk pada peubah Politik Organisasi, Sikap
manfaat yaitu:
dan informasi pada pihak RSUD Cut Nyak Dhien tentang Politik
Behavior.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
seseorang dalam organisasi atau perusahaan yang bukan bagian dari tugas
an. Selama tiga dekade terakhir, minat terhadap perilaku ini telah meningkat
tidak secara langsung atau eksplisit diakui oleh sistem penghargaan formal, dan
tentang OCB mencakup tiga aspek penting yang penting untuk konstruksi ini:
merupakan bagian dari deskripsi pekerjaan, dan dilakukan oleh karyawan sebagai
hasil dari pilihan pribadi. Kedua, OCB melampaui apa yang merupakan
yang sama, definisi OCB dari Organ (1988) telah menimbulkan banyak kritik.
Sifat konstruk membuatnya sulit untuk didefinisikan secara operasional. Kritikus
bersifat diskresioner atau tidak. Organ (1997), dalam menanggapi kritik, mencatat
bahwa sejak definisi aslinya, pekerjaan telah berpindah dari serangkaian tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan telah berkembang menjadi peran yang jauh lebih
ambigu. Tanpa peran yang ditentukan, dengan cepat menjadi sulit untuk
konsep ini muncul sebagai tanggapan atas kesadaran bahwa hanya melihat
Awalnya, para ahli di bidang ini hanya fokus pada kegiatan yang secara langsung
mendukung output organisasi. Karena pasar kerja menjadi lebih agresif, menjadi
perlu bagi karyawan untuk melampaui apa yang secara formal disyaratkan oleh
sebagai perilaku dan aktivitas kerja yang tidak terkait dengan tugas yang
bantuan kepada orang lain, mengikuti aturan dan prosedur yang dilarang, dan
membela tujuan organisasi secara terbuka. OCB dan kinerja kontekstual berbagi
atribut yang menentukan karena keduanya terdiri dari perilaku selain yang
Selain itu, mereka juga setuju dengan tema bahwa perilaku ini bersifat
diskresioner dan setiap karyawan memilih jumlah dan sejauh mana mereka akan
besar domain konten mereka, ada beberapa perbedaan penting antara kedua
konstruksi tersebut. Salah satu persyaratan utama OCB adalah bahwa mereka
tidak diberi penghargaan secara formal, yang tidak berlaku untuk kinerja
kontekstual. Organ (1997) berpendapat bahwa OCB mungkin pada titik tertentu
tidak pasti. Juga, kinerja kontekstual tidak mengharuskan perilaku menjadi peran
tambahan, hanya saja itu bukan tugas. Perbedaan antara kinerja kontekstual dan
Gambar 2.1
yang baik akan memiliki kinerja yang baik pula. Turnley, dkk (2003)
bekerja melebihi peran atau tugas yang diwajibkan dan tidak secara langsung
diakui oleh sistem reward. Organ, dkk (2006) mengemukakan lima aspek
menolong rekannya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi
anggota.
“Sesuatu yang dilakukan seseorang untuk dapat memperoleh imbalan, baik berupa
Seperti yang dikemukakan oleh Smith, yang juga dalam Anoraga (2002)
mengenai tujuan dari kerja adalah untuk hidup. Jadi mereka yang melakukan
kegiatan fisik maupun kegiatan otak dengan mendapat imbalan sarana kebutuhan
untuk hidup berarti bekerja. Sikap karyawan bekerja dalam organisasi perusahaan
sangat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan pribadi atau karir. Karena
sikap atau gaya kerja yang baik merupakan kebutuhan dalam meniti karir,
perusahaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Calhoun dan Acocella (2007)
dalam buku Psychology of Ajustment and Human Relationship yaitu sikap kerja
dibutuhkan suatu individu untuk menata pola atau ritme kehidupan pribadi,
memberikan identitas atau status bagi dirinya, dengan demikian sikap kerja
kemukakan oleh New com dalam Walgito (2001) adalah sebagai berikut:
Di sini New com menghubungkan antara sikap dengan motif, sikap merupakan
kesiapan atau keadaan siap untuk tumbuhnya suatu motif. Sikap merupakan suatu
keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Jadi
bila seorang karyawan tidak mempunyai sikap tertentu terhadap suatu kejadian
atau keadaan yang ada di luar dirinya maka karyawan tersebut tidak akan bergerak
motifnya untuk sesuatu tindakan atau kegiatan kerha tertentu. Tetapi sebaliknya
bila seorang karyawan mempunyai suatu sikap tertentu, maka segala sesuatu yang
menyangkut masalah kegiatan kerja tersebut akan menjadi motif yang dapat
menimbulkan tingkah laku kerja bagi seorang karyawan tersebut. Menurut All
Port, konsep sikap yang dikembangkan oleh Sherief (2008), sebagai kesiapan
sebagai berikut:
d. relatif mapan,
Menurut Pophan (2005) bahwa terdapat perbedaan antara sikap dan nilai
karena sintimen merupakan curahan rasa terhadap sesuatu yang direspon, maka
sikap karyawan terhadap organisasinya dapat dilihat dari respon positif maupun
negatif yang diekspresikan dalam bekerja. Sikap terdiri dari dua komponen,
(kepercayaan atau keyakinan), ide, konsep persepsi, stereotipe, opini yang dimiliki
individu mengenai sesuatu. Komponen Afeksi yang berhubungan dengan
antara komponen sikap: seharusnya membentuk pola sikap yang seragam ketika
dihadapkan pada objek sikap. Apabila salah satu komponen sikap tidak konsisten
satu sama lain, maka akan terjadi ketidakselarasan akibat terjadi perubahan sikap.
dan kewenangan. Jeffrey Pfeffer menciptakan suatu model teori organisasi yang
yang mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa. Pfeffer &
Salancik (2003) berpendapat bahwa kekuasaan bias vertikal dan horizontal dalam
organisasi, dan focus mereka, seperti Hickson et al. (2002), adalah pada kekuatan
&Salancik 2003).
menyerahkan
menjadi tujuan ketimbang hanya sebagai alat untuk mencapai tujuantujuan yang
rasional, seperti produksi output yang efisien. Organisasi adalah koalisi yang
terdiri atas individu yang punya tuntutan berbeda serta aneka kelompok yang
saling bersaing. Desain organisasi tidak lain merupakan hasil dari perjuangan
kekuasaan
yang dilakukan oleh koalisi-koalisi yang berbeda tujuan ini. Pfeffer (1992)
suatu jaringan interaksi antar manusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan
politik tidak hanya terjadi pada system pemerintahan, namun politik juga terjadi
kelompok suku primitif, marga, dan bahkan pada unit keluarga. Pusat analisis
seorang actor dapat mempengaruhi actor lain, sehingga actor lain tersebut
ini, maka tiap-tiap actor akan saling beradu kekuasaan untuk memenangkan
kepentingani, dengan taktik memainkan kekusaannya masing-masing. Selain itu
pendapat McShane & Van Glinow (2010) menganggap politik organisasi terkait
erat dengan taktik organisasi. Menurut kedua pakar ini, politik organisasi adalah
prilaku yang dianggap oleh orang lain sebagai taktik yang menguntungkan diri
seseorang. Lebih jauh lagi, kedua ahli ini menjelaskan bahwa kekuasaan
hal yang dianggap penting oleh pihak lainnya sehingga pihak tersebut merasa
antara dua orang atau lebih. Nonresiprokal di dalam konteks ini dapat diartikan
sebagai ketidakseimbangan kuasa yang dimiliki oleh individu yang satu dan
individu yang lain. Dengan kata lain, dua pihak yang memiliki hubungan
atau konflik di dalam organisasi. Namun, konflik tidak selalu membawa dampak
buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa dampak positif jika dikelola
hal yang tabu bagi orang-orang tertentu. Hal ini merupakan imbas dari
Setiap pihak akan melakukan apa pun yang bias mereka lakukan untuk
dirinya.
menyapa orang tuanya dengan sapaan yang dianggap santun. Seperti yang
dikemukakan oleh Brown dan Gilman di atas, anak pertama kali mengenal kata
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Sumber Daya Manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
pada kualitas dan kinerja sumber daya manusia yang ada pada organisasi tersebut.
dalam organisasi, di antaranya karena adanya kepuasan kerja dari karyawan dan
komitmen organisasi yang tinggi (Robbin & Judge, 2007). Ketika karyawan
bahkan melakukan beberapa hal yang mungkin di luar tugasnya. Begitu juga
tinggi terhadap organisasi, karyawan akan memberikan pelayanan yang baik dan
begitu juga sebaliknya, ketika karyawan saja tidak mengalami kepuasan maka
pelayanan yang diberikan kepada konsumen, dalam hal ini mahasiswa dan dosen
merupakan respon afektif atau emosional dari sebuah pekerjaan (Krieter &
Kinicki, 2004). Salah seorang bisa merasakan kepuasan di satu aspek dan di aspek
yang lain. Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja
kompleks, karena berasal dari berbagai elemen kerja, misalnya terhadap pekerjaan
keseluruhan.
ditanya tentang respon dari pekerjaan yang telah mereka lakukan, hasilnya
bervariasi untuk berbagai elemen kerja, Dari hasil penelitian, secara umum
Dalam pekerjaan, banyak sekali elemen yang berpengaruh terhadap kepuasan dan
Menurut Teori Herzberg, terdapat dua faktor yang menyebabkan kepuasan dan
dipenuhi akan menimbulkan kepuasan tetapi jika tidak dipenuhi akan mengurangi
tidak akan meningkatkan motivasi, tetapi jika tidak dipenuhi akan menimbulkan
kepuasan. Faktor yang termasuk dalam faktor motivator adalah prestasi kerja,
administrasi, gaji, status, supervisi, dan kondisi kerja. Baik faktor motivator dan
faktor ini selalu berjalan seiring dengan aktivitas kerja seseorang dalam
organisasinya.
akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Menurut Luthans (1995),
organisasi; dan keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan
Allen dan Mayer dalam Greenberg & Baron (2003) mengemukakan tiga
menjadi lebih kuat bila pengalamannya dalam suatu organisasi konsisten dengan
afektif menunjukkan kuatnya keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu
di perusahaan itu.
Kerangka Berpikir
Politik
Sikap Kerja OCB
Organisasi
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
dua variabel atau lebih. Penelitian ini ingin menguji pengaruh dari tiap komponen
dari politik organisasi terhadap OCB melalui sikap kerja menggunakan data dari
laporan kuesioner penelitian yang disebarkan pada objek penelitian oleh sebab itu
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Februari
Januari
Maret
April
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek /subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sample adalah bagian dari jumlah
dari penelitian ini adalah pegawai RSUD Cut Nyak Dhien baik dokter, perawat
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer yang
diperoleh dengan cara koleksi melalui kuesioner penelitian dimana data yang
diperoleh diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Penelitian ini juga
diteliti
berikut:
Tabel 3.2
Definisi Konseptual dan indicator penelitian
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Sebuah instrumen atau kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
instrumen atau kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu item dianggap
valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar dari r
tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan
valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir atau pertanyaan
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas
tidak boleh acak. Dalam mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknis Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas, alat ukur yaitu
oleh Ghozali (2018:46), yaitu jika koefisien Cronbach Alpha > 0,70 maka
reliabel. Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,70 maka pertanyaan
dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS 25. Jika dibuat dalam bentuk tabel
maka akan menjadi seperti berikut:
Tabel 3.3
Tingkat Reliabilitas
Koefisien Kriteria
> 0,9 Sangat reliabel
0,7 – 0,9 Reliabel
0,4 – 0,7 Cukup reliabel
0,2 – 0,4 Kurang reliabel
< 0,2 Tidak reliabel
Sumber: Imam Ghozali (2018)
atau tidak. Menurut Priyatno (2014:90), standar data dikatakan normal jika > 0,05.
dalam model regresi linier apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi kesamaan varian residual pada
semua pengamatan. Uji koefisien korelasi spearman’s rho digunakan untuk uji
heteroskedastisitas, dengan standar jika sig. > 0,05 maka tidak terjadi
Data dalam penelitian ini diolah menggunakan aplikasi SPSS versi 20.
dilakukan uji asumsi klasik. Tahap ketiga, dilakukan uji F untuk melihat
melakukan uji regresi untuk menguji pengaruh antar variabel. Tahap terakhir,
nilai maksimum, jangkauan, rata-rata, standar deviasi dan variansi. Tujuan dari
dilakukan setelah model dari penelitian memenuhi syarat lolos dari asumsi klasik.
Syarat tersebut adalah data harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan
kasualitas imajenir.
c. Pengujian Hipotesis
Uji Statistik t (Uji t). Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh