Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Mengenai penerapan hukum pidana materil terhadap alibi terdakwa


Nelson Siahaan diduga melakukan tindak pidana perjudian kupon putih dengan
alibi sebagai mata pencaharian studi kasus putusan nomor 1211/Pid.B/2017/PN
JKT.SEL sudah tepat berdasarkan fakta–fakta hukum yang terjadi pada saat
persidangan baik dari keterangan saksi–saksi, keterangan para terdakwa, alat
bukti, maupun barang bukti. Dan juga di dasarkan pada pertimbangan hakim yang
memberikan putusan menggunakan dakwaan kedua yaitu Pasal 303 ayat (1) ke-2
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang sudah sesuai dengan perbuatan para
pelaku yang memenuhi unsur tindak Pidana Perjudian itu sendiri, yaitu Unsur
barang siapa, tanpa ijin dengan sengaja menawarkan atau memberikan
kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian
atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu.
Adapun dalam pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa tindak pidana perjudian kupon putih dengan alibi sebagai mata
pencaharian studi kasus putusan nomor 1211/Pid.B/2017/PN JKT.SEL yang mana
oleh majelis Hakim dipidana penjara 7 (tujuh) bulan untuk terdakwa Nelson
Siahaan karena telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana perjudian pada
Pasal 303 ayat (1) ke-2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Berbeda dengan
tuntutan Penuntut Umum yang memberikan tutntutan pidana dengan yakni 10
(sepuluh) bulan pidana pernjara karena bersalah melakukan tindak pidana
perjudian sebagaimana yang diatur dalam pasal Pasal 303 ayat (1) ke-2 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Seharusnya terdakwa mendapatkan hukuman
sesuai yang diatur dalam Pasal tersebut tetapi karena berbagai pertimbangan
hukum oleh hakim lebih memberikan kesempatan terhadap terdakwa untuk bisa
memperbaiki diri agar kiranya pelaku tidak lagi mengulangi perbuatan yang dapat
melanggar hukum.
Lebih lanjut jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
hukum ini adalah Data Sekunder yaitu merupakan data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa
bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder juga diperoleh dari
bahan-bahan kepustakaan dan studi dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti oleh penulis. Dan juga bahan hukum primer, yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Ke-
4 (empat), Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73
Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan
Penertiban Perjudian

vi

Anda mungkin juga menyukai