Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. ASUHAN PERSALINAN KALA III


1.1 ASUHAN KALA III
FISIOLOGI KALA III
Mekanisme Pelepasan Plasenta
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak berada di dalam uterus, kontraksi
uterus akan segera berlangsung dn ukuran rongganya akan mengecil. Pengurangan
dalam ukuran ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran situs penyambungan
plasenta. Oleh karena itu situs sambungan tersebut menjadi lebih kecil, plasenta
menjadi lebih tebal dan mengkerut serta memisahkan diri dari dinding uterus.
Permulaan proses pemisahan diri dari dinding uterus untuk pelepasan plasenta :
1. Menurut Duncan
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan adanya tanda
darah yang keluar dari vagina apabila plaasenta mulai lepas
2. Menurut Schultz
Plasenta leps mulai dari bagian tengah (sentral) dengan tanda adanya
pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
3. Terjadi serempak atau kombinasi dari keduanya

Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan sobek saat plasenta
terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus akan berkontraksi dan menekan seluruh
pembuluh darah yang akhirny akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta
tersebut.
Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga bagian plasenta lahir
seluruhnya. Oleh karena itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera ia melepas dari
dinding uterus merupakan tujuan dari penatalaksanaan kebidanan dari kala III yang
kompeten.
Tanda-tanda Klinis Pelepasan Plasenta
1. Semburan darah
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter pecah saat
plasenta lepas.
2. Panjangan tali pusat
Hal ini disebabkan karena plasenta turun dari segmen uterus yng lebih bawah
atau rongga vagina.
3.
4. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat)
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi usus
5. Perubahan dlam posisi uterus, yaitu uterus naik didalam abdomen
Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sesaat setelah plasenta terlepas TFU akan
naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang
lebih bawah.

Teknik Pengecekan Pelepasan Plasenta


Selain mengamati tanda-tanda klinis diatas, bidan juga dapat memperlakukan perasat
untuk mengecek pelepasan plasenta.
Tiga prasat yang dapaat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, sementara tangan kiri
menekan atas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti
plasenta belum lepas, bila plasenta tetap atau tidak masuk kedalam vagina berarti
plasenta sudah lepas.
2. Perasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus dengan tangan kiri
dan tangan kanan meregangkan tali pusat sambil merasakan apakah ada getaran
yang ditimbulkan dari gerakan tangan kiri. Jika terasa ada getaran, berarti plasenta
belum lepas dari dinding usus uterus, jika tidak terasa ada getaran berarti plasenta
sudah lepas.
3. Perasat Klein
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk meneran, jika tali pusat tampak
turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah lepas, begitu juga sebaliknya.
1.2.MENEJEMEN AKTIF KALA III
Definisi
Manajemen aktif kala III adalah mengupayahkan kala III selesai secepat mungkin
dengan melakukan langkah-langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir
lebih cepat.

Tujuan
1. Mengurangi pendarahan pascamelahirkan.
2. Mengurangi lamanya kala III.
3. Mengurangi penggunaan transfusi darah.
4. Mengurangi penggunaan terapi oksitosin.

Komponen Manajemen Aktif Kala III

1. Pemberian oksitosin secara IM segera setelah bayi lahir (maksimal 2 menit)


2. Tali pusat diklem
3. Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali pusat terkendali dengan menahan
fudus uterus secara dorsokranial (arah ke atas dan ke belakang)
4. Begitu plasenta dilahirkan,lakukan masase pada fundus uterus secara sirkular
agar uterus tetap berkontraksi dengann baik serta untuk mendorong ke luar
setiap gumpalan darah yang ada dalam uterus
Tindakan manajemen kala III beserta alasannya

Langkah inti Alasan Keterangan gambar


No
1 Jepit dan gunting tali puat Penjepitan tali pusat sedini
sedini mugkin mungkin akan mempercepat
proses perubahan sirkulasi
darah pada bayi baru lahir
2 Motivasi keluarga untuk Hisapan bayi pada payudara
menempatkan bayi pada akan merangsang pelepasan
payudara pasien sementara oksitosin secara alamiah
bidan melakukan manajemen
aktif kala III
3 Palapasi abdomen, Jika ini tidak dipastikan dan
memastikan apakah masih bidan sudah memberikan
ada janin kedua injeksi oksitosin, maka
keadaan janin kedua akan
tidak baik karna oksitosin
akan menyebabkan kontraksi
uterus dan akan memutuskan
suplai oksigen kejanin
4 Jelaskan kepada pasien Hal ini merupakan bagian
mengenai injeksi yang akan dari asuhan sayang ibu,yaitu
diberikan dengan memberikan
penjelasan setiap akan
melakukan prosedur kepada
pasien
5 Suntikan oksitosin 10 µ di sisi Paha akan lebih mudah utuk
lateral 1/3 atas paha pasien dilihat dibanding bokong
secara IM segera setelah bayi ketik pasien sedang
lahir dan tidak boleh diberikn terlentang serta kecil
lebih dari 2 menit kemungkinan untuk
terjadinya koma. Pemberian
oksitosin segera bertujuan
untuk mempercepat kontraksi
dan terlepasnya plasenta
sehingga dapat mengurangi
perdarahan yang kuat.
6 Melakukan penegangan tali PTT dilakukan hanya selama
pusat terkendali (PTT) uterus berkontraksi. Tangan
dengan cara: pada uterus akan dapat
 Satu tangan diletakkan pada merasakan kontraksi. Bidan
korpus uterus tepat diatas meminta kepada pasien untuk
simfisis pubis. Selama memberi tahu jika ia
kotraksi tagan mendorong merasakan kontraksi. Ketika
korpus uterus dengan uterus tidak sedang
gerakan dorsokranial kearah berkontraksi, tangan bidan
belakang dan arah kepala tetap berada pada posisi ini
pasien. tapi tidak melakukan PTT.
 Tanga yang satu memegang Pada langkah ini pantau
tali pusat dekat dengan selalu tanda-tanda pelepasan
vagina ± 5cm dari vagina, plasenta, yaitu pemanjangan
dan melakukan tarikan tali tali pusat, semburan darah,
pusat dalam tegangan yang uterus berubah bentuk
sama dengan tangan ke menjadi bulat, dan TFU naik.
uterus selama kontraksi.
 Jika tetap tidak ada tanda-
tanda pelepasa plasenta
setelah 15menit, maka ulangi
pemberian oksitosin sekali
lagi.
 Jika setelah dua dosis
oksitosin tidak ada tanda
pelepasan plasenta, rujuk
pasien untuk dilakukan
manual plasenta.
7 Bantulah pasien atau minta Gaya gravitasi akan
bantuan kepada keluarga membantu pelepasan plasenta
untuk memposisikan pasien dan akan mendorong plasenta
pada posisi tegak atau kedalam vagina.
setengah duduk atau
berjongkok untuk melahirkan
plasenta.
8 Latakkan satu tangan pada Bidan akan dapat merasakan
abdomen pasien diatas uterus berkontraksi saat
simfisis pubisnya untuk plasenta lepas.
menopang bagian bawah dari
uterus, sementara tangan
lainnya dengan lembut
memegang kleam tali pusat.
9 Segera setelah plasenta lepas Melakukan PTT akan
uterus mulai berkontraksi memungkinkan bidan dapat
maka doronglah ibu untuk melahirkan plasenta secara
meneran, sementara bidan aman segera setelah
membantu dengan melakukan pelepasan plasenta terjadi.
PTT. Jika uterus tidak
berkontraksi, mintalah
pendamping untuk melakukan
stimulasi pusing susu.
10 Membantu kelahiran plasenta Melahirka plasenta dengan
dengan menarik plasenta menyesuaikan sumbu karus
dengan lembut bergerak akan menjadikan proses ini
sepantajang kurva efekti dan efesien.
( lengkung ) alamiah dari
pangggul, dengan sedikit arah
posterior kemudian menujuh
kearah anterior pasien ( sesuai
sumbu karus )
11 Ketika plaseta muncul dan Teknik ini dilakukan untuk
keluar dari vulpa, pegang mencegah robekkan kulit
plasenta dengan kedua tangan ketuban.
sambil menuntuya keluar dari
vagina dengan gerakan
memutar keluar searah jarum
jam secara perlahan-lahan.
Jika membran robek sebelum
plasenta keluar seluruhnya,
maka lilitkanlah kassa steril
disekeliling jari teunjuk dan
genggam tumpuk membran
komunikasi serviks untuk
melepaskannya dari mulut
serviks
12 Segera setelah plasenta dan Mencegah pendarahan yang
membran lahir, dengan berlebihan, dan merupakan
penahanan yang kokoh diagnosis cepat dari atonia
lakukanlah masase fundus uteri
uterus dengan gerakan
melingkar hingga fundus
menjadi kencang (keras)
13 Sementara tangan kiri Jika tidak lengkap maka itu
melakukann masase uterus, dapat menyebabkan
periksalah plasenta dengan perdarahan
tangan kanan untuk
memastikan kotiledon dan
membran sudah legkap
Pemeriksaan pada kala III

Plasenta

Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya
(rata-rata 20 kotiledon) periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah ada
kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plaseta suksenturiata)

Amati apakah ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan
itu ada segera eksplrasi untuk membersihkan sisa plasenta.

Selaput Ketuban

Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada
bagian yang tertinggal didalam uterus. Caranya dengan meletakkan plaseta diatas bagian
yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-
tanda robekan dari tepi selaput ketuban.

Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uteerus
untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta
yang tertinggal didalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.

Tali Pusat

Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.

1. Panjang tali pusat


2. Benuk tali pusat (besar, kecil atau terpilin-pilin)
3. Insersio tali pusat
4. Jumlah vena dan arteripada tali pusat
5. Adakah lilitan tali pusat
Pemantauan kala III

Kontraksi

Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manejemen aktif kala III
(ketika PTT), sambai dengan saat setelah plasenta lahir. Pemantauaan kontraksi dilanjutkan
selama satu jam berikutnya dalam kala IV.

Robekan Jalan Lahir dan Perineum

Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap
robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan swawal mungkin sehingga bidan
dapat segera menentukan derajat robekan dan tehnik robekan dan tehnik jahitan yang tepat
yang akan yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah
darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.

Hygiene

Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan
infeksi intrauterin. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air
ketuban, darah, atau feses saat proses kelahiran janin.

Setelah plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan,segera keringkan bagian
bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi
sebagai penampung darah (under pat). Jika memang dipertimbangkan perlu untuk
penampung darah yang keluar untuk kepentingan penghitungan volume darah maka pasang
bengkok dibawah pasien.

Kebutuhan Ibu Pada Kala III

1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.


2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang tidak dilalui.
3. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan
dilakukan.
4. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat
kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk
pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah atau air ketuban.
6. Hindrasi

Manejemen kebidanan kala III menurut 7 langkah farney


Pengkajian
1. Data subjektif
a. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir
b. Pasien mengatakan bahwa ia mmulai mules dan ingin meneran
c. Pasien mengatakan plasenta belum lahir
2. Data objektif
a. Jam bayi lahir spontan
b. Perdaran pervagina
c. TFU
d. Kontaksi uterus : intesitasnya (kuat,sedang,lemah,atau tidak ada) selama 5
menit pertama.

Interpretasi Data

Pastikan pada saat ini pasien berada pada kala III berada kondisi normalnya dan
mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak.

Contoh rumusan diagnosis

Seorang p1a0 dalam persalinan kala III normal

Masalah : pasien tidak memeberikan respon ketika diajak bekerja sama untuk
meneran.

Diagnosis Potensial

Pada langkah ini bidan memprediksi apakah kondisi pasien sebelumnya


mempunyai potensi untuk meningkat kerah kondisi yang semakin buruk.

Antisipasin Tindakan Segera

Dilakukan juika ditemukan diagnosis potensial

Perencanaan
1. Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan
janinnya.
2. Lakukan manejemen aktif kala III
3. Pantau kontraksi uterus
4. Beri dukungan mental kepada pasien
5. Berikan informasi tentang apa yang harus dilakukan oleh psien dan
pendamping agar proses kelahiran plasenta lancar
6. Jaga kenyaman plasenta dengan menjaga kebersihan tubuh sebelah bawah
(perineum)

Pelaksanaan

Merealisasikan perencanaan sambil melakukan evaluasi secara terus menerus.

Evaluasi

Menggambarkan hasil pengamatan terhadap keefektipan asuhan yang diberikan,


data yang ditulis ditahap ini merupakan data fokus untuk kala berikutknya yang
mencakup data subjektif dan objektif.

MENDETEKSI KOMPLIKASI KALA III DAN CARA MENGATASINYA

Perdarahan Pada Kala III

Atonia Uterus

1. Definisi
Suatu keadaan dimana uterus mengalami kegagalan untuk berkontraksi segera
setelah bayi lahir
2. Tanda dan gejalan
a. Uterus tidak berkontraksi dan teraba lembek.
b. Perdarahan segera setelah bayi lahir (perdarahan pasca persalinan primer)
3. Cara mengatasi
a. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uterus
b. Pastikan plasenta lahir lengkap, segera lakukan evaluasi setelah diketahui
masih ada bagian plasenta yang tertingggal dalam kapum uterus.
c. Segera mulai kompresi bimanual internal
Jika dalam situasi ini ada asisten yang sudah terlatih, maka minta iya untuk
melakukan injeksi metergin sambil bidan melakukan komprensi bimanual
internal. Jika pemberian injeksi dan kompresi belum juga dapat mengatasi
atonia dalam waktu 5 menit, minta asisten untuk memasang infus RL dan
oksitosin 20 unit.
d. Jika mulai terasa ada kontraksi, maka dengan perlahan tariklah tangan
keluar dan lanjutkan pemantauan pasien secara ketat.
e. Ajarkan keluarga pasien tentang cara melakukan kompresi bimanual
ekterna.
f. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah anggota
keluarganya untuk melakukan kompresi bimanual ekternal sementara
bidan melakukan injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infus oksitosin
20 unit dalam 500 ml RL secara terbuka lebar (diguyur)
g. Jika uterus tidak berkontraksi, lanjutkan kompresi bimanual internal segera
setelah bidan memberikan injeksi metergin dan infus.
Jika uterus tersebut belum juga berkontraksi setelah 5-7 menit, segera
lakukan persiapan rujukan dengan tetap terpasang infus dengan kecepatan
500 ml/jam hingga sampai ditempat rujukan. Jika jumlah cairan masuk
seluruhnya sudah mencapai 1,5 liter lanjutkan dengan kecepatan infus 125
ml/jam.
Langkah penatalaksanaan Atonia Uterus dan Alasannya

No. Langkah Alasan


1 Pastikan kandung kemih kosong. Jika Kandung kemih yang penuh akan
penuh dan dapat dipalpasi lakukan menghalangi uterus berkontraksi secara
katerisasi menggunakan teknik aseptik. baik.
2 Lakukan kompresi bimanual internal Kompresi ini memberikan tekanan
selama 5 menit langsung pada pembuluh darah dinding
uterus dan juga merangsang miometrium
unruk berkontraksi. Jika kompresi
bimanual tidak berhasil setelah 5 menit,
diperlukan tindakan lain.
3 Anjurkan keluarga untuk mulai membantu Keluarga dapat menerukan proses
kompresi bimanual eksternal kompresi bimanual secara eksternal
selama penolong melakukan langkah-
langkah selanjutnya.
4 Keluarkan tangan perlahan-lahan
5 Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontra Ergometrin dan misoprostol akan bekerja
indikasi pada pasien hipertensi) atau dalam 5-7 menit dan menyebabkan uterus
misoprostol 600-1000 mcg berkontraksi
6 Pasang infus menggunakan jarum ukuran Jarum besar memungkinkan pemberian
16-18 dan berikan infus 500ml dengan larutan IV secara cepat atau untuk
oksitosin 20 unit, habiskan 500ml pertama transfusi darah. RL akan membantu
secepat mungkin. memulihkan volume cairan yang hilang
selama perdarahan dan oksitosin Iv
dengan cepat merangsang kontraksi
uterus.
7 Ulang kompresi bimanual internal KBI yang dilakukan bersama dengan
ergometrin dengandan oksitosin atau
misoprostol akan membuat uterus
berkontraksi.
8 Rujuk segera Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 1-2 menit, hal ini bukan merupakan
atonia sederhana. Pasien membutuhkan
perawatan gawat darurat di fasilitas
kesehatan yang mampu melaksanakan
tindakan bedah dan transfusi darah.
9 Dampingi pasien ke tempat rujukan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
Teruskan melakukan KBI. langsung pada pembuluh darah dinding
uterus dan merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
10 Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam RL akan membantu memulihkan volume
RL500 ml dengan kecepatan 500 ml/jam cairan yang hilang sekama perdarahan.
hingga tiba ditempat rujukan hingga tiba Oksitosin IV akan dengan cepat
ditempat rujukan atau hingga merangsang kontraksi uterus.
menghabiskan 1,5 l infus. Kmudian
lanjutkan dengan kecepatan 125 ml/jam.
Jika tersedia cairan yang cukup, berikan
500 ml kedua dengan kecepatan sedang
1. Mamase fundus uteri segera setelah
dan berikan minum untuk dehidrasi.
lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Evaluasi rutin.
Jika uterus terus berkontraksi tapi
Uterus perdarahan terus berlangsung, periksa
berkontraksi? ya apakah perinium, vagina, serviks
mengalami laserasi jahit atau segera
rujuk.
Tidak

Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
2. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh /dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik.
3. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

Uterus
berkontraksi?

 Teruskan KBI selama 2 menit.


ya  Keuarkan tangan perlahan-lahan.
Tidak
 Pantau kala IV dengan ketat.

5. Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual eksternal. Keluarkan tangan
perlahan-lahan.
6. Berikan ergometrin 0,2mg IM/misoprostal 600-1000 mcg per rektal.
7.Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat +20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.
8. Ulangi KBI

Uterus berkontraksi?

Tidak

9.Segera rujuk
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan
11. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/jam sehingga
tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minuman.
Retensi Plasenta

1. Definisi
Tertahannya plasenta didalam kavum uterus dalam waktu 30 menit atau lebih setelah
bayi lahir.
2. Cara mengatasi
a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah pasien untuk meneran. Jika anda
dapat merasakan plasenta di dalam vagina, maka segera keluarkan plasenta
tersebut.
b. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong, lakukan kateterisasi jika
diperlukan.
c. Jika plasenta belum keluar lakukan pemberian oksitosin 10 unit IM (jika belum
dilakukan pada manejemen aktif kala III)
d. Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit pembirian Oksitosin dan uterus terasa
berkontraksi,lakukan penarikan tali pusat terkendali (PTT).
Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus yang terlalu kuat karena
dapat menyebabkan inversi uterus.
e. Jika PTT belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta secara manual.
Plasenta yang melekat dengan kuat kemungkinan adalah plasenta akret.Usaha
untuk melepas plasenta yang melekat kuat dapat menyebabkan perdarahan berat
atau perforasi yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
f. Jika perdarahan terus berlangsuung, lakukan uji pembekuan darah secera
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam atau terdapatnya sekret vagina
yang berbau, maka berikan antibiotik untuk metritis.
Perlukaan Jalan Lahir
1. Robekan serviks
Robekan perinium terjadi akibat dilalui jalan lahir terlalu cepat. U tuk menghindari
kejadian ini, ketika kepala janin sudah keluar pintu minta pasien untuk meneran jangan
terlalu kuat dengan irama yang pendek-pendek.

2. Robekan serviks
a. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ischiadika tertekan oleh kepala bayi.
b. Bila kontraksi uterus baik dan plasenta lahir lengkap tetapi masih terjadi perdarahan
yang banyak, maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
c. Jepitkan klem ovarium pada kedua porsio yang robek sehingga perdarahan dapat
segera dihentikan.
d. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan.
Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dapat dijahit.
e. Setelah tindakan ; periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
pasca tindakan.
f. Berikan antibiotik profilaksis
g. Bila terjadi defisit volume cairan maka lakukan restorasi, dan bila kadar Hb < 8 gr%,
berikan transfusi darah.
TINDAKAN TINDAKAN KALA III

KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA

Cara melakukan Kompresi Bimanual Eksterna (KBE)

1. Penolong berdiri menghadap sisi kanan pasien


2. Tekan ujung jari telunjuk,tengah, dan jari manis salah satu tangan diantara simfisis dan
umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus uterus naik kearah dinding
abdomen.
3. Letakkan sejauh mungkin telapak tangan lain korpus uterus bagian belakang dan dorong
uterus kearah korpus depan.
4. Geser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama ke arah fundus sehingga telapak
tangan dapat menekan korpus uterus bagian depan.
5. Lakukan kompresi korpus uterus dengan jalan menekan dinding belakang dan dinding
depan uterus dengan telapak tangan kiri dan kanan (mendekatkan tangan belakang dan
depan)
6. Perhatikan perdarahan. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut hingga
uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti, lanjutkan tindakan
pertolongan berikutnya.

KOMPRESI BIMANUAL INTERNA


Uterus ditekan di antara telapak pada dinding abdomen (di luar) dan ditinju tangan
dalam (di dalam vagina, tepatnya menekan forniks anterior berlawanan dengan tangan
eksterna) untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti
mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini, bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga
uterus dapat berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, coba cara kompresi
aorta abdominalis.
KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, lalu pertahankan posisi tersebut.
Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus tegak lurus dengan
sumbu badan hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan
menghentikan atau sangat mengurangi denyut nadi femoralis. Lihathasil kompresi dengan
melihat jumlah perdarahan yang terjadi.

MANUAL PLASENTA
Sebelum memulai prosedur ini, pasien sudah dalam keadaan terpasang infus dan
kandung kemih dalam keadaan kosong. Tangan kiri berada diatas fundus dan tahan uterus
supaya tidak naik. Tangan kanan masuk kedalam kavum uterus. Dengan mengikuti arah
tali pusat, akhirnya tangan akan sampai pada plasenta untuk kemudian mencari pinggir
plasenta. Selanjutnya masukkan jari-jari tangan di daerah antara dinding uterus dan
plasenta. Sedikit demi sedikit lepaskan plasenta dari dinding uterus sampai semua bagian
plasenta terlepas. Kemudian lahirkan plasenta seluruhnya.

Anda mungkin juga menyukai