TINJAUAN TEORI
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan sobek saat plasenta
terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus akan berkontraksi dan menekan seluruh
pembuluh darah yang akhirny akan menghentikan perdarahan dari situs plasenta
tersebut.
Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga bagian plasenta lahir
seluruhnya. Oleh karena itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera ia melepas dari
dinding uterus merupakan tujuan dari penatalaksanaan kebidanan dari kala III yang
kompeten.
Tanda-tanda Klinis Pelepasan Plasenta
1. Semburan darah
Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter pecah saat
plasenta lepas.
2. Panjangan tali pusat
Hal ini disebabkan karena plasenta turun dari segmen uterus yng lebih bawah
atau rongga vagina.
3.
4. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat)
Perubahan bentuk ini disebabkan oleh kontraksi usus
5. Perubahan dlam posisi uterus, yaitu uterus naik didalam abdomen
Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa sesaat setelah plasenta terlepas TFU akan
naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang
lebih bawah.
Tujuan
1. Mengurangi pendarahan pascamelahirkan.
2. Mengurangi lamanya kala III.
3. Mengurangi penggunaan transfusi darah.
4. Mengurangi penggunaan terapi oksitosin.
Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah kotiledonnya
(rata-rata 20 kotiledon) periksa dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah ada
kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plaseta suksenturiata)
Amati apakah ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan
itu ada segera eksplrasi untuk membersihkan sisa plasenta.
Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada
bagian yang tertinggal didalam uterus. Caranya dengan meletakkan plaseta diatas bagian
yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-
tanda robekan dari tepi selaput ketuban.
Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan eksplorasi uteerus
untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa selaput ketuban atau bagian plasenta
yang tertinggal didalam uterus akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Tali Pusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan dengan tali pusat.
Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama melakukan manejemen aktif kala III
(ketika PTT), sambai dengan saat setelah plasenta lahir. Pemantauaan kontraksi dilanjutkan
selama satu jam berikutnya dalam kala IV.
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan melakukan pengkajian terhadap
robekan jalan lahir dan perineum. Pengkajian ini dilakukan swawal mungkin sehingga bidan
dapat segera menentukan derajat robekan dan tehnik robekan dan tehnik jahitan yang tepat
yang akan yang akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah
darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau karena pelepasan plasenta.
Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah genitalia sangat penting dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan
infeksi intrauterin. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor akibat pengeluaran air
ketuban, darah, atau feses saat proses kelahiran janin.
Setelah plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada perdarahan,segera keringkan bagian
bawah pasien dari air ketuban dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi
sebagai penampung darah (under pat). Jika memang dipertimbangkan perlu untuk
penampung darah yang keluar untuk kepentingan penghitungan volume darah maka pasang
bengkok dibawah pasien.
Interpretasi Data
Pastikan pada saat ini pasien berada pada kala III berada kondisi normalnya dan
mengkaji adanya diagnosis masalah atau tidak.
Masalah : pasien tidak memeberikan respon ketika diajak bekerja sama untuk
meneran.
Diagnosis Potensial
Perencanaan
1. Berikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya dalam melahirkan
janinnya.
2. Lakukan manejemen aktif kala III
3. Pantau kontraksi uterus
4. Beri dukungan mental kepada pasien
5. Berikan informasi tentang apa yang harus dilakukan oleh psien dan
pendamping agar proses kelahiran plasenta lancar
6. Jaga kenyaman plasenta dengan menjaga kebersihan tubuh sebelah bawah
(perineum)
Pelaksanaan
Evaluasi
Atonia Uterus
1. Definisi
Suatu keadaan dimana uterus mengalami kegagalan untuk berkontraksi segera
setelah bayi lahir
2. Tanda dan gejalan
a. Uterus tidak berkontraksi dan teraba lembek.
b. Perdarahan segera setelah bayi lahir (perdarahan pasca persalinan primer)
3. Cara mengatasi
a. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uterus
b. Pastikan plasenta lahir lengkap, segera lakukan evaluasi setelah diketahui
masih ada bagian plasenta yang tertingggal dalam kapum uterus.
c. Segera mulai kompresi bimanual internal
Jika dalam situasi ini ada asisten yang sudah terlatih, maka minta iya untuk
melakukan injeksi metergin sambil bidan melakukan komprensi bimanual
internal. Jika pemberian injeksi dan kompresi belum juga dapat mengatasi
atonia dalam waktu 5 menit, minta asisten untuk memasang infus RL dan
oksitosin 20 unit.
d. Jika mulai terasa ada kontraksi, maka dengan perlahan tariklah tangan
keluar dan lanjutkan pemantauan pasien secara ketat.
e. Ajarkan keluarga pasien tentang cara melakukan kompresi bimanual
ekterna.
f. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, mintalah anggota
keluarganya untuk melakukan kompresi bimanual ekternal sementara
bidan melakukan injeksi metergin 0,2 mg IM dan memulai infus oksitosin
20 unit dalam 500 ml RL secara terbuka lebar (diguyur)
g. Jika uterus tidak berkontraksi, lanjutkan kompresi bimanual internal segera
setelah bidan memberikan injeksi metergin dan infus.
Jika uterus tersebut belum juga berkontraksi setelah 5-7 menit, segera
lakukan persiapan rujukan dengan tetap terpasang infus dengan kecepatan
500 ml/jam hingga sampai ditempat rujukan. Jika jumlah cairan masuk
seluruhnya sudah mencapai 1,5 liter lanjutkan dengan kecepatan infus 125
ml/jam.
Langkah penatalaksanaan Atonia Uterus dan Alasannya
Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
2. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh /dapat dipalpasi, lakukan kateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik.
3. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Uterus
berkontraksi?
5. Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual eksternal. Keluarkan tangan
perlahan-lahan.
6. Berikan ergometrin 0,2mg IM/misoprostal 600-1000 mcg per rektal.
7.Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat +20 unit
oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.
8. Ulangi KBI
Uterus berkontraksi?
Tidak
9.Segera rujuk
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan
11. Lanjutkan infus Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 cc/jam sehingga
tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minuman.
Retensi Plasenta
1. Definisi
Tertahannya plasenta didalam kavum uterus dalam waktu 30 menit atau lebih setelah
bayi lahir.
2. Cara mengatasi
a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah pasien untuk meneran. Jika anda
dapat merasakan plasenta di dalam vagina, maka segera keluarkan plasenta
tersebut.
b. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong, lakukan kateterisasi jika
diperlukan.
c. Jika plasenta belum keluar lakukan pemberian oksitosin 10 unit IM (jika belum
dilakukan pada manejemen aktif kala III)
d. Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit pembirian Oksitosin dan uterus terasa
berkontraksi,lakukan penarikan tali pusat terkendali (PTT).
Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus yang terlalu kuat karena
dapat menyebabkan inversi uterus.
e. Jika PTT belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta secara manual.
Plasenta yang melekat dengan kuat kemungkinan adalah plasenta akret.Usaha
untuk melepas plasenta yang melekat kuat dapat menyebabkan perdarahan berat
atau perforasi yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
f. Jika perdarahan terus berlangsuung, lakukan uji pembekuan darah secera
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam atau terdapatnya sekret vagina
yang berbau, maka berikan antibiotik untuk metritis.
Perlukaan Jalan Lahir
1. Robekan serviks
Robekan perinium terjadi akibat dilalui jalan lahir terlalu cepat. U tuk menghindari
kejadian ini, ketika kepala janin sudah keluar pintu minta pasien untuk meneran jangan
terlalu kuat dengan irama yang pendek-pendek.
2. Robekan serviks
a. Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ischiadika tertekan oleh kepala bayi.
b. Bila kontraksi uterus baik dan plasenta lahir lengkap tetapi masih terjadi perdarahan
yang banyak, maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.
c. Jepitkan klem ovarium pada kedua porsio yang robek sehingga perdarahan dapat
segera dihentikan.
d. Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan.
Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga semua
robekan dapat dijahit.
e. Setelah tindakan ; periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan
pasca tindakan.
f. Berikan antibiotik profilaksis
g. Bila terjadi defisit volume cairan maka lakukan restorasi, dan bila kadar Hb < 8 gr%,
berikan transfusi darah.
TINDAKAN TINDAKAN KALA III
MANUAL PLASENTA
Sebelum memulai prosedur ini, pasien sudah dalam keadaan terpasang infus dan
kandung kemih dalam keadaan kosong. Tangan kiri berada diatas fundus dan tahan uterus
supaya tidak naik. Tangan kanan masuk kedalam kavum uterus. Dengan mengikuti arah
tali pusat, akhirnya tangan akan sampai pada plasenta untuk kemudian mencari pinggir
plasenta. Selanjutnya masukkan jari-jari tangan di daerah antara dinding uterus dan
plasenta. Sedikit demi sedikit lepaskan plasenta dari dinding uterus sampai semua bagian
plasenta terlepas. Kemudian lahirkan plasenta seluruhnya.