POKOK BAHASAN 1
Permasalahan dan Lingkup Kebijakan Perlintan
Materi kuliah Pokok Bahasan 1 dapat diakses dari
https://tinyurl.com/kpt-pokokbahasan1
Gambar 1.1. Penggerek buah kakao: (a) Larva dan imago PBK, (b) Kerusakan yang
ditimbulkan oleh, dan (c) ‘Sarungisasi’ buah kakao yang direkomendasikan pemerintah
sebagai tindakan perlindungan. Sumber: Foto (a) dan (c) dari situs Kementerian
Pertanian (http://database.deptan.go.id/ditlinbun/WebPages/InfoPerlinbun/hama_
kakao.htm)
Belalang kembara timur jauh (Locusta migratoria manilensis) merupakan OPT yang
secara rutin menghancurkan tanaman pangan, khususnya jagung dan padi, di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Gambar 1.2). Belalang biasanya akan menjadi eksplosif ketika
terjadi musim hujan dengan curah hujan yang tinggi yang pada tahun-tahun sebelumnya
terjadi musim kemarau yang kering. Pada musim hujan, nimfa berkembang pesat di
padang rumput yang banyak terdspat di wilayah Provinsi NTT. Nimfa dan imago yang
mula-mula berkembang di padang rumput tersebut kemudian secara bergerombol dalam
jumlah yang sangat besar akan membinasakan tanaman dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, eksplosi belalang kembara hampir selalu diikuti dengan terjadinya rawan
pangan. Untuk mengatasi masalah ini, sampai tahun 1990-an pemerintah kabupaten
selalu melakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi dan bahkan meminta agar
pemerintah provinsi atau pemerintah pusat melakukan penyemprotan insektisida
kimiawi dengan menggunakan pesawat terbang. Padalah jauh sebelumnya, yaitu sejak
tahun 1980-an, pemerintah pusat telah menetapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
sebagai sistem perlindungan tanaman. Dengan PHT, pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan pestisida hanya dibenarkan sebagai pilihan terakhir. Pengendalian
belalang kimia secara hayati baru dilakukan sejak 2008 dengan dukungan teknis dan
pendanaan dari FAO.
Gambar 1.2. Belalang kembara: (a) Gerombolan belalang kembara dan (b) Kerusakan
yang ditimbulkan oleh belalang kembara, dan (c) Tindakan perlindungan tanaman yang
dilakukan
Gambar 1.3. Program ‘jagungisasi’: (a) Tanaman jagung yang dibudidayakan secara
monokultur dan (b) Jagung yang disimpan dalam ‘rumah bulat’ dirusakkan oleh
kumbang bubuk
Gambar 1.4. Jeruk Keprok Soe: (a) Gejala CVPD, (b) Hasil uji PCR menunjukkan
CVPD positif, dan (b) Tindakan perlindungan tanaman dengan mengoleskan bubur
Kalifornia
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penyakit HLB tersebut,
silahkan menonton videonya.
Pisang merupakan tanaman penting bagi masyarakat NTT, bukan hanya sebagai
tanaman penghasil buah yang dikonsumsi sebagai buah segar, melainkan juga sebagai
sumber bahan sayur, bahan pakan ternak, dan yang paling penting sebagai sumber
pendapatan rumah tangga. Pisang merupakan turunan atau silangan diploid, triploid,
atau tetraploid dari jenis pisang liar Musa acuminata Cola dan Musa balbisiana Cola.
Musa acuminata diberi kode genom A dan Musa balbisiana kode genom B. Sebagai
turunan atau silangan kedua jenis pisang liar tersebut, pisang budidaya yang terdiri atas
banyak kultivar dan aksesi sebenarnya tidak bernama ilmiah Musa parasidiaca L,
melainkan sebagai Musa diikuti dengan kode genom dan nama kultivar atau aksesi.
Misalnya Pisang Mas yang merupakan turunan diploid tanpa biji dari Musa acuminata
mempunyai nama ilmiah Musa AA 'Pisang Mas', Pisang Ambon Hijau yang merupakan
turunan triploid tanpa biji mempunyai nama ilmiah Musa AAA 'Pisang Ambon Hijau'.
Pisang Kepok, yang di NTT disebut dengan banyak nama lokal, misalnya Pisang
Goreng dan Pisang Rote di Kupang dan Pisang Marmi di Sumba, merupakan silangan
triploid dengan nama ilmiah Musa ABB 'Pisang Kepok'. Pisang mempunyai banyak
macam penyakit yang sangat merusak, antara lain penyakit layu fusarium (disebabkan
oleh jamur Fusarium oxysporum f. cubense (E.F. Sm.) W.C. Snyder & H.N. Hansen
(1940), periksa nama ilmiah), penyakit kompleks sigatoka (sigatoka hitam oleh
jamur Pseudocercospora fijiensis (M. Morelet) Deighton (1976), periksa nama ilmiah,
sigatoka kuning oleh jamur Pseudocercospora musae (Zimm.) Deighton (1976)(periksa
nama ilmiah), dan bercak daun eumusae oleh jamur Pseudocercospora eumusae Crous
& Mour. (2002), periksa nama ilmiah), dan terakhir tetapi tidak kalang penting,
penyakit darah (disebabkan oleh bakteri Ralstonia syzygii subsp. celebesensis Safni et
al. 2014 (periksa nama ilmiah) (Gambar 1.5). Penyakit layu fusarium dan penyakit
kompleks sigatoka sudah menyebar di NTT lebih awal, tetapi sejak 2015 penyakit darah
telah menghancurkan Pisang Kepok di Pulau Sumba dan sejak 2022 mulai menyebar di
Gambar 1.5. Gejala penyakit dan tanda patogen penyakit darah pisang
(Blomme et al. 2017)
Gambar 1.6. Gejala penyakit, tanda patogen, dan morfologi patogen penyakit kompleks
sigatoka (Chang et al., 2016)
Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, silahkan
mengisi dan memasukkan:
1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya
pada Sabtu, 28 Januari 2023 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani,
memeriksa daftar hadir yang telah ditandatangani;
2. Memasukkan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-
lambatnya pada Kamis, 2 Februari 2023 pukul 24.00 WITA dan setelah
memasukkan, silahkan memeriksa untuk memastikan bahwa laporan sudah
masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan memasukkan Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah
dan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai
tidak melaksanakan kuliah.
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip
tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.