Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN

Mata kuliah dapat diakses dari https://tinyurl.com/kebijakanperlintan

PELAKSANAAN KULIAH KE-1

POKOK BAHASAN 1
Permasalahan dan Lingkup Kebijakan Perlintan
Materi kuliah Pokok Bahasan 1 dapat diakses dari
https://tinyurl.com/kpt-pokokbahasan1

1.1. MATERI KULIAH 1.1.


Permasalahan Perlindungan Tanaman dan Dampak yang Ditimbulkan
Materi kuliah 1.1. dapat diakses dari https://tinyurl.com/kpt-materikuliah1-1

Materi kuliah disusun oleh


I Wayan Mudita dan Agustina Etin Nahas
Program Studi Agroteknologi
Fakultas pertanian Undana

1.1.1. MATERI KULIAH

1.1.1.1. Membaca Materi Kuliah


Sebagaimana telah dipelajari dalam matakuliah Dasar-dasar Perlindungan tanaman dan
matakuliah lainnya dalam bidang perlindungan tanaman, tanaman menghadapi
gangguan oleh berbagai jenis organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang bila tidak
diberikan perhatian secara semestinya akan menimbulkan kerugian dan berbagai
permasalahan lainnya. Pokok bahasan mengenai permasalahan dan kebijakan
perlindungan tanaman ini dikemas dalam dua kegiatan belajar yang saling berkaitan.
Pada kegiatan belajar 1.1. ini diuraikan permasalahan perlindungan tanaman dan
dampak yang ditimbulkan, menguraikan berbagai permasalahan perlindungan tanaman
dengan contoh-contoh yang relevan dengan keadaan di Provinsi NTT dan Indonesia.

Penggerek buah kakao (Conopomorpha chamerella), biasa disingkat menjadi PBK,


merupakan OPT paling penting pada budidaya kakao (Gambar 1.1). Imago C.
cramerela meletakkan telur pada buah muda dan kemudian larva yangbaru menetas
segera menggerek masuk ke dalam buah untuk memakan daging yang menyelaputi biji
sehingga menyebabkan biji menjadi rusak dan sulit dilepaskan dari dalam buah dan
dipisahkan satu sama lain. Untuk melindungi buah kakao, pemerintah pusat
mengeluarkan rekomendasi pengendalian secara mekanik dengan cara membungkus
buah muda menggunakan kantong plastik (lazim disebut sarungisasi). Rekomendasi
yang didasarkan atas hasil penelitian pada perkebunan yang membudidayakan kakao
secara intensif di dataran rendah ternyata sulit dapat diterapkan pada perkebunan rakyat,
yang pada umumnya membudidayakan kakao dalam areal terbatas di lereng-lereng
bukit secara ekstensif tanpa pemangkasan pohon. Petani tidak mampu untuk
menerapkannya terutama karena secara teknis sulit dilakukan (harus memanjat pohon
dengan risiko terjatuh di lereng yang terjal dan harus menempuh perjalanan jauh ke kota
untuk membeli kantong plastik) dan secara secara budaya memerlukan biaya tinggi

Halaman 1 dari 8 halaman


(untuk memangkas pohon harus didahului dengan upacara adat).

Gambar 1.1. Penggerek buah kakao: (a) Larva dan imago PBK, (b) Kerusakan yang
ditimbulkan oleh, dan (c) ‘Sarungisasi’ buah kakao yang direkomendasikan pemerintah
sebagai tindakan perlindungan. Sumber: Foto (a) dan (c) dari situs Kementerian
Pertanian (http://database.deptan.go.id/ditlinbun/WebPages/InfoPerlinbun/hama_
kakao.htm)

Belalang kembara timur jauh (Locusta migratoria manilensis) merupakan OPT yang
secara rutin menghancurkan tanaman pangan, khususnya jagung dan padi, di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Gambar 1.2). Belalang biasanya akan menjadi eksplosif ketika
terjadi musim hujan dengan curah hujan yang tinggi yang pada tahun-tahun sebelumnya
terjadi musim kemarau yang kering. Pada musim hujan, nimfa berkembang pesat di
padang rumput yang banyak terdspat di wilayah Provinsi NTT. Nimfa dan imago yang
mula-mula berkembang di padang rumput tersebut kemudian secara bergerombol dalam
jumlah yang sangat besar akan membinasakan tanaman dalam waktu singkat. Oleh
karena itu, eksplosi belalang kembara hampir selalu diikuti dengan terjadinya rawan
pangan. Untuk mengatasi masalah ini, sampai tahun 1990-an pemerintah kabupaten
selalu melakukan pengendalian dengan insektisida kimiawi dan bahkan meminta agar
pemerintah provinsi atau pemerintah pusat melakukan penyemprotan insektisida
kimiawi dengan menggunakan pesawat terbang. Padalah jauh sebelumnya, yaitu sejak
tahun 1980-an, pemerintah pusat telah menetapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
sebagai sistem perlindungan tanaman. Dengan PHT, pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan pestisida hanya dibenarkan sebagai pilihan terakhir. Pengendalian
belalang kimia secara hayati baru dilakukan sejak 2008 dengan dukungan teknis dan
pendanaan dari FAO.

Gambar 1.2. Belalang kembara: (a) Gerombolan belalang kembara dan (b) Kerusakan
yang ditimbulkan oleh belalang kembara, dan (c) Tindakan perlindungan tanaman yang
dilakukan

Halaman 2 dari 8 halaman


Jagung merupakan tanaman pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Provinsi NTT.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan pokok tersebut, penduduk pada umumnya
membudidayakan jagung secara tradisional dengan menggunakan sistem perladangan
tebas bakar (shifting cultivation) sekali dalam setahun pada musim hujan. Jagung yang
dibudidayakan pada umumnya adalah jagung lokal secara campuran dengan berbagai
jenis tanaman pangan lain, palawija, dan sayuran. Selain karena jagung lokal
produksinya memang rendah, budidaya dalam pola campuran membuat produksi
bahkan semakin rendah lagi. Bukan hanya itu, jagung untuk kebutuhan pangan selama
satu tahun disimpan secara sangat sederhana sehingga sangat mudah dirusakkan oleh
kumbang bubuk (terutama Sitophilus spp.) (Gambar 1.3). Di Timor Barat misalnya, bila
tidak dilakukan pengasapan selama tiga bulan pertama sejak panen, kehilangan hasil
oleh kumbang bubuk dapat mencapai 40%. Untuk mengatasi produksi jagung yang
rendah tersebut, pemerintah Provinsi NTT menggulirkan program intensifikasi jangung
yang dinenal dengan istilah jagungisasi. Melalui program tersebut, pemerintah
mengintroduksi jagung hibrida dan jagung komposit unggul untuk menggantikan jagung
lokal. Padahal jagung hibrida dan jagung komposit unggul lebih disukai oleh kumbang
bubuk. Bila selama tiga bulan pertama setelah panen tidak dilakukan pengasapan maka
kehilangan hasil dapat mencapai 60%. Sementara itu, perbaikan teknologi penyimpanan
tidak dilakukan sampai kemudian pada 2008 Bank Dunia memperkenalkan
penyimpanan secara kedap udara dalam drum dan jerigen plastik.

Gambar 1.3. Program ‘jagungisasi’: (a) Tanaman jagung yang dibudidayakan secara
monokultur dan (b) Jagung yang disimpan dalam ‘rumah bulat’ dirusakkan oleh
kumbang bubuk

Jeruk keprok merupakan tanaman buah-buahan unggulan di Kabupaten Timor Tengah


Selatan (TTS) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Karena merupakan tanaman
unggulan maka kemudian ditetapkan sebagai varietas unggul nasional dengan nama
Jeruk Keprok Soe (JKS). Sebelum ditetapkan sebagai varietas unggul nasional, berbagai
proyek telah dilaksanakan untuk meningkatkan luas tanam dan membudidayakan JKS
secara lebih intensif. JKS yang secara tradisional dibudidayakan dengan menanam
anakan asal biji sebagai tanaman pekarangan bercampur dengan berbagai tanaman lain
kemudian diubah menjadi ditanam dari bibit okulasi secara monokultur dalam areal di
luar lahan pekarangan. Penanaman secara intensif dan dalam areal yang luas sebenarnya
sangat berpotensi menimbulkan terjadinya eksplosi OPT. Pada tanaman jeruk keprok,
OPT yang paling merusak adalah penyakit CVPD yang disebabkan oleh bakteri yang di
Asia adalah Candidatus Liberibacter asiaticus. Penyakit ini di luar negeri sebelumnya
disebut greening dan sekarang disebut ‘huanglongbing’ (pucuk menguning, disingkat
HLB) (Gambar 1.4). Pada 2003, peneliti dari Balai Penerapan Teknologi Pertanian
Naibonat telah menemukan penyakit ini pada JKS. Temuan tersebut diperkuat kembali
oleh Kantor Karantina Kelas I Kupang pada 2007 dan kemudian oleh Mudita & Natonis

Halaman 3 dari 8 halaman


pada 2009. Tetapi pemerintah Kabupaten TTS sampai saat ini membantah bahwa JKS
telah tertular CVPD dan mengatakan peneliti yang menemukan CVPD pada JKS
sebagai peneliti yang tidak berkompeten. Menurut pemerintah Kabupaten TTS, penyakit
yang diderita oleh JKS hanyalah penyakit diplodia basah dan diplodia kering dan
merekomendasikan penggunaan bubur Kalifornia, yaitu campuran yang dibuat dari
bahan belerang dan kapur yang dipanaskan dalam air, sebagai tindakan perlindungan
tanaman.

Gambar 1.4. Jeruk Keprok Soe: (a) Gejala CVPD, (b) Hasil uji PCR menunjukkan
CVPD positif, dan (b) Tindakan perlindungan tanaman dengan mengoleskan bubur
Kalifornia

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penyakit HLB tersebut,
silahkan menonton videonya.

Pisang merupakan tanaman penting bagi masyarakat NTT, bukan hanya sebagai
tanaman penghasil buah yang dikonsumsi sebagai buah segar, melainkan juga sebagai
sumber bahan sayur, bahan pakan ternak, dan yang paling penting sebagai sumber
pendapatan rumah tangga. Pisang merupakan turunan atau silangan diploid, triploid,
atau tetraploid dari jenis pisang liar Musa acuminata Cola dan Musa balbisiana Cola.
Musa acuminata diberi kode genom A dan Musa balbisiana kode genom B. Sebagai
turunan atau silangan kedua jenis pisang liar tersebut, pisang budidaya yang terdiri atas
banyak kultivar dan aksesi sebenarnya tidak bernama ilmiah Musa parasidiaca L,
melainkan sebagai Musa diikuti dengan kode genom dan nama kultivar atau aksesi.
Misalnya Pisang Mas yang merupakan turunan diploid tanpa biji dari Musa acuminata
mempunyai nama ilmiah Musa AA 'Pisang Mas', Pisang Ambon Hijau yang merupakan
turunan triploid tanpa biji mempunyai nama ilmiah Musa AAA 'Pisang Ambon Hijau'.
Pisang Kepok, yang di NTT disebut dengan banyak nama lokal, misalnya Pisang
Goreng dan Pisang Rote di Kupang dan Pisang Marmi di Sumba, merupakan silangan
triploid dengan nama ilmiah Musa ABB 'Pisang Kepok'. Pisang mempunyai banyak
macam penyakit yang sangat merusak, antara lain penyakit layu fusarium (disebabkan
oleh jamur Fusarium oxysporum f. cubense (E.F. Sm.) W.C. Snyder & H.N. Hansen
(1940), periksa nama ilmiah), penyakit kompleks sigatoka (sigatoka hitam oleh
jamur Pseudocercospora fijiensis (M. Morelet) Deighton (1976), periksa nama ilmiah,
sigatoka kuning oleh jamur Pseudocercospora musae (Zimm.) Deighton (1976)(periksa
nama ilmiah), dan bercak daun eumusae oleh jamur Pseudocercospora eumusae Crous
& Mour. (2002), periksa nama ilmiah), dan terakhir tetapi tidak kalang penting,
penyakit darah (disebabkan oleh bakteri Ralstonia syzygii subsp. celebesensis Safni et
al. 2014 (periksa nama ilmiah) (Gambar 1.5). Penyakit layu fusarium dan penyakit
kompleks sigatoka sudah menyebar di NTT lebih awal, tetapi sejak 2015 penyakit darah
telah menghancurkan Pisang Kepok di Pulau Sumba dan sejak 2022 mulai menyebar di

Halaman 4 dari 8 halaman


Pulau Flores, dan tidak lama lagi akan juga sampai di Timor tanpa upaya serius untuk
mengendalikan.

Gambar 1.5. Gejala penyakit dan tanda patogen penyakit darah pisang
(Blomme et al. 2017)

Gambar 1.6. Gejala penyakit, tanda patogen, dan morfologi patogen penyakit kompleks
sigatoka (Chang et al., 2016)

Halaman 5 dari 8 halaman


Gambar 1.7. Gejala penyakit, tanda patogen, dan morfologi patogen penyakit layu
fusarium pada pisang (Magdama et al.. 2020)

1.1.1.2. Mengakses dan Membaca Pustaka Wajib


Silahkan mengklik setiap tautan yang diberikan pada materi kuliah ini dan mengunduh
pustaka yang disediakan dari halaman Pustaka Daring dan membaca judul bab atau sub-
bab yang berkaitan dengan materi kuliah ini. Mahasiswa wajib menyampaikan melalui
Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas judul buku, judul bab buku, dan
isi bab buku yang telah dibaca terkait dengan materi kuliah ini.

1.1.2. TUGAS KULIAH

1.1.2.1. Menyampaikan dan Menanggapi Komentar dan/atau Pertanyaan


Setelah membaca materi kuliah ini, silahkan menyampaikan komentar dan/atau
pertanyaan mengenai hal-hal berkaitan langsung dengan materi kuliah tetapi belum
diuraikan secara jelas, bukan komentar dan/atau pertanyaan mengenai hal yang tidak
berkaitan langsung atau yang sudah diuraikan dalam materi dan juga bukan komentar
dan/atau pertanyaan yang sama dengan yang sudah disampaikan oleh mahasiswa lain.
Ketik komentar dan/atau pertanyaan secara singkat dalam kotak komentar yang terletak
di sebelah bawah materi kuliah ini selambat-lambatnya sampai pada Kamis, 2
Februari 2023 pukul 24.00 WITA. Kunjungi kembali materi ini beberapa hari
kemudian dan tanggapi komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan oleh minimal
satu mahasiswa lain, prioritaskan komentar dan/atau pertanyaan yang belum ditanggapi

Halaman 6 dari 8 halaman


oleh mahasiswa lain. Komentar dan/atau pertanyaan yang tidak berkaitan dengan materi
ini atau yang sama dengan yang telah disampaikan oleh mahasiswa lain akan diabaikan
dalam penilaian. Salin (copy) komentar dan/atau pertanyaan yang disampaikan
untuk dilaporkan dalam Laporan Melaksanakan Perkuliahan Daring. Setiap
mahasiswa juga wajib menyampaikan laporan penyampaian pertanyaan dan/atau
komentar dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan/atau pertanyaan yang
disampaikan oleh mahasiswa lain pada saat mengikuti ujian tengah semester.

1.1.2.2. Membagikan Situs Mata Kuliah dan Materi Kuliah


Sebagai mahasiswa milenial, setiap mahasiswa tentu mempunyai akun media sosial
untuk tujuan menampilkan diri. Gunakan media sosial masing-masing juga untuk tujuan
belajar dengan cara membagikan situs mata kuliah dengan mengklik pilihan tombol
media sosial untuk membagikan secara keseluruhan dan membagikan setiap materi
kuliah dengan mengklik tombol pilihan media sosial yang disediakan pada setiap materi
kuliah selambat-lambatnya sampai pada Kamis, 2 Februari 2023 pukul 24.00
WITA. Catat tautan (link) pembagian blog dan pembagian materi kuliah melalui media
sosial masing-masing untuk dilaporkan dalam Laporan Melaksanakan Perkuliahan
Daring. Setiap mahasiswa juga wajib menyampaikan laporan pembagian blog dan
materi kuliah pada saat mengikuti ujian tengah semester.

1.1.2.3. Mengerjakan Latihan Pembelajaran Kasus


Untuk mendalami permasalahan kebijakan perlindungan tanaman, setiap mahasiswa
wajib mengunjungi dan mempelajari situs Direktorat Perlindungan Tanaman
Pangan, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perlindungan Perkebunan,
dan Badan Karantina Pertanian. Pada setiap situs, lakukan navigasi untuk memperoleh
informasi mengenai kebijakan nasional perlindungan tanaman atau kebijakan nasional
karantina dan kemudian silahkan catat informasi mengenai hal-hal berikut ini:
1. Tautan (link) setiap situs
2. Kemudahan melakukan navigasi dan menemukan informasi yang dicari
3. Ketersediaan informasi mengenai kebijakan nasional perlindungan tanaman
pada setiap situs
Catat hasil penelusuran untuk disampaikan sebagai bagian dari Laporan Melaksanakan
Perkuliahan Daring materi kuliah ini.

1.1.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan perkuliahan daring materi kuliah ini, silahkan
mengisi dan memasukkan:
1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya
pada Sabtu, 28 Januari 2023 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani,
memeriksa daftar hadir yang telah ditandatangani;
2. Memasukkan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-
lambatnya pada Kamis, 2 Februari 2023 pukul 24.00 WITA dan setelah
memasukkan, silahkan memeriksa untuk memastikan bahwa laporan sudah
masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan memasukkan Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah
dan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas akan ditetapkan sebagai
tidak melaksanakan kuliah.

Halaman 7 dari 8 halaman


***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada 23 September 2018, diperbarui terakhir pada 26 Januari
2023

Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons
Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip
tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

Halaman 8 dari 8 halaman

Anda mungkin juga menyukai