Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN KURIKULUM
DALAM BAHASA JEPANG KEJURUAN

Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas:


Mata Kuliah Telaah Kurikulum

OLEH:
Kelompok 4B
Andi Prasetya 1912061001
Bella Mutiara Zuhri 1912061003
Dewa Putu Eka Indrayana 1912061013
Ni Ketut Nova Suarjani 1912061040

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Putu Cicilia Septipani, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG


JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kami panjatkan rasa puji dan syukur kami terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunia-Nya tugas makalah Telaah Kurikulum dengan judul
"Manajemen Kurikulum Di Sekolah Kejuruan" dapat selesai dengan baik
sebagaimana yang telah diharapkan dan kami juga sebagai pelajar dapat belajar
mengenai manajemen kurikulum di sekolah kejuruan.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah telaah kurikulum ini sebagaimana


yang telah diharapkan, yaitu untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Telaah
Kurikulum dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai
kurikulum di sekolah kejuruan bagi penulis maupun pembaca makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Putu Cicilia Septipani, S.Pd. , M.Pd.


selaku dosen pengampu mata kuliah telaah kurikulum yang telah memberikan tugas
makalah terkait kurikulum di sekolah kejuruan, sehingga kami mampu memahami
hal terkait, dan juga ucapan terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah
bersedia bekerja keras untuk mengerjakan tugas makalah ini dengan sebaik
mungkin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami selaku pembuat makalah ini akan menerima kritik dan saran dari pembaca
maupun dosen pengampu mata kuliah ini sebagai panduan untuk menyempurnakan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat membantu para pelajar yang
membutuhkan informasi mengenai kurikulum di sekolah kejuruan. Terimakasih.

Om Shanti Shanti Om

Singaraja, 26 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Peran, Keuntungan dan Pentingnya Belajar Bahasa Jepang
terhadap Sekolah Menengah Kejuruan. .............................................. 4
2.1.1 Definisi Sekolah Menengah Kejuruan .......................................... 4
2.1.2 Peran Bahasa Jepang bagi Pelajar Sekolah Menengah
Kejuruan… ...................................................................................... 5
2.1.3 Keuntungan dan Pentingnya Belajar Bahasa Jepang bagi ......... 7
2.2 Pengelolaan Kurikulum terhadap bahasa Jepang Tingkat Sekolah
Menengah Kejuruan .............................................................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Simpulan................................................................................................ 17
3.2 Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membuat segala


pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Salah satunya di bidang industri
dan pariwisata. Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya akan sumber
daya dan kekayaan alam seringkali menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat asing untuk menanamkan modal hingga berwisata. Salah
satunya adalah investor dan wisatawan yang berasal dari Jepang. Sudah kita
sadari bahwa banyak sekali perusahaan–perusahaan asal Jepang yang
menanamkan modalnya di tanah air serta turut ambil bagian dalam
perekonomian negara. Selain itu, wisatawan asing juga banyak didominasi
oleh wisatawan yang berasal dari Jepang.

Untuk itulah, mempelajari bahasa Jepang menjadi hal yang penting


dalam membangun hubungan antara negara Indonesia dengan negara
Jepang. Dengan adanya lulusan berkompeten dalam penguasaan bahasa
Jepang, diharapkan banyak terdapat tenaga kerja unggul yang mampu
bekerja sebagai tenaga pendidik dan penerjemah serta mampu menciptakan
lapangan kerja sehingga dapat mendukung dan memajukan kondisi
perekonomian bangsa.

Berdasarkan alasan dan potensi di atas, pada tingkat Sekolah


Menengah Kejuruan juga sebaiknya memasukkan bahasa Jepang sebagai
salah satu mata pelajaran bahasa asing, terutama pada Jurusan Pariwisata
dan Akomodasi Perhotelan. Hal ini agar selaras dengan Tujuan Pendidikan
Menengah Kejuruan sesuai yang tercantum pada Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 yaitu menyiapkan peserta didik agar menjadi produktif,
mampu bekerja mandiri dengan membekali ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara
mandiri maupun ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, pada

1
kenyataannya masih banyak sekolah menengah kejuruan yang tidak atau
belum mampu memasukkan bahasa Jepang sebagai salah satu mata
pelajaran bahasa asing. Hal ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan jumlah
pengajar serta pengelolaan kurikulum yang dinilai masih kurang baik. Salah
satu contohnya adalah yang terjadi pada Sekolah Menengah Kejuruan 1
Singaraja (SMEA) yang hanya memasukkan pembelajaran bahasa Jepang
pada beberapa kelas pariwisata dan perhotelan serta pada lingkup
ekstrakurikuler.

Untuk itulah diperlukan pengelolaan kurikulum yang baik pada


tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar mampu meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar yang sistematis sesuai dengan
manajemen kurikulum khususnya pada mata pelajaran bahasa Jepang.
Dalam pengelolaan kurikulum harus mencakup tiga bagian utama. Pertama,
merancang atau mengembangkan kurikulum. Tahap ini berkaitan dengan
landasan filosofis, teoritis, dan praktis untuk menghasilkan manusia
berkualitas yang berakar pada budaya bangsa. Kedua, implementasi
kurikulum yang berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas guru dalam kelas
dalam menyampaikan materi pelajaran. Oleh karena itu, keterlatihan guru
sangat menentukan keberhasilan implementasinya. Melalui proses ini siswa
memperoleh manfaat sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya.
Ketiga, monitoring dan evaluasi implementasi kurikulum untuk memastikan
bahwa keterlaksanaan dan keberhasilan kurikulum sesuai dengan target
yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran, keuntungan dan pentingnya belajar bahasa Jepang


bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?
2. Bagaimana pengelolaan kurikulum terhadap bahasa Jepang pada
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui peran, keuntungan dan pentingnya bahasa Jepang


terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
2. Untuk mengetahui pengelolaan kurikulum pada bahasa Jepang
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis, terselesaikannya sebuah makalah sebagai bentuk


pemenuhan tugas mata kuliah Telaah Kurikulum.
2. Bagi pembaca, terciptanya tulisan ilmiah sebagai media informasi
dan pengetahuan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran, Keuntungan dan Pentingnya Belajar Bahasa Jepang terhadap


Sekolah Menengah Kejuruan.

2.1.1 Definisi Sekolah Menengah Kejuruan


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan
dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. (UU Nomor 20
Tahun 2003). Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu. (UU Nomor 20 Tahun 2003).
Pendidikan kejuruan dibangun dengan tujuan untuk membentuk
tenaga kerja yang terampil, kompetitif dan berkompetensi sejak dini.
Sehingga peserta didik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sudah siap bekerja sesuai bidangnya. Menurut Kemendikbud, untuk
meningkatkan pendidikan kejuruan adalah meningkatkan sarana
prasarana yang ada, mempekerjakan tenaga pendidik yang kompeten
dalam bidangnya, memperbaiki mutu lulusan. SMK memiliki
potensi untuk bekerja sesuai kebutuhan, SMK memiliki lima elemen
kompetensi sesuai kebutuhan lapangan kepentingan seperti
kebutuhan masyarakat, kebutuhan dunia kerja, kebutuhan
profesional, kebutuhan generasi masa depan dan ilmu pengetahuan.
Dengan begitu diharapkan lulusan SMK siap mengahadipi era
persaingan global.

4
2.1.2 Peran Bahasa Jepang bagi Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah kejuruan memiliki berbagai macam program
kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan di kehidupan nyata,
contohnya program keahlian pariwisata, akomodasi perhotelan,
akuntansi, otomotif dan masih banyak lagi. Setiap program
kejuruan memiliki keunggulannya masing-masing, seperti contoh
program kejuruan perhotelan dan pariwisata yang memiliki
keunggulan tertentu, salah satunya mampu melayani tamu luar
negeri maupun dalam negeri yang sedang berkunjung,
membutuhkan informasi ataupun mencari akomodasi. Program
kejuruan akomodasi perhotelan dan pariwisata ini tentunya tidak
lepas dari peran bahasa asing, seperti bahasa Jepang. Kedua hal ini
tidak dapat dipisahkan dan saling terhubung, karena selama
memberikan pelayanan itu memerlukan ketrampilan berbahasa
(soft skill) ataupun kemampuan melayani tamu (hard skill). Jika
tidak bisa berbahasa, maka itu cukup sulit untuk mendapatkan
keuntungan dari bidang pariwisata, karena dalam pariwisata dan
perhotelan itu yang paling penting untuk dikuasai adalah peran
bahasa.

Dalam program kejuruan akomodasi perhotelan dan


pariwisata, peran bahasa asing, khususnya bahasa Jepang bagi
peserta didik sekolah menengah kejuruan itu adalah meningkatkan
4 (empat) aspek kemampuan berbahasa yaitu:

1. Menyimak (聴解)

Menyimak merupakan kemampuan untuk mendengarkan


dan memahami informasi-informasi yang disampaikan. Dari
penjelasan tersebut, diharapkan mampu mencerna apa yang
disampaikan dan pesan yang terkandung di dalam informasi
tersebut. Menyimak dalam bahasa Jepang sering disebut
dengan Choukai (聴解).

5
2. Membaca (読解)

Membaca merupakan ketrampilan untuk memahami suatu


bacaan, dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan suara
atau membacanya dalam hati. Ketrampilan ini merupakan
ketrampilan dasar agar mampu memahami penjelasan
bacaan. Membaca dalam bahasa Jepang disebut dengan
Dokkai (読解).

3. Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencatat suatu informasi ataupun menciptakan suatu hal
dengan menggunakan huruf atau karakter tertentu. Menulis
berkaitan dengan kemampuan menghafal huruf tertentu,
seperti bahasa Jepang yang terdapat huruf hiragana,
katakana dan kanji. Pembelajaran menulis ini dapat dilihat
dalam mata pelajaran Hyouki (ひょうき) yang merupakan

cara menulis.
4. Berbicara
Berbicara adalah suatu kemampuan untuk menyampaikan
informasi. Berbicara ini merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk dipahami, karena yang utama dalam
pelayanan tamu itu adalah kemampuan berbicara dengan
tamu. Kemampuan ini lumayan sulit untuk diterapkan,
karena berbicara itu mencakup memahami bahasa yang
digunakan dan mengaplikasikannya, jadi perlu latihan yang
banyak. Pembelajaran berbicara ini dapat dilihat pada
pelajaran Kaiwa (会話) yang berarti (percakapan).

6
2.1.3 Keuntungan dan Pentingnya Belajar Bahasa Jepang bagi
Sekolah Menengah Kejuruan
Keuntungan belajar bahasa Jepang dalam Sekolah
Menengah Kejuruan ini adalah setelah selesai menempuh
pendidikan, maka kemampuan bahasa Jepang itu akan berguna
dalam pencarian pekerjaan di bidang pariwisata diantaranya adalah
untuk promosi wisata ke luar negeri, pelayanan reservasi, pelayanan
akomodasi (hotel atau perjalanan), pelayanan saat guiding,
komunikasi wisman dengan masyarakat, yang pada akhirnya
berhubungan dengan pencitraan terhadap Indonesia oleh para
wisman tersebut. Pelaku wisata yang seharusnya menguasai bahasa
asing meliputi, pegawai travel agent, pegawai hotel, pemandu wisata,
dan masyarakat pelaku pariwisata. Selain di bidang pariwisata, juga
bisa pergi ke Jepang untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian yang telah dikuasai. Bagi yang tertarik dengan dunia
pendidikan juga bisa menjadi tenaga pendidik bagi pembelar bahasa
Jepang.

2.2 Pengelolaan Kurikulum terhadap bahasa Jepang Tingkat Sekolah


Menengah Kejuruan

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani,


yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”.
Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik
pada zaman Romawi Kuno. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal
dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan
finish untuk memperoleh medali atau penghargaan (Zainal Arifin, 2011: 2).
Kurikulum juga diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). UU. No. 20 tahun 2003

7
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengelolaan kurikulum adalah sebuah proses menjalankan atau


suatu sistem menata kurikulum yang kooperatif, komprehensif, dan
sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah
dirumuskan. Pengelolaan kurikulum juga diartikan sebagai manajemen
kurikulum. Kurikulum pendidikan kejuruan seharusnya seiringan dengan
apa yang dibutuhkan dunia kerja bukan sesuai dengan pemerintah. Sehingga
pendidikan kejuruan harus menganut pada kebijakan ‘Link and Match’ yang
mengimplikasikan sumber daya manusia, wawasan masa depan, wawasan
mutu, wawasan keunggulan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai
tambah, dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan pendidikan,
khususnya pendidikan kejuruan. Untuk itulah, pada pengelolan kurikulum
harus terdiri atas tahapan – tahapn yang jelas dan terstruktur, diantaranya:

1. Merancang atau Mengembangkan Kurikulum.


Pada tahapan ini, terdapat proses penyesuaian terhadap situasi
dan kondisi yang tengah dihadapi, perancangan ataupun
pengembangan kurikulum akan menjadi lebih baik ketika sudah
memperhatikan kondisi di lingkungan sekitar sebagai dasar
perancangan kurikulum. Perancangan atau pengembangan kurikulum
juga tidak lepas dari potensi yang hendak dibentuk, seperti landasan
filosofis, teoritis dan praktis. Ketiga hal tersebut saling melengkapi
dan terhubung satu sama lain. Dalam kasus pengelolaan kurikulum
pada bahasa Jepang kejuruan, pembuat kurikulum harus
memperhatikan berbagai aspek yang telah disebutkan seperti
bagaimana kondisi lingkungan masyarakat dan peserta didik, landasan
filosofis, teoritis, dan praktis yang ada pada masyarakat/peserta didik
sasaran juga harus diperhatikan seperti apakah sekolah kejuruan yang
akan mendapatkan mata pelajaran bahasa Jepang merupakan sekolah
kejuruan yang berada di daerah strategis pariwisata atau tidak.

8
Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari, membuat metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, akan tetapi lebih
mengembangkan ke ranah pikiran, sifat, dan mengembangkan
pengetahuan yang sudah pernah dipelajari. Oleh karena itu kurikulum
lebih mempersiapkan peserta didik untuk mampu dan kompeten
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan perancangan
kurikulum yang baik ini, sekolah akan mampu untuk mempengaruhi
siswa dalam belajar dan menjadi lulusan yang handal dan profesional
di suatu bidang tertentu. Terlepas dari perancangan, pengembangan
juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas peserta didik
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi yang dikemukakan
terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa
yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli
kurikulum yang menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang
menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah
rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak,
sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah sesuatu yang
benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi
mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang
direncanakan. Perbedaan titik pandang ini tidak sama dengan
perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dan ahli
pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari
fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan
tujuan yang berbeda. Sementara itu, Unruh dan Unruh (1984: 97)
mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah “a
complex process of assessing needs, identifying desired learning

9
outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and
meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum
is to serve.” yang berarti “Proses kompleks dalam menilai kebutuhan,
mengidentifikasi hasil pembelajaran yang diinginkan, mempersiapkan
instruksi untuk mencapai hasil, dan memenuhi kebutuhan budaya,
sosial, dan pribadi yang akan dilayani oleh kurikulum."
2. Implementasi kurikulum
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi adalah
suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program, atau
seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau
mengharapkan suatu perubahan. (Abdul Majid,2014: 6).
Oemar Hamalik (2011: 237) mengemukakan bahwa implementasi
adalah penerapan sesuatu yang memberikan efek, sedangkan
implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program
kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya,
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil
senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional,
serta fisiknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum
merupakan suatu penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah
dirancang dan dikembangkan sistematikannya, akan langsung
diterapkan dan diujicobakan dalam dunia pendidikan, bersamaan
dengan pelaksanaan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi di
lapangan.
Secara garis besar tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Oemar Hamalik, 2011: 248).
a. Tahap Perencanaan Implementasi
Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan dan
menyusun metode, atau dengan kata lain cara mencapai tujuan,
proses perencanaan merupakan proses intelektual seseorang

10
dalam menentukan arah, sekaligus menentukan keputusan
untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kegiatan
dengan memerhatikan peluang, dan berorientasi pada masa
depan. (Oemar Hamalik, 2011: 213).
Tahap perencanaan ini bertujuan untuk menguraikan
visi dan misi atau mengembangkan tujuan implementasi
(operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini
mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana
pencapaian yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan,
besar anggaran, personalia yang terlibat, dan sistem evaluasi,
dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta
situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal. Dalam
setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan dalam
proses implementasi kurikulum, terdapat tahapan proses
pembuatan keputusan yang meliputi:
1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang
dicapai)
2) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi,
personalia, anggaran, dan waktu
3) Evaluasi setiap alternatif tersebut, dan
4) Penentuan alternatif yang paling baik.
b. Tahap pelaksanaan Implementasi
Oemar Hamalik (2011: 250) mengemukakan bahwa
tahap pelaksanaan ini bertujuan untuk melaksanakan blue print
yang telah disusun dalam fase perencanaan, dengan
menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan
telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.
Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu,
menurut departemen/divisi/seksi masing-masing atau
gabungan, bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil
dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan
yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan

11
meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum. dapat
bervariasi, sesuai dengan kondisis yang ada. Dalam tahap
pelaksanaan ini, dapat juga dikatakan sebagai ujicoba
langsung kurikulum, mengapa demikian, karena tahapan
pelaksanaan ini merupakan proses yang bertujuan untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan terhadap kurikulum
yang telah dirancang atau dikembangkan. Dalam pelaksanaan
ini mencakup bagaimana metode pembelajaran, strategi
pembelajaran dan sistem penilaian. Adapun contoh
pelaksanaan implementasi ini, yaitu pelaksanaan
pembelajaran berupa RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Untuk contoh RPP terlampir di bagian
lampiran.
c. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil kerja dan
merevisi masalah-masalah yang ada terkait kurikulum yang
telah diterbitkan dan nantinya akan menjadi bahan untuk
perancangan kurikulum terbaru. Mengevaluasi yang dimaksud
disini juga sebagai program untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan yang terdapat di dalam kurikulum yang telah
diimplementasikan.
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto
(2013:3) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Model evaluasi formatif-sumatif yang juga
dikemukakan oleh Scriven ini mengemukakan adanya dua
macam evaluasi, yaitu formatif (yang dilakukan selama
program berlangsung) dan evaluasi sumatif (yang dilakukan

12
sesudah program berakhir atau pada akhir penghujung
program). (Suharsimi dan Cepi Safruddin, 2008: 54).
1) Bentuk evaluasi
Data untuk penilaian atau evaluasi formatif dihimpun
menggunakan tes formatif dalam bentuk kuis,
pertanyaan lisan ataupun ulangan harian sepanjang
semester. Datanya diolah dan digunakan untuk
memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran. (Abdul Rachman
Shaleh, 2005: 227)
Tes formatif disajikan di tengah program
pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta
didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik
dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih
perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran lebih baik. Pendidik juga
dapat melihat bagian mana yang umumnya belum
dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan
penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat
menguasai bahan tersebut. (Pupuh Fathurrohman dan
Sobry Sutikno, 2007: 78)
2) Alat Evaluasi
Alat evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk merangkum hasil kinerja suatu hal
dengan menggunakan metode-metode dan sistem
tertentu. Berikut ini adalah contohnya:
a. Bentuk Tes
Bentuk tes dapat berupa tes verbal
maupun tes nonverbal. Tergantung pada situasi
dan kegiatan yang dilakukan. Tes verbal
dilakukan dengan mengandalkan pemahaman
yang dimiliki dan diuraikan dalam sebuah

13
kertas jawaban, biasanya dilakukan untuk
mengetahui kemampuan dalam ranah kognitif.
Tes nonverbal biasanya dilakukan dengan
beberapa pihak yang langsung bertanya dan
sebagai peserta akan langsung menjawab dan
mempraktekkan apa yang diminta oleh petugas,
contohnya ketika ingin mencari kerja dan
sebelum mendapatkan kerja, terdapat tes
nonverbal untuk mengetahui kemampuan
peserta di bidang tersebut (psikomotorik).
b. Bentuk Non Tes
Bentuk non tes ini melibatkan
penilaian afektif (sikap) di dalamnya, bahkan
dalam sistem penilaian nilai akhir dalam
kurikulum pun penilaian sikap sangat
menentukan kelulusan. Adapun contoh
penilaian non tes, seperti :
1. Wawancara (インタビュー)

2. Angket(アンケート)

3. Observasi(かんさつ)

4. Dll
3. Monitoring dan evaluasi implementasi kurikulum
Pada konsep ini, terdapat monitoring dan evaluasi. Kedua hal
tersebut hampir sama, akan tetapi memiliki makna dan tujuan yang
berbeda. Menurut Dr. Harry Hikmat (2010), monitoring adalah proses
pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang
ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan tentang
kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya. Jadi monitoring
dapat dikatakan sebagai proses pengumpulan data dan juga sebagai
pemantau dalam sebuah kegiatan.

14
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2013:3)
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan
apa sebabnya. Hal tersebut membuktikan bahwa evaluasi ini bertujuan
untuk menentukan sejauh mana program berjalan dan tujuan apa yang
sudah dan belum tercapai.
Tahap ini mesti dilakukan dengan berhati-hati dan
dilaksanakan secara berulang-ulang, agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini akan berlangsung
ketika implementasi kurikulum tersebut sudah selesai diterapkan.
Secara umum tujuan pelaksanaan M&E adalah;
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat
diatasi
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang
digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan proyek.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan,
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah,
tanpa menyimpang dari tujuan

Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dengan mengikuti


beberapa langkah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan: Persiapan dilaksanakan dengan


mengidentifikasi hal-hal yang akan dimonitor, variabel apa
yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana yang
sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang variabel yang
dimonitor harus jelas dulu, serta pasti dulu batasannya dan
definisinya. “Variabel adalah karakteristik dari seseorang,
suatu peristiwa atau obyek yang bisa dinyatakan dengan data
numerik yang berbeda-beda.” (William N Dunn: 2000).

15
2. Tahap Pelaksanaan: monitoring ini untuk mengukur ketepatan
dan tingkat capaian dari pelaksaan program/kegiatan/proyek
yang sedang dilakukan dengan menggunakan standar
(variable) yang telah dipersiapkan di tahap perencanaan.
Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel yang
dimonitor serta indikatornya, maka laksanakan monitoring
tersebut.

3. Tahap Pelaporan: Pada langkah ketiga, yaitu menentukan


apakah prestasi kerja itu memenuhi standar yang sudah
ditentukan dan di sini terdapat tahapan evaluasi, yaitu
mengukur kegiatan yang sudah dilakukan dengan standar yang
harus dicapai. Selanjutnya temuan-temuan tersebut
ditindaklanjuti dan hasilnya menjadi laporan tentang program.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Seiring dengan berkembangnya zaman, perkembangan teknologi


menjadi semakin maju. Perkembangan teknologi ini turut memajukan
sektor industri dan pariwisata. Indonesia sebagai salah satu negara dengan
kekayaan sumber daya alamnya tentu menarik perhatian para investor asing
untuk menanamkan modal di Indonesia dan juga wisatawan asing untuk
berwisata di Indonesia, salah satunya adalah investor dan wisatawan dari
negara Jepang.
Dengan kondisi dimana banyak investor asal Jepang yang
menanamkan modal di Indonesia dan juga banyak wisatawan asal Jepang
yang berwisata ke Indonesia menjadi alasan mengapa mempelajari bahasa
Jepang itu penting guna membangun hubungan antara negara Indonesia dan
negara Jepang. Lulusan-lulusan yang kompeten dalam penguasaan bahasa
Jepang diharapkan banyak dilahirkan sehingga mampu memenuhi
kebutuhan tenaga kerja yang kompeten dalam berbagai bidang, baik
pendidik, penerjemah, hingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri
untuk dapat memajukan perekonomian negara.
Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan
jenjang yang diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja yang kompeten
sebaiknya dapat turut memasukkan bahasa Jepang sebagai dalah satu mata
pelajaran bahasa asing. Terutama, pada jurusan Pariwisata dan Akomodasi
Perhotelan. Pembelajaran bahasa Jepang pada Jenjang ini harus mencakup
kompetensi softskill dan hardskill yang dalam pelaksanaannya harus
mencakup tiga bagian utama, yakni 1) Merancang dan mengembangkan
kurikulum, 2) Mengimplementasikan kurikulum yang berkaitan erat dengan
pelaksanaan tugas guru dalam kelas dalam menyampaikan materi pelajaran,
dan 3) Monitoring dan implementasi kurikulum. Ketiga langkah ini harus

17
dilakukan guna memastikan terlaksananya kurikulum yang sesuai dengan
target sehingga dapat mencapai keberhasilan sesuai dengan target.
Dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ada 4
keterampilan bahasa Jepang yang harus diselenggarakan, yakni 1)
Keterampilan menyimak (Choukai ( 聴 解 )), 2) Keterampilan Membaca

(Dokkai (読解)), 3) Keterampilan Menulis, dan 4) Keterampilan Berbicara.

Adapun keuntungan dari mempelajari bahasa Jepang pada jenjang Sekolah


Menengah Kejuruan di antaranya yakni berguna dalam pencarian pekerjaan
di bidang pariwisata, di antaranya promosi wisata ke luar negeri, pelayanan
reservasi, pelayanan akomodasi (hotel atau perjalanan), pelayanan saat
guiding, dan komunikasi wisman dengan masyarakat.

3.2 Saran

Mengingat akan pentingnya pembelajaran bahasa Jepang khususnya


pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang disebabkan oleh
banyaknya investor asal Jepang yang menanamkan modal di Indonesia dan
juga wisatawan yang berwisata di Indonesia, maka diharapkan SMK
sebagai penyelenggara pendidikan yang menghasilkan tenaga-tenaga
kompeten di Indonesia dapat memasukkan bahasa Jepang dalam
kurikulumnya. Penyelenggaraan pembelajaran bahasa Jepang yang
dilaksanakan juga diharapkan berjalan sesuai dengan tujuan, sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang juga sesuai dengan tujuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2003. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Presiden Republik
Indonesia.

Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya; 2011.

Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada:
2009.
Unruh, GG. and Unruh, A, Curriculum Development: Problems Processes, and
Progress, (Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation,
1984), hlm. 97.

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2007).

Abdul Majid. 2012. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

William N Dunn, 2000. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Rifai, M. Moh, 1986. Administrasi Pendidikan, Bandung: Penerbit Jemars


LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAA PEMBELAJARAN

(SMK Perhotelan)

Nama sekolah : SMK Perhotelan

Kelas : XI

Materi pokok : Melayani tamu dan mempersiapkan kamar tamu

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

1. Standar kompetensi/Kompetensi dasar

Memahami dan mempraktekkan cara melayani tamu dengan baik dan


mempersiapkan kamar tamu dengan baik.

2. Indikator

 Mampu menjelaskan fasilitas dan pelayanan yang ada di hotel.

 Mampu melayani tamu dengan baik sesuai dengan SOP hotel.

3. Tujuan pembelajaran

Siswa diharapkan mampu memahami dan mempraktekkan cara melayani


tamu dan mempersiapkan kamar tamu dengan baik sesuai dengan prosedur
hotel.

4. Materi pembelajaran

Standar operasional prosedur dalam melayani dan mempersiapkan kamar


tamu.

5. Metode pembelajaran

Ceramah, Simulasi, Kontekstual, Drill dan Tanya Jawab.


6. Lagkah pembelajaran

流れ·時間 科目·活動 教材·方法

PENDAHULUAN 1. Guru memberikan salam ( 挨 拶 ) dalam 1. Salam (挨拶)


授業の導入 bahasa Jepang, lalu siswa berusaha untuk
menjawab salam tersebut. 2. Doa (お祈り)
Pengantar Pelajaran
(15 menit) 2. Melakukan doa (お祈り) yang dipimpin oleh 3. Absen

ketua kelas dengan menggunakan bahasa 4. Video


Jepang. Pembelajaran

3. Melakukan absensi siswa.

4. Memberikan video pembelajaran tentang


materi yang akan dipelajari dan dipraktekkan
sebagai gambaran umum pembelajaran.

5. Siswa menyimpulkan materi dan tujuan


pembelajaran sesuai dengan video
pembelajaran yang diberikan.

INTI 導入 1. Mengamati dan memahami kembali video 1. ビデオ


(65 menit) pembelajaran pada awal pembelajaran
(Pengantar) 2. Powerpoint
(Pengantar Pembelajaran).
(15 menit) 3. Tanya Jawab
2. Guru memberikan sebuah powerpoint yang
berisi kosakata yang berhubungan dengan
dunia perhotelan.

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk


memahami dan menganalisis.

4. Bertanya kepada siswa tentang materi yang


ada di video pembelajaran dan di dalam
powerpoint.

5. Materi
Melayani tamu Reservasi (予約)

文型 :

1. お客様の。。。(お客のインフォメ

ーション)。。。 なんでしょうか。

2. 。。。。。。円です

3. ホ テ ル に 。 。 。 ( 施 設 と 設

備) 。。。。があります

4. 。。。。。(V/辞書形)。。。。こと

ができます。

基本練習 1. Setiap kelompok diberi lembar soal yang 1. Diskusi


berisi bamen/situasi yang berisi 2. Presentasi
Latihan permasalahan yang harus diselesaikan.
Dasar
2. Siswa mendiskusikan jawaban dengan
(15 menit) anggota kelompok.

3. Siswa mempresentasikan jawaban di depan


kelas, kemudian kelompok lain memberikan
tanggapan.

応用練習 1. Siswa membuat percakapan dengan 1. Simulasi


membagi peran anggota kelompok yang 2. Metode
Latihan
terdiri atas Bellboy, Receptionist, dan kontekstual
Penerapan
Guest.
(35 Menit)
2. Percakapan dibuat berdasarkan materi yang
telah dipelajari dalam menjelaskan
informasi mengenai fasilitas hotel,
pelayanan kepada tamu, dan bagaimana
cara menangani keluhan tamu.

3. Siswa mempraktekkan percakapan di depan


kelas, kemudian kelompok lain memberikan
penilaian.

PENUTUP 1. Guru memberikan kesempatan kepada


(10 menit) siswa yang belum mengerti untuk bertanya.

2. Siswa diminta mengulangi kembali materi


yang telah dipelajari dengan menarik
kesimpulan.

3. Guru memberikan tugas kepada siswa


guna mempelajari kembali materi di luar
kelas sebagai bahan latihan.

4. Memberikan reward kepada siswa yang


paling aktif dan memahami materi dengan
baik dalam pembelajaran.

5. Berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.

6. Menutup pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai