Makalah Kelompok 4B Semester 4
Makalah Kelompok 4B Semester 4
MANAJEMEN KURIKULUM
DALAM BAHASA JEPANG KEJURUAN
OLEH:
Kelompok 4B
Andi Prasetya 1912061001
Bella Mutiara Zuhri 1912061003
Dewa Putu Eka Indrayana 1912061013
Ni Ketut Nova Suarjani 1912061040
Om Swastyastu
Kami panjatkan rasa puji dan syukur kami terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas karunia-Nya tugas makalah Telaah Kurikulum dengan judul
"Manajemen Kurikulum Di Sekolah Kejuruan" dapat selesai dengan baik
sebagaimana yang telah diharapkan dan kami juga sebagai pelajar dapat belajar
mengenai manajemen kurikulum di sekolah kejuruan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami selaku pembuat makalah ini akan menerima kritik dan saran dari pembaca
maupun dosen pengampu mata kuliah ini sebagai panduan untuk menyempurnakan
makalah ini dan semoga makalah ini dapat membantu para pelajar yang
membutuhkan informasi mengenai kurikulum di sekolah kejuruan. Terimakasih.
Om Shanti Shanti Om
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kenyataannya masih banyak sekolah menengah kejuruan yang tidak atau
belum mampu memasukkan bahasa Jepang sebagai salah satu mata
pelajaran bahasa asing. Hal ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan jumlah
pengajar serta pengelolaan kurikulum yang dinilai masih kurang baik. Salah
satu contohnya adalah yang terjadi pada Sekolah Menengah Kejuruan 1
Singaraja (SMEA) yang hanya memasukkan pembelajaran bahasa Jepang
pada beberapa kelas pariwisata dan perhotelan serta pada lingkup
ekstrakurikuler.
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.2 Peran Bahasa Jepang bagi Pelajar Sekolah Menengah Kejuruan
Sekolah kejuruan memiliki berbagai macam program
kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan di kehidupan nyata,
contohnya program keahlian pariwisata, akomodasi perhotelan,
akuntansi, otomotif dan masih banyak lagi. Setiap program
kejuruan memiliki keunggulannya masing-masing, seperti contoh
program kejuruan perhotelan dan pariwisata yang memiliki
keunggulan tertentu, salah satunya mampu melayani tamu luar
negeri maupun dalam negeri yang sedang berkunjung,
membutuhkan informasi ataupun mencari akomodasi. Program
kejuruan akomodasi perhotelan dan pariwisata ini tentunya tidak
lepas dari peran bahasa asing, seperti bahasa Jepang. Kedua hal ini
tidak dapat dipisahkan dan saling terhubung, karena selama
memberikan pelayanan itu memerlukan ketrampilan berbahasa
(soft skill) ataupun kemampuan melayani tamu (hard skill). Jika
tidak bisa berbahasa, maka itu cukup sulit untuk mendapatkan
keuntungan dari bidang pariwisata, karena dalam pariwisata dan
perhotelan itu yang paling penting untuk dikuasai adalah peran
bahasa.
1. Menyimak (聴解)
5
2. Membaca (読解)
3. Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mencatat suatu informasi ataupun menciptakan suatu hal
dengan menggunakan huruf atau karakter tertentu. Menulis
berkaitan dengan kemampuan menghafal huruf tertentu,
seperti bahasa Jepang yang terdapat huruf hiragana,
katakana dan kanji. Pembelajaran menulis ini dapat dilihat
dalam mata pelajaran Hyouki (ひょうき) yang merupakan
cara menulis.
4. Berbicara
Berbicara adalah suatu kemampuan untuk menyampaikan
informasi. Berbicara ini merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk dipahami, karena yang utama dalam
pelayanan tamu itu adalah kemampuan berbicara dengan
tamu. Kemampuan ini lumayan sulit untuk diterapkan,
karena berbicara itu mencakup memahami bahasa yang
digunakan dan mengaplikasikannya, jadi perlu latihan yang
banyak. Pembelajaran berbicara ini dapat dilihat pada
pelajaran Kaiwa (会話) yang berarti (percakapan).
6
2.1.3 Keuntungan dan Pentingnya Belajar Bahasa Jepang bagi
Sekolah Menengah Kejuruan
Keuntungan belajar bahasa Jepang dalam Sekolah
Menengah Kejuruan ini adalah setelah selesai menempuh
pendidikan, maka kemampuan bahasa Jepang itu akan berguna
dalam pencarian pekerjaan di bidang pariwisata diantaranya adalah
untuk promosi wisata ke luar negeri, pelayanan reservasi, pelayanan
akomodasi (hotel atau perjalanan), pelayanan saat guiding,
komunikasi wisman dengan masyarakat, yang pada akhirnya
berhubungan dengan pencitraan terhadap Indonesia oleh para
wisman tersebut. Pelaku wisata yang seharusnya menguasai bahasa
asing meliputi, pegawai travel agent, pegawai hotel, pemandu wisata,
dan masyarakat pelaku pariwisata. Selain di bidang pariwisata, juga
bisa pergi ke Jepang untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian yang telah dikuasai. Bagi yang tertarik dengan dunia
pendidikan juga bisa menjadi tenaga pendidik bagi pembelar bahasa
Jepang.
7
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
8
Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari, membuat metode
pembelajaran, strategi pembelajaran, akan tetapi lebih
mengembangkan ke ranah pikiran, sifat, dan mengembangkan
pengetahuan yang sudah pernah dipelajari. Oleh karena itu kurikulum
lebih mempersiapkan peserta didik untuk mampu dan kompeten
dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan perancangan
kurikulum yang baik ini, sekolah akan mampu untuk mempengaruhi
siswa dalam belajar dan menjadi lulusan yang handal dan profesional
di suatu bidang tertentu. Terlepas dari perancangan, pengembangan
juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas peserta didik
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi yang dikemukakan
terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa
yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli
kurikulum yang menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang
menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah
rencana yang mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak,
sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah sesuatu yang
benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi
mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang
direncanakan. Perbedaan titik pandang ini tidak sama dengan
perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dan ahli
pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari
fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan
tujuan yang berbeda. Sementara itu, Unruh dan Unruh (1984: 97)
mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah “a
complex process of assessing needs, identifying desired learning
9
outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and
meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum
is to serve.” yang berarti “Proses kompleks dalam menilai kebutuhan,
mengidentifikasi hasil pembelajaran yang diinginkan, mempersiapkan
instruksi untuk mencapai hasil, dan memenuhi kebutuhan budaya,
sosial, dan pribadi yang akan dilayani oleh kurikulum."
2. Implementasi kurikulum
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi adalah
suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program, atau
seperangkat aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau
mengharapkan suatu perubahan. (Abdul Majid,2014: 6).
Oemar Hamalik (2011: 237) mengemukakan bahwa implementasi
adalah penerapan sesuatu yang memberikan efek, sedangkan
implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program
kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya,
kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil
senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional,
serta fisiknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum
merupakan suatu penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah
dirancang dan dikembangkan sistematikannya, akan langsung
diterapkan dan diujicobakan dalam dunia pendidikan, bersamaan
dengan pelaksanaan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi di
lapangan.
Secara garis besar tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Oemar Hamalik, 2011: 248).
a. Tahap Perencanaan Implementasi
Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan dan
menyusun metode, atau dengan kata lain cara mencapai tujuan,
proses perencanaan merupakan proses intelektual seseorang
10
dalam menentukan arah, sekaligus menentukan keputusan
untuk diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kegiatan
dengan memerhatikan peluang, dan berorientasi pada masa
depan. (Oemar Hamalik, 2011: 213).
Tahap perencanaan ini bertujuan untuk menguraikan
visi dan misi atau mengembangkan tujuan implementasi
(operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini
mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana
pencapaian yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan,
besar anggaran, personalia yang terlibat, dan sistem evaluasi,
dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta
situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal. Dalam
setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan dalam
proses implementasi kurikulum, terdapat tahapan proses
pembuatan keputusan yang meliputi:
1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang
dicapai)
2) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi,
personalia, anggaran, dan waktu
3) Evaluasi setiap alternatif tersebut, dan
4) Penentuan alternatif yang paling baik.
b. Tahap pelaksanaan Implementasi
Oemar Hamalik (2011: 250) mengemukakan bahwa
tahap pelaksanaan ini bertujuan untuk melaksanakan blue print
yang telah disusun dalam fase perencanaan, dengan
menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan
telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.
Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu,
menurut departemen/divisi/seksi masing-masing atau
gabungan, bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil
dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan
yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan
11
meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum. dapat
bervariasi, sesuai dengan kondisis yang ada. Dalam tahap
pelaksanaan ini, dapat juga dikatakan sebagai ujicoba
langsung kurikulum, mengapa demikian, karena tahapan
pelaksanaan ini merupakan proses yang bertujuan untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan terhadap kurikulum
yang telah dirancang atau dikembangkan. Dalam pelaksanaan
ini mencakup bagaimana metode pembelajaran, strategi
pembelajaran dan sistem penilaian. Adapun contoh
pelaksanaan implementasi ini, yaitu pelaksanaan
pembelajaran berupa RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Untuk contoh RPP terlampir di bagian
lampiran.
c. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil kerja dan
merevisi masalah-masalah yang ada terkait kurikulum yang
telah diterbitkan dan nantinya akan menjadi bahan untuk
perancangan kurikulum terbaru. Mengevaluasi yang dimaksud
disini juga sebagai program untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan yang terdapat di dalam kurikulum yang telah
diimplementasikan.
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto
(2013:3) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian
mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Model evaluasi formatif-sumatif yang juga
dikemukakan oleh Scriven ini mengemukakan adanya dua
macam evaluasi, yaitu formatif (yang dilakukan selama
program berlangsung) dan evaluasi sumatif (yang dilakukan
12
sesudah program berakhir atau pada akhir penghujung
program). (Suharsimi dan Cepi Safruddin, 2008: 54).
1) Bentuk evaluasi
Data untuk penilaian atau evaluasi formatif dihimpun
menggunakan tes formatif dalam bentuk kuis,
pertanyaan lisan ataupun ulangan harian sepanjang
semester. Datanya diolah dan digunakan untuk
memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran. (Abdul Rachman
Shaleh, 2005: 227)
Tes formatif disajikan di tengah program
pendidikan untuk memantau kemajuan belajar peserta
didik dan pendidik. Berdasarkan hasil tes itu pendidik
dan peserta didik dapat mengetahui apa yang masih
perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran lebih baik. Pendidik juga
dapat melihat bagian mana yang umumnya belum
dikuasai peserta didik, sehingga dapat mengupayakan
penjelasan yang lebih baik dan luas agar mereka dapat
menguasai bahan tersebut. (Pupuh Fathurrohman dan
Sobry Sutikno, 2007: 78)
2) Alat Evaluasi
Alat evaluasi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk merangkum hasil kinerja suatu hal
dengan menggunakan metode-metode dan sistem
tertentu. Berikut ini adalah contohnya:
a. Bentuk Tes
Bentuk tes dapat berupa tes verbal
maupun tes nonverbal. Tergantung pada situasi
dan kegiatan yang dilakukan. Tes verbal
dilakukan dengan mengandalkan pemahaman
yang dimiliki dan diuraikan dalam sebuah
13
kertas jawaban, biasanya dilakukan untuk
mengetahui kemampuan dalam ranah kognitif.
Tes nonverbal biasanya dilakukan dengan
beberapa pihak yang langsung bertanya dan
sebagai peserta akan langsung menjawab dan
mempraktekkan apa yang diminta oleh petugas,
contohnya ketika ingin mencari kerja dan
sebelum mendapatkan kerja, terdapat tes
nonverbal untuk mengetahui kemampuan
peserta di bidang tersebut (psikomotorik).
b. Bentuk Non Tes
Bentuk non tes ini melibatkan
penilaian afektif (sikap) di dalamnya, bahkan
dalam sistem penilaian nilai akhir dalam
kurikulum pun penilaian sikap sangat
menentukan kelulusan. Adapun contoh
penilaian non tes, seperti :
1. Wawancara (インタビュー)
2. Angket(アンケート)
3. Observasi(かんさつ)
4. Dll
3. Monitoring dan evaluasi implementasi kurikulum
Pada konsep ini, terdapat monitoring dan evaluasi. Kedua hal
tersebut hampir sama, akan tetapi memiliki makna dan tujuan yang
berbeda. Menurut Dr. Harry Hikmat (2010), monitoring adalah proses
pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang
ditetapkan secara sistematis dan berkelanjutan tentang
kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya. Jadi monitoring
dapat dikatakan sebagai proses pengumpulan data dan juga sebagai
pemantau dalam sebuah kegiatan.
14
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2013:3)
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan
pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan
apa sebabnya. Hal tersebut membuktikan bahwa evaluasi ini bertujuan
untuk menentukan sejauh mana program berjalan dan tujuan apa yang
sudah dan belum tercapai.
Tahap ini mesti dilakukan dengan berhati-hati dan
dilaksanakan secara berulang-ulang, agar tidak terjadi kesalahan
dalam proses monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini akan berlangsung
ketika implementasi kurikulum tersebut sudah selesai diterapkan.
Secara umum tujuan pelaksanaan M&E adalah;
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan rencana
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat
diatasi
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang
digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan proyek.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan,
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah,
tanpa menyimpang dari tujuan
15
2. Tahap Pelaksanaan: monitoring ini untuk mengukur ketepatan
dan tingkat capaian dari pelaksaan program/kegiatan/proyek
yang sedang dilakukan dengan menggunakan standar
(variable) yang telah dipersiapkan di tahap perencanaan.
Setelah memastikan definisi yang tepat tentang variabel yang
dimonitor serta indikatornya, maka laksanakan monitoring
tersebut.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
17
dilakukan guna memastikan terlaksananya kurikulum yang sesuai dengan
target sehingga dapat mencapai keberhasilan sesuai dengan target.
Dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), ada 4
keterampilan bahasa Jepang yang harus diselenggarakan, yakni 1)
Keterampilan menyimak (Choukai ( 聴 解 )), 2) Keterampilan Membaca
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya; 2011.
Rusman, Manajemen Kurikulum, Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada:
2009.
Unruh, GG. and Unruh, A, Curriculum Development: Problems Processes, and
Progress, (Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation,
1984), hlm. 97.
(SMK Perhotelan)
Kelas : XI
2. Indikator
3. Tujuan pembelajaran
4. Materi pembelajaran
5. Metode pembelajaran
5. Materi
Melayani tamu Reservasi (予約)
文型 :
1. お客様の。。。(お客のインフォメ
ーション)。。。 なんでしょうか。
2. 。。。。。。円です
3. ホ テ ル に 。 。 。 ( 施 設 と 設
備) 。。。。があります
4. 。。。。。(V/辞書形)。。。。こと
ができます。
6. Menutup pembelajaran.