Anda di halaman 1dari 52

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM MENUMBUHKAN

MINAT BACA ANAK KELOMPOK B2 DI TK DARUS


SHOLAH KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2022 /2023

PROPOSAL

Oleh
Mar’atus Shofiyah
NIM. 160210205112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEJURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
2.1 Manajemen Perpustakaan Sekolah ........................................................... 8
2.2 Pengelolaan Perpustakan Sekolah .......................................................... 11
2.3 Peningkatan Minat Baca ......................................................................... 17
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 26
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 27
3.3 Situasi Sosial .......................................................................................... 28
3.4 Definisi Operasional ............................................................................... 29
3.5 Desain Penelitian .................................................................................... 29
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 35
3.7 Uji Kredibilitas ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 44

i
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. MATRIK PENELITIAN ........................................................ 44


LAMPIRAN B. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA ................................. 46
LAMPIRTAN C. KISI-KISI INSTRUMEN .................................................... 48
LAMPIRAN D. LEMBAR HASIL OBSERVASI ............................................ 49

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tentang : (1.1) latar belakang, (1.2) rumusan
masalah, (1.3) tujuan penelitian, (1.4) manfaat penelitian. Berikut adalah masing-
masing penjabarannya.

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk belajar. Sekolah


sangat berperan penting dalam bidang pendidikan dan tempat yang paling efektif
dalam proses belajar. Pendidikan merupakan hal utama yang dilakukan oleh setiap
bangsa untuk mencapai kemajuan. Semakin berkualitas suatu bangsa itu semakin
memberikan efek positif bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Pendidikan
merupakan usaha untuk mengubah sikap, kepribadian, dan perilaku seseorang
untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang. Sebagaimana
disebutkan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1 yang berbunyi
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.”
Sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini, dimana anak usia dini merupakan masa yang peka,
karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan
psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke
dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan
fisik, kognitif, bahasa, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu di butuhkan
kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan
perkembangannya tercapai secara optimal. Pada masa perkembangan anak usia
dini biasa disebut dengan masa emas atau Golden Age. Masa Golden Age adalah

1
2

masa anak usia dini untuk mengesplorasi hal-hal yang mereka ingin lakukan,
senang bermain dan peka terhadap rangsangan sekitar.
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
maupun informal. Untuk mewujudkan pendidikan yang optimal diperlukan
adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat
berupa perpustakaan sekolah. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di
sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga
dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengajaran.
Melalui perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung
dalam pembelajaran. Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 24 Tahun 2014
dijelaskan bahwa perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari kegiatan
pembelajaran dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung
tercapainya tujuan pendidikan. Sehingga perpustakaan harus siap menunjang
pelaksanaan pembelajaran saat jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Selain
itu, perpustakaan juga dapat digunakan untuk wadah membiasakan siswa
membaca dan sebagai sumber informasi siswa.
Perpustakaan sebagai penyedia informasi akan memiliki kinerja yang baik
apabila didukung dengan pengelolaan perpustakaan yang memadai, sehingga
seluruh aktivitas perpustakaan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik memungkinkan siswa untuk
mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapatnya ketika
belajar di dalam kelas dan siswa dapat mempelajari sesuatu yang baru yang tidak
didapatkan siswa ketika belajar didalam kelas. Selain itu, dengan pengelolaan
perpustakaan yang baik dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengajar siswa
dengan suasana yang berbeda dengan cara belajar di perpustakaan.
Untuk mengelolah sebuah perpustakaan diperlukan manajemen yang baik,
agar arah kegiatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kemampuan
manajemen itu juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang
3

berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien. Menurut James A.F.
Stonner pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota
organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Pengetahuan dasar
dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik adalah dengan
manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai kehidupan
untuk mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh elemen
dalam suatu perpustakaan. Di samping itu manajemen juga dimaksudkan agar
elemen yang terlibat dalam perpustakaan mampu melaksanakan tugas dan
pekerjaannya dengan baik dan benar.
Manajemen pada umumnya membutuhkan pendekatan sistem, karena
dengan adanya sistem maka manajemen akan berjalan dengan lancar sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Sistem adalah seperangkat dari hal-hal yang
saling bergantung membentuk satu kesatuan secara kompleks. Sistem-sistem
tersebut seperti staf anggaran, kegiatan, administrasi, dan manajer. Semua sistem
tersebut timbul dalam satu pengelolaan yang disebut manajemen. Pada setiap
kegiatan dalam organisasi di tingkat dan jenis apapun peranan manajemen sangat
penting, sebab keberhasilan dan kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan
tergantung dari manajemennya.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang tergabung pada sebuah
sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan
utama membantu sekolah untuk mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya (Sulistyo-Basuki, 1991:50). Perpustakaan sekolah
bertujuan menyerap dan menghimpun informasi, mewujudkan suatu wadah
pengetahuan yang terorganisasi, menumbuhkan kemampuan menikmati
pengalaman imajinatif, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya
pikir, mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka
secara efisien, serta membarikan dasar ke arah belajar mandiri (Darmono, 2007).
4

Perpustakaan sekolah yang telah di kelola dengan baik akan menarik


selera siswa untuk memanfaatkan perpustakaan. Manajemen perpustakaan
merupakan pelaksanaan fungsi manajemen untuk memberdayakan unsur
manajemen. Menurut Darmono (2007:5), hakikat manajemen secara sederhana
pada dasarnya adalah mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran
untuk mencapai tujuan organisasi. Perpustakaan semestinya dapat dijadikan
tempat atau sarana untuk membantu menggairahkan semangat belajar,
menumbuhkan minat baca, dan mendorong membiasakan siswa belajar secara
mandiri, karena perpustakaan berfungsi sebagai sarana edukatif, informatif, riset,
dan kreatif.
Perpustakaan sekolah merupakan seperangkat kelengkapan pendidikan
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah, keberadaan perpustakaan di
sekolah sangatlah penting untuk membangun budaya membaca sejak dini. Dengan
adanya perpustakaan sekolah akan mempermudah anak-anak dalam menyalurkan
minat bacanya. Kemampuan baca yang dilandasi dengan tumbuhnya minat dan
kegemaran membaca akan sangat menunjang keberhasilan belajar siswa. Dari
minat baca yang dilakukan secara teratur akan menumbuhkan kebiasaan
membaca, dan dari kebiasaan membaca inilah akan mewujudkan suatu budaya
baca yang sudah ada sejak kanak-kanak. Kemudian menjadi budaya baca
ditengah-tengah masyarakat. Budaya baca memiliki arti bahwa masyarakat
setempat telah merasakan bahwa membaca merupakan bagian dari kebutuhan
hidup sehari-hari. Membaca menjadi kebutuhan dan kegiatan sehari-hari setiap
manusia, membaca juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks, setiap kehidupan melibatkan kegiatan membaca sehingga
kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari
manusia. Maka disinilah pentingnya manajemen perpustakaan sekolah agar
menjadi penyedia sarana baca ideal bagi anak-anak untuk turut serta membangun
budaya baca untuk kemudian mencapai tujuan nasional yakni mencerdaskan
kehidupan bangsa.
5

Mengenalkan buku pada anak-anak merupakan tanggung jawab orang


dewasa, khususnya guru dan orang tua. Anak-anak tidak akan mencari atau
menginginkan buku bacaan atas keinginannya sendiri. Karena anak belum
mengerti manfaat membaca buku jika tidak ada teladan dari guru. Memberi
dorongan dan pengertian akan pentingnya membaca buku perlu dilakukan guru
dan atau orang tua agar anak tertarik dan mulai mencari buku. Pada dasarnya
kecintaan anak pada kegiatan membaca akan berguna bagi pengembangan pribadi
dan akademisnya. Namun demikian minat membaca anak tidak akan tumbuh
secara otomatis tanpa adanya latihan dan kebiasaan yang di mulai sejak dini.
Banyak cara untuk lebih meningkatkan pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan sikap anak. Salah satu diantaranya yaitu melalui bacaan. Di TK
perlu di sediakan buku-buku cerita bergambar, majalah anak yang menarik
sehingga dapat mendorong untuk bereksplorasi secara baik. Manfaat
perpustakaan di TK yaitu untuk anak TK yang belum dapat membaca, bisa
mendorong agar anak mempunyai kemauan dan keinginan untuk belajar
membaca. Anak yang memiliki kemampuan dasar tentang membaca akan sangat
berguna untuk dapat membaca secara sempurna. Secara umum, sebagian
kebutuhan anak TK akan akan memungkinkan guru dapat meningkatkan
kemampuannya dalam kegiatan belajar-mengajar serta dapat menjadikan
perpustakaan TK sebagai salah satu saran pendidikan. Tujuan adanya
perpustakaan di TK tersebut dapat dicapai, apabila manajemen perpustakaan di
bina secara teratur dan baik.
TK Darus Sholah di Kabupaten Jember memiliki ruang perpustakaan
yang baru. Anak juga masih belum bisa membaca hanya mengetahui huruf-huruf.
Sebelum adanya ruang perpustakaan, siswa kelompok B2 memiliki pojok literasi
didalam kelas sehingga anak yg gemar membaca pada waktu istirahat akan lebih
sering berada di pojok literasi untuk membaca. Dengan adanya ruang
perpustakaan yang baru anak lebih senang dalam belajar di perpustakaan. Hal
yang menarik anak senang belajar di perpustakaan karena ruang perpustakaan
yang nyaman untuk belajar dan penataan buku yang rapi serta pencahayaan yang
6

bagus membuat anak senang ketika belajar di perpustakaan. Untuk menarik minat
anak berkunjung ke perpustakaan guru membuat jadwal per kelompok untuk
berkunjung ke perpustakaan di dampingi dengan wali kelas masing-masing
sskelompok. Menumbuhkan minat baca anak, guru biasanya membacakan atau
mendongeng dengan buku cerita bergambar untuk menarik minat membaca,
dengan metode tersebut anak mulai belajar mengenal huruf perkata walaupun
anak masih belum bisa membaca tetapi melihat buku cerita bergambar dengan
menggunakan imajinasinya sehingga seolah-olah anak mengerti alur cerita dalam
buku dengan baik. Di TK Darus Sholah banyak kegiatan lomba-lomba yang
melibatkan guru dan juga siswa. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak
memerlukan tenaga dan waktu lebih bagi guru untuk bisa mengkoordinasikan,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan minat baca
anak. Adanya perpustakaan baru cukup memberikan sedikit peluang bagi anak
untuk dapat meningkatkan dan mengasah kemampuan mengenal huruf serta
membaca. Untuk itu diperlukan manajemen perpustakaan sekolah yang baik dan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Mengingat pentingnya peran
perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat baca pada anak penelitian ini
tentang “Manajemen Perpustakaan dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak
Kelompok B2 di TK Darus Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2022/2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca anak


kelompok B2 di TK Darus Sholah Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh, tujuan yang ingin dicapai
yaitu untuk mengetahui pengelolaan perpustakaan dalam menumbuhkan minat
baca anak kelompok B2 di TK Darus Sholah Kabupaten Jember.
7

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain :
1.1.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolan
perpustakaan sekolah
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai minat baca anak

1.1.2 Manfaat Bagi Guru


a. Menambah pengetahuan dan wawasan guru mengenai pengelolaan
perpustakaan sekolah
b. Dapat digunakan sebagai masukan dalam mengelola perpustakaan sekolah

1.1.3 Manfaat Bagi Siswa


a. Dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan minat baca anak
b. Dapat menimbulkan kecintaan siswa dalam membaca

1.1.4 Manfaat Bagi Sekolah


a. Sebaagai masukan untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaan
perpustakaan sekolah dalam hal ini di Tk Darus Sholah Kecamatan
Patrang Kabupaten Jember;
b. Sebagai bahan dalam memperkuat manajemen perpustakaan

1.1.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain


a. Menjadi referensi dalam melakukan penelitian mengenai pengelolaan
perpustakaan sekolah dalam menumbuhkan minat baca siswa TK
kelompok B;
b. Sebagai bahan pengembangan unuk pelaksanaan penelitian lebih lanjut di
bidang pengelolaan perpustakaan di TK.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini di uraikan tentang: 2.1 manajemen perpustakaan sekolah;


2.1.1 pengertian manajemen perpustakaan sekolah; 2.1.2 tujuan dan manfaat
perpustakaan sekolah;; 2.2 pengelolaan perpustakaan sekolah; 2.2.1 koleksi
perpustakaan sekolah; 2.2.2 tata ruang perpustakaan; 2.3 peningkatan minat baca;
2.3.1 pengertian minat baca; 2.3.2 kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun;
2.3.3 faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitnya minat baca; 2.3.4 upaya
meningkatkan minat baca anak; 2.4 penelitian yang relevan, berikut
penjabarannya.

2.1 Manajemen Perpustakaan Sekolah


2.1.1 Pengertian manajemen perpustakaan sekolah
Menurut Wafford (1961:1) menyatakan bahwa perpustakaan sebagai salah
satu organisasi sumber belajar yang menyimpan, mengelola, dan memberikan
bahan pustakan baik buku maupun non buku kepada masyarakat tertentu maupun
masyarakat umum. Perpustakaan merupakan sistem informasi yang didalamnya
terdapat aktivitas pengumpulan, pengelolaan, pelestarian dan penyajian serta
penyebaran informasi berupa produk intelektual dan artistik manusia.
Perpustakaan menurut Soepeno (2008:1) adalah suatu unit kerja yang berasal dari
badan atau lembaga dengan fungsi mengelola bahan pustaka seperti buku, surat
kabar, slide, brosur serta gambar yang disusun secara sistematis menurut aturan
yang telah di tetapkan sebagai informasi bagi pembaca. Jadi di dalam
perpustakaan semua komponen yang terdapat didalamnya telah diatur dan disusun
secara sistematis sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat
memberikan rasa nyaman bagi pengunjung perpustakaan. Maka dari itu
diperlukan adanya sebuah manajemen untuk mengatur organisasi dalam
perpustakaan tersebut. Perpustakaan tidak akan mencapai peran dan fungsinya
jika tidak melibatkan manajemen dalam pelaksaannya.

8
9

Menurut Hikmawati (2018:167) manajemen perpustakaan adalah


pengelolaaan perpustakaan yang berpatokan kepada teori dari prinsip-prinsip
manajemen yang dilaksanakan oleh seluruh anggota perpustakaan dari kepala
perpustakaan beserta jajarannya dan diawasi oleh lembaga berwenang. Menurut
Luther Gulick (dalam Handoko, 2011:11) manajemen perpustakaan
mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia
bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih
bermanfaat bagi kemanusiaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen perpustakaan merupakan
suatu proses pengelolaan dan pengoptimalan sumber daya manusia (pustakawan)
dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
organisasi perpustakaan dan teori-teori yang ada dalam perpustakaan. Dengan
melalui manajemen yang baik diharapkan tujuan perpustakaan sekolah dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Untuk menyelenggarakan perpustakaan di
sekolah diperlukan adanya pustakawan yang ditunjuk adalah seorang guru yang
mampu untuk mengelola perpustakaan. Apabila yang mengelola perpustakaan
sekolah seorang guru, maka akan lebih mudah dalam mengintegrasikan
penyelenggaraan perpustakaan sekolah dengan proses belajar dan mengajar.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Perpustakaan Sekolah


Menurut Suhardini (2011:14) menyatakan bahwa tujuan perpustakaan
sekolah adalah menunjang agar proses pendidikan berlangsung secara baik dan
lancar serta berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan pada umumnya. Selain itu
juga perpustakaan sekolah bertujuan mempertinggi daya serap dan kemampuan
siswa dalam proses pendidikan serta memperluas cakrawala pengetahuan
Pendidikan dan perserta didik dalam lingkungan pendidikan. Soepeno (2008:5)
berpendapat bahwa tujuan dari pengelolaan perpustakaan adalah harus
membangkitkan minat pebaca (pengguna) agar selalu mengunjungi perpustakaan.
Pengguna jasa perpustakaan akan menggunakan layanan perpustakaan dengan
optimal jika suatu perpustakaan dapat menyediakan bahan Pustaka yang sesuai
10

dan lengkap, memberi pelayanan yang baik dengan menyediakan fasilitas atau
sebuah ruang baca yang kondusif. Peralatan dan perlengkapan yang terapat dalam
perpustakaan sangat penting untuk diperhatikan agar pengunjung perpustakaan
dapat secara optimal dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Maka
perpustkaan haruslah memberikan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi
pembaca/pengunjung terutama bagi siswa, agar pengunjung merasa nyaman dan
menyenangkan Ketika berkunjung dalam perpustakaan.
Menurut Bafadal (2008:5-6) menyatakan bahwa penyelenggaraan
perpustakaan tentunya memiliki tujuan tersendiri yaitu untuk membantu murid-
murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar,
menimbulkan kecintaan murid terhadap membaca, memberikan pengalaman
belajar kepada murid, dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri, selain itu
juga untuk membantu guru-guru dalam menemukan sumber pengajaran yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
menyediakan berbagai bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan kurikulum
sekolah dan ilmu tambahan lainnya, agar proses pendidikan dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil baik. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya
untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka, namun dengan adanya
penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid dan
guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Tujuan
didirikannya perpustakaan sekolah tidak jauh dari tujuan diselenggarakannya
pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik serta untuk mempersiapkan mengikuti
pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Menurut Bafadal (2011:5-6) perpustakaan sekolah akan sangat bermanfaat
apabila benar-benar dapat memperlancar dari pencapaian tujuan suatu proses
pembelajaran di sekolah. Indikasi dari manfaat tersebut bukan hanya berupa
tingginya prestasi murid, namun lebih jauh lagi, yaitu antara lain murid mampu
mencari, menemukan, menyaring, dan menilai suatu informasi, terbiasa belajar
sendiri (mandiri), terlatih untuk bertanggung jawab, serta selalu mengikuti
11

perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Secara rinci manfaat dari


perpustakaan ialah sebagai berikut.
a. Meningkatkan minat murid (siswa) untuk membaca atau yang sering
dikenal dengan minat baca;
b. Memperkaya pengalaman belajar dari siswa (murid);
c. Menanamkan kebiasaan untuk belajar mandiri;
d. Mempercepat proses penguasaan tehnik membaca siswa;
e. Membantu untuk mempercepat perkembangan kecakapan berbahasa;
f. Melatih murid untuk bertanggung jawab;
g. Membantu murid (siswa) dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah;
h. Membantu guru dalam menemukan sumber pengajaran;
i. Membantu para murid, guru, dan warga sekolah untuk mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi, berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas mengenai
tujuan dan manfaat perpustakaan dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
manfaat perpustakaan saling berkaitan, dimana tujuan perpustakaan yaitu
sebagai pusat informasi bagi pembaca/siswa dan untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan tugas yang nantinya bermanfaat dalam
menumbuhkan minat baca anak dan menyukseskan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan murid di sekolah.

2.2 Pengelolaan Perpustakan Sekolah


Menurut Darmono (2007:7) Perpustakaan sekolah bertujuan untuk
menyerap dan menghimpun informasi, mewujudkan suatu wadah pengetahuan
yang terorganisir, membantu perkembangan kecakapan bahasa dan daya pikir,
mendidik murid agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka secara
efisien serta memberikan dasar ke arah studi mandiri. Pawit dan Suhendar
(2007:104) juga menjelaskan bahwa Perpustakaan sekolah merupakan sarana
pendidikan yang sangat penting, baik dari segi arti maupun fungsinya, karena
perpustakaan sekolah merupakan pusat kegiatan pendidikan antara guru dan siswa
untuk menambah pengetahuan yang dimiliki melalui berbagai jenis koleksi yang
12

ada di perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah harus dapat memenuhi
kebutuhan siswa dalam menunjang kegiatan belajar dan membantu siswa untuk
mengembangkan kreativitas belajar yang efektif dan efisien serta cara berpikir
rasional dan kritis.
Untuk mewujudkan perpustakaan sesuai dengan fungsi dan peranannya,
maka perpustakaan diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang sesuai standar
nasional dalam mengelola perpustakaan, karena tanpa manajemen yang baik,
maka pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Agar
perpustakaan sekolah masih tetap menjadi pilihan utama untuk memperoleh
informasi, hal yang harus diperhatikan adalah manajemen perpustakaan yang
meliputi kegiatan pengelolaan bahan koleksi, pengadaan, sistem layanan
perpustakan

2.2.1 Koleksi Pererpustakaan Sekolah


Salah satu komponen perpustakaan adalah koleksi, tanpa adanya koleksi
yang baik dan memadai maka perpustakaan Tidak akan memberikan layanan yang
baik kepada masyarakat pemakainya. Menurut Soejono (1998:2) koleksi
perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan
disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan
pengguna akan informasi. Menurut Kohar (2003:6) koleksi perpustakaan adalah
yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi.
Lasa (2007:63-64) juga berpendapat bahwa semakin banyak koleksi maka
semakin banyak informasi yang diperoleh pengunjung. Dalam proses pengadaan
koleksi perpustakaan sekolah perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut yaitu: 1) Kebijakan kepala sekolah mempertimbangkan saran para guru,
komite sekolah, pengelola perpustakaan dan siswa, 2) Penetapan anggaran rutin
atau non rutin, sekecil apapun anggaran perpustakaan akan berpengaruh terhadap
pengembangan perpustakaan itu sendiri, anggaran ini digunakan untuk pengadaan
buku, langganan majalah atau surat kabar dan lainnya, 3) Adanya kerjasama
13

dengan pihak lain dalam pengadaan, seperti bekerjasama dengan pihak penerbit,
LSM, perpustakaan daerah, yayasa maupun organisai keagamaan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan
adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademik
dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan guna dalam mendukung
untuk mendapatkan informasi. Pengelolaan perpustakaan mengadakan koleksi
harus disesuaikan dengan dana yang ada serta disesuaikan dengan kebutuhan
siswa di sekolah.
Menurut Yulia (1993:3) ada empat jenis koleksi perpustakaan, diantaranya
sebagai berikut:
1. karya cetak
karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk
cetak, seperti buku dan terbitan berseri. Buku adalah bahan pustaka yang
merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi
perpustakaan. Terbitan berseri, bahan pustaka yang direncanakan untuk
diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam
bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah, (mingguan, bulanan dan
lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan
tahunan, tri wulanan, dan sebagainya.
2. Karya noncetak
Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam
bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkandalam bentuk lain, seperti
rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya.
3. Bahan grafika
Ada ddua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung
(misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik, dan sebagainya) dan yang harus
dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, tranparansi, dan filmstrip).
4. Karya dalam bentuk elektronik
Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke
dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk
14

membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player


dan sebagainya.
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola
perpustakaan agar mencapai tujuan secara optimal, maka diperlukan adanya
koleksi perputakaan. Koleksi yang baik hanya berasal dari pemilihan bahan
perpustakaan yang baik pula. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan yang
memandu pengembangan koleksi. Dengan adanya kebijakan pengembangan
koleksi, yang secara resmi disahkan oleh pimpinan lembaga yang bersangkutan,
pepustakaan memiliki pegangan untuk meningkatkan koleksinya. Selain itu,
perpustakaan juga akan memiliki kekuatan resmi untuk menjalin hubungan
dengan berbagai pihak, baik didalam maupun diluar lembaganya. Pengembangan
koleksi haruslah selalu didasari asas tertentu, yang harus dipegang teguh.

2.2.2 Tata Ruang Perpustakaan


Menurut Bafadal (2011:150) berpendapat bahwa ruang perpustakaan
sekolah dapat berupa ruang kelas biasa yang tidak terpakai dan bisa pula berupa
gedung khusus yang memang dalam pembangunannya direncanakan untuk
pembangunan perpustakaan sekolah. Adapun untuk bentuknya, baik berupa ruang
kelas tak terpakai maupun gedung khusus harus tetap memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Luas dari
gedung atau ruangan perpustakaan sekolah tetap tergantung kepada jumlah murid
yang dilayani. Semakin banyak jumlah dari murid yang dilayani, maka semakin
luas pula gedung atau ruang yang harus disiapkan untuk penyelenggaraan
perpustakaan sekolah. Menurut Soepeno (2008:31), tata ruang perpustakaan
sekolah dibagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut.
a. Penataan gedung perpustakaan
1) Lokasi gedung perpustakaan
Untuk lokasi gedung perpustakaan sekolah sangatlah memiliki
pengaruh terhadap segala aktivitas perpustakaan. Lokasi
perpustakaan sekolah juga harus strategis.
2) Pemeliharaan gedung perpustakaan
15

Untuk pemeliharaan gedung perpustakaan sekolah sangatlah penting.


Gedung perpustakaan yang terpelihara dengan baik dan benar akan
ikut meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan (pemustaka).
b. Penataan ruang perpustakaan
Dua tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penataan pada ruang
perpustakan sekolah, yaitu.
1) Untuk memudahkan/memperlancar segala proses pekerjaan yang
sedang dilakukan di perpustakaan oleh petugas perpustakaan
sekolah;
2) Untuk membantu menciptakaan suasana yang menyenangkan bagi
para murid, guru serta pengunjung lainnya.
c. Penataan ruang kerja petugas
Perpustakaan sekolah yang telah dilengkapi dengan ruangan yang luas dan
di dalam perpustakaan terbagi lagi menjadi beberapa ruangan, sebaiknya petugas
perpustakaan memiliki ruangan tersendiri agar dapat bekerja secara leluasa dan
maksimal sedangkan murid dapat belajar dengan baik dan tenang.
d. Penataan ruang baca
Para murid dapat belajar dengan aman, nyaman, dan tenang jika meja dan
kursi belajar ditata dengan sebaik-baiknya. Penataan pada meja dan kursi belajar
yang baik akan diintegrasikan dengan rak-rak buku. Perlu juga disediakan
beberapa meja dan beberapa kursi untuk belajar kelompok, diskusi kelompok
serta pelaksanaan tugas kelompok.
e. Penataan ruang layanan
Penataan ruang layanan di perpustakaan sekolah bertujuan sebagai berikut.
1) Menciptakan suasana nyaman, aman serta menyenangkan bagi
setiap pengunjung dan petugas layanan;
2) Memberikan kemudahan bagi murid, guru, dan pengunjung
perpustakaan lainnya dalam proses peminjaman setiap bahan
pustaka yang diinginkan;
3) Menyajikan berbagai informasi atau bahan pustaka bagi pengunjung
secara cepat dan tepat;
16

4) Memberikan berbagai kemudahan bagi setiap petugas dalam


melakukan/melaksanakan proses pengawasan.
Azwar dan Rusli (2016: 15) mengatakan bahwa manajemen tata ruang
adalah pengaturan dan penyususnan seluruh mesin kantor, serta perabot kantor
pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman
leluasa dan bebas gerak sehingga tercapai efisiensi kerja. Adapun syarat penataan
ruang yaitu diantaranya:
a) Luas ruangan Besarnya
gedung perpustakaan sekolah tergantung dari besarnya jumlah guru dan murid
yang mempergunakan perpustakaan. Berdasarkan pedoman standar yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI, luas perpustakaan sekolah
minimal seluas ruang kelas. Ruang perpustakaan sebaiknya mampu menampung
sekitar 10% dari jumlah pengguna potensial secara bersamaan.
b) Lokasi
Lokasi perpustakaan sekolah harus mudah dijangkau dari segala akses dan
tidak gaduh.
c) Tata ruang
Tata ruang hendaknya diatur sedemikian rupa agar aktivitas layanan
perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar, pengunjung tidak saling terganggu
pada saat bergerak dan belajar, pengawasan dan pengamanan bahan pustaka dapat
dilaksanakan dengan baik.
d) Dekorasi
Dekorasi ruangan sederhana dan tidak berlebihan sehingga menarik
pengunjung untuk masuk ke dalam ruangan, cat ruangan tidak menyilaukan dan
tidak suram, rambu-rambu perpustakaan di buat dengan baik dan jelas.
e) Penerangan
Menggunakan cahaya matahari sebagai penerang ruangan secara tidak
langsung, menggunakan sinar lampu listrik yang tidak menghasilkan sinar yank
menyilaukan. Kebutuhan cahaya sekitar 200-215 lux.
17

f) Suhu dan kelembaban udara


Ruangan perpustakaan diusahakan agar sejuk sehingga para pengunjung
senang belajar di perpustakaan, suhu udara yang baik adalah 22 derajat celcius,
kelembaban udara yang ideal adalah 45-60%.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tata ruang merupakan
salh satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan
yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi
perpustakaan. Tata ruang yang baik membuat para pengunjung merasa nyaman
berada diperpustakaan yang diharapkan dapat meningkatkan minat pengguna
perpustakaan untuk mengunjungi dan memanfaatkan layanan perpustakaan.
Dalam tata ruang perpustakaan sekolah yang dianggap baik biasanya
memperhatikan kondisi pencahayaan ruang perpustakaan sekolah, yaitu gelap atau
terang sehingga dapat menyilaukan mata. Sebaiknya menggunakan warna-warna
yang bersifat sejuk. Selain itu, hal penting yang juga memerlukan pertimbangan
terkait penataan ruang adalah udara. Selain itu juga, kelembaban udara dapat
menimbulkan timbulnya bermacam-macam jamur yang nantinya dapat merusak
buku.
a) Kemampuan dalam memberikan bimbingan belajar kepada setiap
murid-murid;
b) Kemampuan dalam membina minat baca murid-murid;
c) Kemampuan dalam memberikan bantuan informasi;
d) Kemampuan dalammemahami suatu bakat dan minat dari setiap
murid.

2.3 Peningkatan Minat Baca


2.3.1 Pengertian Minat Baca
Masjidi (2007:39) berpendapat bahwa membaca adalah bagian paling penting
dalam proses pendidikan. Tanpa membaca, proses pembelajaran dan pendidikan
tidak akan dapat berlangsung. Untuk mencapai keberhasilan membaca yang baik
salah satunya yaitu dengan disertai adanya minat, sebab tanpa adanya minat
segala kegiatan akan dilakukan kurang efektif dan efisien, maka dari itu
18

diperlukan adanya minat. Menurut Slemeto (2010:180) minat merupakan suatu


rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivasi, tanpa adanya
suruhan dari orang lain. Minat sendiri ditandai dengan rasa suka dan terikat pada
suatu hal tanpa adanya yang menyuruh. Pada dasarnya minat merupakan
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan di luar diri dan minat
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Minat merupakan karakteristik yang
dipelajari, bukan turunan ataupun bawaan, namun diperoleh melalui iteraksi dari
objek-objek, orang atau sekelompok orang dalam situasi kejadian-kejadian
tertentu. Oleh karena itu minat dapat berubah ataupun hilang.
Pengertian minat baca sendiri menurut Farida Rahim (2008: 28) adalah
keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seseorang
yang mempunyai miat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya
untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadaran diri.
Sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Sutarno (2006:22) minat baca
berarti suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk membaca. Minat baca
merupkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang karena kesadaran dirinya
sendiri tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang lain. Selain itu Darmono
(2004:182) berpendapat bahwa minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang
mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Seseorang yang
memiliki minat baca yang tinggi akan memanfaatkan waktu luangnya dengan
membaca.
Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
bahwa minat baca merupakan kecenderungan hati seseorang yng bersifat positif
untuk melakukan kegiatan membaca yang disertai dengan dorongan dalam diri
dan perasaan senang sehingga dapat memahami dan mendapatkan informasi dari
isi bacaan yang dibaca. Minat baca merupakan salah satu kunci sukses seseorang
dalam mengetahui dan menambah wawasan pengetahuannya. Dengan membaca
siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah
didapatkan.
19

2.3.2 Kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun


Menurut Yuliani (Hasani, 2016:188) menyatakan bahwa anak usia dini
adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun, usia ini merupakan usia
yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling
pesat baik berupa fisik maupun mental. Oleh karena itu pada masa-masa usia dini
perlu dilakukan upaya pendidikan anak usia dini yang meliputi upaya stimulasi,
bimbingan, pengasuhan, pendampingan danpemberian kegiatan pembelajaran
yang mengembangkan berbagai potensi anak agar anak dapat berkembang secara
optimal. Menurut Cochrane (Suyanto, 2005:168) mengatakan bahwa anak usia 5-
6 tahun berada pada tahap membaca lanjut (Take off reader stage) dimana anak
mulai tertarik dengan huruf atau bacaan, sehingga anak mulai membaca huruf
yang mereka jumpai dilingkungan sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa
pentingnya anak diberikan rangsangan mental yang baik selama mengenyam
pendidikan di TK untuk memberikan hasil yang optimal. Pelajaran membaca
merupakan dasar bagi bagi seseorang untuk mengenyam pendidikan dan sangat
menentukan keberhasilan anak untuk belajar dijenjang pendidikan selanjutnya.
Sejalan dengan pendapat Hasani (2016:188) yang mengatakan bahwa
mengembangkan aspek membaca sejak dini (usia TK) sangatlah penting untuk
persiapan mereka memasuki pendidikan pada jenjang selanjutnya. Melalui gemar
membaca diharapkan anak dapat membaca dengan baik sehingga mempunyai rasa
kebahasaan yang tinggi, berwawasan yang lebih luas keberagamannya dan
mampu mengembangkan pola berpikir kreaif dalam dirinya.
Menurut Dhieni dkk (2005:5.3) Kemampuan membaca anak berkaitan
dengan mengenal huruf atau aksara, membunyikan huruf atau rangkaian huruf-
huruf, memahami makna dari kata atau bacaan. Anak usia TK seharusnya sudah
mampu diajarkan membaca, seperti : 1) mampu memahami Bahasa tulisan, anak
mampu memahami kalimat sederhana dalam konteks komunikasi dan sesuai
dengan perkembangan Bahasa anak. 2) melafalkan kata-kata dengan jelas, anak
mampu mengatakan kata dengan jelas sehingga apa yang dikatakan anak dapat
dimengerti oleh orang lain. 3) mengingat kata yang didengar, anak mampu
20

mengingat dan mengulang kata yang didengar, yang telah disampaikan oleh orang
lain sehingga apabila ditanya anak mampu mengingat dan menjawabnya. 4)
mampu melafalkan bunyi huruf, anak dapat menghafal dan menyebutkan huruf-
huruf abjad dengan baik sesuai dengan yang dicontohkan. 5) mampu
membedakan suara/bunyi dengan baik, kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan pendengaran dan penglihatan, anak dapat menyebutkan bunyi huruf
karena anak telah mengetahui bentuk huruf tersebut.
Mrnurut Keraf (Suhartono, 2005:194) kata-kata Bahasa Indonesia yang
dapat dikenalkan kepada anak usia dini yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, dan
kata tugas. Selain pengenalan kata anak usia dini juga dapat dikenalkan dengan
kalimat sederhana.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia 5-6
tahun berada di tahap membaca, sehingga pada anak usia TK sudah memiliki
kesiapan membaca sehingga kemampuan membaca sudah dapat dikembangkan di
Taman Kanak-kanak.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Anak


Menurut Sutarno (2006: 29) ada beberapa faktor yang mampu mendorong
bangkitnya minat baca siswa/masyarakat. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu.
a. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan
informasi
b. Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya
bahan bacaan yang menarik, berkualitas, dan beragam
c. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif, maksudnya iklim
yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca.
d. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang actual
e. Berperinsip hidup bahwa membaca dapat terpelihara melalui sikap-
sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca memperoleh
keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan/pengalaman dan kearifan.
21

Sedangkan menurut Farida Rahim (2008:16-19) ada beberapa faktor yang


mempengaruhi minat serta kemampuan membaca seorang anak, yaitu sebagai
berikut.
a. Faktor Fisiologis
Yaitu faktor mencangkup kesehatan kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Kelelahan merupakan kondisi yang tidak baik, baik bagi anak
untuk belajar, terutama ketika membaca. Keterbatasan neurologis, gangguan
pendengaran dan penglihatan akan memperlambat anak dalam belajar terutama
ketika membaca.
b. Faktor Intelektual
Intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak
dalam membaca, namun dari beberapa penelitian yang salah satunya dilakukan
oleh Ehanski menunjukkan ada hubungan yang positif (tetapi rendah) anatar IQ
dengan rata-rata remedial membaca.
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak.
Faktor lingkungan mencangkup latar belakang dan pengalaman anak dirumah.
Faktor ekonomi keluarga juga mempengaruhi minat baca contohnya dalam hal
penyediaan buku bacaan.
d. Faktor Psikologis
1. Motivasi
Motivasi merupakan faktor kunci dalam membaca. Anak yang mempunyai
motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi
terhadap kegiatan membaca.
2. Tingkat keterlibatan dan tekanan
Apabila anak merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang
tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
3. Kematangan sosio dan emosi
Kematangan sosio dan emosi akan lebih memudahkan anak dalam memusatkan
perhatian pada bahan bacaan sehingga kemampuan anak dalam memahami
bacaan akan meningkat.
22

Menurut Dhieni (Hasani, 2016:191) menguraikan faktor-faktor yang


mempengaruhi membaca, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong anak untuk memunculkan semangat dan
ketertarikan mmbaca. Motivasi sangat berpengaruh penting karena dengan
adanya motivasi akan menghasilkan anak yang memiliki kemampuan belajar
yang lebih baik. Dalam hal ini motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi
intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic yaitu motivasi yang ada
pada diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang muncul
dari orang lain. Anak yang memiliki motivasi belajar yang tinggi anak akan
belajar membaca dengan giat, sedangkan anak yang memiliki motivasi rendah
maka anak akan enggan belajar membaca. Cara agar anak termotivasi dan
tertarik untuk membaca yaitu dengan cara menyediakan bahan bacaan yang
menyenangkan serta bahan bacaan yang berhubungan dengan kehidupan
mereka.
2. Lingkungan Keluarga
3. Bahan Bacaan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimulkan bahwa faktor-faktor diatas
dapat terpelihara dengan baik melalui sikap-sikap yang harus dimiliki oleh
seseorang atau dalam diri seseorang tertanaman prinsip dan komitmen bahwa
membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan atau informasi, wawasan
dan pengalaman.

2.3.4 Upaya Meningkatkan Minat Baca Anak


Minat baca menjadi kunci penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena
penguasaan iptek hanya dapat diraih dengan minat baca yang tinggi bukan
kegiatan menyimak ataupun mendengarkan. Upaya menumbuhkan minat baca
perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah
kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan.
Menurut Thorndike (dalam Haras 1998: 29) menyatakan bahwa pentingnya
peranan keluarga dalam membaca diantara berbagai faktor eksternal membaca
23

(dia menyebutkan faktor sosiologis), dia menyebutkan pengaruh keluargalah yang


sangat tinggi kontribusinya dalam mempengaruhi terbentuknya minat serta
kemahiran membaca pada anak.
Upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat tidak dapat
Dibebankan pada keluarga, masyarakat, atau lembaga pendidikan. Aspek
keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan minat baca masyarakat. Guru dan pustakawan berperan penting
dalam meningkatkan minat baca peserta didik maupun masyarakat.
Ratnaningsih (dalam Koswara, 1998:300) berpendapat bahwa peran
proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca
masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang
bekerja diperpustakaan yang melayani peserta didik. Pustakawan harus mampu
mengajar, membimbing serta memberikan contoh pada anak-anak dengan cara:
(1) Menata ruang baca anak sedemikian menarik, menyenangkan, dan nyaman
baik untuk kemudahan akses maupun interiornya agar anak tertarik untuk datang
dan melihatnya; (2) Mengenalkan buku-buku gambar dan bacaan apasaja yang
baik dan sesuai dengan jenjang usia dan pendidika kelompok anak yang
dibimbingnya; (3) Bercerita dari buku-buku yang baik dengan teknik yang
menarik, untuk anak yang sudah dapat membaca tidak perlu sapai selesai
ceritanya, kelanjutan cerita tersebut dapat dibaca sendiri. Sedangkan kelompok
yang belum bisa membaca, cerita sebaiknya dibacakan sampai selesai agar mereka
benar-benar mengetahui jalan ceritanya dan suatu ketika diminta untuk
memerankan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut, dengan bimbingan pustakawan;
(4) Melatih anak untuk mencatat hal-hal yang menurut mereka menarik; (5)
Menginstruksikan pada anak untuk saling menukar catatan atau cerita antar
kelompok, kemudian masing-masing kelompok membacakan bagi kelompoknya;
(6) Melatih mereka untuk membuat catatan harian secara rutin tentang kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan; (7) pustakawan dalam melakukan bimbingadan
latihan ini secara terartur, terjadwal; dan waktunya cukup.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan seorang pustakawan sekolah
paling tidak harus memahami tentang pentingnya manfaat membaca, prinsip-
24

prinsip memmbaca, karakteristik membaca yang baik, kesiapan membaca, dan


cara membangkitkan minat membaca siswa. Sebagai pengemban misi
perpustakaan sekolah, guru pustakawan selaku pengelola perpustakaan sekolah
harus berusaha dengan sangat maksimal dalam membina kemampuan membaca
para siswa. Sehingga, pada diri mereka tertanam sifat serta kebiasaan senang
membaca.

2.4 Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan adalah penelitian yang telah dibuat terdahulu dan
berfungsi dalam mendukung penelitian. Sudah ada beberapa peneliti yang
membahas tentang manajemen perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca
anak usia dini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dan sudut
pandang yang berbeda. Adapun penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut.
Hikmawati Nurul & Erni Munastiwi (2018) tentang Manajemen
Perpustakaan Efekti dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak. Metode penelitian
yang digunakan yaitu metode kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RA Ar
Raihan. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
implementasi manajemen perpustakaan efektif dalam menumbuhkan minat baca
anak kelas A1 RA AR Raihan Baitul. 1. Perencanaan, tahap perencanaan
dilaksanakan oleh kepala sekolah bersama dengan sivitas sekolah yakni guru-guru
dan tenaga kependidikan. 2. Pelaksanaan, rencana penanaman minat baca anak
dilakukan dengan mengadakan perpustakaan keliling ke setiap kelas dengan
tujuan agar anak tidak merasa canggung dan kaku untuk menjadi pemustaka, 3.
Pengorganisasian, unsur ini dijalankan dengan baik, setiap pihak bekerjasama dan
saling melengkapi satu sama lain, 4. Kepemimpinan, perpustakaan RA Ar Raihan
Bantul dipimpin langsung oleh kepala sekolah yang bekerja sama oleh para guru,
5. Pengawasan, semua kegiatan pengelolaan yang dilakukan dalam perpustakaan
diawasi dan dievaluasi serta dikontrol langsung oleh kepala sekolah.
Ikom Prasetiyani (2019) tentang Mengembangkan Minat Baca Anak Usia
Dini Melalui Kegiatan Literasi Perpustakaan di TK Masyithoh 25 Sokaraja.
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif-kualitatif. Penelitian
25

penelitian ini dilaksanakan di TK Masyithoh 25 Sokaraja dalam mengorganisasi


kegiatan literasi di perpustakaan dalam upaya meningkatkan minat membaca
anak-anak usia dini. Penelitian dilakukan dengan menganalisis, memotret, dan
mengkontruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Penelitian ini dilakukan dengan cara langsung ke lapangan untuk meneliti proses
minat baca anak usia dini melalui kegiatan literasi perpustakaan yang terjadi di
TK Masyithoh 25 Sokaraja. Pengembangan minat baca anak usia dini melalui
kegiatan literasi perpustakaan di TK Masyithoh Sokaraja. Kegiatan: pertam,
kegiatan peminjaman dan pengembalian buku yang dilakukan secara kontinu
sehingga mampu mengembangkan minat membaca anak yang ditandai dengan
rasa senang terhadap buku bacaan dan keterkaitan terhadap buku bacaan. Melalui
kegiatan peminjaman dan pengembalian buku, ketertarikan anak-anak terhadap
bukuyang semakin tinggi dan keterkaitan ini yang membentuk kebiasaan anak-
anak yang suka tinggi dan ketertarikan ini yang membentuk kebiasaan anak-anak
yang suka membaca atau dibacakan buku. Kedua, kegiatan story telling untuk
anak-anak yang dilakukan secara kontinu sehingga mampu mengembangkan
minat membaca anak yang ditandai dengan sikap membutuhkan anak terhadap
buku bacaan, rasa senang anak terhadap buku bacaan, keterkaitan anak terhadap
buku bacaan. Melalui kegiatan story telling ini anak-anak jadi memiliki rasa
senang terhadap buku yang mampu meningkatkan minat membaca anak-anak.
Ketiga, kegiatan literasi read aloud yang dilakukan secara kontinu sehingga
mampu meningkatkan minat membaca anak ditinjau dari aspek rasa senang anak
terhadap buku bacaan, ketertarikan anak terhadap buku bacaan, menindaklanjuti
isi buku bacaan. Kegiatan literasi read aloud ini mampu meningkatkan minat
membaca anak-anak.
BAB 3. METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka yang


telah dikemukakan, dalam bab 3 ini diuraikan mengenai metode penelitian
sebagai pedoman dalam penelitian. Metode penelitian yang dimaksud yakni 3.1
jenis penelitian; 3.2 tempat dan waktu penelitian; 3.3 situasi sosial; 3.4 definisi
operasional; 3.5 desain penelitian; 3.6 teknik pemerolehan data; 3.7 teknik
analisis data; 3.8 uji kredibilitas data . Berikut adalah masing-masing uraiannya.

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Anggito dan Setiawan (2018:8) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
untuk menafsirkan fenomena yang terjadi. Penelitian kualitatif menurut
Sugiyono (2017:15) adalah penelitian berlandaskan filsafat pos positivisme yang
digunakan untuk meneliti kondisi obyek alamiah dengan teknik pengumpulan
triangulasi, dan analisis data bersifat induktif atau kualitatif sehingga
menghasilkan penekanan pada makna dari pada generalisasi. Menurut Hamdi
dan Bahruddin (2014:5) penelitian deskriptif merupakan metode ditujukan untuk
menggambarkan fenomena yang ada di masa sekarang maupun masa lampau.
Metode penelitian deskriptif menurut Nurdin dan Hartati (2019:251) merupakan
metode penelitian yang menggambarkan secara sistematis informasi yang
diperoleh dengan terinci dengan mengidentifikasi masalah.
Berdasarkan teori di atas, metode penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang menggambarkan suatu kondisi alamiah secara sistematis dan rinci
dengan menjabarkannya dalam bentuk kata yang disusun menjadi kalimat tentang
hasil penelitian. Alasan yang mendasari peneliti memilih penelitian deskriptif
kualitatif adalah peneliti dapat mengetahui bagaimana pengelolaan salah satu
sarana sekolah yaitu perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca anak.
Pengelolaan perpustakaan dilakukan oleh pihak sekolah, penelitian yang
dideskripsikan melalui data-data yang didapatkan (diperoleh) dilapangan.
Penelitian didasarkan dengan judul Pengelolaan Perpustakaan Dalam

26
27

Menumbuhkan Minat Baca Anak Kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten


Jember Tahun Pelajaran 2020/2021, peneliti hendak lebih menekankan pada
permasalahan yang dibahas dengan mendeskripsikan, menguraikan, serta
menggambarkan manajemen perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca anak
di Taman Kanak-kanak.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Berikut ini akan diuraikan tempat dan waktu penelitian mengenai
manajemen perpustakaan sekolah.

3.2.1 Tempat Penelitian


Tempat dan waktu penelitian mencakup lokasi dan sasaran serta kapan
penelitian dilakukan. Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Darus
Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2020/2021. Pertimbangan
dilaksanakannya penelitian ditempat tersebut adalah adanya adanya fasilitas
berupa perpustakaan di lembaga TK Darus Sholah Kabupaten Jember untuk
dijadikan sebagai tempat penelitian. Perpustakaan tersebut dapat dikatakan
cukup lengkap dan mampu memberikan layanan untuk menunjang kegiatan
belajar, meskipun dengan sumber dana dan sumber daya manusia yang terbatas.
Dengan karateristik tersebut, manajemen perpustakaan di TK Darus Sholah
menarik untuk dipahami lebih mendalam.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian deskriptif kualitatif
tentang Pengelolaan Perpustakaan Dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak
Kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2020/2021
adalah selama bulan Februari-Maret.
28

3.3 Situasi Sosial


Situasi sosial menurut Spradley (Sugiyono, 2017:297) adalah situasi yang
terdiri dari tiga elemen yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang melakukan
interaksi secara sinergi. Subjek penelitian atau informan kunci ialah orang yang
memberikan informasi, menguasai dan memahami objek penelitian serta mampu
memberikan penjelasan tentang masalah yang diteliti.
TK Darus Sholah terletak di Jl. Moh.Yamin 25, Tegal Besar Kabupaten
Jember. Dimana letak sekolah berada didalam lingkungan yayasan yang
berhadapan langsung dengan jalan raya. TK Darus Sholah merupakan suatu
lembaga yang berbentuk yayasan yang didirikan secara mandiri oleh perseorangan
(salah satu Tokoh masyarakat) yang dalam perijinannya telah memenuhi syarat
sehingga telah mendapatkan ijin dari pemerintah untuk membuka yayasan
tersebut. Yayasan PP. Darus Sholah tersebut juga mendirikan sekolah umum
seperti TK, SD, SMP Plus, SMA unggulan, MA/ MAK dan lain-lain, dimana letak
bangunannya berdiri secara berdampingan dalam satu wilayah/lingkungan yang
sama.
Perpustakaan adalah salah satu sarana yang masih jarang dimiliki oleh
lembaga Taman Kanak-kanak, dimana di kabupaten Jember hanya beberapa TK
saja yang memiliki sarana prasarana berupa perpustakaan ini, dimana keberadaan
dari perpustakaan memiliki fungsi penting terutama bagi anak usia dini yaitu
memberikan berbagai informasi dan menumbuhkan minat baca pada anak dan
mencintai buku sejak dini. Selain itu, fungsi perpustakaan adalah menunjang
proses pembelajaran anak usia dini sebagai salah satu fasilitas yang bisa mereka
manfaatkan untuk menyukseskan belajar dan pembelajaran serta bagi peneliti
yaitu mengetahui bagaimana manajemen perpustakaan sekolah yang baik
terutama bagi anak usia dini.
Pengelolaan perpustakaan yang baik penting dilakukan oleh sekolah yang
memiliki sarana prasarana berupa perpustakaan, dengan pengelolaan yang baik,
maka tujuan dari perpustakaan akan tercapai, sehingga tepat akan tujuan adanya
perpustakaan baik bagi sekolah, guru, murid dan proses belajar dan pembelajaran.
Untuk menunjang dalam pengelolaan perpustakaan sekolah yang baik, maka TK
29

Darus Sholah mendirikan perpustakaan dan mengelolanya sesuai dengan


kebutuhan anak usia dini, dengan menyediakan apa yang seharusnya terdapat di
dalam perpustakaan termasuk adanya SDM yang baik di dalam.

3.4 Definisi Operasional


Widoyoko (2012:130), berpendapat bahwa definisi operasional merupakan
suatu definisi yang didasarkan pada sifat-sifat yang dapat diamati (diobservasi).
Definisi operasional merupakan suatu pernyataan yang bersifat sangat jelas
sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam pengumpulan data karena
dapat diobservasi serta dibuktikan perilakunya. Untuk memperjelas maksud dan
tujuan penelitian ini agar lebih terfokus, maka peneliti memberikan definisi
operasional terhadap judul penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Adapun definisi operasional tersebut yaitu sebagai berikut

3.4.1 Pengelolaan Perpustakaan Sekolah


Pengelolaan perpustakaan sekolah adalah upaya mengoptimalkan
pendayagunaan koleksi dan bahan pustaka yang ada di sekolah untuk memenuhi
tujuan pendidikan, yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan perpustakaan,
pelaksanaan dan evaluasi program perpustakaan sekolah di TK Darus Sholah
kabupaten Jember.

3.4.2 Menumbuhkan Minat Baca


Menumbuhkan minat baca merupakan bimbingan yang diberikan pendidik
kepada anak. Penelitian ini berfokus pada menumbuhkan minat baca anak yang
dilakukan oleh pendidik melalui Kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun dan
Upaya meningkatkan minat baca anak.

3.5 Desain Penelitian


Menunut Gulo (2002:99), desain penelitian ialah suatu tahapan dalam
penelitian yang menentukan langkah pelaksanaan selanjutnya. Desain penelitian
memaparkan masalah yang diteliti tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip
metodologis yang telah dibicarakan dan ditetapkan sebelumnya. Adapun desain
30

penelitian kualitatif yang akan digunakan sebagai dasar penelitian adalah sebagai
berikut.

Di TK Darus Sholah Kabupaten Jember terdapat sarana berupa perpustakaan sekolah


yang berfungsi sebagai pusat informasi serta untuk mencapai tujuan perpustakaan
yaitu menyukseskan pembelajaran anak yang dikelola sesuai dengan kebijakan dan
aturan yang telah ditetapkan sekolah

Bagaimana Manajemen Perpustakaan Dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak


Kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2020/2021?

Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2019/2020

Manajemen Perpustakaan Sekolah

a. Perencanaan: ruang perpustakaan, bahan pustaka, layanan pustaka dan sumber


daya manusia (SDM).
b. Pengadaan perpustakaan: pengklasifikasian buku, inventarisasi, penyusunan buku
serta pemeliharaan buku.
c. Pelaksanaan perpustakaan: struktur organisasi petugas perpustakaan dan tata tertib
perpustakaan sekolah.
d. Meningkatkan minat baca anak usi dini
e. Evaluasi: pengawasan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan

1. Data
• Data Primer : Observasi
• Data Sekunder : Wawancara dan Dokumentasi
2. Sumber Data
• Informasi Kunci : Kepala Sekolah dan guru
• Informasi Pendukung : Pengelolah yayasan TK

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT


BACA ANAK KELOMPOK B DI TK DARUS SHOLAH
KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian


31

3.6 Teknik Pemerolehan Data


Menurut Moleong (dalam Jannah, 2017:33), teknik perolehan data di dalam
sebuah penelitian lebih sesuai dari pada metode perolehan data karena di dalam
teknik perolehan data bukan berisi tentang metode penelitian namun terdapat
suatu bagian unsur yang sangat penting di dalamnya yang berupa sumber dan
jenis data. Selain itu di dalam teknik pemerolehan data juga meliputi manusia
sebagai instrumen, observasi serta pengamatan, wawancara, catatan lapang dan
penggunaan dokumen serta cara lainnya. Penelitian yang dilakukan di TK Darus
Sholah menggunakan alat perolehan data non tes yaitu melalui panduan observasi
checklist, wawancara, dan dokumentasi agar penelitian yang dihasilkan sesuai
dengan tujuan awal penelitian.

3.6.1 Data dan Sumber Data


Menurut Suratno & Arsyad (dalam Widoyoko, 2012:17), data ialah
seluruh hasil dari observasi atau pengukuran yang telah dicatat sebelumnya untuk
suatu keperluan tertentu. Widoyoko (2012:18), data penelitian kualitatif adalah
segala data yang menunjukkan suatu kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik
keadaan, proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan ke dalam bentuk
pernyataan atau berupa kata-kata. Sumber data yang terdapat dalam penelitian
merupakan subyek yang darimana data tersebut dapat diperoleh. Sumber data
yang diperoleh berasal dari dua sumber yaitu informan kunci dan informan
pendukung. Informan kunci dalam penelitian adalah anggota sekolah yaitu kepala
sekolah dan guru di TK Darus Sholah sedangkan informan pendukung adalah
pengelola yayasan TK Darus Sholah.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data


Menurut Widoyoko (2012:33), metode pengumpulan data merupakan hal
yang penting dalam melakukan penelitian, karena metode ini merupakan suatu
strategi atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
yang diperlukan/dibutuhkan dalam penelitiannya. Masyhud (dalam Mashulah,
2018:23), metode pengumpulan data merupakan suatu tahap yang sangat
32

menentukan dalam proses penelitian, karena kualitas dari data yang dikumpulkan
dalam kegiatan penelitian akan menentukan kualitas hasil penelitian yang hendak
dilakukan. Berikut ini adalah beberapa metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian.
a. Observasi
Menurut Gulo (2002:116), observasi adalah metode pengumpulan data
dimana peneliti mencatat segala informasi sebagaimana yang mereka saksikan
selama penelitian. Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa tersebut bisa melalui
dengan cara melihat, mendengarkan serta merasakan, yang kemudian dicatat
dengan seobyektif mungkin. Usman & Akbar (2009:52), observasi ialah sebuah
pengamatan dan pencatatan yang dilakukan sistematis terhadap gejala-gejala apa
saja yang diteliti.
Menurut Widoyoko (2012:46) observasi merupakan suatu metode
pegumpulan data yang biasa dikenal/diartikan sebagai kegiatan pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak
dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur-unsur yang nampak tersebut
dinamakan dengan data atau informasi yang harus diamati serta dicatat secara
benar dan lengkap. Metode ini juga digunakan untuk melihat dan mengamati
secara langsung keadaan yang terjadi di lapangan agar peneliti dapat memperoleh
gambaran yang lebih luas mengenai permasalahan yang diteliti.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas dapat dipahami bahwa
observasi merupakan salah suatu metode data dimana pengumpul data (observer)
mengamati secara visual gejala yang diamati serta menginterpretasikan hasil
pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat
tergantung pada kemampuan peneliti/observer. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja dan gejala-gejala alam.
Menurut Widoyoko (2012:47-48), berdasarkan proses dari pengumpulan
data, observasi dibedakan menjadi dua yaitu.
33

1) Observasi Partisipan (Participant Observation)


Suatu observasi disebut dengan observasi partisipan jika peneliti/orang
yang melakukan suatu observasi (observer) turut ambil bagian dalam suatu
kegiatan atau terlibat secara langsung dalam aktivitas orang-orang yang
sedang diobservasi (observees). Jadi, sambil melakukan observasi, peneliti
(observer) ikut dalam melakukan apa yang sedang dikerjakan oleh
observees sebagai sumber data;
2) Observasi Non Participant ( Non Participant Observation)
Suatu observasi disebut dengan observasi non partisipan jika
peneliti/orang yang melakukan suatu observasi (observer) tidak turut ambil
bagian dalam suatu kegiatan atau tidak terlibat secara langsung dalam
aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi. Observer/peneliti hanya
bertindak dan memposisikan dirinya sebagai pengamat independen.
Menurut Widoyoko (2012:48-49), berdasarkan instrumen yang digunakan,
observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu.
1) Observasi Sistematis (Systematic Observation)
Observasi sistematis ialah observasi yang telah dirancang sebelumnya
secara sistematis, karena observer telah mengetahui aspek-aspek apa saja
yang relevan dengan masalah serta tujuan dalam penelitian. Dalam hal ini
observerakan mempersiapkan pedoman pengamatan secara detail sekaligus
juga menyediakan daftar cek (Check list) yang nantinya bisa digunakan
sebagai pedoman pengamatan;
2) Observasi Tidak Sistematis (Non Sytematic Observation)
Observasi tidak sistematis ialahsuatu observasi yang dalam pelaksanaannya
tidak dipersiapkan secara sistematis mengenai apa yang akan diobservasi.
Hal ini dilakukan dengan alasan karena peneliti belummengetahui secara
pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan,
observer tidak menggunakan suatu instrumen yang telah baku, namun
hanya sebagai rambu-rambu pengamatan.
34

Berdasarkan uraian di atas mengenai observasi berdasarkan proses


pengumpulan data dan berdasarkan instrumen yang digunakan, dalam penelitian
ini peneliti menggunakan observasi non partisipan dengan menggunakan
instrumen observasi sistematis (observasi terstruktur), artinya dalam penelitian ini,
peneliti melakukan observasi dengan tidak ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
diobservasi secara langsung, peneliti hanya ingin mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana manajemen perpustakaan dalam menumbuhkan
minat baca siswa kelompok B yang dilakukan di TK Darus Sholah dan
pengambilan data observasi diambil melalui observasi sistematis yaitu dengan
merancang dan mempersiapkan pedoman pengamatan yaitu aspek-aspek apa saja
yang akan diamati dan diteliti serta mempersiapkan checklist. Pedoman yang
dibuat sesuai dengan apa yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu checklist
dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, yang nantinya akan berkaitan dengan
lembar wawancara.
b. Wawancara
Menurut Moleong (dalam Jannah, 2017:34), wawancara ialah suatu
percakapan yang terdiri dari dua orang yakni pewawancara, pihak yang
mengajukan pertanyaan dan responden, pihak yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan tersebut. Wawancara ialah sebuah percakapan yang
dilakukan secara langsung melalui tatap muka (face to face) dengan maksud
tertentu.
Menurut Widoyoko (2012:40), wawancara ialah suatu proses yang berisi
tanya jawab atau dialog yang dilakukan secara lisan antara pewawancara
(interviwer) dengan responden atau orang yang diinterview (interviewee)
yangbertujuan untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, menggunakan wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara dengan menggunakan
pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis serta lengkap dalam
pengumpulan datanya namun dalam proses wawancara boleh mengajukan
pertanyaan lain. Penelitian Manajemen Perpustakaan Dalam Menumbuhkan Minat
Baca Anak Kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
35

2020/2021 yaitu menggunakan wawancara semi terstruktur, karena melalui


wawancara semi terstruktur, peneliti dapat memperoleh data sesuai dengan
pedoman yang diharapkan dalam penelitian, terutama untuk menggali proses
perencanaan, pengadaan, pelaksanaan hingga evaluasi program perpustakaan.
Peneliti juga bisa mendapatkan data tambahan sesuai dengan kebutuhan peneliti,
diantaranya ialah sarana prasarana, SDM, bahan-bahan pustaka serta sumbernya
dan aturan dalam perpustakaan.
c. Dokumentasi
Menurut Usman & Akbar (2009:69), teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi yaitu pengambilan data dimana melalui dokumen-dokumen.
Sugiyono (2008:329), metode dokumentasi ialah catatan peristiwa yang telah
berlaku, bisa berbentuk/berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang.
Menurut Moleong (dalam Wahyuni, 2009:42), dokumentasi merupakan suatu
bahan yang tertulis ataupun bisa dalam bentuk film.
Metode dokumentasi sebenarnya memiliki kemiripan dengan metode
lainnya yaitu metode observasi dan wawancara. Beberapa data yang dapat
diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi di TK Darus Sholah antara
lain yaitu: 1) Gambaran umum tentang TK Darus Sholah; 2) Visi dan misi TK
Darus Sholah; 3) Struktur organisasi TK Darus Sholah; 4) Data tenaga pendidik
TK Darus Sholah; 5) Foto proses selama penelitian.
Dokumentasi ini akan dijadikan bukti untuk memperkuat data dari
penelitian ini yang nantinya akan memaksimalkan hasil dari penelitian yang
dilakukan ini.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang akan diambil dalam penelitian ini disajikan lebih
banyak dalam uraian kata-kata dari hasil wawancara dan dokumentasi yang
selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan dijabarkan dalam bentuk deskriptif.
Pantton (dalam Moleong, 2004:103) menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori
dan uraian dasar. Analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
36

Menurut Sukmadinata (2011:60) menjelaskan bahwa teknik analisis data


kualitatif adalah suatu penelitian yang berupa data-data, dokumentasi yang
dideskripsikan serta menganalisis suatu peristiwa atau fenomena-fenomena yang
terjadi atas pemikiran individu atau sekelompok orang. Analisis data dalam
penelitian kualitatif di TK Darus Sholah dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, saat penelitan di lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan.
Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
interakrif.
Menurut Miles dan Hubernam (dalam Suprayogo dan Tobroni, 2001:167)
penelitian ini menggunakan analisis interaksi karena terdiri atas kegiatan 3 alur
kegiatan pengumpulan data yang terjadi secara bersama yakni 1) reduksi data; 2)
penyajian data; 3) penarikan kesimpulan. Berikut merupakan gambar dari model
analisi interaktif dalam analisis data, yakni.

Pengumpulan data

Penyajian data

Reduksi data

Penarikan
kesimpulan

Bagan 3.2 Komponen dalam analisi data model interaktif

3.7.1 Reduksi Data


Menurut Sutopo (2003:8) menjelaskan bahwa reduksi data merupakan suatu
proses untuk memilih, memusatkan dan memberikan perhatian terhadap suatu
bentuk penyederhanaan dari data yang bersifat kasar yang muncul akibat dari
catatan-catatan tertulis di lapangan pada saat penelitian.
Reduksi data pada umumnya dilakukan pada saat pengumpulan data dimulai
dengan membuat suatu ringkasan, memberikan kode dan mengamati tema dengan
tujuan untuk menyisihkan suatu data yang bersifat tidak relevan. Tahap reduksi data
37

yang dilakukan dalam penelitian ini berkaitan dengan manajemen program


kemitraan sekolah berupa data perencanaan program, pelaksanaan program, dan
evaluasi program.
3.7.2 Penyajian Data
Menurut Miles dan Hubernam (dalam Suprayogo dan Tobroni, 2001:194)
menjelaskan bahwa penyajian data merupakan penggambaran dari kesimpulan
informasi yang diperoleh pada saat penelitian disusun. Hal ini bertujuan untuk
memberikan suatu kemungkian yang nantinya akan dilakukan penarikan suatu
kesimpulan dan pengambilan suatu tindakan tertentu.
Sujarweni (2014:35) menjelaskan penyajian data adalah,
“Sekumpulan informasi yang bertujuan untuk menarik kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data yang bersifat deskriptif
kualitatif biasanya berupa teks atau disajikan dalam bentuk naratif,
pada umumnya di dalam penyajiannya dapat berbentuk matrik,
diagram serta tabel atau bagan.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian data


merupakan tahap untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang telah direduksi
sebelumnya sampai akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan. Pada
penyajian data ini menggunakan data-data yang telah direduksi dari hasil temuan
lapang terkait dengan Manajemen Perpustakaan Dalam Menumbuhkan Minat
Baca Anak Kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten Jember Tahun Pelajaran
2020/2021

3.7.3 Penarikan Kesimpulan


Menurut Sugiyono (2007:83) triangulasi sumber adalah cara mendapatkan
data dengan sumber yang berbeda-beda namun menggunakan teknik yang sama.
Teknik yang digunakan adalah wawancara dengan dua narasumber yaitu kepala
sekolah dan guru. Selain itu, menurut Stainback (dalam Sugiyono 2007:85)
menyatakan bahwa tujuan triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang
beberapa kejadian, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa
yang telah ditemukan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan maka penarikan
38

kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan sumber dengan menanyakan hal


yang sama kepada sumber yang berbeda, peneliti membandingkan informasi yang
diperoleh dari satu sumber yang lain. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jaminan
kepercayaan data dan menghindari adanya subjektifitas. Data yang akan diambil
dari dua narasumber lalu dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang
sama dan mana pandangan yang berbeda, dan mana yang spesifik dari dua sumber
data tersebut.
Kesimpulan awal yang dibuat masih bersifat sementara dan bisa berubah
jika tidak ditemukan bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan
data selanjutnya. Jika kesimpulan yang dibuat berdasarkan bukti yang kuat, valid,
dan konsisten saat di lapangan maka kesimpulan yang dibuat adalah kesimpulan
yang kredibel. Tahapan ini merupakan tahap akhir di dalam analisis data yaitu
kesimpulan tentang manajemen perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca
anak kelompok B di TK Darus Sholah Kabupaten Jember tahun pelajaran
2020/2021

3.8 Uji Kredibilitas


Uji Kredibilitas menurut Sugiyono (2017:368) merupakan uji kredibilitas data
atau percaya terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi teman
sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Uji kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi
menurut Sugiyono (2017:372) pengecekan dari berbagai sumber dengan
menggunakan berbagai cara dan waktu. Menurut Firdaus dan Zamzam
(2018:106), triangulasi adalah cara untuk mendapatkan akurasi data dan infromasi
dengan membandingkan hasil dari observasi dengan wawancara, hasil wawancara
dengan dokumen yang ada. Menurut Sugiyono (2017:373), ada tiga triangulasi
yaitu triangulasi sumber, teknik, dan waktu.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi sumber
adalah teknik menguji kredibilitas data dengan melakukan pengecekan terhadap
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan
39

untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama menggunakan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan pada data yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi apakah ada
perbedaan atau hasil ketiganya sama. Jika terjadi perbedaan dari ketiga hasil
perolehan data wawancara, observasi, dan dokumentasi maka akan dilakukan
diskusi lanjutan pada sumber data untuk memastikan data mana yang benar atau
ketiganya benar tetapi dengan sudat pandang yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Anggito, Albi dan Setiawan, Johan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif.


Sukabumi: CV Jejak.

Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT Bumi


Aksara

Baihaqi. 2016. Pengawasan Sebagai Fungsi Manajemen Perpustakaan dan


Hubungannya dengan Disiplin Pustakawan. Libria.8(1): 130

Darmono. 2004. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: PT


Grasindo

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka

Dhieni, N., Fidani, L., Yarmi, G. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka

Firdaus dan Zamzam, Fakhry. 2018. Aplikasi Metde Penelitian. Aplikasi Metde
Penelitian. Yogyakarta: Deepublish.

Gulo.W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hamdi, Asep Saepul dan Bahruddin, E. 2014. Metode Penelitian Kualitatif


Aplikasi Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish

Handoko. T. 2011. Manajemen (ed 2). Yogyakarta: BPPE

Hartono. 2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah Menuju Perpustakaan Modern


dan Profesional. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Hasani, Aceng. 2016. Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia. MLI
Cabang Untirta dan Hiski Banten. Jurnal Membaca. 1(2): 188

Hikmawati, N, dkk. 2018. Manajemen Perpustakaan Efektif dalam Menumbuhkan


Minat Baca Anak. Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini.

Iskandar. 2016. Manajemen dan Budaya Perpustakaan. Bandung: Refika Aditama

40
41

Kahar, Ade. 2003. Teknik Penyusunan Kebijakan Pengembangan Koleksi


Perpustakaan : Suatu Implementasi Studi Retrospektif. Jakarta: Media
Pratama.

Lasa, Hs dkk. 2017. Manajemen dan Standarisasi Perpustakaan Perguruan


Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan
Informasi PP Muhammadiyah

Lasa, Hs.2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gema Media

Mansyur. HM. 2015. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Pustakaloka. 7(1): 46

Manulang, M. 1985. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalmia Indonesia

Mashulah, Z. A. 2018. Implementasi Bentuk Layanan Bimbingan dan Konseling


pada Anak Kelompok B1 Usia 5-6 TK Islam Terpadu Permata
Mandiri Billah 3 Banyuwangi Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi.
Jember: Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini.Universitas Jember.

Masjidi, I. 2007. Agar Anak Suka Membaca. Yogyakarta:Media Insani

Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Musfiroh, Tadkiroatun. (2009). Menumbuh kembangkan Baca Tulis Anak Usia


Dini. Jakarta: PT Grasindo Anggota IKAPI.

Nurdin, Ismail dan Hartati, Sri. 2012. Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendika.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi


Aksara

Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi


Aksara
42

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT


Rineka Cipta

Soejono, Trimo. 1998. Pembinaan Koleksi Perpustakaan dan Pengetahuan


Literatur. Medan: Pembinaan Perpustakaan Sumatera Utara.

Soepeno, B. 2008. Manajemen Perpustakaan Sekolah.Jakarta: Permata Equator


Media.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardini, Dini. 2011. Peranan Manajemen Perpustakaan Sekolah dalam


Mendukung Tujuan Sekolah.

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta:


Depdiknas.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian Lengkapa, Praktis, dan


Mudah- Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sukmadinata, N. S. 2011. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosadakarya

Sulistia, dkk. 1995. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Universitas Terbuka:


Depdikbud. EduLib. 1(1): 22

Suprayogo, I. Dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.

Sutopo, A. Hadi. 2003. Multimedia Interaktif dan Flash. PT: Graha Ilmu

Terry, R, dkk. 2003. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman, H. & Akbar, P. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara.


43

Waffor, Azile. 1979. The School Library at Work. New York: HW Wilson
Company.

Widyoko, S. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Winardi. 1983. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Alumni.

Yulia, Yuyu. 1993. Pengadaan Bahan Perpustakaan. Jakarta: Universitas


Terbuka.
44

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. MATRIK PENELITIAN

Indikator/
Rumusan masalah/ Variabel /
Tujuan penelitian Aspek-aspek Sumber Data Metode Penelitian
Pertanyaan penelitian Fokus kajian
penggalian data

1. Bagaimana 1. Mendiskripsikan Pengelolaan 1. Pengelolaan 1. Subjek Penelitian 1.Desain penelitian:


pengelolaan pengelolaan Perpustakaan dalam 2. Pelayanan a. Kepala Sekolah Diskriptif Kualitatif
perpustakaan perpustakaan dalam menumbuhkan minat b. Guru 2. Lokasi penelitian:
dalam menumbuhkan baca anak 2. Dokumen TK Darus Sholah
menumbuhkan minat baca anak 3. Literatur yang Kabupaten Jember
minat baca anak kelompok B di TK relevan 3. Metode
kelompok B di Darus Sholah pengumpulan data:
TK Darus Sholah Kabupaten Jember 4. Observasi
5. Wawancara
6. Dokumentasi
45

Indikator/
Rumusan masalah/ Variabel /
Tujuan penelitian Aspek-aspek Sumber Data Metode Penelitian
Pertanyaan penelitian Fokus kajian
penggalian data

Besar Kabupaten Tahun Pelajaran 7.Teknik analisis data:


Jember Tahun 2020/2021 - Reduksi Data
Pelajaran 2020/2021? - Penyajian Data
- Penarikan
Kesimpulan
46

LAMPIRAN B. PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

B.1 Pedoman Observasi


No. Data yang akan diperoleh Sumber Data
1. Pengelolaan perpustakaan Kepala Sekolah dan Guru di
TK Darus Sholah Kabupaten
Jember

B.2 Pedoman Wawancara


No. Pertanyaan Sumber Data
1. Bagaimana proses perencanaan program Kepala Sekolah TK Darus
pengelolaan perpustakaan di sekolah? Apa Sholah Kabupaten Jember
saja yang harus dipersiapkan dalam
menyusun perencanaan?
2. Apakah kepala sekolah sudah membentuk
pengorganisasian di pengelolaan
perpustakaan?
3. Bagaimana peran kepala sekolah dalam
menjalankan sistem pengorganisasian di
perpustakaan sekolah?
4. Apakah pengelolaan perpustakaan telah
dilaksanakan sesuai visi dan target
sekolah?

5. Apakah perpustakaan yang ada di sekolah


telah sesuai dengan tujuan dan fungsinya?
6. Bagaimana peran kepala sekolah dalam
mewujudkan terciptanya perpustakaan
yang tepat sasaran?
7. Bagaimana peran Kepala Sekolah dalam
47

No. Pertanyaan Sumber Data


proses pengawasan pengelolaan
perpustakaan di sekolah?
8. Bagaimana peran Kepala Sekolah dalam
menumbuhkan motivasi dan minat baca
murid di TK Darus Sholah?
9. Bagaimana cara sekolah mengenalkan
perpustakaan pada anak-anak dengan
tujuan meningkatkan minat baca anak?
10. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh
sekolah dalam mengajak anak-anak untuk
semakin gemar membaca?
11. Apakah ada bentuk webinar ataupun Guru di TK Darus Sholah
penyuluhan yang pernah diikuti oleh guru Kabupaten Jember
di TK Darus Sholah mengenai
pengelolaan perpustakaan?
12. Bagaimana cara guru mengajak anak-anak
untuk gemar membaca?
13. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam
pengelolaan perpustakaan selain mengajak
anak untuk gemar membaca?
14. Bagaimana cara Kepala Sekolah untuk
melaksanakan proses pengelolaan
perpustakaan di sekolah? Dengan tujuan
menumbuhkan motivasi dan minat baca
anak?
15. Bagaimana proses pengawasan yangh
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam
mengelola perpustakaan?
48

B.3 Pedoman Dokumentasi


No. Data yang akan diperoleh Sumber data

1. Profil Sekolah Dokumen di TK Darus Sholah


2. Biodata Kepala Sekolah dan Guru Kabupaten Jember

3. Dokumen perencanaan
4. Dokumen pengorganisasian

LAMPIRTAN C. KISI-KISI INSTRUMEN

C.1 Kisi-kisi Lembar Observasi

Aspek yang diamati Indikator Sumber data

Pengelolaan Pengelolaan Responden


Perpustakaan
Pelayanan Responden
49

LAMPIRAN D. LEMBAR HASIL OBSERVASI

D.1 Lembar Hasil Obervasi Catatan Lapangan


Lembar observasi catatan lapangan untuk mengamati proses pengelolaan
perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca pada anak oleh Kepala Sekolah
dan Guru di TK Darus Sholah Kabupaten Jember.

Catatan Lapangan
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Kegiatan :
Nama Subjek :

Anda mungkin juga menyukai