RSI MASYITHOH
A
JL. A. YANI NO. 6 – 7 BANGIL 67153
PASURUAN
TELP. 0343 – 741018 FAX. 0343 – 742425 N
2022
PENGESAHAN
PEDOMAN PONEK
RUMAH SAKIT ISLAM MASYITHOH
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan inayah-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan “Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK)” dengan lancer dan tanpa hambatan yang berarti.
Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
(PONEK) RSI Masyithoh ini disusun dalam rangka memberikan acuan bagi
semua jajaran di RSI Masyithoh dalam pemberian pelayanan skrining pasien.
Melalui pedoman ini diharapkan semua tenaga profesional pemberi asuhan
serta tenaga terkait lainnya dapat memahami berbagai hal yang berkaitan
dengan pelayanan maternal dan neonatal di RSI Masyithoh Bangil Kabupaten
Pasuruan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini.
Semoga keinginan untuk dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien dapat tercapai, seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur
pelayanan maternal dan neonatal yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu
dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu permohonan maaf perlu
kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini masih banyak
kekurangan di sana-sini dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun
demikian mudah-mudahan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) ini masih dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang terkait.
Pasuruan, Oktober
2022
TIM PENYUSUN
1. dr.Haris
Friyadi. Sp.OG
2. dr. Oktavian P
W, Sp.A
3. Dina Suryani,
S.ST
4. Roichatul
Jannah.
S.Kep.Ns
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM MASYITHOH
Nomor : /RSIM/SK-Dir/0 /2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN DAN PELAKSANAAN OBSTETRI
NEONATAL EMERGENCY KOMPREHENSIF (PONEK)
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM MASYITHOH BANGIL
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien dibidang kesehatan Maternal dan
Neonatal;
b. Bahwa guna penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) dibutuhkan Pedoman
dalam setiap pelayanan yang dilakukan;
c. Bahwa sehubungan dengan huruf a dan b maka perlu
ditetapkan tentang Pedoman Pelayanan dan Pelaksanaan
Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Masyithoh
bahwa penetapan dan pemberlakuan poin a dan b tersebut
perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit
Islam Masyithoh ;
Mengingat : 1. Undang – undang republik Indonesia no.44 tahun 2009
tentang rumah sakit.
MEMUTUSKAN
KESATU :
Memberlakukan Pedoman Pelayanan dan Pelaksanaan Obstetri Neonatal
Emergency (PONEK) di RSI Masyithoh Bangil
KEDUA :
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai ada keputusan dan
evaluasi lainnya.
KETIGA :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Bangil
Pada Tanggal :
2022
Direktur RSI Masyithoh Bangil
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
DIREKTUR RSI
MASYITHOH
NOMOR …..
TENTANG PEDOMAN
…..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita semua mengetahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI : 228 /
100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB : 34 / 1000 kelahiran hidup
(SDKI 2007). Sedangkan target RPJMN Depkes 2004 – 2009 AKI : 226 /
100.000 KH dan AKB : 26 / 1000 KH. Dalam Konfrensi Tingkat Tinggi
Persatuan Bangsa – Bangsa (2000) telah disepakati berbagai komitmen
tentang Tujuan Pembangunan Milleneum ( Millineum Development
Goals) pada tahun 2015, ada dua sasaran dan indicator secara khusus
terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar 2/ 3 dari
angka pada tahun 1990
( menjadi 20 dan 25 / 1000 KH).
2. Mengurangi Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari AKI pada tahun
1990 ( menjadi 125/100.000 kelahiran hidup).
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan bahwa
penyebab kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan (28%),
Eklampsia (24%), Infeksi (11%), partus macet/lama (8%) dan aborsi
(5%) sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir yang terbanyak
adalah karena BBLR (29%), Asfiksia (27%), infeksi dan tetatus (15%),
masalah pemberian minum (10%), gangguan hematologi (6%), lain-lain
(13%). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian
ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%),
preeclampsia/eklampsia (15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat
kematian ibu mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu,
maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem
terpadu ditingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya
penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam
bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)
ditingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem
rujukan dalam pelayanan kegawad daruratan dalam maternal dan
neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu
dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan
tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan
manajemen yang handal.
Untuk mencapai dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan
perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien. Komplikasi Obstetri
tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada
ibu hamil yang diidentifikasi normal. Oleh karena itu kebijakan Rumah
Sakit Bangil adalah mendekatkan pelayanan obstetric dan neonatal
sedekat mungkin kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan
Making Pregnancy Safer (MPS) yang mempunyai 3 pesan kunci yaitu :
1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terampil
2. Penanganan komplikasi kehamilan dengan persalinan secara adekuat
3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi
penanganan komplikasi abortus tidak aman.
Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya
berkaitan dengan kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin
selama didalam kandungan dan proses pertolongan persalinan yang
bermasalah. Oleh karena itu perlu adanya strategi penurunan
kematian/kesakitan maternal perinatal dengan Sistem Pelayanan Maternal
Perinatal Regional yaitu dukungan MPS di Indonesia dengan upaya :
1. Menyiapkan pelayanan yang siap siaga 24 jam.
2. Meningkatkan mutu SDM dengan pelatihan berkala mengenai
pelayanan kegawatdaruratan.
3. Bertanggung jawab atas semua kasus rujukan.
4. Bekerjasama dengan dinas dalam surveillance/audit kematian ibu dan
bayi
Selanjutnya diharapkan pedoman penyelenggaraan PONEK di RS ini
dapat dijadikan panduan bagi tim PONEK di RS kabupaten/kota serta
bagi dinas kesehatan propinsi/kabupaten/kota serta dapat dipergunakan
untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diwilayah kerjanya.
B. Tujuan
1) Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam
upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di
RSI Masyithoh.
2) Khusus
a. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen
dalam pelayanan PONEK
b. Terbentuknya Tim PONEK RS
c. Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK sesuai standart
d. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan
penanggung jawab pada tingkat kabupaten, propinsi dan pusat
dalam manajemen program PONEK.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan deinitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS diruang
tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat melalui laparatomy dan section
caesaria
5. Perawatan intensif ibu dan bayi
6. Pelayanan asuhan antenatal resiko tinggi
Ruang lingkup pelayanan PONEK pada RSI Masyithoh sebagai RS kelas
D meliputi:
1. RSSIB (Rumah Sakit Ibu dan Bayi)
2. SC
3. IMD (Inisiasi menyusu dini)
4. Rawat Gabung
5. ASI Eksklusif
6. BBLR dengan PMK
7. Tingkat Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi
D. Batasan Operasional
1. RRSIB (Rumah Sakit Ibu dan Bayi)
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit
pemerintah mauun swasta, umum maupun khusus yang telah
melaksanakan 10 langkah Menuju Perlindungan bayi dan ibu secara
tearpadu dan paripurna.
2. SC (Sectio Caesaria)
Adalah suatu prosedur operatif untuk mengeluarkan bayi melalui
insisi dinding abdomen dan uterus.
3. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Segera menaruh bayi didada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin
to skin contact) segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih
sampai bayi menyusu sendiri.
4. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan diaman bayi baru lahir
ditempatkan bersama ibunya dalam suatu ruangan. Hal ini
dimaksudkan agar bayi mudah dijangkau oleh ibunya selama 24
jam / hari sehingga memungkinkan pemberian ASI kepada bayi
sesuai dengan kebutuhannya.
5. ASI Eksklusif
Pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun
hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan.
6. BBLR dengan PMK
a. Perawatan Metode Kangoroo (PMK) adalah perawatan Bayi Berat
Lahir Rendah dengan melakukan kontak langsung antara kulit
bayi dengan kulit ibu ( skin to skin contact)
A. Kualifikasi SDM
N Nama Jumlah
Pendidikan Sertifikasi
O Jabatan Kebutuhan
1 Penanggung a. Dokter a. Pelatihan 2
Jawab Spesialis NICU
Maternal dan Anak b. Pelatihan 2
Neonatal b. Dokter PONEK
Spesialis
Kandungan
2 Dokter IGD Dokter umum Pelatihan 2
PONEK
Penanggung D3 / S1 a. Manajemen 1
Jawab Bangsal
3
Keperawatan b. NICU 1
dan Kebidanan
Perawat D3 Pelatihan 2
4
Pelaksana Keperawatan NICU
Bidan D3 Kebidanan Ponek 3
5
Pelaksana
Perawat Koordinator 1
Koordinator asuhan
Perawat pelaksana Pelayanan 4
kesehatan
4 OK Dokter Anastesi Pelayanan 1
Anestesi
Perawat anastesi Pelayanan 3
Anestesi
Perawat koordinator Koordinator 1
asuhan
Perawat Pelayanan 6
pelaksana/instrumen keperawatan
C. Pengaturan Jaga
1. Dokter Spesialis
Dokter Spesialis melakukan visite pasien 1 (satu) kali dalam sehari,
jam visite ditetapkan mulai pukul 08.00 s.d 14.00 wib. Untuk
kepastian waktu pelayanan, jam visite masing-masing dokter
melakukan visite diluar waktu yang telah ditetapkan maka segera
menginformasikan kepada kepala keperawatan, apabila dokter
berhalangan hadir maka di delegasikan kepada dokter spesialis
dengan kompetensi setara atau dokter umum.
2. Bidan/ Perawat.
Dalam sehari dibagi menjad 3 shift jaga, dengan masing-masing
shift jaga terdapat penanggung jawab shift, adapun waktu
pengaturan shift
jaga adalah sebagai berikut:
a. Shift Pagi : pukul 07.00 s.d 14.00 WIB
b. Shift Sore : pukul 14.00 s.d 21.00 WIB
c. Shift Sore : pukul 21.00 s.d 07.00 WIB
Daftar jaga dibuat oleh kepala ruangan selambat-lambatnya 1 (satu)
minggu sebelum bulan berjalan berakhir, daftar jaga untuk bulan
berikutnya disampaikan ke direktur rumah sakit untuk disahkan.
BAB III
STANDART FASILITAS
A. D
e
n
a
h
B. Standart Fasilitas
1. Prasarana dan Sarana
Dalam rangka program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan
PONEK harus di penuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
b. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrument dan bahan
yang lengkap
c. Ruang pulih / observasi paska tindakan
d. Protokol pelaksaan dan uraian tugas pelayanan termasuk
koordinasi internal:
1) Kriteria Umum Ruangan:
a) Struktur Fisik
(1) Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20
m2
(2) Lantai harus porslen atau plastik
(3) Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa
dicuci atau dilapisi keramik
b) Kebersihan
(1) Cat dan lantai harus berwarna terang
sehingga kotoran dapat terlihat dengan
mudah
(2) Ruang harus bersih bebas debu, kotoran,
sampah atau limbah rumah sakit
Hal tersebut berlaku pula utuk lantai,
mebel, perlengkapan, insrumen, pintu,
jendela, dinding, steker listrik, dan langit-
langit
a) Pencahayaan
(1) Pencahayaan harus terang dan cahaya alami
atau listrik
(2) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan
steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi baik dan kokoh
(3) Tersedia peralatan gawat darurat
(4) Harus ada cukup lampu untuk setiap
neonatus
b) Ventilasi
(1) Ventilasi termasuk jendela, harus cukup
jika dibandingkan dengan ukuran raung
(2) Kipas angin atau pendingin ruang harus
berfungsi baik
(3) Suhu ruangan haarus dijaga 24-26oc
(4) Pendingin ruangan harus dilengkapi filter
(sebaiknya anti bakteri)
c) Pencucian tangan
(1) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser
sabun atau disinfeksi yang dikendalikan
dengan siku dan kaki
(2) Wastafel, keran dan dispenser harus
dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding)
(3) Tidak boleh ada saluran pembuangan air
yang terbuka.
(4) Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu
untuk mengeringkan tangan, di letakkan
disebelah wastafel.
2) Kriteria Khusus Ruangan
a) Area cuci tangan di Ruang Obstetri Neonatus:
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur,
jarak tempt tidur adalah 6 meter dan paling dekat
1 meter.
b) Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri
dan Neonatus/Maternal dan Neonatal:
(1) Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan
ada unit perawatan khusus
(2) Kamar PONEK di unit gawat darurat harus
terpisah dari kamar darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan
perempuan bersalin dann bayi.
(3) Tujuan kamar ini adalah memberikan
pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung,
hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi.
Perlu di lengkapi meja resusitasi bayi, dan
incubator.
(4) Kamar PONEK membutuhkan :
(a) Berisi : lemari dan troli darurat
(b) Tempat tidur bersalin serta tiang
infuse
(c) Incubator
(d) Pemancar panas
(e) Meja, kursi
(f) Aliran udara bersih dan sejuk
(g) Pencahayaan
(h) Lampu sorot dan lampu darurat
(i) Oksigen dan tabungannya atau berasal
dari sumber dinding (outlet)
(j) Lemari isi : perlengkapan persalinan,
vacum, forcep, kuret, obat/ infuse
(k) Alat resusitasi dewasa atau bayi
(l) Wastafel dengan air mengalir atau
antiseptic
(m) Alat komunikasi dan telpon ke kamar
bersalin
(n) Nurse station dan lemari rekam medic
(o) USG Mobile.
3) Sarana pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu
keluarga, kamar persiapan peralatan ( linen dan
instrument), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang
serilisator dan jalur ke ruang bersalin/kamar operasi
terletak saling berdekatan dan merupakan bagian dari
unit dawat darurat.
4) Ruang Maternal
a) Kamar Bersalin
(1) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi
dan ruang maternal neonatal.
(2) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar
keluarga dapat hadir. Ruangan bersalin
tidak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang.
(3) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi
yang sama, upayakan tidak ada keharusan
melintas pada ruang bersalin
(4) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada
setiap rumah sakit
(5) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan
kamar neonatal, untuk memudahkan
transpor bayi dengan komplikasi ke ruang
rawat.
(6) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan
unit terintregasi: kala 1, kala 2, dan kala 3
yang berarti setiap pasien diperlakukan
untuk sampai kala 4 bagi ibu bersama
bayinya secara privasi. Bila tidak
memungkinkan maka diperlukan dua kamar
kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
(7) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang
jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah
pasien partus sebelum dibawa keruang
rawat (postpartum). Selanjutnya bila di
perlukan operasi, pasien akan dibawa
kekamar operasi yang berdekatan dengan
kamar bersalin.
(8) Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan
dengan kamar bersalin.
(9) Ruang postpartum harus cukup luas,
standar: 8 m2 per tempat tidur (bed) dalam
kamar dengan multibed atau standar 1 bed
minimal 10 m2.
(10) Pada ruang dengan banayk tempat tidur,
jarak antar tempat tidur minimum 1 m s.d 2
m dan antara dinding 1 m.
(11) Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum
4.
(12) Tiap ruangan harus mempunyai jendela
sehingga cahaya dan udara cukup.
(13) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada
tiap ruangan.
(14) Kamar periksa harus mempunyai luas
sekurang-kurangnya 11 m2. Bila ada
beberapa tempat tidur maka per pasien
memerlukan 7 m2. Perlu disediakan toilet
yang dekat dengan ruang periksa.
(15) Ruang perawat-nurse station berisi: meja,
telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/obat.
(16) Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu
disediakan seperti pada kamar bersalin.
b) Unit Perawatan Intensif / Eklampsia / Sepsis
(1) Di ruang dengan beberapa tempat tidur,
setidaknya ada jarak 8 kaki (2,4 m) antara
ranjang ibu.
(2) Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
steker listrik yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik.steker harus mampu
memasok beban listrik yang diperlukan,
aman dan berfungsi baik.
5) Ruang Neonatal
a) Unit Perawatan Intensif (NICU)
(1) Unit ini harus berada disamping ruang
bersalin, atau setidaknya jauh dari area yang
dilalui.
(2) Minimal ruangan berukuran 18 m2 (6-8 m2
untuk masing-masing pasien)
(3) Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
saklar yang dipasang dengat tepat untuk
peralatan listrik.
b) Unit Perawatan Khusus.
(1) Unit ini harus berada disamiping ruang
kamar bersalin, atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui
(2) Minimal ruangan berukuran 12 m2(4 m2
untuk masing- masing pasien)
(3) Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara
incubator atau tempat tidur bayi.
6) Ruang Operasi
a) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi
seksio sesarea dan laparatomia
b) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas:
25 m2
dengan lebar minimum 4 m, diluar fasilitas:
lemari dinding. Unit ini sekurang-kurangnya ada
sebuah bagian kebidanan.
c) Harus di sediakan unit komunikasi dengan kamar
bersalin. Didalam kamar operasi harus tersedia:
pemancar panas, incubator dan
d) perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
e) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus
tersedia 6 sumber listrik.
f) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca
bedah dengan standar luas 8 m2/bed, sekurang
kurangnya 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan
ialah meja, kursi perawat, lemari, obat, mesin
pemantau tensi/nadi oksigen tsb, tmpat rekam
medic, incubator bayi, troli darurat.
g) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari
meja perawat ke tempat pasien. Demikian pula
agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
h) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar
bersalin dan kamar operasi, serta telepon
sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik / bed
i) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk
unit operasi:
(1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai
tempat pengawas lalu lintas orang.
(2) Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang
kerja bersih, ruang kerja ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor.
(3) Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dan fasilitas air panan/
dingin. Ada meja kerja dan kursi serta troli.
(3) Saluran pembuangan kotoran/ cairan
(4) Kamar pengawasan KO : 10 m2
(5) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan
kamar operasi. Ada autoklaf besar berguna
bila darurat.
(6) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk
distribusi obat
(7) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya
untuk 2 orang, terdapat didepan kamar
operasi/ kamar bersalin. Wastafel itu harus
dirancang agar tidak membuat basah lantai.
Air cuci tangan harus steril.
(8) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja
dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi juga terdapt troli
pembawa linen.
(9) Ruang gas / tabung gas.
(10) Gudang alat anastesi: alat / mesin yang
sedang di reparasi di bersihkan, meja kursi.
(11) Kamar ganti: pria dan wanita masing-
masing
(12) Loker, meja, kursi, sofa/tempat tidur, ada
toilet 3 m2
(13) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15
m2
(14) Kamar jaga dokter: 15 m2
(15) Kamar Jaga Paramedik: 15 m2
(16) Kamar rumatan rumah tangga (house
keeping): berisi lemari meja, kursi peralatan
mesin isap, sapu, ember, perlengkapan
kebersihan dsb.
(17) Ruang temoat brankar dan kursi roda
7) Ruangan penunjang harus disediakan seperti:
a) Ruang perawat/bidan
b) Kantor perawat
c) Ruang rekam medic
d) Toilet staf
e) Ruang staf medic
f) Ruang loker staf/perawat
g) Ruang rapat/konferensi
h) Ruang keluarga pasien
i) Ruang cuci
j) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan
persiapan alat/bahan
k) Gudang peralatan
l) Ruang kotor peralatan harus terpisah dari ruang
cuci/steril. Ruang ini mempunyai tempat cuci
dengan air panas dingin, ada meja untuk kerja
m) Ruang obat: wastafel, meja, kerja dsb
n) Ruang linen bersih
o) Dapur kecil dan pembagian makan pasien.
2. Prasarana dan Sarana Penunjang
a. Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam
penanganan kegawatdaruratan maternal dalam pemeriksaan
hemostasis penunjang untuk pre eklampsia dan neonatal
c. Radiologi
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis obstetri dan thorax.
- Plester 1
- Gunting 1
- Kateter penghisap 1
- Pipa minuman 1
- Ampul eprineprin/adrenalin 1
1
- Nacl 0,9 % / larutan ringer asetat / RL
1
- Dextrose 10 %
1
- Sodium bikarbonat 8,4 %
1
- Mgso4 dan atau D 40 %
1
- Kateter vena
- Infus set
2. Inkubator 1
3. Penghangat (Radian Warmer) 1
4. Ekstraktor Vakum 1
5. Forseps Megele 1
6. AVM 1
7. Pompa vakum listrik 1
8. Monitor denyut jantung / pernapasan 1
9. Fetal doppler 1
10 Set sectio saesaria 1
.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
b. Perangkat kerja
1) Berkas Rekam Medis Pasien
2) Stethoscope
c. Tata Laksana
1) Perawat memberitahu dokter Penanggung Jawab pasien
bahwa pasien sudah masuk ruang rawat dan
menanyakan rencana waktu visite.
2) Perawat menemani dokter visite dengan membawa
rekam medis dan peralatan medis yang dibutuhkan
dokter tersebut.
3) Dokter memeriksa kondisi dan perkembangan pasien
serta mengisi/ melengkapi rekam medis pasien.
4) Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada
pasien/ keluarga tentang kondisi penyakit serta
perkembangan pasien yang bersangkutan.
5) Perawat mencatat semua instruksi dokter di catatan
kegiatan harian.
6) Perawat mencatat kondis dan perkamangan pasien dalam
buku laporan harian untuk diinformasikan kepada
perawat jaha shift berikutnya.
3. Tata Laksana Merujuk Pasien
a. Petugas Penanggung Jawab : Perawat pelaksana
b. Perangkat Kerja
1) Form rujukan
2) Ringkasan pasien pulang
3) Resume keperawatan
4) Obat-obatan dan barang-barang milik pasien
5) Alat-alat tulis
c. Tata Laksana
1) Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya
alat, fasilitas atau pasien melakukan penanganan lanjutan
yang tidak tersedia di RSI Masyithoh
2) Siapkan formulir yang diisi oleh dokter PJ pasien atau
dokter jaga
3) Perawat menghubungi RS yang dituju, pastikan di RS
tersebut sudah ada tempat untuk pasien tersebut.
4) Perawat mengubungi petugas maternal dan neonatal
untuk permintaan ambulance RSI Masyithoh.
5) Perawat menyiapkan obat-obatan, hasil pemeriksaan lain
dan barang-barang milik pasien dan pesanan pulang.
6) Petugas ADM IRNA menyelesaikan administrasi ruangan
dan mengirim ke kasir rawat inap
7) Keluarga minta untuk menyelesaikan administrasi ke
bagian kasr rawat inap dengan membawa surat pulang
rawat inap
8) Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang
dari kasir kepada perawat.
9) Antarkan pasien ke RS yang dituju
4. Tata Laksana Mendampingi Pasien Yang Dirujuk
a. Petugas Penanggung Jawab : Perawat pelaksana
b. Perawat Kerja
1) Form rujukan
2) Incubator
3) Ambulance
4) Alat-alat tulis
c. Tata Laksana
1) Perawat yang mendampingi pasien yang dirujuk harus
yang sudahg PJ shift.
2) Dokter PJ pasien membuat surat rujukan dan melengkapi
hasil-hasil pemeriksaan yang telah dilakukan untuk
dibawa perawat pendamping.
3) Perawat menghubungi RS rujukan untuk memastikan
adanya tempat untuk penerimaan pasien di RS rujukan.
4) Cek kesiapan transportasi/ ambulance RSI Masyithoh
5) Perawat pendamping pasien menyiapkan pasien dan surat
rujukan beserta dokumen medis yang akan dibawa antara
lain: fotocopy hasil pemeriksaan, foto rontgent, dll.
6) Observasi suhu, nadi, RR (lihat SPO….) sebelum pasien
dibawa.
7) Perawat pendamping pasien harus selalu memantau
keadaan umum pasien selama pasien dalam perjalanan,
antara lain: suhu, nadi , pernapasan pasien (lihat SPO..),
dan mencatat hasil pemantauan di formulir observasi.
8) Perawat pendamping pasien melakukan serah terima
pasien dan menyerahkan surat rujukan pasien beserta
hasil –hasil pemeriksaan, obat-obatan.
5. Tata Laksana Pasien Pulang Dari Rawat Inap
a. Petugas Penanggung Jawab : Perawat pelaksana
b. Perangkat kerja
1) Ringkasan pasien pulang dan resume keperawatan
2) Obat-obatan
3) Foto rontgen, USG
4) Fotocopy hasil pemeriksaan laboratorium/ radiology
sesuai dengan permintaan pasien
5) Surat pengantar kontrol ulang
6) Alat-alat tulis
c. Tata Laksana
1) Beritahu petugas ADM, bahwa pasien sudah ada rencana
pulang minta petugas ADM IRNA untuk mengecek
administrasi pasien selama dirawat.
2) Beritahu pasien dan keluarga, bahwa pasien sudah
diperbolehkan pulang pada tanggal….dan jam….
(Sebelum jam 12.00) atau pulang tunggu dokter datang
melihat pasien terlebih dahulu.
3) Siapkan berkas-berkas yang harusn dibawa pasien
pulang seperti ringkasan pulang dan resume
keperawatan, obat-obatan, yaitu resep/obat-obatan yang
akan dibawa pulang, surat istirahat, surat pengantar
kontrol ulang, surat asuransi , fotocopi hasil pemeriksaan
diagnostic dan hasil laboratorium.
4) Kirim resep obat pasien pulang ke farmasi, bila pasien
diberikan oat tambahan dalam bentuk resep, masukkan
nomor resep, masukkan nomor resep dalam transaksi.
5) Cek obat-obatan pasien, jika ada yang akan diretur,
berikan ke petugas ADM untuk diretur, kecuali obat-
obatan yang dibeli diluar farmasi RS.
6) Keluarga diminta untuk menyelesaikan adminiastrasi ke
kasir rawat inap dengan membaea surat ijin pulang rawat
inap.
7) Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat ijin pulang
dari kasir kepada perawat.
8) Beri penjelasan kepada pasien mengenai pesanan
pulang seperti perawatan khusus dirumah, obat-
obatan yang diminum, tanggal kontrol kembali.
9) Serahkan obat-obatan yang dibawa pulang, barang milik
pasien, foto rontgent, ringkasan pulang, surat istirahat,
keterangan sakit dll, minta pasien/keluarga memberikan
tanda tangan pada buku pemulangan foto/ USG dan
meminta keluarga untuk menandatangani resume
keperawatan.
10) Buatkan perjanjian untuk kontrol ke praktek dokter
sesuai dengan jadwal yang diminta oleh dokter yang
merawat, bila pasien pulang pada hari libur/ minggu,
catat pada buku ekspedisi pasien untuk dibuatkan
perjanjian setelah hari libur.
11) Bayi diantar oleh perawat sampai di pintu utama/ tengah
RSI Masyithoh atau sampai naik kendaraan.
12) Hapus nama pasien pada papan nama pasien.
6. Tata Laksana Pemeriksaan Laboratorium Pasien Di Rawat Inap
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat pelaksana
2) Petugas analis
3) Petugas radiographer
b. Perangkat Kerja
1) Berkas Rekam Medik
2) Formulir pemeriksaan Laboratorium/ Radiologi
c. Tata Laksana
1) Dokter menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2) Dokter mengisi formulir pemeriksaan laboratorium
3) Perawat mencatat tetang pemeriksaan laboratorium yang
akan diperiksa pada catatan kegiatan harian.
4) TPK menurunkan form pemeriksaan laboratorium
5) Petugas analis datang ke rawat inap untuk mengambil
sample pemeriksaan
6) Petugaslaboratorium menghubungi perawat dan
memberitahukan hasil pemeriksaan sudah selesai dan
dapat diambil segera.
7) Perawat/ TPK mengambil hasil pemeriksaan ke
laboratorium.
8) Hasil pemeriksaan laboratorium yang diterima dari
bagian laboratorium, dimasukkan ke dalam BRM pasien
yang bersangkutan dan perawat melaporkan hasil
pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab pasien.
7. Tata Laksana Pemeriksaan Radiologi Pasien Rawat Inap
a. Petugas Penanggung Jawab
1) Perawat pelaksana
2) Petugas analis
3) Petugas radiographer
b. Perangkat Kerja
1) Berkas Rekam Medis
2) Formulir pemeriksaan laboratorium/ radiologi
c. Tata Laksana
1) Dokter menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2) Dokter mengisi formulir pemeriksaan radiologi
3) Perawat mencatat tentang pemeriksaan radiologi yang
akan dilakukan pada catatan kegiatan harian
4) Perawat menginformasikan ke bagian radiologi tentang
permintaan pemeriksaan radiologi.
5) Perawat dan TPK membawa pasien ke bagian radiologi
dengan menggunakan incubator sesuai kondisi bayi
beserta form permintaan radiologi
6) Untuk bayi dengan keadaan umum yang tidak
memungkinkan maka petugas radiologi dapat
melakukan pemeriksaan diruang bayi (Bayi level 2)
7) Petugas radiologi menghubungi perawat dan
memberitahukan hasil pemeriksaan sudah selesai dan
dapat di ambil segera.
B. Alur Pelayanan di Rumah Sakit
Instalasi Gawat
Instalasi Rawat Jalan
Darurat
Kamar Tindakan
Kamar Operasi
Kamar Bersalin
- Pemeriksaan
penunjang
- Farmasi
C. SKEMA RUJUKAN
RS Kelas A/B
Pelayanan medic spesialistik
dan subspesialistik terbatas
RS Kelas C
RS Kelas C
Pelayanan medic
dasar dan
spesialistik
terbatas
RS Kelas D
Puskesmas PONED
Pelayanan medis
dasar
Pelayanan komunitas
Dasar
Masyarakat/Kader/
Bumil/Posyandu
Keterangan :
Rujukan
A. Fasilitas Alat
1. Fasilitas Alat di Kamar Bersalin
3. Vakum set 1
- Bak instrumen besar 1
- Cup Vacuum Stenles (S) 0
- Cup Vacuum Stenles (L) 1
- Pengait vacuum 1
- Cup vacuum silicon 1
- Pompa vacuum 1
- Botol vaacun kaca/plastic 1
- Cucing 1
4. Forsep Ext set
- Forsep Ext sebesar 1
- Forsep Ext kecing 1
- Cucing 1
- Bak instrument kecil 1
5. Curret set
- - Speculum bawah 3
- - Speculum atas 3
- - Tampon Tang 3
- - Sonde uterus 4
- - Tenakulum 5
- - Abortus Tang 4
- - Sendok kuret 24
- - Mikro kuret 0
- - Bak instrument besar 1
6. Marsupialisasi set
- Bak instrument besar 1
- Cocor bebek 1
- Gisturi mess 1
- Gunting lurus panjang 1
- cucing 1
7. Alat rawat luka 2
- pinset anatomi 2
- pinset shirurgi 3
- gunting AJ 2
- klem arteri 2
- bengkok 2
8. Lain – lain
- ambubag dewasa 0
- ambubag bayi 1
- standart infus 13
- timbangan bayi 2
- timbangan dewasa 1
- manometer 2
- troli 3
- O2 tabung besar 2
- Mangkok DTT 5
- Stetoskop dewasa 3
- Stetoskop bayi 1
- Tensimeter berdiri 3
- Thermometer 2
8. Obat Obstetri jumlah
- Ergotamine inj
- Magnesium Sulfat 20 % dan 40 %
- Oxytosin Inj
- Nifedipin
- Calcium gluconas
- Misoprostol 200 mg
- Asam tranexamat inj
- -Furosemid inj
- -Bricasma Inj
6. Lampu darurat 1
7. Stetoskop neonates 1
12. Plester 1
13. Gunting 1
45 Cairan Infus RL 20
46 Cairan infus PZ 20
47 Obat persiapan anastesi
SAB : Lidodex/Bucain/Levila 1
GA :
Sevorane/propranolol/petidin/notrixum/ketamin 1
4. Alat IGD
No Jenis barang Jumlah
1 Thermometer 2
2 Flowmeter 3
3 O2 tabung transport 1
4 Stetoskop 3
5 Nebuleizer 1
6 Timbangan Bayi 1
7 Timbangan Dewasa 1
8 Fundus Copy 0
9 Senter kecil 1
12 Pincet Anatomis 4
13 Pincet Chirrungis 4
14 Naald Voedder 4
15 Gunting Kecil 1
16 Hand mess 2
17 Catheter metal 1
18 Hack Tumpul 2
21 Gunting verban 1
25 Jaksen Rest 0
26 Infuse pump 1
27 Fiksasi kepala 1
28 Mayo no 5,4,3,2,1,0.5 1
29 Silet cukur 1
30 Vena sectie 0
31 Urinal, pispot 3
32 Cucing 5
33 Lampu tindakan 1
34 ECG 2
35 Transfer unit 2
36 Scoop stracer 1
37 devibrilator 1
38 Tensimeter 3
39 Nebulizer 2
40 Pengukur gula darah 1
41 Obat Igd :
- Aminopilin
- Antrain
- Asering
- Atropine sulfat
- Cobamin
- Clor etyl spray
- Combiven
- Dexamethasone
- D 10 %
- D 40 %
- Dilantin
- Paracetamol 250 supp
- Dextrose 5 1/2 NS
- Dextrose 5% 500 ML
- Dilantin
- Dopac
- Duradril
- Ecosol RL 500 ML
- Ecosol Sodium Clorida 0,9%
500 ml
- Epineprin/Adrenalin
- KAEN 1 B 500 ML
- KAEN 3A 500 ML
- KAEN 3B 500 ML
- Kaltrofen Susp
- Ketamine 20 ml inj
- Lanoxin
- Lasix
- LEVOPHED/Vascon 1 MG/ ML
- LIDOCAIN 2%
- Lidocain cum adrenalin
- MEYLON
- MgSO4 40 %
- Miloz 5mg
- Morphin
- Narfoz 4 mg inj
- Nitrocin 10 mg
- Norcuron 4 mg
- Ondavell
- Pantocain 0,5 % Drop
- Pantozol 40 mg
- Stesolit rectal 5 mg
- SABU
- Sucsinil colin 100 mg
- Teramizin Zalf mata/
Oxytetracyclin
1%
BAB XIII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, implementasi untuk mencegah meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnyadilakukan.
B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu tujuan agar
tercipta budaya keselamatan di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak
diharapkan di rumah sakit dan terlaksananya program- program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak
diharapkan.
C. Tata Laksana KeselamatanPasien
1. Enam Langkah Menuju KeselamatanPasien
a. Tepat IdentifikasiPasien.
b. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien operasi.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
2. Standar Melaksanakan KeselamatanPasien
a. Hakpasien
b. Mendidik pasien dan keluarga
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d. Penggunaan metode-metode peningkatkan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatkan keselamatan
pasien
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien
BAB XIV
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjanya,perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan disekitar tempat kerjatersebut.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSI Masyithoh
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambahtinggi
C. Tatalaksana keselamatan kerja
Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas
rumah sakit dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya:
1. Petugas mengerti SPO (Standart Prosedur penggunaan APD
sehingga dapat menggunakan APD sesuai prosedur.
2. Tersedianya APD yang memenuhistandar.
3. Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan atas :
a. Tempat sampah infeksius
b. Tempat sampah non infeksius
c. tempat sampah medis (warna kuning)
d. tempat sampah non medis (warna hitam)
e. safety box (jarum, spuit bekas)
4. Aturan untuk tidak melakukan recaping jarum suntik setelah
dipakai ke pasien.
5. Setiap pasien yang menular atau berisiko menular di rawat di
ruangisolasi.
6. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip
pencegahan infeksi, yaitu:
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat
menularkan infeksi
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dan lain-lain)
terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien
yaitu: urin, darah, muntah, secret
c. Melakukan tindakan yang aman bagi petugas maupun pasien,
sesuai prosedur yang ada, misalnya: memasang kateter,
menyuntik, menjahit luka, memasang infusdan lain-lain
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik pada 5momen.
e. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas,
pengelolaan sterilisasi alat di lakukan di CSSD
f. Menggunakan baju kerja yang bersih
7. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus:
a. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahaninfeksi)
b. Tuberculosis (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
c. Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
BAB XV
PENGENDALIAN MUTU
1. Angka Keterlambatan
Operasi SC
23 Nama Alat atau File Audit LPD Indikator Mutu Instalasi Maternal
Perinatal
2. Angka Tidak Dilakukannya IMD pada Bayi Baru Lahir
4 Dimensi Manfaat
5 Tujuan Menurunkan angka kematian ibu bersalin
dan bayi baru lahir
6 Definisi IMD adalah Segera menaruh bayi didada
ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to
skin contact) segera setelah lahir setidaknya
satu jam atau lebih sampai bayi menyusu
sendiri
7 Kriteria:
15 Target Sampel dan Ukuran Bayi yang lahir di RSI Masyithoh tanpa
Sampel kontra Indikasi IMD
16 Wilayah Pengamatan Ruang Bersalin dan Perinatologi
Frekuensi
Bulanan
Pengumpulan Data
Penanggung Jawab
PIC Kamar Bersalin
Pengumpul Data
Frekuensi
Bulanan
Pengumpulan Data
Penanggung Jawab
PIC Kamar Bersalin
Pengumpul Data
5. Angka kemampuan menangani BBLR 1500- 2500 gr
10 Standar 100%
PENUTUP
Ditetapkan Di :
Bangil
Tanggal :1
September 2022
DIREKTUR RSI
MASYITHOH