Anda di halaman 1dari 12

Hari/Tanggal : Kamis, 14 September 2022

Kelompok/Paralel : 6/P2
Dosen : Drh. R Harry Soehartono,
M.AppSc, PhD.

LAPORAN AKHIR
Pemotongan Kuku dan Amputasi Jari Pada Sapi

Disusun Oleh:

Mila Rosa B04190144


I Dewa Gede Wicaksana P B04190177
M. Alirafli Alfarisi B04190178
Fitria Annisa N B04190179
Shafa Zahira Dahlan B04190182

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI PATOLOGI


SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuku harus mendapat perhatian terutama pada ternak yang selalu berada di dalam
kandang. Setiap bagian kuku sangat penting untuk menunjang performa dari hewan, sehingga
sekecil apapun gangguan yang dialami oleh bagian tertentu akan mempengaruhi kesehatan
hewan tersebut (Hinarno et al. 2018). Sapi merupakan golongan hewan berkuku genap. Kuku
sapi berfungsi untuk melindungi os phalanx III, menjadi tempat menumpu ke tanah, menahan
bobot tubuh, peredam getar/kejutan saat menumpu ketika berlari atau melompat, dan
mengalirkan darah karena berperan seperti pompa dari daerah kuku kembali ke proksimal (Reni
et al. 2016). Kuku sapi yang tidak dipotong merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit pada
kuku. Kuku yang panjang juga dapat menyebabkan kelainan pada bagian kaki. Salah satu
kelainan yang dapat terjadi adalah kuku aladin. Kuku aladin adalah manifestasi dari
pertumbuhan kuku yang terus memanjang hingga membengkok ke arah dorsal. Kuku aladdin
yang dibiarkan terlalu lama dapat menimbulkan penyakit footrot. Footrot akan membatasi gerak
sapi, menimbulkan rasa nyeri, dan menyebabkan pincang gerak. Prevalensi kejadian kuku aladin
pada sapi potong di Bandung mencapai 44% (Rakhmawati et al. 2013). Selanjutnya pada sapi
perah, sebanyak 51,1% persen kejadian kepincangan disebabkan oleh footrot. Tingginya angka
ini menunjukkan pentingnya perawatan dan pemotongan kuku untuk memelihara kesehatan
ternak.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan mengetahui prosedur pemotongan kuku, pemasangan ladam, dan
teknik operasi amputasi jari pada sapi dan kuda.
BAB II
METODE

2.1 Pemotongan Kuku Kuda

2.1.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pemotongan kuku kuda yaitu hoof cutter,
rennet, gerinda, kikir, ladam, paku, kapak, dan hammer.

2.1.2 Prosedur Kerja

Salah satu kaki kuda yang akan dipotong kukunya perlu diangkat dan ditekuk ke
belakang, lalu diapit di antara kedua paha petugas. Dengan menggunakan kapak, ladam
sedikit dicungkil dan diketuk menggunakan hammer untuk melepas paku ladam sehingga
ladam dapat dilepaskan. Kuku dibersihkan dengan sikat kasar, lalu bagian dasar kuku
(sole) dan area frog dikikir menggunakan rennet. Sudut dinding kuku juga dipotong
menggunakan hoof cutter mengikuti alur dinding kuku. Setelah bersih, petugas mengecek
kembali kesimetrisan permukaan dan bentuk kuku. Ladam kemudian dipasang kembali
pada kuku dengan menancapkan paku ladam di sepanjang white line. Ujung paku yang
menembus keluar dibengkokkan dan dipotong. Dinding kuku dikikir dengan kikir kuku
atau gerinda hingga sudut serta permukaannya halus dan rata.

2.2 Pemotongan Kuku Sapi

2.2.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemotongan kuku sapi antara lain sikat, hoof
cutter, rennet, hammer, dan kikir.

2.2.2 Prosedur Kerja

Sebelum dipotong, kuku sapi harus dibersihkan dahulu menggunakan sikat, air,
dan sabun. Setelah bersih, bagian wall dipotong sampai bagian white line dengan
menggunakan kapak. Agar pemotongan lebih mudah, dapat dibantu dengan cara
memukulkan palu berbahan karet padat pada kapak yang digunakan untuk memotong.
Setelah rapi, bagian sole dipotong menggunakan rennet hingga batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Pemotongan bagian sole dilakukan sedikit demi sedikit hingga
terlihat bagian warna putih atau white line yang mengitari kuku. Setelah dipotong, kikir
kuku sapi agar rata dan halus.
2.3 Amputasi Jari

2.3.1 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan adalah peralatan operasi peralatan operasi (gunting, scalpel,
pinset, needle holder, jarum, dan benang), gergaji, syringe 16G, sabun, dan sikat. Bahan
yang digunakan pada operasi ini antara lain catgut ½, sediaan anestesi lokal lidocaine 2%.

2.3.2 Prosedur Kerja

Sebelum dilakukan operasi, lokasi operasi dilakukan desinfeksi dengan


membersihkan area sekitar operasi. Setelah itu anestesi lokal diinjeksikan dengan syringe
16G dan sediaan lidocaine 2%. Prosedur kerja dimulai dengan kulit yang diinsisi dari
arah axial ke abaxial di daerah coronaria, kemudian insisi dilakukan secara vertikal di
bagian cranial/dorsal dan bagian caudal/volar/plantar. Kulit dan jaringan subcutaneous
diinsisi sampai mendekati pertulangan dan untuk mengurangi pendarahan bagian axial
diinsisi terlebih dahulu. Kulit disekitar os phalanx II dan III sebagian dipreparasi dan
dihindari pemotongan kulit yang berlebihan. Amputasi dapat dilakukan dengan
memotong tulang dengan gergaji. Pastikan pemotongan hanya ⅓ bagian distal os phalanx
II dan tidak mengenai sumsum tulang. Pastikan juga sudut pemotongan 45⁰ terhadap garis
melintang. Setelah jari dipotong, dilakukan penjahitan dengan pola simple suture di
bagian plantar/palmar dan caudal sayatan, serta pola jahitan vertical suture untuk sayatan
bagian distal. Penusukan catgut ke kulit sapi dibantu dengan jarum syringe 16G. Setelah
sayatan kulit dijahit, dilakukan pembalutan luka untuk menjaga agar jahitan tidak
terbuka. Lama balutan diganti tergantung derajat penutupan luka dan keadaan pasien.
Beberapa kasus amputasi, persembuhan dialami setelah 10-14 hari dan kasus lainnya
mencapai persembuhan dalam beberapa minggu.
BAB III
PEMBAHASAN

4.1 Pemotongan Kuku Kuda

Kuda perlu dibawa ke tempat yang teduh dengan kontur tanah yang rata, misalnya
kandang yang cukup luas atau di bawah pohon. Hal ini dimaksudkan agar kuda nyaman
dan tidak stres. Kuda harus diikat terlebih dahulu untuk meminimalkan resiko kuda
mengamuk. Sebelum dipotong, petugas harus mengetahui keadaan normal kuku kuda
tersebut. Kaki kuda yang hendak dipotong diangkat, sedikit ditekuk ke belakang, dan
diposisikan dengan menjepitnya di antara kedua paha atau menggunakan tiang penahan.

Siapkan alat-alat yang dibutuhkan hoof cutter, rennet, gerinda, kikir, ladam, paku,
kapak, dan hammer. Dengan menggunakan kapak, ladam sedikit dicungkil dan diketuk
menggunakan hammer untuk melepas paku ladam sehingga ladam dapat dilepaskan.
Kuku dibersihkan dengan sikat kasar, lalu bagian dasar kuku (sole) dan area frog dikikir
menggunakan rennet. Dinding kuku juga dipotong menggunakan hoof cutter mengikuti
alur dinding kuku.

Gambar 1. Luas area pemotongan kuku (garis merah). Bagian tumit (heel) dipotong
hingga dasar frog (garis kuning).

Menurut McKendrick et al. (2006), kunci utama dalam pemotongan kuku kuda
adalah mempertahankan sudut antara bagian jari (toe) dan tumit (heel) sesuai dengan
posisi normal. Oleh karena itu, petugas perlu mengecek kembali kesimetrisan permukaan
dan bentuk kuku. Ladam kemudian dipasang kembali pada kuku dengan menancapkan
paku ladam di sepanjang white line. Ujung paku yang menembus keluar dibengkokkan
dan dipotong. Dinding kuku kemudian dikikir dengan kikir kuku dan gerinda hingga
sudut serta permukaannya halus dan rata.
Gambar 2. Kondisi kuku yang sudah dipotong dan dipasangkan ladam

Pemotongan kuku dan pemasangan ladam pada kuda penting untuk melindungi
kuku dari aus, kering, atau rapuh. Kuku yang rapuh akan menyebabkan lubang,
sedangkan kuku yang kering dan aus dapat mengalami keretakan sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan kuda pincang. Setelah pemotongan selesai, ikatan tali dapat
dilepaskan dan kuda selanjutnya dibawa berjalan berkeliling secara perlahan untuk
melihat kenyamanan dalam berjalan serta melihat kesesuaian hasil pemotongan kuku dan
pemasangan ladam. Kuku dapat dipotong kembali dalam kurun waktu 5-7 minggu
kemudian (Mckendrick et al. 2006).

4.2 Pemotongan Kuku Sapi

Untuk menjamin keselamatan petugas yang memotong kuku, maka sapi


ditempatkan di kandang jepit dan dikondisikan agar posisinya strategis untuk dipotong
kukunya. Jika diperlukan, kaki sapi yang hendak dipotong kukunya dapat diikat
menggunakan tali tambang. Sebelum dipotong, petugas harus mengetahui keadaan
normal kuku sapi tersebut. Dalam keadaan normal, kuku bagian lateral pasti lebih
panjang dibandingkan dengan medial. Kaki sapi yang hendak dipotong kukunya diangkat
dengan menggunakan tangan atau dengan bantuan katrol. Namun pada praktikum ini,
yang digunakan hanya sepotong kaki sapi yang telah disembelih sebelumnya, sehingga
dapat diposisikan di atas meja saja.

Gambar 3. Potongan kaki sapi yang akan dipotong kukunya


Pertama-tama, siapkan alat-alat yang dibutuhkan, antara lain sikat, hoof cutter,
rennet, hammer, dan kikir. Sebelum dipotong, kuku sapi harus dibersihkan dahulu
menggunakan sikat, air, dan sabun. Setelah bersih, bagian wall dipotong sampai bagian
white line dengan menggunakan kapak. Agar pemotongan lebih mudah, dapat dibantu
dengan cara memukulkan palu berbahan karet padat pada kapak yang digunakan untuk
memotong.

Gambar 4. Hasil pemotongan bagian wall kaki sapi

Setelah rapi, bagian sole dipotong menggunakan rennet hingga batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Pemotongan bagian sole dilakukan sedikit demi sedikit hingga
terlihat bagian warna putih atau white line yang mengitari kuku. Setelah dipotong, kikir
kuku kuda agar rata dan halus.

Gambar 5. Proses dan hasil pemotongan bagian sole dengan rennet

Gambar 6. Proses pengikiran kuku sapi


Tujuan dari diadakannya pemotongan kuku pada sapi adalah untuk
mengembalikan posisi awal normal kuku, menghindari terjadi kepincangan,
membersihkan kotoran, dan mendeteksi adanya infeksi pada kuku. Direkomendasikan
untuk melakukan pemotongan kuku setiap jangka waktu 4-6 bulan sekali (Hinarno et al.
2018). Pemotongan kuku sapi penting untuk dilakukan agar terjaga kebersihannya dan
terhindar dari penyakit-penyakit seperti mastitis, footrot, dan gangguan kuku yang dapat
menurunkan produktivitas susu sapi (Indarjulianto et al. 2021). Alas kandang yang kotor
sangat berpotensi untuk mengurangi kebersihan kuku sapi, baik dalam posisi berdiri
maupun rebah/berbaring (Yanuartono et al. 2019). Kuku sapi yang tidak terjaga
kebersihannya berpotensi untuk mengalami gangguan track termasuk footrot, ditambah
dengan tidak dipotongnya kuku sapi tersebut dengan tepat waktu sehingga
pertumbuhannya tidak rapi dan dapat melukai otot interdigiti. Kondisi tersebut semakin
berbahaya jika peternak tidak menyadari dan memperhatikan kondisi kuku sapi miliknya
sampai terserang gangguan (Indarjulianto et al. 2021).

Indarjulianto et al. (2021) menyatakan bahwa tracak sapi merupakan bagian tubuh
yang sangat penting bagi sapi karena merupakan tumpuan untuk menopang berat badan
sapi untuk berdiri dan berjalan. Keadaan kuku yang tidak normal dapat membuat sapi
tersebut mengalami gangguan pergerakan hingga kepincangan yang berlanjut pada
infeksi. Sebelum pemotongan kuku sapi dilakukan, petugas perlu mengetahui bagaimana
kondisi kuku sapi yang normal, di mana kuku bagian lateral umumnya sedikit lebih
panjang dibanding bagian medialnya. Hal tersebut bertujuan agar bobot tubuhnya
disangga secara merata oleh seluruh kuku dan pergerakan dapat normal. Jika terdapat
gangguan pada kukunya, sapi akan mengalami kesulitan dan enggan untuk bergerak. Hal
tersebut akan berimbas pada enggannya sapi untuk mengkonsumsi pakan sehingga
bobotnya berkurang atau produksi susunya menurun yang tentunya akan merugikan
peternak secara ekonomi. Maka dari itu, perlu dilakukan pemotongan kuku sapi dan
dijaga kebersihannya secara rutin untuk menjamin kesehatan sapi tersebut.

Setelah pemotongan selesai, tali tambang yang mengikat sapi dilepas dan posisi
kaki sapi dikembalikan seperti semula. Kemudian sapi dimasukkan ke dalam kandang
bull cras untuk dilakukan dipiing (perendaman kaki) dengan air yang dicampurkan
larutan CuSO₄ sebanyak 60 g/60 liter. Proses perendaman dilakukan selama 15 menit.
Setelah itu, sapi dapat dimasukkan kembali ke kandangnya dengan hati-hati. Jika terjadi
pendarahan, maka dilakukan penyemprotan gusanex pada bagian kuku yang luka
(Gustono et al. 2020).
4.3 Amputasi Jari

Indikasi amputasi jari biasanya dilakukan pada jari sapi yang mengalami footrot parah
dan telah dilakukan pengobatan namun tidak sembuh-sembuh. Area operasi dibersihkan dengan
sabun dan disikat satu arah. Setelah dikeringkan, anestesi lokal diinjeksikan. Operasi diawali
dengan insisi kulit dari arah axial ke abaxial di daerah coronaria, yaitu batas antara daerah kuku
yang gelap dengan awal kulit. Sayatan yang dihasilkan akan mengarah horizontal. Selanjutnya
dilakukan insisi vertikal (memutar) di bagian coronaria pada bagian cranial dan caudal. Kulit dan
jaringan subkutan dipreparasi dengan cara dikuakkan sampai mendekati tulang. Pembuluh darah
yang ditemukan di daerah tulang yaitu arteri digitalis diikat dengan menggunakan benang
sehingga apabila terpotong maka diharapkan tidak terjadi pendarahan yang terlalu banyak.

(1) (2) (3)

Gambar (1) Injeksi anastetikum (2 dan 3) insisi kulit

(4) (5) (6)

Gambar (4) Ligasi pembuluh darah; (5) Pemotongan os phalanx I; (6) Penjahitan kulit

Gambar 7 Hasil jahitan luka operasi amputasi jari


Amputasi dilakukan dengan cara pemotongan pada daerah sendi antara os phalanx II dan
III sehingga seluruh bagian di bawah os phalanx II terbuang. Pemotongan dilakukan dengan
menggunakan gergaji tulang. Lemak dan jaringan ikat longgar yang ada di sekitar tulang dan
tendon juga ikut dibuang. Setelah amputasi selesai, dilakukan penjahitan pada kulit. Kulit bagian
ventral dijahit dengan menggunakan jahitan matras agar kuat dan tidak mudah lepas. Untuk
merapikan jahitan sayatan dapat dilakukan pengguntingan yang bersisa. Sedangkan sayatan yang
mengarah horizontal dijahit dengan menggunakan jahitan sederhana.

Amputasi jari dapat digunakan untuk mengobati osteitis pedal, luxatio atau patah tulang
phalanx distal, sepsis digitalis, dan septic arthritis pada sendi interphalangeal distalis.
Keuntungannya adalah prosedurnya cepat dan murah, semua jaringan yang terinfeksi dapat
direseksi, dan ternak biasanya kembali produktif dengan cepat. Adapun kerugiannya adalah usia
produktif ternak dapat berkurang, hewan dengan bobot badan yang berat penyembuhannya
kurang baik, dan secara kosmetika meninggalkan luka yang buruk. Usia produktif sapi setelah
amputasi jari berkisar antara 10 -27 bulan.

Lokasi amputasi harus dipilih berdasarkan luasnya infeksi. Amputasi jari melalui aspek
distal dari phalanx proksimal adalah teknik yang paling umum digunakan. Prosedur ini cepat dan
sederhana. Luka jahitan terletak lebih jauh dari tanah, sehingga dapat mencegah terbentuknya
ulserasi (Desroches et al. 2008).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kesehatan kuku pada hewan ungulata berhubungan langsung terhadap kesehatan hewan.
Pemotongan kuku dapat mencegah hewan terserang oleh berbagai penyakit kuku yang dapat
menurunkan produktivitas ternak. Pemasangan ladam pada kuda bertujuan mencegah keausan
kuku. Amputasi jari dapat dipertimbangkan untuk hewan yang memiliki produktivitas tinggi.

5.2 Saran

Prosedur pemotongan kuku dan pemasangan ladam sebaiknya memperhatikan ketebalan


dan kesimetrisan bentuk kuku. Prosedur amputasi jari sebaiknya dilakukan di lingkungan yang
steril dan aseptis untuk menghindari terjadinya infeksi akibat kontaminasi dari lingkungan
kandang.
DAFTAR PUSTAKA

Gustono A, Panjaitan I, Patria CA. 2020. Teknik pemotongan kuku sapi pejantan Limousin.
Jurnal Peternakan Terapan (PETERPAN). 2(1): 7-10.

Hinarno, Henny E.A, Fathul B, Asep S, Iyus S, Rukmana. 2018. Tata laksana pemotongan kuku
pada sapi perah. ARSHI Vet Lett. 2(1):11-12.

Indarjulianto S, Sugiyanto C, Pertiwiningrum A, Yanuartono, Nururrozi A, Prabowo TA, Fauzi


AS. 2021. Kepincangan akibat kuku abnormal pada sapi perah di kandang dengan alas
karet dan beton. Jurnal Sain Veteriner. 39(2): 104-111.

Marilynn, E. 2000. Keperawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

McKendrick S, Evans C, Bagley C. 2006. Proper Basic Hoof Care. Utah (USA): Utah State
University.

Rakhmawati INNA, Batan IW, Suatha IK. 2013. Kejadian kuku aladin pada sapi bali. Indonesia
Medicus Veterinus. 2(4): 407-417.

Reni IYE, Widyastuti SK, Utama IH. 2016. Kelainan bentuk kuku sapi bali kereman yang
dipelihara di tanah berdasarkan jenis kelamin. Indonesia Medicus Veterinus. 5(3):
226-231.

Yanuartono, Nururrozi, A., Indarjulianto, S., Raharjo, S. Purnamaningsih, H. and Haribowo, N.


(2019). Review: mastitis mikotik pada ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 29(2):
109 – 13.

Anda mungkin juga menyukai