LAPORAN AKHIR
(Operasi Kastrasi)
Disusun oleh :
Kelompok 3
Nur Hikmah (B04190064)
Oscar Daniel Kusumo Digyo (B04190066)
Rainaldy al-Aziz (B04190069)
Reza Mahdiah Reflianti (B04190071)
Shafa Rahma Dini (B04190079)
Shepti Laras (B04190080)
Christina Clarice Leksono (B04190091)
Magfirah Aliyya N. I. Tangahu (B04190094)
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui dan mempelajari teknik bedah aseptis
kastrasi beserta manajemen dari persiapan pra bedah hingga perawatan
pascabedah.
BAB II
DEFINISI KASUS
2.1 Anamnesa
Gambar 1 Kucing Hashi
Hashi adalah kucing berpemilik yaitu milik salah satu anggota kelompok
kami. Pertama kali ditemukan Hashi memiliki beberapa jamur dan bekasnya serta
rambut di badan hingga kepala dicukur hingga terlihat bagian kulit, namun Hashi
sangat kooperatif.
2.2 Sinyalemen
Nama : Hashi
Jenis Hewan/Spesies : Kucing
Ras/Breed : Persian Mix
Warna bulu atau kulit : Abu-abu
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 1 tahun 1 bulan
Berat badan : 4.2 kg
Tanda khusus :-
Perawatan : Baik
Gizi : Baik
Palpasi
Leher
- Esofagus : Teraba
Inspeksi Perkusi
: Costalis
thorax - Tipe
- Gema perkusi :
pernafasan
- Ritme : Teratur
- Suara ikutan :
- Intensitas : Kuat
- Ekstrasistolik :
- Lapangan jantung :
- Uji gumba :-
- Hypogastrikus : - Sapi :
Auskultasi Anus
- Pembesaran kolon -
: Tidak ada
kucing
Jantan Betina
- Urethra :-
1.6. Alat Gerak
Inspeksi Palpasi
- Kesimetrisan ka / ki : Simetris
- Kestabilan pelvis
- Konformasi : Tegas
- Kesimetrisan : Simetris
* Catatan:
BAB III
PEMBAHASAN
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛 = 0, 42 𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒 = 0, 42 𝑚𝐿
2 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵 × 4,2 𝑘𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 = 20 𝑚𝑔/𝑚𝐿
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 = 0, 42 𝑚𝐿
b. Persiapan Operator
Persiapan operator yang dilakukan meliputi pemahaman terkait
prosedur operasi dan higiene personal. Operator perlu memahami anatomi
daerah operasi sebelum menjalankan pembedahan. Pemahaman terkait
anatomi daerah operasi dapat meminimalisir risiko perdarahan dan
komplikasi lain yang dapat terjadi selama prosedur operasi. Sebelum
operasi, operator juga harus melakukan pembersihan diri. Operator harus
dalam keadaan sehat dan bersih saat menjalankan operasi. Operator harus
mencuci tangan sebanyak 2 kali dengan menggunakan surgical scrub
(chlorhexidine gluconate) dan sikat. Setelah mencuci tangan dengan
bersih, operator dapat menggunakan perlengkapan operasi seperti hair cap,
masker, gown bedah, dan sarung tangan.
Gambar3 Persiapan Operator dan Asisten
c. Persiapan Hewan
Persiapan hewan diawali dengan memuasakan hewan selama 6-12
jam sebelum operasi untuk mencegah hewan muntah saat pembedahan.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai
kondisi kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik meliputi refleks pupil, cara
berdiri, cara berjalan, pemeriksaan suhu, denyut jantung, frekuensi napas,
capillary refill time (CRT), tekanan turgor kulit, warna mukosa, kebersihan
kulit dan bulu, serta konsistensi limfoglandula di berbagai titik. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kucing Hashi mengalami
dermatofitosis. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, diputuskan bahwa
kucing Hashi tetap dikastrasi karena berdasarkan parameter pemeriksaan
fisik lainnya menunjukkan bahwa kucing Hashi dalam keadaan sehat.
3.3 Operasi
Prosedur operasi kastrasi diawali dengan operator dan asisten operator
membuka bungkusan alat-alat dan menyusunnya sesuai dengan urutan pakai.
Setelah itu, dipastikan posisi kucing dalam telentang (dorsal recumbency) dan
telah di-restrain dengan baik. Selanjutnya, dilakukan pengolesan antiseptik berupa
povidone iodin dengan kassa oleh operator atau asisten operator dengan arah
pengolesan melingkar dari arah dalam ke arah luar. Pengolesan perlu dilakukan
satu kali putaran saja dengan tujuan agar tetap aseptis. Selanjutnya, kain duk
dibentangkan di fokus wilayah operasi. Fiksasi kain duk dilakukan pada keempat
ujung sisi wilayah operasi dan harus tepat menjepit kulit. Fiksasi kain duk dibantu
dengan towel clamp dan dilakukan oleh asisten operator maupun operator.
RR (x/menit) 20 20 16 20
b. Perawatan luka
Luka akibat pembedahan dibersihkan dengan rivanol dan povidon
iodine kemudian dioles antibiotik dalam hal ini digunakan antibiotik
gentamicin (Genoint) untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder pada
scrotum. Perlunya meminimalisir kontaminasi pada luka agar terlindungi
dari trauma yang mungkin dapat terjadi. Luka operasi senantiasa diawasi
dengan baik agar tidak terjadi infeksi dan cepat kering. Komplikasi dari
kastrasi yang sering terjadi diantaranya adalah trauma, pembengkakan,
memar, hematoma scrotalis dan infeksi. Selama tujuh hari post operasi
kastrasi, luka pembedahan mulai mengering dan tidak ditemukannya
komplikasi seperti pembengkakan ataupun infeksi.
d. Kontrol lanjutan
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Prosedur bedah harus dilakukan seaseptis mungkin, sama halnya dengan operator
dan peralatannya. Kucing yang hendak dioperasi perlu diperiksa secara fisik dan
hematologi. Tahap pre operasi kucing puasa makan 12 jam dan minum 4 jam,
pemberian premedikasi dan anestesi, dan preparasi areal bedah. Tahap operasi
dilakukan dengan dua cara berbeda yaitu kastrasi terbuka dan tertutup. Tahap
pasca operasi jahitan kucing di injeksi biodin, hematodin, serta meloxicam.
Monitoring pasien dilakukan 3 kali selama 7 hari dengan pemeriksaan fisik,
perawatan luka, serta pemberian obat amoxicillin sirup serta meloxicam per oral.
4.2 Saran
Kesiapan dan kesigapan operator beserta tim perlu ditingkatkan agar prosedur
bedah dilakukan lebih lancar. Penanganan luka operasi sebaiknya dilakukan
dengan lebih steril.
Daftar Pustaka
Aprilianti Y, Rahmiati DU, Setyowati EY, Dahlan A. 2020. Potensi anastesik
sediaan jadi kombinasi ketamin hidroklorida, atropin sulfat, dan xylazin
hidroklorida pada kucing jantan lokal. Indonesia Medicus Veterinus. 9(3):
475 - 487.
Apriyati D, Ardiani T. 2015. Perbandingan mula dan lama kerja anestesi umum
dengan premedikasi antara acepromazine dengan kombinasi
acepromazine-atropin sulfat pada kucing lokal (Felis domestica). VITEK.
5(7): 36-41.
Aryanti F dan Romadhiyati F. Penyembuhan luka pasca kastrasi pada kucing
jantan dengan menggunakan sediaan propolis cair. AgroSainta. 5(1): 1-8.
Budiana I, Nggarang KF. 2019. Penerapan teknik aseptik pada asuhan
keperawatan di ruang bedah RSUD Kabupaten Ende. Jurnal Keperawatan
Terpadu. 1(2): 56-64.
Cordero IS. 2021. Manual of Anaesthetic Monitoring in Small Animals. Howard
O, penerjemah. Zaragoza(ES): Grupo Asís Biomedia.
Fauzi A, Thunru M. 2018. Pola kuman pada alat sterilisasi dan alat medis pakai
ulang di instalasi sterilisasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Hasanuddin. Makassar. Dent J. 7(3): 125- 127.
Fossum TW. 2019. Small Animal Surgery 5th Edition. Philadelphia (US):
Elsevier.
Fossum TW. 2013. Small Animal Surgery. 4th edition. Missouri (US): Elsevier.
Gonca E. 2015. Comparison of thiopental and ketamine-xylazine anesthesia in
ischemia /reperfusion induced arrhythmias in rats. Turkish Journal of
Medical Sciences. 45(6): 1413–1420.
Komang WS, Kusumawati D. 2011. Bedah Veteriner Cetakan Pertama. Surabaya
(ID): Airlangga University Press.
Kurdi M, Theerth K, Deva R. 2014. Ketamine: Current applications in anesthesia,
pain, and critical care. Anesthesia: Essays and Researches. 8(3): 283-290.
Kreuzer M. 2017. EEG based monitoring of general anesthesia: taking the next
steps. Frontiers in Computational Neuroscience. 11(56): 1-7.
Larasati PA, Sudarmaja IM, Swastika IK. Gambaran tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang toksoplasmosis di Denpasar Utara tahun 2017. E-Jurnal
Medika. 8(3): 1-6.
Roland L, Drillich M, Iwersen M. 2014. Hematology as a diagnostic tool in
bovine medicine. Journal of Veterinary Diagnostic Investigation.
26(5):592-598.
Shoji F, Takeoka H, Kozuma Y, Toyokawa G, Yamazaki K, Ichiki M, Takeo S.
2019. Pretreatment prognostic nutritional index as a novel biomarker in
non-small cell lung cancer patients treated with immune checkpoint
inhibitors. Lung Cancer. 136:45-51.
Tilley LP, Smith FWK. 2019. Panduan Praktik Veteriner: Anjing & Kucing.
Jakarta (ID): ECG.