Disusun oleh:
Galih Satria Kusumanto, SKH / B94184220
Dibimbing oleh:
Dr. Drh. RP. Agus Lelana, SpMP, MSi.
DATA
Pemeriksaan Fisik
Anamnesa
Tanggal 9 april 2019 anak kucing berumur 2,5 bulan ras persia mengalami
diare, lemas serta feses bentuknya pasta dan bau menyengat. Menurut keterangan
owner, pakan Adik baru diganti beberapa waktu lalu. Adik yang biasanya sangat
aktif bermain seketika jadi lemas dan seperti tidak bersemangat. Adik tidak pernah
diberikan obat cacing sebelumnya karena Adik masih menyusu dengan ibunya
serta belum pernah divaksinasi sebelumnya.
Signalment Hewan
Nama hewan : Adik
Jenis/spesies hewan : Kucing
Ras/breed : Persia
Warna bulu dan kulit : Putih dan hitam
Jenis kelamin : Betina
Umur : 2.5 bulan
Berat badan : 0.58 kg
Tanda khusus : -
Status present
Keadaan Umum
Perawatan : Cukup
Habitus : Tulang punggung lurus
Gizi / BCS : Cukup / 2.5
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak pada keempat kaki
Suhu tubuh : 38.3°C
Frekuensi Nadi : 223 kali/menit
Frekuensi nafas : 41 kali/menit
Tingkah laku : Lemas
Adaptasi lingkungan : Baik
Adaptasi Lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
- Ekspresi wajah : Cemas
- Pertulangan kepala : Tegas, simetris, konformasi jelas, tidak ada
penonjolan
- Posisi tegak telinga : Tegak keduanya
- Posisi kepala : Lebih tinggi dari tulang punggung
2
Palpasi
- Turgor kulit : > 3 detik (Buruk)
- Kondisi kulit : Tidak ada kelainan, terdapat pinjal
Telinga
- Posisi : Tegak keduanya
- Bau : Bau khas cerumen
- Permukaan daun telinga : Halus dan tidak terdapat perlukaan
- Krepitasi : Tidak ada
- Refleks panggilan : Ada
Leher
- Perototan : Simetris kiri dan kanan, tidak ada
kebengkakan
- Trakea : Tidak ada refleks batuk, cincin trakea tidak
ada kelainan
- Esofagus : Tidak teraba, tidak ada isi
- Ln. Retropharyngealis/Ln. : Tidak ada perlekatan, lobulasi jelas, suhu
Mandibularis sama dengan daerah sekitarnya, tidak ada
pembengkakan, konsistensi kenyal
Palpasi
- Penekanan rongga : Tidak ada rasa sakit
thoraks
- Palpasi intercostal : Tidak ada rasa sakit
Perkusi
- Lapangan paru-paru : Tidak ada perluasan/pembesaran
- Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
- Suara pernapasan : Suara inspirasi dan ekspirasi jelas dan sama
- Suara ikutan : Tidak ada
- antara in- dan ekspirasi : Tidak ada
Perkusi
- Lapangan jantung : Tidak ada perluasan/pembesaran/kelainan
4
Auskultasi
- Frekuensi : 223 kali/menit
- Intensitas : Kuat
- Ritme : Teratur
- Suara sistolik dan : Jelas
diastolik
- Ekstrasistolik : Tidak ada
- Lapangan jantung : Tidak ada pembesaran
- Sinkron pulsus dan : Sinkron
jantung
Auskultasi
- Peristaltik usus : Terdengar
Anus
- Sekitar anus : Kotor sebagai indikasi diare
- Reflek Spinchter ani : Ada
- Pembesaran kolon : Tidak ada pembesaran
- Kebersihan daerah : Kotor
perineal
Alat gerak
- Perototan kaki depan : Tidak ada rasa sakit, simetris kiri dan kanan
- Perototan kaki belakang : Tidak ada rasa sakit, simetris kiri dan kanan
- Spasmus otot : Tidak ada
- Tremor : Tidak ada
- Sudut persendian : Tidak ada kelainan
5
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : Konformasi tegas, tidak ada kelainan
- Kaki kanan depan : Konformasi tegas, tidak ada kelainan
- Kaki kiri belakang : Konformasi tegas, tidak ada kelainan
- Kaki kanan belakang : Konformasi tegas, tidak ada kelainan
- Konsistensi pertulangan : Tegas, keras
- Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit
- Letak reaksi sakit : Tidak ada rasa sakit
- Panjang kaki depan ka/ki : Sama panjang kaki depan kanan dan kiri
- Panjang kaki belakang : Sama panjang kaki belakang kanan dan kiri
ka/ki
Lymphonodus popliteus
- Ukuran : Tidak ada pembesaran
- Konsistensi : Kenyal
- Lobulasi : Jelas
- Perlekatan/pertautan : Tidak ada perlekatan
- Suhu : Sama dengan suhu daerah sekitar
Kestabilan pelvis
- Konformasi : Tegas
- Kesimterisan : Simetris
- Tuber ischii : Teraba
- Tuber coxae : Teraba
- Identifikasi kondisi : Tidak ada perlukaan, namun terdapat pinjal
dermatologi ekstrimitas
bawah
Pemeriksaan feses
1000 (Ascarid)
6
Pemeriksaan Darah
HASIL PEMBAHASAN
Pemeriksaan Umum
Adik dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan FKH IPB (RSHP FKH
IPB) dengan kondisi lemas namun adik memiliki adaptasi lingkungan yang baik.
Anamnesa dari owner menjelaskan bahwa Adik mengalami diare yang sudah
berlangsung selama 1 hari. Untuk melihat adanya diare dan dampaknya, dilakukan
pemeriksaan fisik sebagai berikut:
Turgor kulit buruk menunjukkan bahwa hewan sedang dalam kondisi
dehidrasi (>3 detik) diakibatkan oleh diare sebagaimana dijelaskan dalam
anamnesis. Menurut Suartha (2010) status hidrasi pada kucing dapat ditentukan
dengan melihat turgor kulit karena pada saat dehidrasi, kulit kehilangan daya
elastisitasnya.
Suhu tubuh hewan 38.3 °C. Kondisi ini menunjukkan normal sesuai
pernyataan Redondo et al (2012) yang menyatakan bahwa rentang suhu normal
pada kucing berkisar pada 38.0°C – 39.5°C. Kondisi perawatannya dapat
dikatakan cukup dan gizinya pun cukup karena kondisi badan hewan tidak terlalu
gemuk juga tidak terlalu kurus.
Frekuensi napas si Adik adalah 41x/menit dengan ritme yang teratur serta
intensitas yang dalam. Frekuensi napas si Putih termasuk normal yaitu 20-
60x/menit (Ford dan Mezzaferro 2012). Frekuensi jantung kucing ini adalah
223x/menit yang berarti takikardi karena berada diatas rentang normal yaitu 90-
200x/menit (Shenck 2010). Hal ini diakibatkan oleh kondisi cemas dan stress
yang dialami Adik saat di jalan dan saat sampai di RSHP ataupun kondisi takut
saat pemeriksaan dilakukan.
Infestasi cacing pada saluran cerna menyebabkan adanya gangguan pada
penyerapan makanan pada usus yang menurun (Murniati, Sudarnika dan Ridwan
2016). Menurut Nelson dan Cuoto (2003) diare terjadi bila terdapat gangguan
transpor terhadap air dan elektrolit pada saluran cerna. Peristaltik usus yang
terdengar diakibatkan oleh banyaknya cairan dalam usus yang menyebabkan suara
peristaltik usus terdengar karena terganggunya transpor air dan penyerapan air
dalam usus halus sehingga air di dalam lumen usus menjadi lebih banyak dari
8
biasanya dan ini dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dimana suara peristaltik
usus jadi terdengar. Pemeriksaan daerah sekitar anus ditemukan banyak kotoran
atau bekas feses yang menempel pada rambut sekitar anus. Hal ini diakibatkan
oleh keadaan diare yang dialami Adik sehingga feses yang cair dapat dengan
mudah menempel di rambut sekitar anus dan mengering disana. Feses yang keluar
saat defekasi berbentuk pasta dan berwarna kekuningan. Saat diperiksa
menggunakan preparat natif feses dibawah mikroskop ditemukan telur cacing.
Beberapa saat kemudian saat Adik kembali defekasi, pada fesesnya juga
ditemukan cacing yang masih hidup. Sehingga kuat dugaan Adik mengalami
kecacingan hal ini diperkuat dengan anamnesa dari pemilik bahwa adik belum
pernah diberikan obat cacing sebelumnya, namun hal ini perlu diperiksa lebih
lanjut dengan peneguhan diagnosa berupa pemeriksaan feses Adik.
A
Pemeriksaan Feses
A. Pemeriksaan makroskopis
Feses Adik memiliki konsistensi cair dengan bentuk pasta. Baunya sedikit
menyengat dengan bau amis yang kuat. Warna feses Adik kuning pucat. Pada
feses Adik juga ditemukan cacing yang memperkuat dugaan kecacingan.
B
B. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis diawali dengan perhitungan telur cacing
dilakukan dengan metode McMaster menggunakan sampel feses Adik sejumlah 4
gram. Setelah dilakukan perhitungan dan identifikasi telur cacing, dilakukan juga
uji floating untuk dilakukan pemeriksaan apakah ada protozoa atau tidak. Hasil
dari pemeriksaan dengan uji floating menunjukkan bahwa tidak ada infeksi
9
protozoa pada feses Adik. Identifikasi jenis cacing yang dilakukan pada temuan
cacing yang berasal dari feses Adik merupakan cacing Ascaris.
intermediet host (hospes paratenik) dan yang ketiga adalah melalui air susu dari
induk kepada anaknya (Subronto 2006). Kasus Adik yang terinfeksi cacing ini
kemungkinan tertular melalui 1 dari 3 jalur tersebut mengingat Adik masih dalam
masa menyusu kepada induknya.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan adalah hematologi, ini dilakukan untuk
mengetahui profil sel darah merah maupun putih serta benda-benda darah lainnya
yang bisa digunakan untuk acuan pengobatan.
Menurut hasil pemeriksaan hematologi, ditemukan bahwa terjadi
penurunan eritrosit dan trombosit serta peningkatan kadar monosit. Menurut
Colville & Bassert (2008), monosit memiliki tiga fungsi. Pertama, membersihkan
sel debris yang dihasilkan oleh proses peradangan atau infeksi. Kedua, memproses
beberapa antigen yang menempel pada membran sel limfosit menjadi lebih
antigenik sehingga dapat mudah dicerna oleh monosit dan makrofag. Ketiga,
monosit memiliki kemampuan yang sama dengan neutrofil, yaitu untuk
menghancurkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Dalam kasus Adik,
peningkatan kadar monosit dapat dihubungkan dengan adanya infestasi cacing
serta telur cacing pada tubuh Adik yang dalam hal ini akan dianggap sebagai
benda asing sehingga meningkatkan kadar monosit.
Kadar eritrosit dalam tes hematologi yang mengalami penurunan bisa
diakibatkan umur ataupun kondisi nutrisi yang kurang baik. Defisiensi vitamin
B12 dan asam folat dapat menyebabkan kegagalan 18 pematangan dalam proses
eritropoiesis, hal tersebut mengakibatkan jumlah eritrosit dalam darah rendah
(Guyton and Hall 1997). Perbedaan umur kucing juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah. Secara umum pada saat fetus,
jumlah RBC, hemoglobin dan hematokrit meningkat secara progresif dan paling
tinggi pada saat kelahiran, tetapi menurun secara cepat pada waktu berikutnya.
MCV dan MCH menurun secara bertahap. Namun jumlah eritrosit tersebut
mengalami peningkatan seiring pertambahan umur dan relatif stabil pada umur
satu tahun ( Jain 1993). Penurunan jumlah eritrosit pada eritrosit pada kasus Adik
diakibatkan oleh adanya parasit berupa cacing dan kutu yang menyerap nutrisi
dari Adik sehingga kadar eritrosit Adik menurun.
11
Terapi
Terapi yang diberikan selama dirawat di ruang rawat inap, Adik diberikan
infus Ringer laktat dengan laju tetes sebanyak 1/35 detik sebagai terapi cairan
memperbaiki status hidrasinya. Pengobatan penyakit kecacingan pada adik
dilakukan dengan pemberian Carniverm sejumlah 1/10 tablet dengan dosis ganda
pada pemberian pertama lalu dilanjutkan dengan pemberian dosis normal pada
hari kedua dan dilanjutkan pemberian dosis normal 2 minggu setelah pemberian
terakhir.
Untuk terapi pengobatan pada kasus diarenya maka diberikan juga obat
racikan dalam bentuk kapsul yang berisikan Metronidazole sebagai antibiotik,
Pronicy sebagai antihistamin serta peningkat nafsu makan, entrostop sebagai
12
Gambar 5 Feses Adik hari pertama Gambar 6 Feses Adik hari ketiga
Gambar 7 Feses Adik hari ketiga Gambar 8 Feses Adik hari keempa
SIMPULAN
Pemeriksaan umum dan diagnosa lanjutan yang dilakukan pada Adik
menunjukkan bahwa Adik mengalami kecacingan. Konsentrasi cacing begitu
banyak hal ini ditandai dengan telur cacing per gram tinja yang mencapai 2200
yang terdiri atas 1200 strongiloides dan 1000 ascarid. Pengobatan dilakukan
menggunakan obat cacing Carniverm untuk mengatasi kecacingan, kombinasi
metronidazole, pronicy, entrostop, vitamin b12 dan vitamin b-kompleks untuk
mengatasi diare dan multivitamin imboost untuk meningkatkan imun.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson RW, Cuoto CG. 2003. Small Animal Internal Medicine Ed ke-3. Missouri
(US): Mosby Inc.
Redondo JI, Suesta P, Gil L, Soler G, Serra I, Soler C. 2012. Retrospective study
of the prevalence of post anaesthetic hypothermia in cats. Veterinary
Record. 170: 206.
15