Anda di halaman 1dari 4

3.

Pendekatan dalam Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Reseptif


Ada banyak pendekatan dalam apresiasi sastra. Dimana masinumasing memiliki cara keda
dan karakter yang berbeda. Karena apresiasi merupakan sebuah proses, maka pendekatan ini
akan memudahkan bagi seseorang untuk melakukan apresiasi sastra.

1) Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk mampu
menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya sastra tertentu,
baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Kaitannya dengan pendekatan emotif,
Aminuddin (2004:42) mengemukakan bahwa: “Pendekatan emotif adalah suatu
pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan
pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun
ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik”.
Pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pernbaca. Prinsip-prinsip
dasar yang meletarbelakangi adanya pendekatan emotif yaitu pandangan bahwa cipta
sastra merupakan dari karya seni yang hadir dihadapan masyarakat pembaca untuk
dinikmati schingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan.
Selain berhubungan dengan masalah keindahan yang lebih lanjut akan berhubungan
dengan masalah gaya bahasa seperti metafor, simile maupun penataan setting yang
mampu menghasilkan panorama yang menarik. Penikmatan keindahan itu juga dapat
berhubungan dengan menyampaikan cerita, peristiwa, maupun gagasan tertentu yang lucu
dan menarik sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan kepada pembaca.
Penikmatan keindahan itu lebih lanjut juga dapat berhubungan dengan masalah pola
persajakan dan paduan bunyi yang lebih lanjut dapat mcnghadirkan unsur-unsur
musikalitas yang merdu dan menarik. Untuk menemukan dan menikmati cipta sastra yang
mengandung kelucuan, anda tentunya juga harus memilih cipta sastra yang tertentu.
Ragam itu misalnya ragam humor dan ragam komedi.

2) Pendekatan Didaktis
Pendekatan Didaktis ada karena mutu karya sastra antara lain ditentukan oleh ada
tidaknya nilai kemanfaatan didaktis yang terkandung di dalamnya. Semakin banyak
mengandung nilai kemanfaatan didaktis-humanistik semakin tinggi pula mutu karya sastra
itu . Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat,
petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilainilai yang dapat
memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
Aminuddin (2004:47) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukaan dan
memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu
pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan
rohaniah pembaca.”
Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan
memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan.
Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu
pandangan etis, filosof, maupun agamis sehingga akan mcngandung nilai-nilai yang mampu
memperkaya kehidupan rohaniah pemhaca.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan pendekat an didaktis ini diawali dengan upaya
pemahaman satuan-satuan pokok pikiran yang tcrdapat dalam suatu cipta karta. Satuan
pokok pikiran itu pada dasamya disarikan dani paparan gagasan pengarang, haik berupa
tuturan ekspresif, komentar, dialog, maupun deskripsi peristiwa dari pengarang atau
penyairnya. Dalam penerapan pendekatan didaktis ini, sebagai pembimbing kegiatan
berpikirnya, pembaca dapat berangkat dari pola berpikir, misalnya jika Malin kundang itu
akhirnya mati karena durhaka kepada ibunya, maka dalam hidupnya, manusia itu harus
bersifat baik kepada orang tua.

3) Pendekatan Analitis
Pendekatan ini membimbing Anda untuk memahami secara lebih lengkap dibanding
pendekatan emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44) mengungkapkan bahwa:
“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur
instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan
kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya.
Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha mernahami gagasan, cara
pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam
menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap
elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam
rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan analitis ini diawali dengan kegiatan
membaca teks secara keseluruhan. Setelah itu, pembaca menampilkan beberapa
pernyataan yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik yang, membangun cipta sastra
yang dibacanya. Misalnya, sewaktu pembaca mengapresiasi salah satu judul cerpen, lewat
judul cerpen yang bacanya itu, setelah pembaca melaksanakan kegiatan baca terhadap
keseluruhan cerpen itu secara skimming, pembaca lebih lanjut menampilkan pertanyaan-
pertanyaan, misalnya bagaimana penokohannya, setting-nya, perwatakan setiap tokoh,
dan pertanyaan tentang unsur intrinsik lain yarg terdapat dalam cerpen itu. Setelah itu,
pembaca kembali membaca ulang sambil berusaha menganalisis setiap unsur yang telah
ditetapkannya.
Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD
tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan di atas. Telah memadai, jika telah
dapat mengungkapkan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat
menujukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung/saling bertentangan, serta
mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rokhaniah.
Yang mana unsur-unsur yang membangun karya sastra prosa tersebut dan bagaiamana
esensi unsur tersebut? Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau
cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan, dan titik pandang, dan gaya. Keenam unsur
itulah yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk membangun suatu cerita yang
menyenangkan dan bermakna.
Daftar Pustaka

Djuanda, D. , & Prana, I. (2006). Apresiasi sastra indonesia.


Faisal, M. (2010). Kajian Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai