Anda di halaman 1dari 15

Pendekatan dalam

apresiasi sastra
Kelompok 2
MEET OUR
GROUP
REfanti madani
hanifah
1107621278

Muhamad ade
nofan ramadan
1107621231

Amelia Novianti
1107621263

Salsabila zuhra
khairunnisa
Intana monalisa 1107621251
1107621281
Pendekatan parafrastis
Aminuddin (2004) bahwa parafrasa adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk
karya sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh
pengarang.

Tujuan dari penggunaan pendekatan parafrastis adalah:


1.Menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat pengarang, supaya dapat
memudahkan pembaca dalam memahami kandungan makna yang terdapat di suatu
cipta sastra.
2.Mempertajam, memperluas, dan melengkapi pemahaman makna yang diperoleh
pembaca itu sendiri.
Pendekatan parafrastis
Latar belakang munculnya parafrastis dalam mengapresiasi hasil karya sastra adalah
sebagai berikut.
1. Gagasan yang sama dapat disampaikan lewat bentuk yang berbeda. Maksudnya adalah
gagasan pengarang dapat dikemukakan dalam bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke
prosa.
2. Simbol konotatif dalam karya sastra dapat diganti dengan simbol lain. Simbol yang
bersifat konotatif (abstrak).
3. Pelesapan kata dalam karya sastra dapat dikembalikan ke bentuk dasar. Maksudnya
ialah kalimat atau baris dalam suatu karya sastra yang mengalami pelepasan dapat
dikembalikan lagi pada bentuk dasarnya.
4. Pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga mempermudah memahami
makna.
5. Mempertajam pemahaman gagasan melalui bentuk yang berbeda.
Pendekatan emotif
Menurut Kaunang (2022), pendekatan emotif adalah pendekatan apresiasi karya sastra
dengan cara menemukan unsur-unsur yang menyampaikan emosi dan perasaan
pembaca.

Pada prinsip dasarnya, yang melatar belakangi adanya pendekatan emotif karena
terdapat pandangan bahwa karya sastra merupakan bagian dari karya seni yang hadir
dihadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati dan mampu memberikan hiburan serta
kesenangan. Dengan melalui pendekatan emotif diharapkan pembaca mampu
menemukan unsur-unsur keindahan atau kelucuan yang terdapat dalam suatu karya
sastra (Suhendar dan Supinah, 1993).
Pendekatan emotif
Menurut Suhendar dan Supinah (1993), keuntungan yang dapat diambil dari pendekatan
emotif antara lain dapat menghadapkan pembaca kepada berbagai pertanyaan,
contohnya pertanyaan-pertanyaan tentang:

A. Adakah unsur-unsur keindahan dari karya sastra yang dibaca?


B. Bagaimana cara pengarang menampilkan keindahan itu?
C. Bagaimana wujud keindahan itu sendiri setelah digambarkan pengarang?
D. Bagaimana cara pembaca menemukan keindahan itu?
E. Berapa banyak keindahan yang dapat ditemukan?

Keindahan itu dalam karya sastra dapat diramu pengarangnya lewat penggunaan gaya
bahasa yang digunakan pengarangnya, misalnya metafora. Begitu pula dalam penataan
aturan, harus menghasilkan panorama yang menarik. Tak ketinggalan pula dalam
penyampaian cerita, peristiwa, dan gagasan harus lucu dan menarik sehingga pembaca
Pendekatan analitik
Pendekatan analitik adalah pendekatan dalam memahami mengenai gagasan cara
pengarang dalam menampilkan atau mengimajinasikan ide-idenya sikap pengarang,
dalam menampilkan gagasannya serta elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari
elemen intrinsik itu. Tujuan pendekatan ini,a gar pembaca bisa mengenal unsur-unsur
instrinsik sastra dan memahami bagaimana prinsip dari elemen karya sastra dalam
membangun keseluruhan karya sastra.

Pembaca yang menerapkan pendekatan analitik akan terangsang dalam mengajukan


pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karya sastra yang dibacanya. Dari
pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat pembaca karya sastra menyadari bahwa
karya sastra itu dibuat dengan kegiatan yang serius dan terencana sehingga dari dalam
diri pembaca tersebut timbulah rasa penghargaan terhadap karya sastra yang dibaca
(Suhendar dan Supinah, 1993).
Pendekatan analitik
Faktor yang melatarbelakangi adanya pendekatan analitik adalah:
1.Karya sastra dibentuk oleh elemen-elemen tertentu.
2.Setiap elemen dalam karya sastra mempunyai fungsi tertentu dan memiliki hubungan satu dan
lainnya meskipun karakteristik berbeda.
3.Karakteristik setiap elemen bisa ditelaah secara terpisah walau pada akhirnya setiap elemen
tersebut merupakan satu kesatuan.

Menurut Suhendar dan Supinah (1993), langkah-langkah penerapan pendekatan analatik adalah:
1.Membaca teks karya sastra secara keseluruhan.
2. Mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan unsur intrinsik dalam membangun karya
sastra (mengenai bagaimana penokohan, perwatakan, setting dan pertanyaan unsur intristik
lainnya).
3.Membaca ulang karya sastra kembali dan menganalisis setiap unsur yang diajukan.
4.Setelah menganalisis unsur tadi.
5. pembaca menelaah bagaimana fungsi dari setiap elemen yang ada bisa mewujudkan suatu karya
sastra.
Pendekatan MIMETIK
Pendekatan mimetik merupakan suatu kajian yang melihat hubungan antara karya sastra
dengan realitas, sejauh mana karya sastra dapat mempengaruhi realitas kehidupan
manusia.

Pandangan pendekatan mimetik ini adalah anggapan bahwa karya sastra merupakan
tiruan ataupun penggambaran dunia serta kehidupan manusia. Peristiwa mimetik sebuah
karya sempat dipertegas oleh Wellek dan Warren (Dalam Rahayu, 2014) mengatakan
bahwa sifat sastra memang menyajikan sebagian besar tentang kehidupan, sementara itu
kehidupan dunia nyata merupakan keadaan sosial masyarakat, Jadi, terdapat faktor tiruan
terhadap keadaan sosial dunia nyata dalam karya sastra.

Hubungan antara kenyataan dan kerekaan dalam sebuah karya sastra adalah hubungan
antara mimesis dan kreasi. Mimetik tidak mungkin tanpa kreasi, begitupun sebaliknya
kreasi juga tidak mungkin tanpa mimetik.
Pendekatan MIMETIK
Dalam teori mimetik terdapat tiga metode yang digunakan dalam kritik mimetik yaitu:

1. Kepada masyarakat tertentu, terutama masyarakat yang disebutkan dalam suatu karya
sastra diberikan angket tentang keadaan sosio-budaya masyarakat, baik pada masa lalu
ataupun masa kini.
2. Dengan menghubungkan suatu unsur yang terdapat di dalam karya sastra dengan
unsur tertentu secara bersamaan dengan unsur yang terdapat di dalam masyarakat.
Sejauh mana unsur-unsur itu benar-benar berfungsi dalam karya sastra, sejauh itu pula
hubungan antara karya sastra dengan kehidupan masyarakat.
3. Kepada anggota masyarakat tertentu yang diminta membaca karya sastra, diberikan
beberapa pertanyaan. Pertanyaan diarahkan kepada masalah sosial yang telah hilang
dalam masyarakat. Pengolahan secara kualitatif akan dapat menjawab tentang
hubungan karya sastra dengan keadaan sosialnya.
Pendekatan struktural
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya
tersebut pada unsur-unsur yang membangun dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti
karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah,
biografi pengarang, dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing


unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh. (Teeuw, 1983: 135).

Struktur dalam karya sastra (fiksi) terdiri atas alur, penokohan, tema, latar dan amanat
Pendekatan struktural
1.Alur (Plot)
Alur adalah peristiwa yang diurutkan dalam membangun cerita dan mengandung
kejelasan tentang peristiwa yang dikisahkan secara linier dan kronologis, sehingga akan
mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Adapun, tahapan alur
adalah tahap penyuntingan, tahap pemunculan konflik, tahap kadar intensitasnya, tahap
klimaks, tahap penyelesaian,

Dalam hal yang sama (Esten, 1990: 26) merumuskan bahwa alur dapat bermacam-
macam seperti berikut ini:
a)Alur maju (konvensional progresif).
b)Alur mundur, (flash back, sorotbalik, regresif).
c)Alur tarikbalik (back tracking)
Pendekatan struktural
2.Tokoh
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya
dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut. Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya
tokoh, tokoh cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama.

3.Latar (setting)
Latar adalah sesuatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceritaan.
Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 76) menyatakan bahwa latar bukan hanya menunjuk
tempat, atau waktu tertentu, tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai
pada pemikiran rakyatnya, dan kegiatannya.
a. Latar tempat (lokasi terjadinya peristiwa)
b. Latar Waktu (kapan terjadinya peristiwa)
c. Latar Sosial (perilaku kehidupan sosial masyarakat)
Pendekatan struktural
4.Tema dan Amanat
Sudjiman (1992: 57-58) mengungkapkan tema merupakan gagasan, ide atau pikiran
utama yang mendasarai suatu karya sastra. Mengenai adanya arti sebuah karya sastra
adakalanya dapat diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
pengarang, itulah yang disebut amanat. Jika permasalahan yang diajukan juga diberi jalan
keluarnya oleh pengarang, jalan keluarnya itulah yang disebut amanat. Amanat yang
terdapat pada sebuah karya sastra, bisa secara implisit atau pun secara eksplisit
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai