Value Chain
Value Chain
3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
Abstrak
Kre Alang merupakan kain khas Sumbawa yang menjadi identitas bagi masyarakat
Diterima Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Perkembangan saat ini, Kre Alang tidak hanya dimiliki
bulan September oleh penduduk Sumbawa. Pada saat ini, produksi 1 lembar Kre Alang memerlukan
waktu di atas 1 bulan. Sedangkan harga jual satu lembar Kre Alang di atas 1,5 juta
2019
rupiah. Waktu pengerjaan dan harga jual yang cukup tinggi ini menjadi tantangan bagi
UKM Kre Alang untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Daya saing produk
didapatkan melalui pengupayaan strategi yang tepat. Untuk mengoptimalkan potensi
yang dimiliki UKM Kre Alang perlu dilakukan suatu perumusan strategi pengembangan
yang dapat mengeliminir berbagai kendala yang dihadapi. Pendekatan strategi yang
Diterbitkan akan dipakai adalah analisis value chain, dimana dalam analisis value chain dapat
digunakan sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih
bulan Oktober
baik terhadap keunggulan kompetitif, dimana perusahaan dapat meningkatkan nilai
2019 tambah (value added) maupun penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha lebih
kompetitif. Analisis value chain dilakukan dengan 4 tahapan utama yaitu pengumpulan
data primer dan sekunder berhubungan dengan pelaku setiap rantai nilai, aktivitas yang
Keyword : dilakukan oleh pelaku pada setiap rantai nilai nilai tambah dan nilai akhir setiap rantai
nilai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil berupa mapping
Kre Alang, Value value chain terdiri pelaku utama adalah supplier, pengrajin Kre alang, wholeseller dan
Chain retailer. Berdasarkan analisis value chain, kompetensi inti yang dapat menjadi dasar
bagi keunggulan bersaing pengrajin Kre alang di Sumbawa adalah kemampuan para
pengrajin dalam proses tenun yang tidak mudah untuk ditiru oleh penenun lain.
1
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
menjadi tantangan bagi UKM Kre alang untuk nilai pada daya saing perikanan tuna di Kabupaten
memenuhi permintaan yang tinggi. Cilacap. Penelitian ini menggunakan metode
Dari permasalahan tersebut maka akan wawancara untuk pencarian data. Selanjutnya data
dilakukan suatu pendekatan strategi yang bertujuan yang diperoleh akan diolah menggunakan metode
untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki SEM (Structural Equation Modelling) untuk
UKM Kre alang dengan mengeliminir berbagai mendapatkan nilai kontribusi masing-masing aspek
kendala yang dihadapi. Pendekatan strategi yang terhadap daya saing perikanan tuna. Pada
akan dipakai adalah analisis value chain, dimana penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa daya
dalam analisis value chain dapat digunakan saing perikanan tuna dapat dilakuan dengan upaya
sebagai alat analisis stratejik yang digunakan untuk meningkatkan rantai nilai terutama pada bagian
memahami secara lebih baik terhadap keunggulan aspek operasional, outbound logistic dan service.
kompetitif, dimana perusahaan dapat Utomo (2017) menggunakan analisis value chain
meningkatkan nilai tambah (value added) maupun untuk penentuan kebijakan dan program
penurunan biaya sehingga dapat membuat usaha pengembangan Madu Hutan Sumbawa. Pada
lebih kompetitif. Hal ini akan membantu para penelitian ini, value chain digunakan untuk
pelaku usaha baik dari hulu hingga hilir untuk mengurai seluruh aktivitas yang terkait dengan
memiliki daya saing terhadap kompetitor. produksi Madu Hutan Sumbawa. Melalui
Sehingga Kre alang dapat menjadi produk yang penelitian ini, penulis memberikan kesimpulan
unggul. Sedangkan Urgensi Penelitian ini adalah bahwa pada pengembangan Madu Hutan Sumbawa
belum banyak digalinya strategi pengembangan diperlukan kelembagaan berupa kelompo tani yang
yang sistematis pada Kre alang yang merupakan berperan dalam meminimalkan ketidakpastian
sebuah aset budaya Sumbawa. Sehingga kepemilikansumber daya, mendukung
diperlukan sebuah upaya analisis yang dalam dan transformasi dari pendekatan bisnis tradisional ke
menyeluruh untuk pengembangan Kre alang. pendekatan yang lebih modern dan mampu
Penelitian mengambil Skema Penelitian Dosen mengelola seluruh bisnis secara independen,
Muda dikarenakan penelitian ini merupakan konsisten dengan nilai-nilai sosial budaya.
penelitian awal dari upaya peningkatan nilai Kre Kelompok tani yang solid dapat meningkatkan
alang sebagai salah satu komoditi etnis Sumbawa. organisasi pasar dan memulai standardisasiproduk.
Penelitian ini diharapkan dapat menentukan peta Novandari (2013) melakukan penelitian
penelitian selanjutnya tentang hal- hal yang perlu tentang analisis rantai nilai pada industri Batik di
dikembangkan pada komoditi Kre alang. Kabupaten Purbalingga. Dalam penelitian ini
LANDASAN TEORI dilakukan pemetaan pelaku yang terlibat dalam
rantai nilai dan mencari kompetensi yang
Analisis Value chain atau rantai nilai diperlukan dalam rantai nilai Batik Kabupaten
sudah banyak diaplikasikan untuk mengevaluasi Purbalingga. Suhartini dan Yuliawati (2014)
kegiatan produksi produk-produk lokal guna menganalisis peningkatan daya saing produk batik
meningkatkan daya saing dengan produk berskala dengan analsis value chain dengan objek penelitian
nasional maupun international. Porter’s Value di daerah Sidoarjo. Selanjutnya Mangifera (2015)
chain analysis merupakan suatu analisis strategik juga menganalisa rantai nilai pada produk industri
untuk meninjau ulang segala aktivitas dalam batik tulis di Surakarta. Banyak penelitian-
perusahaan yang memberikan nilai tambah pada penelitian serupa yang dilakukan guna
produk, dalam rangka meningkatkan keuntungan meningkatkan daya saing produk-produk lokal,
kompetitif (competititve advantage) ataupun salah satunya industri tekstil di Indonesia.
penurunan biaya (Porter, 1985). Tujuan dari Kre-Alang merupakan kain songket khas
analisis value chain adalah mengevaluasi kegiatan- Sumbawa. Dalam Danni (2013) disampaikan
kegiatan dalam perusahaan dimana perusahaan bahwa macam-macam motif pada kain (kre) yang
dapat menambahkan value untuk pelanggan atau berada di Sumbawa yaitu motif selimpat, lonto
menurunkan biaya. engal, kemang setange, pohon hayat, lasuji, pusuk
Melakukan pengembangan strategi bisnis rebong, geometris gelampok, cepa, ayam jantan,
pada sebuah usaha kecil dan menengah (UMKM) manusia Bangka dan wapak. Menurut Dinullah
diperlukan sebuah upaya khusus. Menurut Rayes dalam Danni (2013), kain tenun Sumbawa
Ahmedova (2018) terdapat enam faktor yang dapat bukanlah sekadar membuat motif dan ornamen,
berpengaruh pada peningkatan daya saing UMKM tetapi memiliki filosofi yang punya hubungan yang
yaitu akses pada keuangan, aktivitas inovasi, hak tidak dapat dipisahkan dengan pola kehidupan
milik intelektual, internasionalisasi, Penggunaan agraris warganya, kondisi alam dan lingkungan,
ICT-sumber daya manusia-manajemen strategi, representasi bentuk-bentuk kekerabatan dan
kebijakan ekonomi. Dimana value chain kebersamaan dalam kehidupan komunal mereka.
merupakan metode yang dapat digunakan untuk Pada perkembangan penelitian, masih
menguatkan manajemen strategi. Nariyono (2018) terbatas yang melakukan penelitian tentang upaya
melakukan penelitian tentang kontribusi rantai penyusunan stratejik Kre-Alang sebagai salah satu
2
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
komoditi khas Sumbawa.Penelitian dan kajian kompetensi inti pada value chainKre alang
tentang Kre-Alang masih terbatas pada kajian yang Sumbawa.
berhubungan dengan adat dan budaya.Sebagai ciri
khas Sumbawa, Kre-Alang memiliki sebuah HASIL DAN PEMBAHASAN
kelebihan untuk dikembangkan termasuk dalam Gambaran Umum Industri Kre alang-Sumbawa
komoditi industri.Oleh karena itu, dirasa perlu Berdasarkan informasi dari Diskoperindag
dilakukan penelitian mengenai analisis stratejik Sumbawa, pengrajin Kre alang-Sumbawa
tentang produksi Kre-Alang dengan menggunakan menyebar di beberapa lokasi antara lain di Desa
analisis Value chain. Poto , Desa Boak dan Desa Mapin Rea. Namun
MATODE PENELITIAN Pengrajin Kre alang di Sumbawa terpusat pada
Dusun Samri, Desa Poto, Kecamatan Moyo
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini Utara.Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
adalah sebagai berikut. wawancara dengan Ka.Sie Industri
1. Tahapan pengumpulan data yang berhubungan DISKOPERINDAG Kabupaten Sumbawa tercatat
dengan pelaku setiap rantai nilai, aktivitas yang 67 pengrajin.Hanya saja saat ini tidak semua aktif
dilakukan oleh pelaku pada setiap rantai nilai dan melakukan produksi Kre alang dengan
nilai tambah dan nilai akhir setiap rantai nilai. rutin.Pada Dusun Samri terdapat kelompok usaha
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer Kre alang yang saat ini masih aktif dan terus
maupun data sekunder. Data primer dilakukan berkembang.Nama Kelompok Usaha tersebut
melalui wawancara pada stakeholder yang adalah Kemang Langit.Saat ini Kemang Langit
berhubungan dengan segala upaya diketuai oleh bu Jaidah. Kelompok usaha ini
pengembangan kain Kre-Alang. Stakeholder didirikan dengan tujuan untuk memberikan
yang dimaksud antara lain pengrajin dan kordinasi kepada pada pengrajin Dusun Samri
pengusaha Kre-Alang, pemerhati Kre-Alang apabila terdapat bantuan dari pemerintah maupun
yang diwakili oleh anggota LATS (Lembaga lembaga lain. Bantuan yang pernah didapatkan oleh
Adat Tana Samawa) serta Dinas Koperasi, kelompok usaha ini antara lain pelatihan tentang
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten bisnis era 4.0 oleh Diskominfotik Kab.Sumbawa
Sumbawa Besar. Sedangkan data sekunder dan pelatihan produksi kain tenun oleh
dilakukan melalui studi literatur pada instansi Diskoperindag Kab.Sumbawa.
terkait untuk mendapatkan data pelengkap Pengerjaan Kre alang masih menggunakan
berupa strategi pengembangan Kre-Alang. alat tradisional yang diproduksi oleh penduduk
Populasi dalam penelitian adalah semua sekitar sentra. Kendala umum yang dihadapi oleh
pelaku yang terkait dengan usaha komoditas para Pengrajin Kre alang adalah kendala
kain Kre-Alang yang terdapat di Kabupaten pemasaran. Hal ini diperparah dengan semakin
Sumbawa Besar-Nusa Tenggara Barat. Sedang banyaknya kain Kre alang yang diproduksi oleh
sampel ditentukan secara non probabilistik pengrajin daerah lain yang memiliki harga lebih
dengan entry point adalah pengrajin kemudian murah.
dilakukan penelusuran dengan sistem bola salju
untuk mendapatkan sampel pada titik Mapping Value Chain
berikutnya hingga sampai ke konsumen, hal ini Mapping value chain pada gambar diatas
dilakukan untuk merunut alur aliran produk menggambarkan distribusi Kre alang dari produksi
yang dimulai dari hulu ke hilir. hingga konsumen akhir melewati tahapan dan
2. Tahap Mapping Value chain proses yang berbeda. Mapping value chain terdiri
Setelah teridentifikasi pelaku utama rantai dari tiga bagian yaitu aktivitas dalam value chain,
nilai dan pelaku-pelaku lain yang diperoleh pelaku utama value chain, dan lembaga- lembaga
dengan merunut ke belakang (go backward) terkait yang menunjang keberlangsungan value
maupun ke depan (go forward) maka chainKre alang. Adapun penjelasan masing-masing
ditentukan pendapatan (gain) setiap pelaku poin adalah sebeagai berikut
yang diperoleh melalui hubungan input- output. a. Aktivitas Utama Value chain
3. Tahap Analisis Value chain 1. Logistik ke Dalam (Inbound
Langkah dalam menganalisis dengan logistic)meliputi aktivitas penerimaan,
menggunakan analisis value chain : penyimpanan, pengelolaan dan
a. Mengidentifikasi aktivitas value chain. pengontrolan persediaan bahan baku,
Memisahkan kegiatan atau operasi pada pengangkutan dan pengembalian material
usaha pengrajin Kre-Alang menjadi beberapa kepada pemasok. Bahan baku pembuatan
aktivitas bisnis, dengan cara Kre alang secara umum adalah benang
mengelompokkan aktivitas atas proses warna, benang emas. Bagi pengrajin yang
tersebut ke dalam kategori primer atau memiliki skala kecil maka bahan baku
pendukung. didapatkan dari toko yang terdapat di
b. Melakukan pendataan dan analisis Sumbawa. Namun bagi pengrajin yang
3
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
memiliki skala menengah dan besar, bahan lama. Tidak heran jika kain khas Sumbawa
baku didapatkan dari toko bahan di ini memiliki nilai jual yang tinggi. Pada
Mataram hingga mendatangkan bahan dari proses pembuatan kre alang, terdapat tiga
Lampung. tahapan yaitu merane, begurin dan nesek.
Bahan baku yang digunakan oleh
pengrajin Kre alang Sumbawa memiliki Merane merupakan tahapan awal pada
beberapa variasi. Ada 3 jenis bahan baku proses pembuatan kre alang. Tahapan ini
yang digunakan. Perbedaan bahan baku merupakan proses penataan benang pada
tersebut berpengaruh kepadakualitas hasil alat yang akan digunakan sehingga
kain. 1) Bahan baku benang sintesis membentuk dasar kre alang. Pada tahapan
2)Bahan baku kain semi sintesis 3) Bahan merane terdapat beberapa aktivitas.
baku serat alam . Bahan baku jenis pertama Aktivitas pertama yaitu membentang
dapat diperoleh dari toko bahan di benang. Benang yang akan digunakan
Sumbawa. Sedangkan untuk tipe bahan diletakkan pada alat yang tersusun dengan
kedua daidapatkan di toko bahan di Kota tingkat empat. Lalu tiap ujung benang
Mataram dan jenis bahan ketiga harus tersebut disatukan untuk dibentangkan
didatangkan dari Lampung. Karena sesuai pola pada alat rane. Aktivitas kedua
persediaan yang tidak selalu ada, jarak yang adalah merakit alat. Proses ini merupakan
jauh serta harga yang mahal maka bahan lanjutan dari bentang benang. Alat yang
baku jenis ketiga jarang digunakan oleh para menjadi pondasi atau struktur kre alang
pengrajin, kecuali apabila ada permintaan diselipkan pada pola benang yang telah
khusus. Pengadaan bahan baku ini dlakukan terbentuk. Aktivitas ketiga yaitu isi sisir
langsung oleh setiap pengrajin ke masing- merupakan proses penyelipan benang satu
masing toko. Adakala pengadaan dilakukan persatu ke dalam sisir khusus kre alang.
secara kolektif antar pengrajin mengingat Beberapa pengrajin menggunakan duri
jarak sentra ke lokasi toko di kota cukup landak sebagai bantuan untuk menyelipkan
jauh. benang. Setelah itu, dilanjutkan dengan
Penyimpanan bahan baku dilakukan gulung benang yaitu proses dimana benang
dengan cara yang sederhana. Setiap benang yang telah disatukan dengan alat lalu
disimpan disebuah tempat penyimpanan dibentangkan hingga lurus agar kain yang
khusus dan diletakkan di tempat yang bersih dihasilkan nantinya dapat rapi dan padat.
dan kering. Benang disimpan berdasarkan Aktivitas berikutnya adalah membuat tata
warna ditujukan agar memudahkan proses benang yang merupakan proses
pemilihan bahan tidak kusut dan rumit. memasukkan benang pada benang
Penyimpanan bahan baku dapat berlangsung sebelumnya yang telah menyatu dengan
sampai 5 tahun. Hal ini dikarenakan bahan alat-alat agar membentuk pembatas pada
baku yang digunakan merupakan benang kain yang akan dibuat. Setelah pembatas
sintesis yang dapat bertahan lama. dibuat, dilanjutkan dengan proses merangkai
Sejauh ini belum terdapat pengelolaan jarum selit yaitu proses penyelipan lidi
dan pengontrolan bahan baku. Belum sesuai dengan pola yang sudah dibuat.Rata-
terdapat kerjasama antara pengrajin dengan rata pengrajin menghitung lidi untuk
sumber bahan baku baik yang terdapat di menghindari kesalahan dalam pengerjaan
Sumbawa maupun yang terdapat di luar kota proses nyongkat dan pembuatan motif.
(Mataram dan Lampung). Sehingga Aktivitas terakhir pada tahapan merane
kontinyuitas dan kualitas persediaan bahan adalah merakit motif yaitu proses
baku tidak dapat dijamin. Sebelum merumuskan bentuk motif sesuai yang
melakukan produksi, pengrajin melakukan diinginkan berdasarkan pola. Kebanyakan
pengecekan bahan baku yang tersedia di pengrajin masih membuat pola dengan
rumah mereka. Apabila dirasa kurang maka melihat rumus pola pada buku karena cukup
pengrajin segera ke toko untuk melakukan rumit dan sulit untuk dihafal cepat. Namun
pembelian. Kekurangan yang terjadi adalah ada sedikit pengrajin yang bisa
apabila di toko barang tidak tersedia maka menghafalkan rumus pola motif.
proses produksi secara otomatis akan
terhambat dan tidak dapat dimulai. Tahapan selanjutnya yaitu tahapan
2. Operasi (Operation) begurin yang merupakan proses yang
Kre alang merupakan kain khas dilakukan untuk memperjelas motif dengan
Sumbawa yang dibuat dengan cara menenun cara menyelipkan lidi dan mengangkat gurin
secara tradisional. Proses pembuatannya satu per satu. Begurin dilakukan secara
memerlukan ketelitian dan keahlian yang berulang-ulang hingga jumlah gurin habis.
tinggi serta waktu pembuatan yang relatif
4
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
5
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology
6
JURNAL TAMBORA VOL. 3 NO. 3 OKTOBER 2019
http://jurnal.uts.ac.id
Science and Technology