Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maulana Beryl Amrullah

NIM : 032011133165
Kelas : Hukum Pidana Ekonomi A-1

1.
Implementasi Lex Specialis derogat Lex Generalis Dalam UU DRT NO. 7 1995

Tindak pidana ekonomi adalah kejahatan dalam bidang ekonomi yang dapat merugikan negara.
UU Darurat No. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
ekonomi dibuat oleh negara dalam rangka mengantisipasi mulai berdatangannya para investor ke
Indonesia. UU Darurat No. 7 tahun 1955 membahas korupsi, penyelundupan, perbankan, dan
lain sebagainya. Namun dalam prakteknya sekarang banyak UU baru yang terpisah dari UU
Darurat No. 7 tahun 1955 contohnya UU Korupsi dan UU Kepabeanan yang merupakan isi
utama dari UU Darurat No. 7 tahun 1955. Dengan munculnya banyak UU baru tersebut
menimbulkan permasalahan apakah UU Darurat No. 7 tahun 1955 masih relevan karena semua
tindak pidana ekonomi sudah diatur secara khusus. Penyelesaian di luar Acara dalam tindak
pidana ekonomi merujuk pada Pasal 103 KUHP dimana ketentuan UU banyak yang
menyimpang dari ketentuan umum hukum pidana, maka itu merupakan hukum pidana Khusus.
Patokan tersebut sejajar dengan Lex Specialis derogat Lex Generalis. Hukum pidana ekonomi
memiliki watak tersendiri yang ternyata pada aturan strafbaarheidnya yang semuanya
menyimpang dari hukum pidana biasa. Contohnya dapatnya seseorang dipidana dari badan
hukum, perampasan barang-barang bukti, dan penyelesaian tidak berwujud.

UU Darurat No. 7 tahun 1955 mengandung banyak keistimewaan yang berbeda dengan yang
diatur dalam KUHP. UU Darurat No. 7 tahun 1955 sebagai UU tindak pidana ekonomi juga
memperluas subjek hukum seperti yang diatur dalam KUHP dimana dalam UU tindak pidana
ekonomi subjek hukum selain orang tetapi juga menyangkut badan hukum, perseroan,
perserikatan, dan juga yayasan. Sehingga UU ini merupakan UU yang menerobos KUHP,
dimana adanya perluasan subjek hukum. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang
berlaku mengatur sesuatu hal tanpa ada pencabutan untuk peraturan perundang-undangan
sebelumnya menyebabkan terjadinya tumpang tindih aturan perundang-undangan, hal tersebut
juga terjadi pada UU Darurat No. 7 tahun 1955 tentang tindak pidana ekonomi. Dalam
perundangan yang baru yang mengatur tindak pidana ekonomi secara lebih spesifik atau khusus
tidak ada suatu pasal atau kalimat yang menyebutkan bahwa UU Darurat No. 7 tahun 1955
dicabut sehingga secara otomatis masih berlaku dengan menggunakan asas Lex Specialis derogat
Lex Generalis. UU Darurat No. 7 tahun 1955 tentang pengusutan, penyidikan, dan penuntutan
adalah UU yang telah jarang dipakai dalam prakteknya, hal ini disebabkan oleh banyak materi
atau objek yang diatur dalam UU Darurat No. 7 tahun 1955 telah diatur secara khusus.
2.
Pengusutan dan Penuntutan dalam Tindak Pidana Ekonomi

Pengusutan dan penuntutan dalam tindak pidana ekonomi diatur dalam UU Darurat No. 7 tahun
1955. UU Darurat No. 7 tahun 1955 mengatur secara luas tentang pengusutan, penuntutan, dan
peradilan tindak pidana ekonomi. Lahirnya tindak pidana ekonomi sebagai tindak pidana baru
sejak tahun 1941, sehingga banyak pelanggar berpendapat, bahwa pelanggaran tindak pidana
penuntutan dan pengusutan tindak pidana ekonomi merupakan hal yang biasa dan dapat
diperhitungkan. Dalam lingkungan perdagangan banyak dari mereka yang tidak ingin berhenti
melakukan praktek dagang yang tidak baik. Pengusutan dan penuntutan dalam UU Darurat No. 7
tahun 1955 dapat dilakukan kepada badan hukum dimana hal ini merupakan keistimewaan UU
ini.

Anda mungkin juga menyukai