seperti tanaman semen hidup yang ditancap dan subur dari balik tanah, menantang untuk
Irwan Bajang segera menusuk langit. Cepat atau lambat. Dia berpikir, mungkin di sinilah segera ia akan menyelesaikannya, menghadapi akhir dunia yang ia bangun selama ini, ia jalani dengan segala sakit dan pahitnya.
Sejenak ia mengingat, tujuh malam sudah,
bayangan-bayangan dan suara datang padanya. Bayangan putih di malam pertama, kuning di malam kedua, biru di malam ketiga, dilanjutkan merah, hijau, abu, dan baru saja, hitam. Setiap
Cerita Luka Untuk Dia
bayangan dan warna membawa suara menyeramkan, menusuk telinga, berakhir dengan teriakan, mati, mati, pergi, pergi, mati!