Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PSIKOLOGI PENYAIR DALAM PUISI ‫ الكوليرا‬Al-Kulliraa

KARYA NAZIKH AL-MALAIKAH

Oleh:

Ulil Absor
(21101010068)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Teori Sastra Makro
Dosen Pengampu: Dr. Ridwan, S.Ag. M.Hum

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
PERIODE 2023/2024
A. PENDAHULUAN
Psikologi sastra merupakan salah satu kajian sastra yang bersifat
interdisipliner, karena memahami dan mengkaji sastra dengan menggunakan
berbagai konsep dan kerangka teori yanga ada dalam psikologi. Psikokogi sastra
mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau sebagai pribadi, proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang
diterapkan pada karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca.
Dalam kajian ini yang menjadi fokus adalah aspek kejiwaan pengarang yang memiliki
hubungan dengan proses lahirnya karya sastra lebih spesifik yaitu puisi.hal ini
dikarenakan puisi atau syair arab berhubungan erat dengan kondisi emosi serta
psikologi penyair pada saat itu sehingga menghasilkan sebuah karya.

Proses penciptaan puisi yang dikatakannya sebagai pengungkapan alamiah


dari perasaan-perasaan yang meluap-luap, dari getaran hati yang berkembang dalam
kesyahduan, juga menunjukkan adanya hubungan antara aspek psikologi dalam
proses penciptaan puisi . Menurut Wordsworth mengenai proses penciptaan puisi
yang dikatakannya sebagai pengungkapan alamiah dari perasaan-perasaan yang
meluapluap, dari getaran hati yang berkembang dalam kesyahduan, juga
menunjukkan adanya hubungan antara aspek psikologi dalam proses penciptaan
puisi (Hardjana, 1984:62).

Informasi tentang aspek psikologi pengarang, dapat diperoleh bukan hanya


dari yang bersangkutan secara langsung, melalui wawancara, ngobrol, maupun
tulisan atau buku hariannya, tetapi seorang peneliti juga dapat secara langsung
bergaul sendiri dan mengamati apa yang terjadi dan dialami oleh seorang
pengarang. Namun, hal ini tentu saja hanya dapat dilakukan apabila pengarang
masih hidup dan sezaman dengan peneliti.Maka dapat dikemukakan bahwa wilayah
kajian psikologi pengarang antara lain adalah aspek kejiwaan pengarang yang
berhubungan dengan penciptaan karya sastranya, pengalaman individual dan
lingkungan pengarang, dan tujuan khusus yang mendorong penciptaan karya sastra.

Salah satu penyair karya sastra arab yang terkenal adalah Nazikh Al-Malai’kah
yang lahir pada 23 Agustus 1923 di Baghdad.Bakat kesustraannya duturunkan dari
ibunya, Salma Abd al-Razzaq, adalah seorang penyair yang memiliki antologi puisi
Unsyudah al-Majad, sedangkan bapaknya selain seorang penyair juga seorang guru
bahasa dan sastra Arab yang pernah menjadi editor sebuah ensiklopedia sebanyak
20 jilid. Nazik al-Mala`ikah menempuh Pendidikan strata-1 pada Fakultas Tarbiyyah
dan selesai dengan gelar kesarjanaannya pada tahun 1944. Selelah itu ia
melanjutkan ke jenjang magister di Amerika Serikat dengan mengambil studi sastra
Inggris dengan beasiswa di Universitas Princeton, New Jersey dan selesai pada tahun
1950 dengan fokus studi sastra bandingan. Pada tahun 1954, ia datang yang kedua
kalinya ke Amerika Serikat untuk menempuh studi doktoralnya di Universitas
Wisconsin sebagai utusan dari Universitas Irak. Sekembalinya ke Irak, pada tahun
1957, ia menjadi dosen bantuan pada Fakultas Tarbiyah. Setelah itu, dirinya pindah
ke Universitas Bashrah.Antara tahun 1959-1960, Nazik al-Mala’ikah meninggalkan
Irak dan menetap di Bairut. Di tempat ini ia meluncurkan karya-karya puisi dan juga
kritiknya. Kemudian kembali lagi ke Irak untuk mengajar bahasa dan sastra Arab di
Universitas Basrah. Pada tahun 1964, ia diperistri oleh Dr. ’Abd al-Hadi Mahbubah,
Rektor Universitas Bashrah. Setelah itu, bersama dengan suami dan anak satu-
satunya Dr. Barāq akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Mesir untuk
selamanya. Sepeninggalan suaminya pada tahun 2001, Nazik Al-Malai’kah hidup
dalam keguncangan dan ketidaktentuan.Setelah larut dalam kesendiriannya selama
bertahun-tahun, akhirnya Nazik meninggal dunia pada tanggal 20 Juni 2007 di
usianya yang ke-84 tahun dan dimakamkan pada sebuah pemakaman keluarga di
Kairo.

Pemikiran Nazikh Al-Malai’kah yang terkenal adalah dia berani membuat


pembaharuan puisi Arab yang lama terikat dengan struktur yangkaku menjadi puisi
modern yang bebas. Menurut Nāzik, Puisi Bebas (al-syi‘r al-hurr) adalah puisi yang
keluar dari sistem dua syat’r dan di dalamnya terdapat keteraturan al-taf‘ilah.

karya-karya puisinya begitu banyak salah sastunya adalah puisinya yang


berjudul Al-kuullirra. Puisi ini menggambarkan suasana mesir pada saat itu ketika
dilanda wabaah penyakit kolera. Kolera adalah infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan penderitanya mengalami dehidrasi akibat diare parah. Penularan
kolera biasanya terjadi melalui air yang terkontaminasi. Jika tidak segera ditangani,
kolera dapat berakibat fatal hanya dalam beberapa jam saja. Pada akhir Juni 1883,
kasus kolera pertama di Mesir, yang baru diduduki oleh Kerajaan Inggris pada tahun
1882, terjadi di kota pelabuhan Damietta di pantai Mediterania dan menyebar
dengan cepat di Delta Nil dan ke seluruh negeri pada musim panas dan musim
gugur.penyebab semakin cepatnya penyebaran kolera di mesir adalah percepatan
transportasi laut meningkatkan lalu lintas peziarah Muslim di sepanjang garis pantai
Mesir dan jalur darat melintasi lembah Nil serta ketergantungan sumber air bersih
yang didapatkan dari kanal-kanal Sungai Nil. Epidemi kolera yang menyebar ke
seluruh Mesir pada bulan-bulan terakhir tahun 1947 merupakan salah satu wabah
penyakit terbesar pada abad ke-20. jumlah korban tewas di seluruh Mesir pasti
antara 150.000 dan 190.000(Mimaut:1948).

B. ISI
Puisi yang berjudul ‫ الكوليرا‬karya nazikh malaikah ini secara sekilas dilihat dari
bentuk puisinya tersusun atas 52 larik yang didalamnya tersusun dari atas ke
bawah.bentuk pusinya terlihat tidak sama Panjang dalam setiap lariknya,namun
memiliki unsur keindaahan.
peneliti telah mengklasifikasikan lirik terhadap suasana psikologi pengarang.
1. Kebingungan dan kepanikan
Pada suatu malam yang tenang penyair berubanh menjadi suasana yang mencekam
dikejutkan ini dibuktikan pada bait
‫سكن الليل‬
Malam tenang
‫أصغ إلى َو ْق َع َص َد ى اَألَّن اُت‬
Dengarlah tanda rintihan yang menggema
‫في عمق الظلمة تحت الصمت على األموات‬
Dikegelapan yang kelam, dalam keheningan terdapat kematian
‫صرخات تعلو تضطرب‬
Jeritan meninggi, menyakitkan
‫حزن يتدفق يلتهب‬
Sedih mengalir, meradang
‫يتعثر فيه صدى اآلهات‬
Disana ada gejolak rintih yang bersautan
‫في كل فؤاد غليان‬
Disetiap hati yang mendidih
‫في الكوخ الساكن أحزان‬
Dalam gubuk sunyi bersemayam kesedihan
‫في كل مكان روح تصرخ في الظلمات‬
Disetiap kegelapan ada ruh yang menjerit
‫في كل مكان يبكي صوت‬
Dimana-mana terdengar suara tangisan
‫هذا ما قد َم َّز َقُه الموت‬
Inilah robekan kematian
‫الموت الموت الموت‬
Kematian, kematian, kematian

Di malam tersebut terdengar banyak suara. Suara tersebut merupakan suara rintihan
yang terdengar merintih dan menjerit kesakitan yang semakin keras. Suara tersebut
saling bersautan seakan orang yang menangis ini semakin banyak. Suara mereka
bersautan karena gejolak emosi yang memuncak.

2. Rasa Duka danKesedihan


Penyair mengungkapkan rasa duka yang dialami oleh Nil. Nil menjadi interpretasi
negara Mesir. Pada pagi hari ketika fajar menyingsing, terlihat jejak-jejak kaki orang-
orang yang berduka. Mereka hanya bisa berduka dan meratapi keadaan.

‫يا ُح ْز َن النيل الصارخ مما فعل الموت‬


Duhai duka Nil yang menjerit atas ulah kematian
‫طلع الفجر‬
Fajar telah terbit
‫أصغ إلى وقع ُخ طى الماشين‬
Lihatlah jejak terlukis dari para pejalan kaki
‫ انظر ركب الباكين‬,‫ أصح‬,‫في صمت الفجر‬
Dalam keheningan fajar, perhatikanlah, lihatlah kafilah para penduka
‫ عشرونا‬,‫عشرة أموات‬
Sepuluh kematian, menjadi dua puluh
‫ال ُت حص أصح للباكينا‬
Jangan menghitung lagi orang-orang yang mati, tapi perhatikanlah orang yang
‫اسمع صوت الطفل المسكين‬
Dengarlah suara tangisan anak yang malang
‫َم ْو َت ى َم ْو َت ى ضاع العدد‬
Mayat,mayat, bilangan yang telah hilang
‫َم ْو َت ى موتى لم َي ْبَق َغُد‬
Mayat, mayat, tidak menyisakan hari esok
‫في كل مكان َج َس د يندبه محزون‬
Disetiap tempat ada mayat yang diratapi kesedihan
‫ال لحظة إخالد ال صمت‬
Tidak ada jeda yang menghampiri keheningan

‫ هذا ما فعلت كف الموت‬Inilah yang dilakukan tangan-tangan kematian


‫الموت الموت الموت‬
Kematian, kematian, kematian

Duka mereka begitu mendalam karena korban yang berjatuhan semakin hari
semakin bertambah. Pada larik ‫ مزتى َم ؤَت ى َص اَع الَع َد ُد‬mayat-mayat bilangan yang telah
hilang", penyair menggambarkan bahwa mayat-mayat yang mati sudah tidak
terhitung lagi jumlahnya karena saking banyaknya yang meninggal. Hari demi hari
korban semakin banyak sehingga seakan tidak ada jeda untuk berhenti sejenak.ini
merupakan kondisi mesir pada saat itu.

3. Mengeluh dan putus asa


Penyair menggambarkan manusia mengeluh terhadap apa yang terjadi

‫تشكو البشرية تشكو ما يرتكب الموت‬


Manusia mengeluh,mengeluh atas apa yang dilakukan kematian
‫الكوليرا‬
kolera

4. Ketakutan
Penyair menggambarkan wabah kolera seperti masuk kedalam goa yang
menyeramkan sehingga mereka menjadi ketakutan dan tidak bisa melakukan apa-
apa.Tidak ada peenyembuhnya mereka sebentar lagi akan mati,seolah-olah
kematian adalah obatnya.

‫في َك ْهِف الُّر ْع ب مع األشالء‬


Dalam gua yang menakutkan dna kelumpuhan
‫في صمت األبد القاسي حيث الموت دواء‬
Dalam keheningan yang abadi yang kejam seolah-olah mati adalah obatnya
‫استيقظ داء الكوليرا‬
Kolera bangkit
‫حقدا يتدفق موتورا‬
Dengki mengalir deras
‫هبط الوادي المرح الوضاء‬
Ia turun ke oase kebahagiaan yang murni
‫يصرح مضطربا مجنونا‬
Menjerit kebingungan yang menggila
‫ال يسمع صوت الباكينا‬
Ia tak mendengar suara tangisan
‫في كل مكان خلف مخلبه أصداء‬
Dibalik cengkraman pada setiap tempat yang terus menggema
‫في كوخ الفالحة في البيت‬
Dalam gubuk petani, dalam rumah
‫ال شيء سوى صرخات الموت‬
Tak ada sesuatupun kecuali jeritan kematiam

‫الموت الموت الموت‬


Kematian, kematian, kematian

5. Tersiksa
Melukiskan penderitaan akibat penyakit kolera terasa semakin tersiksa.kehidupan
menjadi berubah dan monoton sehingga tidak nyaman untuk dijalani.bukan hanya
penderitaan fisik tetapi juga penderitaan psikis.

‫في شخص الكوليرا القاسي ينتقم الموت‬


Dalam tubuh penderita kolera terdapat kematian yang menyiksa

‫الصمت مرير‬
Keheningan yang pahit

6. Pasrah dan berdoa


Penyair menggambarkan manusia pada saat itu hanya bias bertakbir dan memohon
pertolongan kepada Alloh SWT,mereka seakan akan hidup sendiri tidak mempunyai
siapa-siapa lagi.

‫ال شيء سوى رجع التكبير‬


Tak ada sesuatupun kecuali suara takbir
‫حتى حفار القبر ثوى لم يبق َن ِص ير‬
Hingga penggali kuburpun mati tidak ada yang menolongnya
‫الجامع مات مؤذنه‬
Masjidpun kehilangan muadzinnya
‫الميت من سيؤبنه‬
Mayat orang yang berduka
‫لم يبق سوى نوح وزفير‬
Tak ada yang tersisa kecuali ratapan dan rintihan
‫الطفل بال أم وأب‬
Seorang anak tanpa ibu dan bapak
‫يبكي من قلب ملتهب‬
Dia menangis dari hati yang tersiksa
‫وغًد ا ال شك سيلقفه الداء الشرير‬
Besok pasti akan direnggut oleh penyakit yang menyeramkan
‫یا شبح الهيضة ما أبقيت‬
Wahai hantu yang tak menyisakan apa-apa
‫ال شيء سوى أحزان الموت‬
Tak ada sesuatupun kecuali kematian yang menyedihkan
‫الموت الموت الموت‬
Kematian, kematian, kematian
‫يا مصر شعوري مزقه ما فعل الموت‬
Wahai mesir yang ttelah dikoyak oleh kejamnya kematian

C. KESIMPULAN
Penyair hidup pada saat peristiwa wabah penyakit kolera dimesir. Dalam
menciptakan karya Puisi Al-Kuulliraa penyair selain menjadi pengarang juga
memposisikan dirinya sebagai penderita musibah kolera sehingga perasaan yang
dirasakan begitu nyata, tercermin dengan perasaan
sedih,ketakutan,menderita,kepanikan seorang penyitas wabah kolera. Selain iti
penyair juga memposisikan sebagai pengamat sehingga dalam puisi ini tergambar
jelas bagaimana kondisi mesir pada waktu itu ketika dilanda wabah
kolera.ketidakberaturan Panjang pendeknya larik bagi penulis dapat dikatakan
bahwa sang penyair ingin menunjukan adanya dinamika perasaan yang tidak stabil
seakan begerak naik turun,sesuai dengan kondisi kehidupan masa itu.

Daftar Pustaka
Wiyatmi.2011.Pesikologi sastra dan Aplikasinya.Yogyakarta:Kanwa Publisher.
Andangdjaja,Hatojo.1986.Puisi Arab Modern.Jakarta:Dunia Pustaka jaya.
A.Teeuw.1984.Sastra dan ilmu Sastra:Pengantar Teori Sastra.Jakarta:Pustaka Jaya

Altoma,Prof.Salih j.1997.Nazik Al-Mala’ika poetry and Its critical Reception In The


west.Arab Studies Quarterly.Indian university

Qiwarunnisa, dkk. 2018. “Simbolisme Hujan dalam Novel Hujan Karya Tere Liye”. Jurnal
Sastra Indonesia. Vol. 7. No.3.

Wawaysadhya, “Kematian Menurut Louis Leahy”, Jurnal Kenosis, No. 2, Vol. 5, 2019

Nurfitri. 2014. Skirpsi: “Tema Kesedihan dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al-
Malaika”. Depok: Universitas Indonesia
Atho’illah,Achmad, “NĀZIK AL-MALĀ`IKAH: Sepintas Biografi dan Pemikirannya tentang
Puisi Bebas(Studi Tokoh Arab)” Adabiyyāt, Vol. 8, No. 1, Juni 2009

Matthew Smallman-Raynor,Andrew D. Tebing. The diffusion of cholera in Egypt, 1947: a


time-space analysis of one of the largest single outbreaks in the twentieth century.
Journal of Historical Geography.Volume 54, October 2016, Pages 24-37

FO 78/202, Barker, 2 September 1831, AE, CCC, Alexandrie., vol. 24, Mimaut, 23
October and 18 November 1831. In 1848, Francesco Grassi wrote that 12,000 to
15,000 were buried in and around Alexandria during September 1831; FO 78/759,
Gilbert, 30 December 1848.

Anda mungkin juga menyukai