Oleh:
Ulil Absor
(21101010068)
Salah satu penyair karya sastra arab yang terkenal adalah Nazikh Al-Malai’kah
yang lahir pada 23 Agustus 1923 di Baghdad.Bakat kesustraannya duturunkan dari
ibunya, Salma Abd al-Razzaq, adalah seorang penyair yang memiliki antologi puisi
Unsyudah al-Majad, sedangkan bapaknya selain seorang penyair juga seorang guru
bahasa dan sastra Arab yang pernah menjadi editor sebuah ensiklopedia sebanyak
20 jilid. Nazik al-Mala`ikah menempuh Pendidikan strata-1 pada Fakultas Tarbiyyah
dan selesai dengan gelar kesarjanaannya pada tahun 1944. Selelah itu ia
melanjutkan ke jenjang magister di Amerika Serikat dengan mengambil studi sastra
Inggris dengan beasiswa di Universitas Princeton, New Jersey dan selesai pada tahun
1950 dengan fokus studi sastra bandingan. Pada tahun 1954, ia datang yang kedua
kalinya ke Amerika Serikat untuk menempuh studi doktoralnya di Universitas
Wisconsin sebagai utusan dari Universitas Irak. Sekembalinya ke Irak, pada tahun
1957, ia menjadi dosen bantuan pada Fakultas Tarbiyah. Setelah itu, dirinya pindah
ke Universitas Bashrah.Antara tahun 1959-1960, Nazik al-Mala’ikah meninggalkan
Irak dan menetap di Bairut. Di tempat ini ia meluncurkan karya-karya puisi dan juga
kritiknya. Kemudian kembali lagi ke Irak untuk mengajar bahasa dan sastra Arab di
Universitas Basrah. Pada tahun 1964, ia diperistri oleh Dr. ’Abd al-Hadi Mahbubah,
Rektor Universitas Bashrah. Setelah itu, bersama dengan suami dan anak satu-
satunya Dr. Barāq akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Mesir untuk
selamanya. Sepeninggalan suaminya pada tahun 2001, Nazik Al-Malai’kah hidup
dalam keguncangan dan ketidaktentuan.Setelah larut dalam kesendiriannya selama
bertahun-tahun, akhirnya Nazik meninggal dunia pada tanggal 20 Juni 2007 di
usianya yang ke-84 tahun dan dimakamkan pada sebuah pemakaman keluarga di
Kairo.
B. ISI
Puisi yang berjudul الكوليراkarya nazikh malaikah ini secara sekilas dilihat dari
bentuk puisinya tersusun atas 52 larik yang didalamnya tersusun dari atas ke
bawah.bentuk pusinya terlihat tidak sama Panjang dalam setiap lariknya,namun
memiliki unsur keindaahan.
peneliti telah mengklasifikasikan lirik terhadap suasana psikologi pengarang.
1. Kebingungan dan kepanikan
Pada suatu malam yang tenang penyair berubanh menjadi suasana yang mencekam
dikejutkan ini dibuktikan pada bait
سكن الليل
Malam tenang
أصغ إلى َو ْق َع َص َد ى اَألَّن اُت
Dengarlah tanda rintihan yang menggema
في عمق الظلمة تحت الصمت على األموات
Dikegelapan yang kelam, dalam keheningan terdapat kematian
صرخات تعلو تضطرب
Jeritan meninggi, menyakitkan
حزن يتدفق يلتهب
Sedih mengalir, meradang
يتعثر فيه صدى اآلهات
Disana ada gejolak rintih yang bersautan
في كل فؤاد غليان
Disetiap hati yang mendidih
في الكوخ الساكن أحزان
Dalam gubuk sunyi bersemayam kesedihan
في كل مكان روح تصرخ في الظلمات
Disetiap kegelapan ada ruh yang menjerit
في كل مكان يبكي صوت
Dimana-mana terdengar suara tangisan
هذا ما قد َم َّز َقُه الموت
Inilah robekan kematian
الموت الموت الموت
Kematian, kematian, kematian
Di malam tersebut terdengar banyak suara. Suara tersebut merupakan suara rintihan
yang terdengar merintih dan menjerit kesakitan yang semakin keras. Suara tersebut
saling bersautan seakan orang yang menangis ini semakin banyak. Suara mereka
bersautan karena gejolak emosi yang memuncak.
Duka mereka begitu mendalam karena korban yang berjatuhan semakin hari
semakin bertambah. Pada larik مزتى َم ؤَت ى َص اَع الَع َد ُدmayat-mayat bilangan yang telah
hilang", penyair menggambarkan bahwa mayat-mayat yang mati sudah tidak
terhitung lagi jumlahnya karena saking banyaknya yang meninggal. Hari demi hari
korban semakin banyak sehingga seakan tidak ada jeda untuk berhenti sejenak.ini
merupakan kondisi mesir pada saat itu.
4. Ketakutan
Penyair menggambarkan wabah kolera seperti masuk kedalam goa yang
menyeramkan sehingga mereka menjadi ketakutan dan tidak bisa melakukan apa-
apa.Tidak ada peenyembuhnya mereka sebentar lagi akan mati,seolah-olah
kematian adalah obatnya.
5. Tersiksa
Melukiskan penderitaan akibat penyakit kolera terasa semakin tersiksa.kehidupan
menjadi berubah dan monoton sehingga tidak nyaman untuk dijalani.bukan hanya
penderitaan fisik tetapi juga penderitaan psikis.
الصمت مرير
Keheningan yang pahit
C. KESIMPULAN
Penyair hidup pada saat peristiwa wabah penyakit kolera dimesir. Dalam
menciptakan karya Puisi Al-Kuulliraa penyair selain menjadi pengarang juga
memposisikan dirinya sebagai penderita musibah kolera sehingga perasaan yang
dirasakan begitu nyata, tercermin dengan perasaan
sedih,ketakutan,menderita,kepanikan seorang penyitas wabah kolera. Selain iti
penyair juga memposisikan sebagai pengamat sehingga dalam puisi ini tergambar
jelas bagaimana kondisi mesir pada waktu itu ketika dilanda wabah
kolera.ketidakberaturan Panjang pendeknya larik bagi penulis dapat dikatakan
bahwa sang penyair ingin menunjukan adanya dinamika perasaan yang tidak stabil
seakan begerak naik turun,sesuai dengan kondisi kehidupan masa itu.
Daftar Pustaka
Wiyatmi.2011.Pesikologi sastra dan Aplikasinya.Yogyakarta:Kanwa Publisher.
Andangdjaja,Hatojo.1986.Puisi Arab Modern.Jakarta:Dunia Pustaka jaya.
A.Teeuw.1984.Sastra dan ilmu Sastra:Pengantar Teori Sastra.Jakarta:Pustaka Jaya
Qiwarunnisa, dkk. 2018. “Simbolisme Hujan dalam Novel Hujan Karya Tere Liye”. Jurnal
Sastra Indonesia. Vol. 7. No.3.
Wawaysadhya, “Kematian Menurut Louis Leahy”, Jurnal Kenosis, No. 2, Vol. 5, 2019
Nurfitri. 2014. Skirpsi: “Tema Kesedihan dalam Puisi Al-Kuuliiraa Karya Nazik Al-
Malaika”. Depok: Universitas Indonesia
Atho’illah,Achmad, “NĀZIK AL-MALĀ`IKAH: Sepintas Biografi dan Pemikirannya tentang
Puisi Bebas(Studi Tokoh Arab)” Adabiyyāt, Vol. 8, No. 1, Juni 2009
FO 78/202, Barker, 2 September 1831, AE, CCC, Alexandrie., vol. 24, Mimaut, 23
October and 18 November 1831. In 1848, Francesco Grassi wrote that 12,000 to
15,000 were buried in and around Alexandria during September 1831; FO 78/759,
Gilbert, 30 December 1848.