Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada prinsipnya, kesehatan itu adalah hak milik semua orang. Bila masyarakat sehat,
produktifitas akan meningkat. Peningkatan produktifitas akan meningkatkan pendapatan.
Peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi masyarakat, termasuk untuk
kesehatannya. Dengan membuat masyarakat menjadi sehat, kesejahteraan rakyat bisa
diwujudkan.
Sehat bukan hanya bebas dari penyakit fisik, karena keluhan-keluhan yang dilontarkan
seseorang kepada tenaga kesehatan sangat dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar gangguan
fisiknya, seperti mental emosional,, sosial, dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan yang baik, sangat diimpikan oleh masyarakat dalam menunjang
terwujudnya masyarakat yang sehat. Mewujudkan masyarakat sehat tidak bisa dilaksanakan oleh
Pemerintah saja, tetapi juga dibantu oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau Non Government
Organization.

UKBM LSM
LSM Air
Perilaku Hidup
Serat Mikro
Mineral Bersih dan Sehat
Vitamin KSM

Protein Makro
Lemak Pendapatan
Karbohidrat
tinggi Mutu Layanan
Gizi Seimbang Yang Baik

Proses Masyarakat Bayi,


Produktivitas Anak sekolah,
Sehat meningkat Pekerja
Lingkungan Sehat Bumil,
Pemerintah Pasien,
Lansia,
- AirBersih Pendapatan
- Jamban sehat tinggi
- Pengelolaan Sampah
- Pembuangan limbah sehat KSM
LSM Perilaku Hidup
LSM
UKBM Bersih dan Sehat

Untuk mewujudkan Konstruksi Sehat, paradigma yang dipakai adalah paradigma sehat
(aku akan menjaga kesehatanku agar aku bisa produktif bekerja), bukan paradigma sakit (bila aku

1
sakit, maka aku akan berobat). Prioritas program utama adalah Promotif dan preventif
(peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit), bukan kuratif (pengobatan).
Dari skema di atas terlihat bahwa, kesehatan masyarakat bisa diwujudkan dengan
penekanan prioritas pada perilaku hidup bersih dan sehat, keseimbangan pola konsumsi,
terbangunnya lingkungan yang sehat, dan terciptanya mutu pelayanan kesehatan yang baik.
Bila Konstruksi Sehat gagal diwujudkan, maka masyarakat bisa terjebak ke ”Konstruksi
Sakit” sebagaimana digambarkan dalam sketsa berikut ini :

Pendapatan • TBC
Perilaku Gizi Rendah • Campak
Jelek Tidak Seimbang
• HIV / AIDS
Produktifitas • Flu babi
menurun • Kusta
Merokok, • Pneumonia
Minuman keras, Penyakit Degeneratif /
Mkn dipanaskan, Tidak Menular
Berfikir negatif,
Emosi tak stabil Langsung Air tergenang
• DBD
• Gizi buruk, anemia, • Malaria
Mutu Layanan • Hipertensi, Stroke • Cikungunya
Tidak Baik Bukan
• Jantung, • Filariasis
Binatang Ternak
•Diabetes
(Nyamuk)
• Kanker, dll

Imunasi Tidak
Penyakit Langsung • Flu burung
• Rabies
Tak cuci tangan, Menular
Binatang Ternak • Anthrax
BAB Sbrngn,
Sampah serak2,
Air tergenang Produktifitas
Menurun

Perilaku Pendapatan
Lingkungan Rendah
Jelek Tidak Sehat

Dari skema di atas jelas sekali terlihat bahwa bila perilaku atau gaya hidup jelek, gizi tidak
seimbang, lingkungan tidak sehat, dan pelayanan kesehatan kurang baik, maka masyarakat akan
jatuh dalam “Konstruksi Sakit”.
Bila konstruksi sakit yang berkembang di tengah masyarakat, maka biaya kesehatan akan
membengkak, karena akan banyak sekali anggaran dibutuhkan untuk memberantas berbagai
penyakit, terutama penyakit menular. Apalagi, penyakit tidak menular sudah mulai merebak dan
akan menyedot berbagai sumber daya dalam menanggulanginya. Bila masyarakat terjebak dalam
konstruksi sakit, maka produktifitas dan pendapatan masyarakat akan menurun, dan kemiskinan
sukar ditanggulangi.

2
Agar masyarakat suatu Desa tidak terjebak dalam Konstruksi sakit, maka perlu diwujudkan
“Program Desa Sehat” secara komprehensif. Program Desa sehat mempunyai standar – standar
dan indikator. Dasar hukum Program Desa Sehat adalah :
1. Kepmendagri No. 650/174 Tahun 1998 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembinaan
Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota Sehat
2. Kepmendagri No. 650-185 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Pembinaan Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota Sehat
3. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005
dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005 Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat

B. PENGERTIAN : 
1. Desa sehat
Adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk
dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi di dalam masyarakat yang saling
mendukung melalui koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Desa Sehat dan difasilitasi oleh sektor
terkait dan sinkron dengan perencanaan masing-masing desa. Program Desa Sehat dicapai
melalui penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati
masyarakat dan pemerintah daerah.
2. Kawasan Sehat
Adalah suatu kondisi wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat bagi masyarakat,
melalui peningkatan suatu kawasan potensial dengan berbagai kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati masyarakat, kelompok usaha dan pemerintah daerah.
3. Forum Kabupaten Sehat dan Forum Komunikasi Desa Sehat
Adalah wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan menyalurkan aspirasinya. Di
Kabupaten disebut Forum Kabupaten sehat atau nama lain yang disepakati masyarakat. Forum
Kabupaten Sehat berperan menentukan arah, prioritas, dan perencanaan pembangunan
wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek, sehingga dapat mewujudkan wilayah yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya. Di Kecamatan disebut Forum
Komunikasi Desa Sehat (FKDS) atau nama lain yang disepakati masyarakat. FKDS mempunyai
peran mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensimplikasikan perioritas,
perencanaan antara Desa satu dengan Desa lainnya di wilayah Kecamatan yang dilakukan oleh
masing-masing Pokja Desa Sehat.
4. Kelompok Kerja (Pokja) Desa Sehat
Adalah wadah bagi masyarakat di pedesaan yang bergerak dibidang usaha ekonomi,
sosial dan budaya, dan kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi dalam
kegiatan yang disepakati mereka.

3
5. Tatanan  
Adalah sasaran Kabupaten, Kecamatan, dan Desa Sehat yang sesuai dengan potensi dan
permasalahan pada masing-masing Desa dan Kecamatan di Kabupaten.

C. TUJUAN 
Tujuan Program Desa Sehat pada dasarnya adalah tercapainya kondisi Kabupaten<
Kecamatan, dan Desa untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan
bekerja bagi warganya dengan terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor
lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktifitas dan perekonomian masyarakat. 

D. SASARAN
1. Terlaksananya program kesehatan dan sektor terkait yang sinkron dengan kebutuhan
masyarakat, melalui perberdayaan Kelompok Kerja (Pokja) yang disepakati masyarakat.
2. Terbentuknya Kelompok Kerja (Pokja) masyarakat yang mampu menjalin kerjasama antar
masyarakat, pemerintah Kecamatan, Kabupaten, dan pihak swasta, serta dapat
menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan
berkelanjutan dalam mewujutkan sinergi pembangunan yang baik.
3. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial – budaya, perilaku, dan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan
memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di Desa tersebut secara mandiri.
4. Terwujutnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan produktifitas
masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat
menjadi lebih baik.

E. MODEL KEMITRAAN
Berdasarkan peran masing-masing stakeholder yang terkait dengan Program Desa Sehat,
bentuk kerjasama dalam pelaksanaan Program Desa Sehat adalah Community Based Provision
(CBP). Dalam CBP pengorganisasian dan biaya material biasanya disediakan oleh NGO – NGO,
sumbangan – sumbangan, asisten pengurus pembangunan, ataupun pemerintah. Jadi dalam
pelaksanaan Program Desa Sehat, Pemerintah dan Dinas Kesehatan hanya sebagai fasilitator
namun kegiatannya sepenuhnya dilaksanakan oleh Kelompok kerja yang terdiri atas tokoh
masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Kelompok kerja yang ada tersebut
kemudian yang akan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan, memformulasikan kegiatan,
melaksanakan dan memantau kegiatan, serta menggerakkan potensi yang ada di masyarakat. 

4
F. CIRI-CIRI DESA SEHAT
1. Program Desa Sehat dilaksanakan dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku
melalui pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) yang disepakati masyarakat dengan
dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait melalui
program yang telah direncanakan.
2. Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi.
3. Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan pemerintah
sebagai fasilitator.
4. Mengutamakan proses, tapi tetap punya target – target antara, tidak mempunyai batas
waktu, berkembang sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat.
5. Menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan di Desa, secara bertahap,
dimulai dengan kegiatan yang menjadi prioritas bagi masyarakat di Desa didasarkan
kesepakatan dari masyarakat (Toma, LSM setempat).
6. Perencanaan yang disusun juga merupakan Master Plan Desa.
7. Perlu komitmen kuat dari Pemerintah Kabupaten yang merupakan partner kunci
pelaksanaan kegiatan
8. Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, geografis, dan budaya
setempat.
9. Setiap Desa menetapkan tatanan potensial sebagai entry point“ yang dimulai dengan
kegiatan sederhana yang disepakati masyarakat”, kemudian berkembang dalam aspek
yang lebih luas, menuju Desa Sehat.
10. Kesepakatan tentang pilihan tatanan Desa Sehat dengan kegiatan yang menjadi pilihan
serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh Kelompok Kerja.
11. Program-program yang belum menjadi pilihan masyarakat diselenggarakan secara rutin
oleh masing-masing sektor dan secara bertahap program-program tersebut
disosialisasikan secara intensif kepada masyarakat dan sektor terkait melalui pertemuan-
pertemuan yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja.
12. Pelaksanaan kegiatan Desa Sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh Desa yang
bersangkutan bekerjasama dengan sektor terkait.
13. Evaluasi kegiatan Desa Sehat dilakukan oleh Pemerintahan Desa bersama Pokja,
pemerintah daerah, LSM, dan para pelaku pembangunan lainnya.

G. STRATEGI
1. Melibatkan semua potensi yang ada di masyarakat untuk terlibat dalam Pokja, sebagai
penggerak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
2. Pokja didampingi oleh sektor tekhnis sesuai dengan potensi tatanan sehat, dengan
melakukan advokasi kepada penentu kebijakan.

5
3. Mengembangkan kegiatan yang sesuai dengann visi dan misi potensi Desa dengan
berbagai simbol, moto, dan semboyan yang dipahami dan memberikan rasa kebanggaan
bagi warganya.
4. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat sesuai dengan kondisi setempat baik
berupa media tradisional, media cetak, elektronik, dan melalui internet,.
5. Meningkatkan potensi ekonomi Desa dengan kegiatan yang menjadi kesepakatan
masyarakat.
6. Menjalin kerjasama antar Pokja yang melaksanakan program Desa Sehat.

H. TATANAN DESA SEHAT


1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum Sehat.
2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan Transportasi Sehat.
3. Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat.
4. Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat.
5. Kawasan Pertambangan Sehat.
6. Kawasan Hutan Sehat.
7. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri.
8. Ketahanan Pangan dan Gizi.
9. Kehidupan Sosial yang Sehat.

I. KOMPONEN PENDUKUNG DESA SEHAT


1. Tim Pembina Tekhnis Kabupaten (Tingkat Kabupaten).
2. Forum Kabupaten Sehat (Tingkat Kabupaten)
3. Forum Komunikasi Desa Sehat (Tingkat Kecamatan)
4. Kelompok Kerja atau Pokja Desa Sehat (Tingkat Desa)

J. TUJUAN PELATIHAN
1. Tujuan Umum
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan
peserta tentang standarisasi Desa Sehat yang terdiri dari sembilan tatanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampunya peserta memilih dua atau tiga tatanan yang akan diprioritaskan terlebih
dahulu dari sembilan tatanan standarisasi Desa Sehat.
b. Mampunya peserta menyiapkan secara administratif komponen – komponen yang
diperlukan untuk mewujudkan Desa Sehat sesuai tatanan prioritas.
c. Terbentuknya Kelompok Kerja (Pokja) Desa Sehat.

6
K. METODE DAN PROSES PELATIHAN
Fasilitator memandu peserta meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan mempraktekkan
keterampilan memproses terciptanya standarisasi Desa Sehat. Dalam proses fasilitasi, fasilitator
menggunakan berbagai media seperti modul, power point, dan contoh – contoh dari desa yang
sudah mendapat sertifikat Desa Sehat. Panduan itu meliputi sembilan tatanan Desa Sehat.

L. PESERTA
Peserta pelatihan adalah Kasie Kesos Kecamatan, Kasie Pemerintahan Kecamatan,
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Pimpinan Puskesmas, Sanitarian Puskesmas,
Penanggung jawab Promosi Kesehatan Puskesmas, Tenaga Kesehatan Desa, kader terpilih.

E. FASILITATOR
Pelatihan ini difasilitasi oleh dr ......................................... Fasilitator mempunyai
tugas dan tanggung-jawab sebagai berikut :
1. Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan menyajikan materi.
2. Menata situasi proses belajar dengan mengupayakan terjadinya interaksi proses
belajar mengajar.
3. Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan rencana
pelatihan.
4. Mengadakan bimbingan pada diskusi / kerja kelompok.
5. Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil - hasil kegiatan peserta.
6. Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan

G. MEDIA PELATIHAN
1. Flipchart
2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. Komputer
6. In focus dan laptop
7. Sound System
8. Kamera
9. Printer
10. Kertas HVS
11. Pena
7
12. Pensil
13. Penggaris

H. JADWAL DAN WAKTU PELATIHAN


Pelatihan Standarisasi Desa Sehat dilaksanakan tanggal ............... s/d ...... 2016.
Waktu efektif yang digunakan berjumlah 25 jam pelatihan (1 jam pelatihan = 45 menit)
termasuk untuk acara pembukaan dan penutupan.

I. TEMPAT PELATIHAN
Pelatihan diselenggarakan di .......................................................................

J. PEMBIAYAAN
Pelatihan ini dibiayai oleh ...................................................................

O. MONITORING DAN TOLOK UKUR


Monitoring pasca pelatihan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disepakati dengan
peserta. Tempat monitoring adalah Kantor Kepala Desa dan di berbagai lokasi kegiatan yang
sudah dilaksanakan. Alat ukur untuk monitoring digunakan daftar tilik yang berisi standarisasi dari
tatanan Desa Sehat yang menjadi prioritas. Fasilitator juga akan memberikan On The Job Training
kepada Kelompok Kerja (Pokja) Desa Sehat selama proses monitoring dilakukan.

8
BAB II
MODUL DAN PROSES PEMBELAJARAN

A. CURAH PENDAPAT (BRAIN STORMING)


Pokok bahasan CURAH PENDAPAT (BRAIN STORMING)

Metode Kuliah, diskusi

Tujuan 1. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui tata cara


memimpin diskusi dengan metode curah pendapat.
2. Peserta paham dan mampu melaksanakan diskusi dengan metode
curah pendapat.

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 2 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

Fasilitator menerangkan secara ringkas apa yang dimaksud dengan metode curah
pendapat atau brainstorming. Penggunaan metode ini terutama dalam proses diskusi kelompok
kerja (Pokja) Desa Sehat yang akan dibentuk nanti.”

I. Pengertian
Metode curah pendapat atau brainstorming adalah suatu teknik diskusi yang dilaksanakan
oleh pimpinan di dalam kelompok. Secara umum caranya adalah dengan melontarkan suatu
masalah ke kelompok oleh pimpinan, kemudian anggota kelompok menyatakan pendapat atau
komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang demikian rupa, dan mungkin saja
menjadi masalah baru. Metode curah pendapat dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.
Metode ini menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, dan pengalaman
dari semua anggota. Berbeda dengan diskusi biasa dimana gagasan dari seseorang ditanggapi

9
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh anggota lain, pada penggunaan
metode curah pendapat, pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua anggota yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta
informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.
Metode ini digunakan untuk menguras habis apa yang dipikirkan anggota kelompok dalam
menanggapi masalah yang dilontarkan pimpinan.

II. Langkah-Langkah Metode Curah Pendapat


Tugas pimpinan dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu
merangsang pikiran anggota kelompok, sehingga mereka menanggapi. Pimpinan tidak boleh
mengomentari bahwa pendapat itu benar atau salah, juga tidak perlu disimpulkan. Pimpinan
hanya menampung semua pendapat, sehingga semua anggota di dalam kelompok mendapat
giliran.
Anggota kelompok bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat,
komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan berlatih
merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Anggota yang kurang aktif perlu
dipancing dengan pertanyaan dari pimpinan agar turut berpartisipasi aktif, dan berani
mengemukakan pendapatnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah penggunakan metode curah pendapat :
1. Pemberian informasi dan motivasi
Pimpinan menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan
mengajak anggota untuk aktif menyumbangkan pemikirannya.
2. Identifikasi
Pada tahap ini anggota diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran
sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik.
Pimpinan kelompok dan anggota hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan.
Hal ini agar kreativitas anggota tidak terhambat.
3. Klasifikasi
Setelah semua saran dan masukan peserta ditulis, langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasikan pendapat berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh
kelompok.
4. Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah
diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya.
Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang

10
saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta
argumentasinnya.
5. Konklusi (Penyepakatan)
Pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif
pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan
terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

III. Keunggulan Dan Kelemahan Metode Curah Pendapat


Keutamaan metode curah pendapat atau brainstorming ini adalah penggunaan kapasitas
otak dalam menjabarkan gagasan atau menyampaikan suatu ide. Dalam proses curah pendapat,
seseorang akan dituntut untuk mengeluarkan semua gagasan sesuai dengan kapasitas pikiran,
wawasan, pengalaman, dan psikologisnya. Metode ini sangat tepat untuk menjabarkan proses
tersebut dengan mudah dan efisien.
Keunggulan metode curah pendapat yaitu :
1. Anggota kelompok atau peserta berfikir untuk menyatakan pendapat.
2. Melatih anggota kelompok berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
3. Merangsang anggota kelompok untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.
4. Meningkatkan partisipasi anggota dalam kelompok.
5. Anggota yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau
dari pimpinan.
6. Terjadi persaingan pemikiran yang sehat.
7. Anggota merasa bebas dan gembira.
8. Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.
Sedangkan kelemahan yang perlu diatasi dalam metode curah pendapat yaitu :
1. Waktu kurang cukup bagi anggota untuk berpikir dengan baik.
2. Anggota yang kurang pandai selalu ketinggalan.
3. Pimpinan hanya menampung pendapat, tidak pernah merumuskan kesimpulan.
4. Anggota tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah.
5. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.
6. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
Latihan :
Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing – masing kelompok menunjuk
sesorang pimpinan kelompok. Pimpinan kelompok bertugas memimpin diskusi dengan metode
curah pendapat, sedangkan anggota berperan aktif menyampaikan gagasan atau pemikirannya
sesuai dengan topik yang didiskusikan. Fasilitator kemudian memberikan satu topik diskusi
kepada setiap kelompok untuk mempraktekkan metode curah pendapat.

11
Setelah selesai latihan diskusi dengan metode curah pendapat, fasilitator meminta pendapat
peserta tentang metode curah pendapat yang baru saja selesai dipraktekkan.

12
B. MEMBANGUN TIM DAN JEJARING KERJA

Pokok bahasan MEMBANGUN TIM DAN JEJARING KERJA

Metode Kuliah, diskusi kelompok

Tujuan 1. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mempelajari tata cara


membentuk dan membangun tim kerja yang solid.
2. Peserta paham dengan keunggulan bekerja secara tim

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 2 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

“Fasilitator menerangkan secara ringkas apa yang dimaksud dengan tim kerja dan bekerja
secara tim. Bekerja secara tim terutama akan bermanfaat dalam proses pelaksanaan kegiatan
yang sudah direncanakan oleh kelompok kerja (Pokja) Desa Sehat yang akan dibentuk nanti.”

I. Membentuk Tim yang Efektif


Di saat lalu, banyak pimpinan atau atasan yang menganggap karyawannya hanya
merupakan salah satu alat atau mesin organisasi. Tidak seorang pun dari mereka yang
beranggapan bahwa para karyawan  tersebut dapat memikirkan suatu ide yang baik atau
memberikan kontribusi lebih dari apa yang ditugaskan kepada mereka. Pola seperti ini sangat
kental dalam birokrasi pemerintahan.
Sebagai contoh jika seorang atasan membuat suatu keputusan, maka tugas karyawan
untuk mengerjakan tugas tersebut dengan baik, tanpa mempedulikan apakah keputusan tersebut
benar atau salah. Para karyawan tidak diberi kesempatan untuk memberikan umpan  balik atas
keputusan tersebut. Terlebih lagi dengan adanya struktur organisasi yang formal dan birokrasi
yang ketat. Pola seperti ini seakan – akan menunjukkan bahwa yang berhak berfikir adalah
atasan, sedangkan karyawan mengerjakan apa yang diputuskan atasan.
13
Perubahan terjadi pada saat tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas
semakin meningkat. Dengan berkembangnya sektor informasi, masyarakat semakin kritis
terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil pimpinannya. Begitu juga dengan cara dan etika
pimpinan dalam menetapkan suatu kebijakan. Tuntutan yang semakin meningkat ini memaksa
para pimpinan untuk berubah. Salah satu kunci sukses dalam meningkatkan kualitas pelayanan
publik adalah apabila orang – orang yang duduk dalam struktur organisasi (misalnya struktur
pemerintahan Desa) dapat bekerja dengan produktif, berkualitas dan bekerja secara efektif.
Organisasi, termasuk organisasi pemerintahan atau lembaga mulai mencari bentuk kerja
yang dapat menghasilkan kerja yang produktif, efektif dan berkualitas. Salah satu bentuk kerja
tersebut adalah  bekerja dalam tim (team work). Kerja sama dalam tim menjadi salah satu
karakteristik dari organisasi atau lembaga yang memiliki kinerja tinggi.
Mengapa hal itu dapat terjadi? Blanchar (1986) menyatakan bahwa saat ini tim menjadi
tulang punggung bagi suatu organisasi, karena tim dapat lebih cepat dan lebih banyak
memecahkan suatu masalah yang dihadapi organisasi dibandingkan dengan apa yang dilakukan
secara individual.
Tim memungkinkan organisasi untuk lebih gesit, lebih fleksibel dan lebih tanggap dalam
menghadapi suatu tantangan atau masalah. Selain itu banyak pimpinan yang menganggap bahwa
tim dapat memotong jalur birokrasi dan memperlancar perkembangan ide baru. Sebagai hasilnya
inovasi, efisiensi dan produktivitas dapat meningkat.
Apakah dengan adanya suatu tim di dalam organisasi akan menjamin kesuksesan ? Belum
tentu. Ada organisasi yang sudah membentuk tim kerja tetapi tidak berhasil. Hal tersebut dapat
terjadi karena tim yang dibentuk tidak bekerja secara efektif.

II. Karakteristik Tim yang Efektif


Agar menjadi tim yang menguntungkan organisasi karena bekerja efektif, maka suatu tim
harus memiliki beberapa karakteristik. Sangat tidak mudah untuk mengidentifikasi karakteristik
yang tepat untuk suatu tim yang efektif. Suatu tim dianggap efektif atau tidak, sangat tergantung
dari kriteria yang diterapkan oraganisasi. Tetapi biasanya suatu tim yang bekerja efektif memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Memiliki tujuan dan sasaran yang jelas atas dasar komitmen bersama.
Semua anggota tim mengerti dan menyetujui tujuan dan sasaran tim dan mereka mau
bekerja sama untuk memenuhi hal tersebut.
2. Pembagian peran kepemimpinan.
Anggota tim saling berbagi peran dalam kepemimpinan. Sebagai contoh : kepemimpinan
tim di setiap fase suatu kegiatan akan didelegasikan kepada anggota yang memiliki
keahlian dan pengalaman di bidang itu. Sehingga fungsi kepemimpinan di dalam tim dilihat
dari kompentensi seseorang, bukan berasal dari titel, otoritas dan senioritas.
14
3. Keterbukaan dan saling mempercayai antar anggota tim.
Semua anggota mendapatkan informasi yang sama dari akses yang sama pula, serta 
dapat berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Anggota tim bebas untuk mengeluarkan ide
- idenya. Eksperimen dan kreativitas selalu digiatkan. Anggota lainnya wajib untuk
menolong anggota bersangkutan, jika memang ide tersebut logis dan berguna.
4. Keragaman latar belakang anggota tim memberi warna kepada tim.
Semakin besar keragaman yang ada ( keahlian, pengetahuan dan pengalaman) akan
semakin banyak tugas-tugas yang dapat ditangani
5. Anggota tim selalu mendukung keputusan, prosedur dan pengawasan yang dibuat
bersama-sama. Mereka memahami peran, tanggung jawab dan keterbatasan otoritas
masing-masing.
6. Konflik yang terjadi diselesaikan  dengan jalan konsensus, bersifat konstruktif dan
menerapkan pendekatan menang - menang (win-win approach).
7. Tim dapat mengelola peningkatan penghargaan individu (individual self esteem)
8. Kegiatan tim tidak hanya berfokus pada hasil tetapi juga pada pada proses dan isi. Tim
harus selalu mengevaluasi fungsi dan proses yang sudah dilakukan secara reguler.
9. Tim memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan
baik.
10. Diantara anggota tim punya kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan secara
baik (para atasan, tim lain dan lingkungan eksternal)

III. Komposisi dan Karakter Tim yang Efektif


Agar suatu tim menjadi efektif, suatu tim diharapkan terdiri dari orang-orang yang
ditempatkan pada posisi yang benar - benar sesuai dengan kompetensinya. Suatu tim harus
mempunyai :
1. Seorang pemimpin (ketua), yaitu seorang pemikir yang disiplin yang bertugas
mengorganisir dan mengkoordinir tim, memelihara keseimbangan dan menjadi titik tumpu
tim dalam menjaga posisi mereka.
2. Seorang pembentuk, orang yang memiliki kemampuan untuk memberikan dinamika dan
pengarahan kepada tim, menyediakan motivasi, kreatif.
3. Seorang pemikir, yang dapat menyediakan gagasan bagi kemajuan tim.
4. Seorang pengevaluasi, yang dapat mengevaluasi permasalahan yang ada dan hasil kerja
tim.
5. Seorang penyelidik sumberdaya, yang menyediakan informasi dan jejaring sosial dan
relasi.
6. Seorang pekerja tim, yang secara efisien berhubungan langsung dengan pekerjaan,
memecahkan konflik, memperlancar hubungan dan memotivasi rekan satu tim.

15
7. Seorang penyelaras akhir, yang memandu dan memberi peringatan kepada tim jika terjadi
hal-hal yang tidak sesuai dengan komitmen bersama.
Ketujuh karakter tersebut sebaiknya dimiliki oleh suatu tim. Tidak mustahil karakter
tersebut terdapat pada orang yang sama. Untuk itu diperlukan kejelian dari pimpinan untuk
menentukan siapa saja yang dapat masuk ke dalam tim dan menempatkan mereka pada posisi
yang tepat.
Tim efektif dalam organisasi memiliki kegunaan yang besar. Tim hanya dapat bekerja
efektif jika dikelola dengan baik oleh pimpinan dengan melibatkan para anggota tim yang
bersangkutan. Pimpinan yang bertanggung jawab langsung atas tim yang bersangkutan harus
bisa menempatkan diri sebagai seorang pembimbing atau pelatih dan memberikan kebebasan
kepada para anggota tim untuk mengeluarkan pendapat dan gagasan.
Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan oleh pimpinan organisasi adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kerja tim. Di atas segalanya diperlukan
komitmen penuh organisasi untuk memberikan kesempatan kepada tim dalam menjalankan
tugasnya.

IV. Jejaring Kerja


Yang dimaksud dengan jejaring kerja di sini adalah membangun kesalinghubungan antar
anggota tim, dan antara tim kerja dengan pemangku kepentingan lain yang bisa berkontribusi
mensukseskan tujuan organisasi. Jejaring kerja itu secara umum dibagi dua, yaitu jejaring kerja
internal dan jejaring kerja eksternal. Di jejaring internal perlu dibangun kesalinghubungan antar
anggota tim. Sedangkan di jejaring eksternal, perlu dibangun kesalinghubungan antara tim kerja
dengan instansi lain yang terkait dengan tujuan organisasi.

16
Contoh jejaring kerja internal. JEJARING KERJA INTERNAL PUSKESMAS
(INTERNAL HEALTH CENTRE NETWORK)

KIA/KB PROMKES UMUM /


KEPEGAWAIAN
PERENCANAAN

P2M
SUBBAG KEUANGAN
KOORD. TATA USAHA
PELY. KESHTN MASYARAKAT
KESLING
INVENTARIS
PIMPINAN PUSKESMAS
GIZI
LOKET / MR

PROGRAM INOVASI KOORD. RAWAT JALAN/UGD


PELY. KESHTN PRORANGAN POLIKLINIK UMUM/GIGI / KIA / KB
PENGOBATAN

RAWAT INAP APOTIK


KONSULTASI GIZI, KESLING
PUSKEL

LABORATORIUM

Contoh jejaring kerja eksternal. JEJARING KERJA EKSTERNAL PUSKESMAS


17(EXTERNAL HEALTH CENTRE NETWORK)
KANTOR
CAMAT
PPL UPT PENDIDIKAN/
PERTANIAN/ SEKOLAH
PERKEBUNAN/
KEHUTANAN

PUS
KEPALA LSM/
DESA KES NGO
MAS
KEPALA POS
SUKU KESWAN

PKK TOMA/ DUKUN, SIKEREI,BATRA


KADER TOGA

18
V. Membentuk Kelompok Kerja Ala Tim Sepak Bola (sebuah illustrasi)
Sepak bola bukanlah sekedar kesenangan lelaki saja. Banyak filosofi yang dapat kita ambil
dari olah raga paling populer di dunia tersebut. Bayangkan bagaimana uniknya sebuah
pertandingan sepakbola, dimana 22 orang saling memperebutkan ’seekor’ bola, saling berusaha
memasukkan bola ke gawang masing-masing lawan. Disini kita melihat gairah, ambisi, aksi, dan
taktik dua puluh dua anak manusia guna memenangkan sebuah pertandingan. Tetapi yang lebih
penting bukan itu, dari sepakbola kita bisa belajar bagaimana mengelola sebuah tim kerja,
bagaimana kita saling bekerja sama, saling percaya, saling berbagi demi menghasilkan
kesuksesan. Membentuk tim kerja yang efektif dapat terjadi jika setiap anggota mau saling belajar
berbagi, dan itu harus dilatih.

Mari kita simak pengalaman seorang teman


“Saya waktu SD pernah diminta guru olah raga untuk melakukan pertandingan sepakbola
dengan anggota tim campuran putra dan putri….(jangan fikirannya buruk lo….kalau sudah SMA
sih asyik….bisa pura-pura nubruk atau njatuhin diri bareng-bareng….tapi saat itu masih SD…jadi
nggak ngaruh…!!). Waktu itu saya sedikit heran…..masak disuruh main sepakbola ama anak
putri…..mana bisa….?! Malah jadi beban…!! Pertandingannya jadi terasa lucu…. banyak
tertawa……Tapi satu hal yang saya lihat….. ternyata anak putri cukup berguna pula….minimal
menghalang-halangi pemain lawan bebas bergerak…..Dengan mengenang peristiwa itu, saya jadi
sadar bahwa permainan sepakbola sangat berguna bagi penumbuhan sikap berbagi yang sangat
bermanfaat dalam pembentukan tim kerja saat kita dewasa. Dunia kerja sangat amat bergantung
sekali pada efektivitas kerjasama antar individu dalam suatu organisasi…..dan bukan pada
penonjolan prestasi individu…..”

Alasan apa yang mendasari kita untuk mengambil contoh sebuah tim sepakbola, bukan tim
bola voley, bola basket atau softboll. Tentu saja jumlah pemain sepakbola yang begitu banyak
plus interaksi antar pemain yang begitu tinggi, menyebabkan sepakbola menjadi replika terbaik
dari sebuah tim kerja yang efektif. Beberapa hal yang bisa diambil dari sebuah tim sepak bola
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dan sasaran jelas, diketahui semua anggota sehingga tercipta suasana
saling mempercayai, serta mengutamakan unjuk kerja
Tujuan dan sasaran sebuah tim sepakbola jelas, yakni memperoleh kemenangan dengan
mencetak banyak gol. Memang dibolehkan ada tujuan-tujuan individu, seperti seorang penyerang
atau striker memiliki tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan itu akan sangat
memuaskan secara individu. Juga bagi seorang bek atau pemain bertahan tugasnya adalah
menjaga gawang agar tidak diserang lawan hingga menyebabkan terjadinya gol. Atau bagi
pemain tengah yang bertujuan untuk menguasai bola selama mungkin, atau bermain indah,

19
akrobatik guna memuaskan penonton. Tetapi kepentingan-kepentingan individu tersebut tidaklah
berarti jika timnya mengalami kekalahan. Oleh karena itu, seorang striker kadang-kadang harus
memberikan bola pada teman yang lebih berpeluang mencetak gol. Seorang pemain bertahan,
jika timnya sedang ketinggalan gol, harus ikut membantu serangan demi terciptanya sebuah gol.
Sedangkan pemain tengah, kalau perlu harus bermain efektif, membosankan, bahkan membuang-
buang bola saat timnya unggul.
Seorang pakar bernama Mr Pin menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil kerja yang
optimal, sebuah tim harus membangun komitmen terhadap tujuan dan ukuran kinerja bersama.
Tanpa adanya tujuan bersama tersebut, para anggota tim akan menjadi bingung, apatis, dan
kembali memprioritaskan tujuan individu mereka. Tujuan tersebut bisa diturunkan dari atas, tetapi
lebih baik bila dihasilkan bersama-sama oleh semua anggota tim melalui proses diskusi yang
sehat (’sehat’ di sini bukan berarti damai. Perdebatan keras bisa terjadi, namun semua suara
wajib dikeluarkan dan didengarkan, dan semua orang sepakat untuk menghormati hasil akhir).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa selain komitmen terhadap tujuan bersama, tim juga harus
berkomitmen terhadap pendekatan yang disepakati bersama. Semua anggota tim harus setuju
bagaimana cara mereka membagi tugas dan waktu, bagaimana jadwalnya, bagaimana dengan
kepemimpinan tim (ditunjuk, digilir, atau lainnya) dan hal-hal lain yang bersifat administratif dan
ekonomis.
2. Menerima Perbedaan Individu, Kejelasan Peran Tiap Anggota Tim
Sebuah tim sepak bola biasanya terdiri dari penjaga gawang, bek, gelandang, dan striker.
Masing-masing pemain akan berusaha untuk melaksanakan tugas sesuai dengan posisinya.
Seorang penjaga gawang, bek dan gelandang bertahan mempunyai tugas utama untuk
mempertahankan gawang dari kebobolan akibat serangan lawan. Sedangkan striker dan
gelandang serang bertugas untuk melakukan serangan dan mencetak gol ke gawang lawan.
Walaupun demikian dalam kondisi tertentu, para pemain bertahan diharapkan juga ikut membantu
serangan guna menghasilkan gol utamanya pada saat tim ketinggalan gol. Bahkan pada saat-saat
”injury time” seorang penjaga gawang juga dimungkinkan maju ke daerah penalti lawan dan
berusaha mencetak gol. Sementara itu pada saat diserang lawan, seorang striker dan gelandang
serang akan berusaha merebut bola yang dipegang lawan. Ini penting guna memperlambat aliran
bola sehingga para pemain bertahan mendapatkan kesempatan untuk mengorganisir
pertahanannya dengan baik.
Untuk dapat membentuk sebuah tim kerja yang efektif, seluruh anggota tim harus
mengetahui dengan jelas peran dan tanggungjawabnya di dalam sebuah tim kerja. Disamping itu
setiap anggota tim juga harus mengetahui peran teman-temannya dalam tim. memiliki tanggung
jawab bersama atas pencapaian kinerja tim. Wujud tanggung jawab terbesar bisa terjadi bila
semua anggota tim secara tulus berjanji pada diri sendiri dan anggota-anggota lainnya untuk
menjadikan pencapaian kinerja tim sebagai tujuan individunya.

20
3. Pemecahan Masalah Secara Objektif, dengan Meminggirkan Kebencian Individu.
Pemain-pemain sepakbola profesional biasanya berganti-ganti klub hampir setiap tahun,
bahkan kadang seorang pemain bola harus berpindah pada tim baru yang merupakan musuh
bebuyutan dari tim lamanya. Sebagai contoh adalah perpindahan Ebi Sukore mantan pemain
Persik Kediri ke PSIS Semarang, yang notabene musuh bebuyutan. Disini kita bisa mencontoh
jiwa besar para pemain PSIS yang menerima dengan tangan terbuka Ebi Sukore, pemain yang
menggagalkan tekad juara PSIS karena berkat umpan terukurnya Persik Kediri bisa membobol
gawang PSIS di final Liga Indonesia tahun 2006 lalu. Bukti nyatanya adalah mereka tetap
memberikan umpan terbaiknya pada Ebi Sukore sehingga dia mampu dua kali menjebol gawang
klub lamanya, Persik Kediri. Sikap mental seperti itulah yang perlu dicontoh anggota tim dalam
suatu organisasi, dengan cara melupakan perselisihan yang bersifat indivdu guna mencapai
kesuksesan tim.
4. Bersedia Mengeluarkan Kemampuan Terbaiknya Demi Kesuksesan Tim
Dalam sepakbola, semua anggota tim akan berusaha mengeluarkan kemampuan
terbaiknya, umpan terarahnya, heading terkerasnya, tendangan akuratnya, tekel terukurnya, atau
penyelamatan tergemilangnya, demi memenangkan sebuah pertandingan. Sebagai contoh
seorang pemain tengah akan mengirimkan umpan terbaiknya pada rekannya yang kebetulan
sebagai seorang striker agar dapat diteruskan guna membobol gawang lawan. Dia tidak peduli
kalau kesuksesan itu akan lebih diarahkan pada sang penjebol gawang, yang penting adalah
kemenangan timnya.
Begitu pula seharusnya yang dilakukan anggota tim dalam sebuah organisasi. Dia
hendaknya mau berupaya sekeras mungkin, mengerjakan tugas setepat mungkin demi kemajuan
organisasi. Untuk mencapai hal tersebut, dia harus rela berbagi ilmu, pengetahuan, ketrampilan,
dan sharing informasi dengan anggota lain agar setiap anggota memiliki kemampuan yang sama.
Disini setiap anggota diharapkan berupaya menghindari adanya penonjolan individu guna
menjaga keharmonisan tim.
5. Perbedaan Pendapat Akan Dipecahkan dengan Kepala Dingin dan Secara Terbuka
Dalam sepakbola, kekalahan sebuah tim tidak pernah ditimpakan pada salah satu
anggotanya. Bahkan untuk sebuah gol bunuh diri pun, tak ada orang yang menyalahkan sang
pemain. Bagi mereka kesalahan gol bunuh diri itu dianggap sebagai kebodohan seluruh tim
karena tak mampu menutupi kesalahan tersebut dengan cara mencetak gol lebih banyak ke
gawang lawan.
Prinsipnya jangan pernah mencari kambing hitam jika tim kerja kita mengalami
kegagalan..!! Karena akan menurunkan semangat bagi si ‘kambing’ itu pada khususnya dan juga
pada anggota tim lain tentunya. Dan kalau sudah begitu, jangan harap akan muncul ide - ide
kreatif dari anggota…..karena prinsip menang jadi bintang dan kalah jadi kambing tadi……

21
6. Pembagian dan Pendelegasian Tangungjawab dengan Bekerja Secara Mandiri Tapi
dalam Kerangka Kerjasama
Seperti disebutkan diatas, dalam sebuah tim sepakbola ada pembagian tugas yang jelas
antara seorang striker, gelandang, bek, maupun kiper. Dengan demikian, walaupun dalam waktu-
waktu tertentu setiap pemain wajib membantu tugas emain lain, tetapi itu sekedar membantu
dalam arti tugas utama mereka adalah pada posisi yang telah ditentukan sejak awal. Tugas utama
tersebut pada prinsipnya harus dikerjakan secara mandiri, dalam arti setiap pemain harus siap
berhadapan dan siap memenangkan duel ‘one on one’ dengan pemain lawan. Tentu saja
keberhasilan dia dalam melaksanakan tugas tersebut akan berpengaruh, baik langsung maupun
tidak langsung, terhadap kemenangan timnya.
Demikian juga dalam sebuah organisasi, setiap staf hendaknya bertanggungjawab penuh
atas tugas yang diembannya. Untuk itu, dia seharusnya mengusai seluk beluk pekerjaan yang
diterimanya dari pimpinan. Disamping itu dia harus bermotivasi tinggi menyelesaikan tugas
pekerjaan secara mandiri dengan prinsip pelayanan prima, yakni : better, faster, cheaper, simpler
dan newer. Prinsip ini penting diterapkan dengan mengingat prinsip bahwa hasil pekerjaannya
mungkin merupakan bahan baku bagi proses pekerjaan orang lain. Sehingga apabila pekerjaan
yang dilakukan kurang baik atau terlambat maka pekerjaan orang lain akan terkena dampak
buruknya.
7. Menerima Berbagai Saran Guna Perbaikan Kinerja Tim
Dalam tim sepakbola, kita mengenal adanya seorang tua yang biasa disebut manajer atau
pelatih yang suka berteriak-teriak memberi saran dari pinggir lapangan. Disini kita melihat pemain
sepakbola jarang yang marah dengan teriakan bapak tua itu, bahkan sekalipun si tua itu kemudian
minta wasit untuk mengganti dirinya. Para pemain itu umumnya sadar bahwa teriakan-teriakan
yang dilakukan bapak tua itu merupakan saran masukan bagi peningkatan kualitas permainan tim.
Begitu pula sebaiknya dari suatu tim kerja yang efektif. Saran dan masukan dari orang luar
hendaknya ditelaah dengan baik sebagai bahan masukan. Hal itu penting mengingat seorang
anggota tim yang terjebak dengan rutinitas pekerjaan, kadang demikian sibuk sehingga seringkali
mengalami kelelahan, baik fisik maupun fikiran akan mengalami penurunan kreatifitas. Disamping
itu, seorang anggota tim biasanya menjadi kurang objektif terhadap hasil kerjanya. Oleh karena
itu, setiap tim kerja memerlukan hasil evaluasi yang lebih objektif dari orang luar, yang notabene
lebih netral. Disamping itu, saran perbaikan yang bersifat membangun diharapkan dapat diperoleh
guna memperbaiki kinerja organisasi.
8. Seluruh Anggota Tidak Ragu Menambil Inisiatif dan Tindakan yang Diperlukan
Tanpa Cemas
Dalam sepakbola, keputusan melakukan tembakan, melakukan umpan tarik, umpan
terobosan, melakukan tekel keras hingga berbuah kartu kuning atau kartu merah dilakukan murni
berdasarkan inisiatif dan keputusan individu-individu. Keputusan itu kadang-kadang benar tetapi
22
seringkali juga salah. Keputusan seorang bek untuk melakukan tekel kadang menghasilkan
tendangan pinalti yang berbuah kekalahan bagi timnya. Yang paling berat adalah saat melakukan
tendangan penalti. Seorang penendang penalti mutlak harus memutuskan kearah mana bola akan
ditendang, yang kadang hasilnya malah tertangkap oleh kiper. Disini keputusan seorang pemain
sepakbola yang salah tidak pernah dikecam atau bahkan dijadikan kambing hitam bagi kegagalan
sebuah kemenangan pertandingan sepakbola.
Dalam sebuah tim kerja, tugas dan wewenang setiap anggota hendaknya diputuskan sejak
awal secara mendetail. Hal ini termasuk juga pendelegasian wewenang secara hirarkis, mulai dari
pemimpin, wakil pemimpin, orang ketiga, keempat dan seterusnya. Hal ini penting dilakukan untuk
menghindari terhambatnya pekerjaan akibat berhalangan hadirnya salah seorang pimpinan.
Inisiatif memang menjadi barang langka di berbagai unit kerja di instansi pemerintah. Akibatnya,
jika seorang pimpinan berhalangan atau sedang dinas luar maka seluruh pekerjaan suatu
organisasi menjadi terhambat….dan itu semua disebabkan kalimat ”belum ada petunjuk dari
pimpinan….”

Latihan :
Fasilitator membagi peserta dalam kelompok sesuai dengan asal desa masing - masing. Tiap
kelompok memilih pimpinan kelompok. Pimpinan kelompok memimpin diskusi untuk
mengidentifikasi sektor dan keahlian apa saja yang ada dari tiap anggota dalam kelompoknya.
Kemudian fasilitator memberi satu topik yang akan dibahas oleh kelompok dalam sebuah tim
kerja. Setelah tim kerja terbentuk, pimpinan memimpin diskusi untuk membuat jejaring kerja antar
anggota dalam tim yang berkaitan dengan topik yang diberikan fasilitator. Ini disebut jejaring
internal. Pembagian kerja dalam tim berpedoman pada prinsip “siapa mengerjakan apa” dan
bagaimana hubungan pekerjaannya satu anggota dengan anggota tim yang lain. Kemudian
kelompok juga membuat jejaring kerja eksternal, dan menuliskan seperti apa pola hubungan
antara tim dengan jejaring eksternal.

23
C. TATANAN DAN INDIKATOR DESA SEHAT
Pokok bahasan TATANAN DAN INDIKATOR DESA SEHAT

Metode Kuliah, diskusi kelompok

Tujuan 1. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengetahui Sembilan


tatanan dalam mewujudkan Desa Sehat.
2. Peserta mampu menilai tatanan yang cocok dengan kondisi Desa
masing-masing.

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 2 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

“Fasilitator menerangkan secara singkat tentang apa yang disebut tatanan atau kawasan
yang harus masuk dalam kategori sehat. Kategori sehat yang dimaksud mempunyai indikator –
indikator untuk dapat dikatakan memenuhi syarat sehat. Selanjutnya untuk memperdalam
pemahaman, fasilitator membagi peserta menjadi sembilan kelompok berdasarkan tatanan sehat.
Setiap kelompok memilih pimpinan kelompok dan mendiskusikan tatanan masing – masing. Hasil
diskusi kelompok dipresentasikan oleh pimpinan kelompok.”

Konsep pendekatan yang dipakai oleh Desa Sehat pada dasarnya cukup mudah untuk
dilaksanakan karena salah satu kebijakan yang dipakai adalah dimulai dengan hal-hal yang
sangat sederhana yang sudah disepakati oleh masyarakat setempat.

Sebagai contoh : masyarakat desa sepakat tidak buang sampah di sungai, masyarakat desa
sepakat rutin melaksanakan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, masyarakat desa sepakat
merawat dan melindungi sumber air bersih yang ada, masyarakat desa yang banyak memiliki
home industri suatu produk tertentu, masyarakat desa sepakat tidak mengkonsumsi narkoba,

24
masyarakat desa rutin melaksanakan kerja bakti massal, masyarakat desa tertentu memiliki
kesadaran hukum yang tinggi, masyarakat desa tertentu memiliki pola penggerakan roda
perekonomian yang bagus dan masih banyak contoh yang lain maka desa tersebut dapat dipakai
sebagai ”entry point” dimulainya Program Desa Sehat.

Bila kita cermati dengan seksama Desa Sehat ini, maka kita akan sadar bahwa metode
atau pendekatan Desa Sehat ini merupakan metode / program / pendekatan ”sapu jagad”.
Artinya hampir semua pendekatan program kesehatan dan non kesehatan sudah masuk dalam
konsep Desa Sehat. Sebab di dalam Desa Sehat sudah terdapat sembilan tatanan sebagai
sasaran yang bisa digarap sesuai dengan prioritas masalah masing – masing desa.
Kesembilan tatanan tersebut melibatkan berbagai sektor baik kesehatan maupun sektor
non kesehatan. Sembilan tatanan tersebut antara lain :
1. Kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum.
2. Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan tranportasi.
3. Kawasan pertambangan sehat.
4. Kawasan hutan sehat.
5. Kawasan industri dan perkantoran sehat.
6. Kawasan pariwisata sehat.
7. Ketahanan pangan dan gizi.
8. Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri.
9. Kehidupan sosial yang sehat.
Untuk mengukur kemajuan kegiatan pada setiap tatanan yang dipilih masyarakat
dibutuhkan indikator. Indikator tersebut merupakan alat bagi semua pihak yang ikut terlibat dapat
menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan
kegiatan selanjutnya.

25
Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan
kondisi dan kemampuan mereka untuk memenuhi indikator tersebut. Dengan demikian Indikator
yang dimuat dalam pedoman ini merupakan daftar pilihan yang dapat dipilih oleh Kelompok Kerja
(Pokja) bersama-sama dengan Pemerintah Desa, Pemerintah Kabupaten, dan sektor terkait.
Besar indikator yang hendak dicapai oleh masing - masing desa harus dengan
mempertimbangkan kondisi dan potensi dari masing desa.
Penilaian terhadap indikator adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau
pencapaian kegiatan dari segi jangkauan dan output. Sumber data untuk menilai keberhasilan ini
adalah daftar masalah yang dapat diatasi dari daftar yang disusun pada rencana kerja yang dibuat
oleh Pokja dan sudah disahkan oleh Kepala Desa. Untuk penetapan pemilihan indikator agar
memperhatikan hal sebagai berikut :
1. Setiap desa dapat memilih, menetapkan indikator sesuai dengan kegiatan, kondisi dan
kemampuannya, dan kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah. Setiap tahun
sasaran indikator dan sasaran berkembang sesuai kondisi yang ada.
2. Pokja bersama Pemerintah Desa dapat memilih besaran indikator yang sesuai dengan
kapasitasnya.
3. Pencapaian pendekatan Desa Sehat tergantung dari kemampuan dari masing-masing
desa.
4. Indikator proses adalah cara mengukur seberapa jauh langkah langkah Desa Sehat
sudah dilaksanakan di masing masing Desa :
5. Indikator out put adalah pencapaian sasaran kegiatan yang telah disepakati
masyarakat.
6. Indikator gerakan masyarakat antara lain ditunjukkan dengan adanya program
percontohan; dana berputar, keterlibatan Pokja dan masyarakat terhadap program yang
dilaksanakan sektor; adanya kegiatan penyuluhan rutin atau penyebar luasan informasi
melalui media masa, pembuatan media (poster, lief let, kesenian tradisional dan lain -
lain).
Oleh karena itu kegiatan bisa diawali dengan proses kegiatan yang sederhana dulu di desa
atau kawasan tertentu baru bisa dikembangkan sesuai dengan sikon dan kemampuan masing-
masing daerah serta tidak ada kata mati atau status mati dalam kab/kota sehat ini, mengingat
kegiatan yang mendukung kab/kota sehat sebetulnya secara tidak sadar sudah dijalankan oleh
semua kab/kota melalui kegiatan sektor - sektor dibawahnya.

26
TATANAN DAN INDIKATOR DESA SEHAT

Desa : ............................................................

Kecamatan : ............................................................

I. INDIKATOR UMUM / KELEMBAGAAN

No INDIKATOR

A FORUM KOMUNIKASI / FORKOM KECAMATAN SEHAT


1 Legal Aspek : Ada SK Forum komunikasi Kecamatan Sehat
Sumber dana kegiatan forkom : Adanya dukungan dana dari pemerintah dan sumber lain
2
(dengan bukti)
Rencana kerja/kegiatan : Adanya dokumen rencanan kegiatan / rencana kerja yang
3 terdokumentasi dengan baik
Kegiatan forkom : Adanya kegiatan-kegiatan rutin (triwulan, bulanan,dll) disertai bukti-
4 bukti seperti daftar hadir, notulen rapat, dll
B KELOMPOK KERJA / POKJA DESA SEHAT
1 Legal Aspek : Ada Pokja Desa Sehat dengan SK Kepala Desa
Sumber dana kegiatan Pokja : Adanya dukungan dana dari pemerintah dan sumber lain
2
(dengan bukti)
Rencana kerja/kegiatan : Adanya dokumen rencanan kegiatan / rencana kerja yang
3 terdokumentasi dengan baik
Kegiatan pokja : Adanya kegiatan-kegiatan rutin (triwulan, bulanan,dll) disertai bukti-bukti
4 (dalam bentuk format data kegiatan)

27
II. INDIKATOR KHUSUS DESA

No INDIKATOR KHUSUS
TATANAN / KAWASAN PERMUKIMAN SARANA & PRASARANA SEHAT (22
A
INDIKATOR)
1 Data jumlah penderita ISPA / Pneumonia
2 Data jumlah penderita TB Paru
3 Data jumlah penderita Diare
4 Data jumlah penderita Demam Berdarah Dengue
5 Data jumlah penderita Malaria
6 Air sungai terlihat bersih / tidak terdapat sampah dan tinja
SK Bupati / Kepala Desa dan papan pengumuman terlarang membuang sampah / limbah ke
7
sungai
8 Bantaran sungai bebas dari bangunan liar
9 Data jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih
Data pemeriksaan kualitas air minum yang diperiksa secara berkala di laboratorium (biologi
10
dan kimiawi)
11 Data jumlah rumah tangga yang menggunakan jamban sehat
Data jumlah rumah tangga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah yang mengalir
12
lancar
13 Data jumlah kasus filariasis (kaki gajah)
14 Jumlah tempat umum yang ada tempat sampah terpilah (3R)
15 Data jumlah rumah tangga yang punya tempat sampah terpilah (3R)
Data Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Gerakan Jum’at Bersih (GJB)
16
berjalan dengan baik (ada jadwal / pengumuman)
17 Data jumlah kader juru pemantau jentik (jumantik)
18 Data jumlah rumah yang memenuhi syarat sebagai rumah sehat
19 Ada SK Bupati / Kepala Desa tentang Program wajib tanam pohon bagi masyarakat
20 Data jumlah sekolah yang punya kegiatan sekolah sehat
21 Adanya program pasar sehat dg SK Bupati / Kepala Desa
22 Tersedia toilet yang cukup dan memenuhi syarat di pasar
TATANAN / KAWASAN TERTIB LALU LINTAS DAN PELAYANAN TRANSPORTASI (14
B
INDIKATOR)
1 Bila punya terminal, kondisi terminal bersih, teratur dan rapi
Terdapat fasilitas umum di terminal (ruang tunggu, toilet, tempat parkir, tempat ibadah,
2
tempat sampah, taman, fasilitas kesehatan / P3K)
3 Adanya larangan merokok di terminal & kendaraan umum
4 Adanya pemeriksaan kelayakan kendaraan secara rutin
5 Adanya pemeriksaan emisi secara rutin kendaran umum
6 Ada catatan, angka kecelakaan lalu lintas berkurang
7 Adanya fasilitas pejalan kaki yang layak digunakan
8 Kendaraan umum bersih dan bebas rokok
9 Pemeriksaan kesehatan rutin pada pengemudi
10 Tersedia halte yang memenuhi syarat
11 Tersedianya rambu peringatan didaerah rawan kecelakaan
Adanya pengaturan jalur khusus bagi kendaraan umum, pribadi, motor, sepeda dan pejalan
12
kaki
13 Adanya bengkel pemantau emisi gas buang

28
No INDIKATOR KHUSUS
14 Adanya program pelatihan smart driving untuk pengemudi
C TATANAN / KAWASAN PARIWISATA SEHAT (12 INDIKATOR)
1 Tersedianya informasi objek wisata di tempat umum (hotel, bandara / pelabuhan, dll)
2 Adanya informasi sarana kesehatan untuk wisatawan di lokasi
3 Seluruh hotel / penginapan laik sehat
4 Seluruh restoran / rumah makan laik sehat
5 Ada data, meningkatnya jumlah wisatawan per tahun
6 Wisatawan telah diasuransikan (bukti SK)
7 Ada catatan, menurunnya kasus kecelakaan di objek wisata
8 Transportasi tersedia ke daerah wisata
9 Adanya tanggap darurat / balai keselamatan di daerah wisata (bukti SOP)
Tersedia fasilitas umum di setiap objek wisata (toilet, jamban, air bersih, tempat Sampah,
10
klinik / P3K, telekomunikasi, cinderamata, dll)
11 Adanya polisi pariwisata
12 Adanya kelompok sadar wisata di lokasi objek wisata
D TATANAN / KAWASAN INDUSTRI DAN PERKANTORAN SEHAT (9 INDIKATOR)
1 Adanya lokasi khusus industri / kawasan industri
2 Adanya area khusus merokok di lingkungan perkantoran
3 Adanya penataan khusus untuk sektor informal
Adanya jaminan kesehatan bagi pekerja di semua industri (peserta Jaminan Kesehatan
4
Nasional)
5 Industri tidak mencemari lingkungan
6 Tidak pernah ada keluhan masyarakat tentang kasus pencemaran akibat industri
7 Ada catatan, menurunnya angka kecelakaan kerja
8 Adanya aktivitas pelatihan / pendidikan / kursus di balai latihan kerja
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan oleh Industri / hotel /
9
RS / Lab / kegiatan lain
E TATANAN / KAWASAN PERTAMBANGAN SEHAT (9 INDIKATOR)
1 Tidak ada kerusakan lingkungan akibat tambang
2 Tidak ada penambangan tanpa ijin (PETI)
3 Adanya penataan penambang rakyat (PETRA)
4 Adanya rehabilitasi bekas tambang
Di kawasan pemukiman tambang tersedia sarana umum (pasar, sekolah, sarkes, tempat
5
ibadah)
6 Ada catatan berkurangnya kasus kecelakaan kerja tambang
7 Adanya jaminan kesehatan bagi penambang / pekerja
8 Sebagian besar penambang adalah masyarakat lokal
9 Penambang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
F TATANAN / KAWASAN HUTAN SEHAT (10 INDIKATOR)
Adanya Peraturan daerah / Peraturan desa tentang pengendalian perambah hutan, illegal
1
loging, kebakaran hutan
2 Catatan jumlah aktifitas illegal loging / penebangan liar
3 Ada catatan menurunnya kasus kebakaran hutan
4 Ada Program Reboisasi
5 Ada kelompok masyarakat peduli menjaga / melestarikan hutan dan melakukan reboisasi
29
No INDIKATOR KHUSUS
6 Tidak ada perburuan satwa yang dilindungi
7 Tidak ada perdagangan satwa yang dilindungi
8 Tidak ada pungli dalam perlindungan tumbuhan
9 Tersedianya sarana sosial (ruang pertemuan, dll) di daerah perumahan kawasan hutan
Ada Perda dalam pengelolaan hutan yang mempertimbangkan hukum adat dan masyarakat
10
setempat
G TATANAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI (7 INDIKATOR)
1 Catatan jumlah kasus gizi buruk
2 Tersedianya lumbung padi di masyarakat
3 Jumlah koperasi yang berfungsi dengan baik
4 Catatan kasus keracunan pestisida pada petani
5 Adanya penyuluhan pengendalian hama terpadu dan penggunaan pestisida
Jumlah lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat (lumbung pangan, koperasi,
6
kelompok tani)
7 Adanya program pertanian organik oleh pemerintah dan masyarakat
H TATANAN KEHIDUPAN MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI (29 INDIKATOR)
1 Adanya gerakan olah raga rutin di masyarakat / perkantoran, dll
2 Data jumlah kasus penggunaan NAPZA
Adanya kelompok/ organisasi masyarakat dlm program penanggulangi NAPZA dan
3
HIV/AIDS
4 Adanya peringatan untuk tidak merokok di tempat umum
5 Adanya fasilitas untuk orang cacat di tempat umum
6 Catatan cakupan pelayanan air bersih
7 Adanya pemeriksaan rutin kualitas air bersih oleh pemerintah
8 Rumah makan dan Tempat Produksi Makanan memilki sertifikat laik sehat
9 Data jumlah perbaikan rumah sehat / bedah rumah
10 Tersedianya fasilitas pelayanan konseling remaja
11 Adanya pemeriksaan kesehatan secara rutin pada anak sekolah12
12 Adanya Program UKS di setiap sekollah
13 Data jumlah dokter kecil yang sudah dilatih
14 Data jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih
15 Tersedianya pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas
16 Pelayanan klinik sanitasi yang berfungsi
17 Adanya gerakan olah raga secara rutin
18 Adanya gerakan anti rokok, alkohol dan narkotik oleh masyarakat
18 Catatan cakupan imunisasi
19 Berfungsinya posyandu aktif
20 Cakupan kunjungan ke puskesmas/ saryankes
21 Adanya gerakan PSN di sekolah, Rumah Tangga,TTU
22 Bebas jentik aedes di sekolah, Rumah Tangga dan TTU
23 Adanya informasi resiko dan upaya pencegahan PTM
24 Catatan KEP pada ibu hamil
25 Catatan penderita kretin baru
26 Catatan ibu hamil yang anemia dan kekurangan yodium
30
No INDIKATOR KHUSUS

27 Catatan masyarakat kekurangan vitamin A


28 Catatan menurunnya berat bayi lahir rendah (BBLR)
29 Meningkatnya keluarga sadar gizi
I KEHIDUPAN SOSIAL YANG SEHAT (11 INDIKATOR)
1 Catatan jumlah penduduk miskin
2 Catatan jumlah pengemis dan gelandangan
3 Catatan jumlah tuna susila
4 Catatan jumlah adanya rumah singgah bagi anak jalanan
5 Catatan jumlah kursus / pelatihan kerja bagi tenaga informal
6 Adanya program pendidikan penanganan kecacatan
7 Adanya fasilitas bagi penderita kecatatan di tempat umum
8 Ada sarana transportasi umum menuju daerah terpencil
9 Jumlah Sarana Tempat Penitipan Anak yang memenuhi syarat
10 Ada program khusus terhadap anak terlantar, jompo / lanjut usia
11 Ada program pelatihan tagana

31
D. MEMILIH TATANAN PRIORITAS DESA SEHAT
Pokok bahasan MEMILIH TATANAN PRIORITAS DESA SEHAT

Metode Diskusi kelompok

Tujuan Memberi kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikan dan memilih


tatanan yang cocok dikembangkan sesuai dengan kondisi desa masing-
masing.

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 2 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

“Dalam sesi ini fasilitator akan membagi peserta menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan asal desa masing – masing. Selanjutnya peserta akan mendiskusikan pemilihan tatanan
prioritas dengan metode curah pendapat / brainstorming. Setiap kelompok memilih pimpinan
kelompok dan mendiskusikan pilihan tatanan masing – masing sesuai dengan situasi dan kondisi
desanya.”

Perkembangan gerakan Desa Sehat di setiap daerah berbeda satu sama lain, tergantung
permasalahan yang ada dan tidak bisa diperbandingkan. Karena untuk mencapai kondisi desa
yang benar-benar ideal seperti harapan kita semua tidak bisa kita capai dalam waktu singkat
semudah membalik telapak tangan, sehingga perlu proses untuk mencapai tujuan sesuai dengan
tujuan akhir Desa Sehat sesuai dengan tatanan yang cocok untuk Desa itu. Oleh karena itu
kegiatan bisa diawali dengan proses kegiatan yang sederhana dulu, baru bisa dikembangkan
sesuai dengan situasi, kondisi dan kemampuan masing-masing Desa. Yang jelas tidak ada kata
mati atau status mati dalam Program Desa Sehat ini.
Untuk memilih tatanan yang cocok dengan kondisi Desa, pertimbangkan beberapa hal
seperti ; jumlah penduduk, komposisi penduduk, kondisi geografis, kondisi sosial dan kemauan

32
masyarakat, kasus – kasus penyakit yang masih berkembang di Desa tersebut, ketokohan, dan
lain sebagainya.
Kebutuhan dan permasalahan yang ada di masyarakat dikelompokkan berdasarkan
kawasan dan permasalahan khusus. Pemilihan tatanan berdasarkan prioritas sesuai kondisi,
potensi dan kemampuan masyarakat dan pemerintah, Keputusan pemilihan tatanan ditetapkan
oleh Pemerintahan Desa dengan dukungan Kelompok Kerja Desa Sehat.

“Setelah diskusi selesai, fasilitator akan memberi kesempatan kepada masing masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam presentasi, kelompok akan memberikan
argumentasi, mengapa satu tatanan dipilih untuk menjadi prioritas, dan mengapa tatanan lain
tidak menjadi prioritas.”

33
E. PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA (POKJA) DESA SEHAT
Pokok bahasan PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA (POKJA) DESA SEHAT

Metode Diskusi kelompok

Tujuan Memberi kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikan pembentukan


kelompok kerja Desa Sehat

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 4 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

“Fasilitator akan memandu peserta dalam mendiskusikan pembentukan Kelompok Kerja


Desa Sehat. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan asal desa masing –
masing. Setiap kelompok memilih pimpinan kelompok. Selanjutnya peserta akan mendiskusikan
pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Desa Sehat.”

Kelompok Kerja (Pokja) atau nama lain yang disepakati masyarakat adalah wadah bagi
masyarakat di pedesaan atau yang bergerak di bidang ekonomi, sosial dan budaya, dan
kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi dalam kegiatan yang disepakati
mereka. Pemilihan anggota Pokja tergantung kepada pilihan tatanan prioritas yang sudah
disepakati. Misalnya suatu Desa sudah menentukan pilihan tatanan prioritasnya adalah :
1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum Sehat.
2. Kawasan Hutan Sehat.
3. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri.
Sesuai dengan tatanan prioritas yang dipilih, maka dipilihlah anggota Pokja sesuai dengan
latar belakang pendidikan, minat, atau keahlian yang dimilikinya untuk duduk sebagai anggota
Pokja. Selanjutnya dilakukan pemilihan struktur kepengurusan Pokja. Struktur kepengurusan
Pokja akan di SK kan oleh Kepala Desa. Berikut contoh SK kepengurusan Pokja Desa Sehat
sebagai berikut.
34
PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
DESA SUNGAI BERINGIN
KEPUTUSAN KEPALA DESA SUNGAI BERINGIN
NOMOR : TAHUN 2013

TENTANG
PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN PERSONALIA
KELOMPOK KERJA DESA SEHAT, DESA SUNGAI BERINGIN
TAHUN 2012-2013
KEPALA DESA SUNGAI BERINGIN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan visi pembangunan kesehatan


Kabupaten Lima Puluh Kota, perlu dibentuk Kelompok Kerja Desa
Sehat, Desa Sungai Beringin Tahun 2012-2013;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a di
atas, dipandang perlu ditetapkan dengan suatu Keputusan Kepala
Desa Sungai Beringin.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali
diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 , tambahan Lembaran Negara
35
Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 Tentang Hibah Kepada
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Tata Kerja Dan Organisasi Departemen Kesehatan;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 10 Tahun 2007
Tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2007 Nomor 10);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2005-2025 ( Lembaran Daerah Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2011 Nomor 10 );
18. Peraturan Daerah Lima Puluh Kota Nomor 14 Tahun 2011 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2010-2015 ( Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2011 Nomor 14 );
19. Peraturan Daerah Lima Puluh Kota Nomor 16 Tahun 2011 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2012 ( Lembaran Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2011 Nomor 16 );
20. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 150 Tahun 2011 Tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2012 ( Berita Daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2011 Nomor 150 ).
Memperhatikan : 1. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005
Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat;
2. Surat Pernyataan Bupati Lima Puluh Kota Tentang Kepersertaan
Dalam Program Kabupaten/Kota Sehat Tahun 2013 Nomor
102/3/VI/Bappeda-LK/2012.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

36
KESATU : Membentuk Struktur Organisasi dan Personalia Kelompok Kerja Desa
Sehat, Desa Sungai Beringin Tahun 2012-2013, dengan susunan
anggota sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Personalia Kelompok Kerja Desa Sehat, Desa Sungai Beringin Tahun
2012-2013 sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU Keputusan ini,
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Merancang Program Pengembangan Desa Sehat berdasarkan
tatanan yang dipilih untuk dikembangkan bersama dengan Forum
Kecamatan Sehat dan Forum Kabupaten Sehat;
b. Memfasilitasi penanganan permasalahan Kesehatan yang
berkembang di masyarakat;
c. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pengembangan Desa sehat.;
d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap Desa
dalam rangka pengembangan Desa Sehat
e. Mengumpulkan data dan informasi dalam rangka pengembangan
Desa Sehat;
f. Memfasilitasi pemberdayaan potensi lokal masyarakat menjadi
sumber daya pembangunan kesehatan; dan
g. Melaporkan hasil kegiatan pada Bupati, Forum Kabupaten Sehat
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Forum Kecamatan Sehat.
KETIGA : Segala biaya yang timbul sehubungan ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten Lima Puluh Kota atau sumber lain yang sah dan tidak
mengikat.
KEEMPAT : Keputusan ini disampaikan kepada masing-masing yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan di dalamnya akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Sungai Beringin


Pada tanggal .... Januari 2013

KEPALA DESA SUNGAI BERINGIN

-------------------------

37
Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DESA SUNGAI BERINGIN
NOMOR : ............................TAHUN 2013
TANGGAL : ....... JANUARI 2013
TENTANG : PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN PERSONALIA
KELOMPOK KERJA DESA SEHAT, DESA SUNGAI BERINGIN
TAHUN 2012-2013

I Pembina : 1. Kepala Desa Sungai Beringin


2. Bidan Desa Sungai Beringin
II Pengurus Forum
A. Ketua :
B. Penanggungjawab
1. Tatanan Pemukiman, sarana dan prasarana :
umum
- Koodinator :
- Anggota
- ......................................... :
- ......................................... :
:
- ......................................... :
- .........................................

2. Tatanan Kehidupan masyarakat sehat yang


mandiri :
- Koordinator
- Anggota
- ......................................... :
- ......................................... :
- ......................................... :
- ......................................... :

3. Tatanan Ketahanan Pangan


:
- Koordinator
- Anggota
:
- ......................................... :
- ......................................... :
- ......................................... :
- .........................................

Ditetapkan di Sungai Beringin


Pada tanggal Januari 2013
KEPALA DESA SUNGAI BERINGIN

------------------------

38
F. PENYUSUNAN RENCANA KERJA DESA SEHAT
Pokok bahasan PENYUSUNAN RENCANA KERJA DESA SEHAT
Metode Diskusi kelompok

Tujuan Memberi kesempatan kepada peserta untuk mendiskusikan rencana kerja


Desa Sehat sesuai Kelompok Kerja yang sudah terbentuk

Alat dan Bahan 1. Flipcart


2. Spidol
3. Lakban
4. Bahan presentasi
5. In focus dan laptop
6. Kamera
7. Printer
8. Kertas HVS
9. Pena
10. Pensil
11. Penggaris

Waktu 4 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

“Fasilitator memandu peserta menyusun rencana kerja sesuai dengan kelompok kerja
masing – masing. Setiap kelompok kerja memilih pimpinan kelompok kerja. Selanjutnya peserta
akan mendiskusikan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun kedepan. Setelah rencana kerja
tersusun, masing – masing kelompok kerja mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok
kerja yang lain menanggapi.”

Membuat perencanaan sebelum melaksanakan pekerjaan, akan membantu Pokja


mendapatkan hasil yang lebih cepat dan efisien. Ketika membuat perencanaan kerja, Pokja

39
dituntut untuk spesifik dan lebih detail menuliskan apa saja yang harus dilakukan. Di dalam
merumuskan rencana kegiatan Desa Sehat, dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan.
Program-program di lingkungan kesehatan dan sektor lain menjelaskan aspek lingkungan
fisik, sosial dan budaya, termasuk perilaku serta upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
dapat dilakukan, untuk mewujudkankan Desa Sehat. Di dalam mensosialisasikan kegiatan kepada
masyarakat perlu dijelaskan keuntungan apa yang akan diperoleh masyarakat dalam jangka
panjang, baik dari aspek kesehatan maupun ekonomi. Pilihan kegiatan yang disosialisasikan,
perlu dikaitkan dengan perencanaan sektor (misalnya sektor kesehatan, pertanian, dan lain – lain)
yang telah termuat dalam perencanaan daerah. Kegiatan sektor ini berdampak pada aspek
peningkatan ekonomi kelompok masyarakat di kawasan tersebut.
Pada umumnya masyarakat menyatakan kebutuhan mereka dalam wujud peningkatan
sumber ekonomi, pemenuhan sarana, prasarana lingkungan, baik secara fisik maupun sosial.
Kebutuhan masyarakat dalam bentuk perlunya pelayanan sosial dan kesehatan, maupun prioritas
sektor lainnya yang direncanakan merupakan kebutuhan berikutnya Dalam hal ini pengelola
program kesehatan dan sektor lainnya perlu menjelaskan kepada masyarakat bahwa kesehatan
masyarakat akan dapat terwujud apabila peningkatan sarana dan prasarana lingkungan tersebut
diikuti dengan peningkatan perilaku dan upaya pelayanan kesehatan yang memadai dan sesuai
dengan kebutuhan.
Agar lebih jelas dan terorganisir, Pokja patut menuliskannya dengan menggunakan format
yang rapih sehingga satu tim kerja akan lebih mudah mengerti. Sebagai pedoman umum, ada
empat cara membuat perencanaan kerja yang baik.
1. Tentukan Target
Tentukan tujuan dari keseluruhan pekerjaan yang akan dilakukan. Pokja dapat
menuliskannya di komputer atau buku catatan secara terperinci. Dengan begitu akan menjadi
lebih terorganisir dan rapi. Misalnya, Pokja akan melakukan pekerjaan seperti membuat suatu
acara, misalnya gotong royong. Tuliskan terlebih dahulu acara seperti apa yang akan dibuat,
sehingga nantinya pada saat rapat, tim kerja lainnya dapat membantu untuk menuangkan ide
sesuai keinginan.
2. Memilih Pimpinan yang Tepat
Terkadang keputusan dari pimpinan Pokja tidak dapat dibantah. Hal ini dapat mempersulit
kelompok kerja mencapai tujuan dari rencana kerja yang sudah ditentukan. Oleh karena itu,
jangan sampai Pokja salah memilih pemimpin.
3. Tentukan Tugas, Anggaran dan Waktu
Dalam membuat perencanaan kerja, Pokja harus menentukan langkah demi langkah dan
tugas apa saja yang harus dilakukan dan diselesaikan. Tentukan pula berapa anggaran yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan rencana kerja tersebut. Perkirakan juga waktu untuk setiap
tugasnya agar dapat menjadi acuan untuk dapat diselesaikan dengan cepat.

40
4. Atur Tugas Secara Logis
Aturlah tugas untuk masing-masing orang dalam satu Pokja secara logis. Fokuskan setiap
tugas pada orang yang mampu dan memang cocok dengan jenis pekerjaan yang diberikan.
Setelah masing-masing sudah mendapatkan tugasnya, hasil dari perencanaan kerja yang sudah
dibuat pasti akan terlaksana sesuai tujuan yang ingin dicapai.

41
BAB III
EVALUASI PELATIHAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Pokok bahasan EVALUASI PELATIHAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Metode Curah Pendapat

Tujuan 1. Peserta dapat menilai harapan- harapannya yang telah dan belum
tercapai dalam pelatihan ini
2. Peserta dapat mengevaluasi tingkat pemahaman materi pelatihan
3. Peserta dapat merencanakan tindak lanjut pelatihan untuk
diterapkan di tempat tugas masing – masing

Waktu 2 jam pelatihan

Proses Pembelajaran

A. MANFAAT EVALUASI
1. Dalam setiap pelatihan kita perlu melaksanakan evaluasi untuk menilai seberapa jauh
materi-materi belajar bisa dipahami oleh peserta. Pada kesempatan ini, peserta masih bisa
menanyakan hal-hal yang perlu penjelasan kepada pelatih.
2. Evaluasi juga bisa menilai apakah harapan-harapan peserta bisa terpenuhi dalam
pelatihan ini. Apabila harapan peserta kurang terpenuhi, sebaiknya dicarikan jalan
keluarnya melalui penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL).
3. Beberapa saran untuk peserta adalah :
 Sebuah pelatihan tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan peserta, karena itu
sebaiknya peserta terus-menerus belajar baik dari orang lain maupun membaca.
 Belajar terus-menerus dan berkomunikasi dengan semua pihak berkepentingan dalam
mewujudkan Desa Sehat akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun kelompok
masyarakat.

Harapan - Harapan Yang Terpenuhi Dalam Pelatihan


1. ……………………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………..…………………………………………………………
3. ………………………………………..…………………………………………………………
Harapan - Harapan Yang Belum Terpenuhi Dalam Pelatihan
1. ………………………………………..…………………………………………………………
2. ………………………………………..…………………………………………………………
3. ………………………………………..…………………………………………………………
4. ………………………………………..…………………………………………………………
42
Tabel Evaluasi
Materi Materi
Materi
No Pokok Bahasan Kurang Cukup
Dimengerti
Dimengerti Dimengerti
1
2
3
4
5
6
dst

B. RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)


 Penyusunan RTL diharapkan dapat menjadi bukti hasil pelatihan bagi peserta, untuk
dilaporkan kepada atasan dan pihak terkait. Diharapkan dengan cara seperti ini, atasan
dan pihak terkait akan memberi dukungan dalam penerapan hasil pelatihan di lapangan.
 Untuk penyusunan RTL ini fasilitator meminta peserta berdiskusi secara berkelompok
sesuai dengan asal desa masing – masing. Hasil diskusi disalin ke dalam tabel yang
ditampilkan ke atas kertas HVS dan mengisinya dengan rencana tindak lanjut di tempat
tugas masing – masing, dibuat rangkap dua : 1 untuk pelatih dan 1 untuk peserta.

Tabel Rencana Tindak Lanjut

No Kegiatan Waktu Dukungan

1
2
3
4
5
6
7
8

C. PENUTUP
Sebelum kita mengakhiri pelatihan ini, fasilitator meminta kesediaan salah seorang peserta
untuk menyampaikan kesan - kesan selama mengikuti pelatihan ini.

43

Anda mungkin juga menyukai