Anda di halaman 1dari 42

Draft 2, per tanggal 24 Februari 2017

PEDOMAN PELAKSANAAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
BIDANG KESEHATAN

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 serta
didukung oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Pasal 3, 46, 47, 48, dan 174 yang pada intinya menyebutkan bahwa
kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat, maka
sudah sudah selayaknya kita wajib memberikan perhatian yang tinggi untuk
pembangunan kesehatan agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

HL. Bloem (1908) mengidentifikasi bahwa derajat kesehatan masyarakat


dipengaruhi oleh 4 faktor yakni: Perilaku, Lingkungan, Pelayanan kesehatan,
dan Keturunan. Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan memegang peran lebih
dari 75% dari kondisi derajat kesehatan masyarakat.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Saat
ini, Indonesia tengah mengalami perubahan pola penyakit yang sering disebut
transisi epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan
kesakitan akibat penyakit tidak menular (PTM) seperti strok, jantung, diabetes
dan lain-lain. Dampak meningkatnya kejadian PTM adalah meningkatnya
pembiayaan pelayanan kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat
dan pemerintah; menurunnya produktivitas masyarakat; menurunnya daya
saing negara yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi sosial ekonomi
masyarakat itu sendiri.
Jika ada anggota keluarga terserang PTM, perlu pengobatan dan perawatan
jangka panjang. Hal ini menyebabkan beban pembiayaan kesehatan
pemerintah meningkat, produktivitas keluarga menurun yang dapat berakibat
beban ekonomi keluarga bertambah berat bahkan dapat jatuh miskin karena
merawat anggota keluarga yang sakit.

Oleh karena itulah untuk menurunkan beban pembiayaan kesehatan


pemerintah, maka dijalankan Program Indonesia Sehat yang merupakan salah
satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Program ini dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Program ini selanjutnya menjadi program utama
pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,


yaitu (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan,
dan (3) peaksanaan jaminan kesehatan nasional. Penerapan paradigma sehat
dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan upaya promotif preventif, serta pemberdayaan masyarakat.

Promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif untuk mencegah
meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit baik menular maupun
tidak menular. Mengingat pencegahan penyakit akan sangat tergantung pada
perilaku individu yang didukung oleh kualitas lingkungan, ketersediaan sarana
dan prasarana serta dukungan regulasi untuk hidup sehat, diperlukan
keterlibatan aktif seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor
non-pemerintah, dan masyarakat. Gerakan yang sistematis dan terus menerus
diperlukan untukmendorong masyarakat berperilaku hidup sehat. Upaya
promotif dan preventif sejalan dengan RPJMN 2015-2019 yaitu upaya
reformasi kesehatan yang difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar
(primary health care) dan penguatan upaya promotif dan preventif.

Perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku kearah yang lebih sehat perlu
dilakukan secara sistematis dan terencana oleh semua komponen bangsa;
untuk itu GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) menjadi
sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Gerakan ini sudah dicanangkan pada tanggal 15 November 2016 di 10
lokasi secara serentak, oleh karenanya perlu disusun Pedoman Pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Bidang Kesehatan yang dapat dijadikan
acuan bagi semua daerah, pimpinan institusi pemerintah dan masyarakat,
perguruan tinggi dan dunia usaha untuk mengawali dan melaksanakan
kegiatan Germas di lingkup tanggung jawabnya masing-masing.

B. Dasar Hukum
1. Undang Undang Dasar
2. Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif
4. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 2016 tentang pedoman
penyusunan, pengendalian dan evaluasi rencana kerja pemerintah daerah
Tahun 2017 (12 indikator SPM)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
9. Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan
10. Permenkes Nomor 71 Tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit
tidak menular (termasuk deteksi dini)
11. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak
12. Permenkes Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrining Hipoteroid
Kongenital

2. KEBIJAKAN GERMAS BIDANG KESEHATAN


Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan yang sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk
meningkatkan kualitas hidup.

Dalam 30 tahun terakhir ini, terjadi perubahan pola penyakit yang disebabkan
berubahnya perilaku manusia. Pada era tahun 1990an, penyebab kematian dan
kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan
Atas, TB, Diare, dll. Sejak tahun 2010 penyebab terbesar kesakitan dan kematian
adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan kencing manis.

FAKTA

PERUBAHAN POLA PENYAKIT


TERKAIT DENGAN FAKTOR PERILAKU

1990 2010
ISPA, STROKE,
TB, KECELAKAAN,
DIARE JANTUNG, KANKER,
DIABETES
ANUNG untuk RAKERKESNAS 2017
Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini dapat menyerang bukan hanya usia tua
tetapi telah bergeser ke usia muda, dari semua kalangan kaya dan miskin dan
tinggal di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan masyarakat semakin maju,
informasi dan transportasi yang semakin mudah dan merubah gaya hidup
masyarakat.

Kerangka Faktor Risiko PTM


Status Gizi 1000 HPK
Kesakitan
Status Gizi Remaja Puteri, Ibu
Faktor Hamil, Bayi dan Baduta
Risiko 1. PTM Utama:
Yang Faktor Risiko Perilaku
Tekanan darah FOKUS
Tidak
Dapat
tinggi Aktivitas Fisik, Merokok, Pola GERAKAN
Gagal Jantung Makan, Alkohol
Dimodifik MASYARA
asi Kencing Manis Kondisi Lingkungan KAT
Umur, Jenis Stroke dan Sosial Ekonomi HIDUP
Kelamin, Penyakit Paru Polusi, Perubahan Iklim, Akses SEHAT
Genetik Obstruktif Air Minum dan Sanitasi,
Kronik Perumahan, Kemiskinan,
Kanker Pendidikan, Budaya, Akses
terhadap fasilitas fisik,
2. Cedera Transportasi
Kebijakan & Regulasi
Kebijakan dan regulasi yang
tidak berwawasan kesehatan
Kematian &
Kecacatan

Faktor risiko penyebab Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkait dengan gaya
hidup masyarakat yang bergeser diantaranya adalah:
1. Penduduk kurang beraktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan waktu
dengan menonton TV, bermain game dan terlalu lama di depan komputer.
Hal ini dapat menyebabkan faktor risiko kegemukan.
2. Pola makan yang berubah dimana kecenderungan masyarakat untuk makan
makanan olahan, siap saji, tinggi gula, garam dan lemak dan kurang
makanan yang berserat seperti buah dan sayur menyebabkan gangguan
pencernaan.
3. Faktor risiko selanjutnya adalah minum minuman berakohol. Kebiasaan
minum minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan
berisiko kematian.
4. Selanjutnya adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat menyebabkan
bermacam-macam penyakit di antaranya kanker paru, kanker mulut.
5. Buang air besar sembarangan. Saat ini masih terdapat 63 juta penduduk
yang masih membuang air di sungai, danau, laut, dan daratan. Membuang air
besar sembarangan dapat menyebabkan sakit perut dan diare.

Terjadinya PTM juga dipengaruhi oleh pencemaran lingkungan. Di zaman


teknologi saat ini, industri bertumbuh dengan pesat, namun tidak diikuti dengan
pengendalian limbah hasil industri. Zat pencemar banyak mencemari lingkungan
udara, air dan daratan. Zat pencemar yang berasal dari knalpot kendaraan
bermotor, limbah pabrik, asap rokok, logam berat, dan pestisida mencemari
sumber air minum, menyebabkan polusi udara, mencemari tanah pertanian,
tanaman dan sayur mayur. Jika zat pencemar masuk ke dalam tubuh manusia,
memicu terjadinya PTM seperti gagal ginjal, gagal jantung, tekanan darah tinggi,
kanker dan gangguan syaraf, bahkan dapat berakhir dengan kecacatan dan
kematian.

Risiko terjadinya PTM dapat dicegah, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu
kegiatan pencegahan oleh seluruh masyarakat Indonesia dari semua kalangan
yaitu dari umur muda sampai tua, jenis pekerjaan, status sosial, status ekonomi,
di desa maupun kota melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
5 PENYAKIT
beban biaya rawat inap
dengan
tertinggi adalah Penyakit Tidak Menular

JANTUNG STROKE GINJAL DIABETES KANKER

Miliar
1,82 794,08 750 313,64 313,09

Tanpa intervensi yang berarti, beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyeksi dapat terus meningkat

ANUNG untuk RAKERKESNAS 2017

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat merupakan upaya untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan bagi setiap orang untuk hidup sehat agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud.

A. Tujuan
Tujuan umum dari Gerakan Masyarakat Sehat atau GERMAS adalah untuk:
(a) menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik
kesakitan, kecacatan maupun kematian; (b) menurunkan beban pembiayaan
pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit; (c) menghindari
terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan (d) menghindari terjadinya
peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.

GERMAS dilaksanakan oleh seluruh komponen bangsa terkait baik lintas


kementerian ataupun lembaga melalui:

1. Peningkatan aktivitas fisik;

2. Peningkatan perilaku hidup sehat;


3. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;

4. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;

5. Peningkatan kualitas lingkungan; dan

6. Peningkatan edukasi hidup sehat

Dalam mewujudkan kegiatan tersebut Kementerian Kesehatan memiliki kegiatan


utama dalam jangka panjang sebagai berikut:
a. Melaksanakan kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta
meningkatkan advokasi dan pembinaan daerah dalam pelaksanaan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
b. Meningkatkan pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif, serta aktivitas fisik
c. Meningkatkan pelaksanaan deteksi dini di Puskesmas dan menyusun
panduan pelaksanaan deteksi dini di instansi pemerintah dan swasta

Kegiatan jangka pendek yang dapat dilakukan dalam bidang Kesehatan antara
lain:
a. Meningkatkan aktifitas fisik
b. Meningkatkan konsumsi sayur buah
c. Melakukan deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

B. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, serta elemen
masyarakat lainnya harus terlibat dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

C. Prinsip
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dibangun dalam konsep pengendalian
penyakit yang terintegrasi dan multisektor. Prinsip dan pendekatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat terdiri dari:
1. Fokus pada pemerataan intervensi. Upaya penurunan beban penyakit
difokuskan pada penyakit akibat faktor determinan sosial seperti
kemiskinan, gender, lingkungan, dll.
2. Pentingnya kerjasama multisektor dan para pemangku kepentingan.
Penguatan kerjasama antar sektor kesehatan dan sektor lain, dengan
stakeholder pemerintahan, masyarakat sipil, akademisi, dunia usaha dan
LSM dalam pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
3. Keseimbangan masyarakat, keluarga, dan individu. Intervensi
penurunan faktor risiko penyakit dilaksanakan di tingkat populasi serta
pada individu berisiko tinggi.
4. Pemberdayaan masyarakat. Upaya pengendalian penyakit ditekankan
pada adanya pemberdayaan masyarakat untuk berkemauan hidup sehat
serta menjadi mitra dalam pengendalian penyakit.
5. Penguatan sistem kesehatan. Penguatan pelaksanaan reformasi dan
reorientasi sistem pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya penguatan
pelayanan preventif dan promotif kesehatan.
6. Pendekatan siklus hidup. Pengendalian penyakit dilaksanakan pada
seluruh bagian siklus hidup sejak kesehatan ibu hamil, anak dalam
kandungan, balita, remaja, dewasa, hingga lanjut usia.
7. Selaras dengan Implementasi Jaminan kesehatan nasional (JKN).
Upaya memastikan semua penduduk mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam pencegahan terhadap
penyakit.
8. Strategi atau rencana kegiatan berdasarkan bukti. Penyusunan
rencana dan strategi dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
dilaksanakan berdasarkan data dan fakta muncul di masyarakat.

D. Strategi Pelaksanaan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran diatas, maka diterapkan strategi
pelaksanaan sebagai berikut:
- Koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektor: Melakukan
koordinasi dengan lintas sektor atau SKPD lainnya dalam menyosialisasikan
GERMAS
- Advokasi: Melakukan advokasi ke pembuat keputusan baik ke Pemerintah
Daerah maupun sektor BUMN, BUMD, swasta, organisasi masyarakat, dll.
- Penggerakkan masyarakat melalui pendekatan Keluarga Sehat
- Pendekatan siklus hidup (continum of care)

3. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMANGKU KEPENTINGAN


A. Pusat
Persiapan
Bersama dengan Bappenas dan K/L lainnya menyusun kebijakan yang
mendukung operasionalisasi Germas di daerah
Mempersiapkan pedoman umum
Menerbitkan dan mensosialisasikan petunjuk-petunjuk teknis bidang
kesehatan yang diperlukan dalam rangka Germas
Mendapatkan dukungan dan kesepakatan berkolaborasi dari lintas
program Kementerian Kesehatan
Mendapatkan dukungan lintas sektor terkait
Mengalokasikan dana untuk kegiatan Germas
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya
Germas
Mempersiapkan Materi KIE

Pelaksanaan
Pencanangan GERMAS
Penyebarluasan informasi melalui media, advokasi, dan sosialisasi di
tingkat nasional
Berkoordinasi dengan K/L lainnya serta menggandeng mitra kerja dan
mitra usaha di tingkat nasional
B. Provinsi
Persiapan
Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam
bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang Germas
Membuat konsep desain pelaksanaan Germas dengan menginventarisir
sumber daya yang dimiliki oleh provinsi
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung Germas
Mengkoordinasikan skema persiapan Germas dengan SKPD lainnya
dan organisasi masyarakat, dunia usaha serta akademisi di tingkat
provinsi
Memberikan dukungan dana dan sumber daya lain untuk pelaksanaan
Germas

Pelaksanaan
Penyebarluasan informasi melalui media advokasi dan sosialisasi ke
setiap jajaran SKPD di kab/kota
Mempromosikan kegiatan Germas dengan menggandeng mitra kerja
dan mitra usaha di tingkat provinsi
Menggerakkan setiap elemen SKPD, akademisi dan ormas serta dunia
usaha di tingkat provinsi untuk bersama-sama mempraktekkan pola
hidup sehat sehari-hari

C. Kabupaten/Kota
Persiapan
Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam
bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang pelaksanaan
Germas
Menyusun desain pelaksanaan teknis Germas sesuai dengan arahan
provinsi dan masukan pemerintah daerah
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung Germas secara
terpadu bekerjasama dengan provinsi
Mengkoordinasikan skema persiapan Germas dengan SKPD lainnya
dan organisasi masyarakat, dunia usaha serta akademisi di tingkat
kabupaten/kota
Memberikan bantuan pembiayaan dari APBD Kabupaten/Kota dan
sumber pembiayaan lain untuk pelaksanaan Germas

Pelaksanaan
Penyebarluasan informasi melalui media advokasi dan sosialisasi ke
setiap jajaran fasilitas pelayanan kesehatan/fasyankes primer serta
jaringan UKBMnya
Mempromosikan program Germas dengan menggandeng mitra kerja
dan mitra usaha di tingkat kabupaten/kota
Menggerakkan setiap elemen SKPD, akademisi dan ormas serta dunia
usaha di tingkat kabupaten/kota untuk bersama-sama mempraktikkan
pola hidup sehat sehari-hari
Memfasilitasi kecamatan dan desa untuk ikut mendukung Germas
Melaksanakan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing daerah dalam mendukung Germas

D. Individu dan Keluarga


Mempraktikkan pola hidup sehat sehari-hari, seperti:
Melakukan aktivitas fisik secara rutin setiap hari
Membudayakan konsumsi buah dan sayur setiap hari
Tidak merokok
Tidak mengonsumsi alkohol dan zat adiktif lainnya
Pengelolaan stres secara baik
Budayakan buang air besar pada tempatnya
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali

E. Ormas dan Kelompok Potensial


Menggerakkan institusi dan organisasi masing-masing agar anggotanya
berperilaku sehat
F. Dunia Usaha dan Swasta
Menggerakkan institusi dan organisasi masing-masing agar anggotanya
berperilaku sehat

4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


A. Pemantauan
Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara
terus menerus untuk memastikan suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Pemantauan dilakukan di sepanjang siklus kegiatan, dimulai
dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Hasil kegiatan
pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan
penyesuaian terhadap perencanaan.

Tujuan pemantauan:
Memastikan bahwa kemajuan pelaksanaan kegiatan Germas tidak
menyimpang dari jadwal yang telah ditentukan pada setiap tahapan.
Memastikan proses fasilitasi kegiatan pelaksanaan Germas sesuai acuan
yang ada (Pedoman, Petunjuk Teknis, dan lainnya), sehingga capaian
substansi sesuai indikator yang telah ditentukan

Kegiatan pemantauan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung di


masing-masing kabupaten/kota dan desa secara berjenjang untuk melihat
pelaksanaan kegiatan dan arahan yang dibutuhkan, pemantauan terhadap
pemanfaatan sumber daya yang ada, serta memastikan transparansi dan
akuntabilitasnya.

B. Evaluasi
Evaluasi dalam Germas dilakukan untuk menilai secara berkala apa yang
telah dihasilkan melalui pengukuran indikator kinerja utama untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama Germas. Evaluasi difokuskan pada
keluaran dan dampak proyek untuk menilai kesesuaiannya dengan tujuan dan
rencana yang ditetapkan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara bersinergi
dengan survey-survei nasional misalnaya RISKESDAS, dll.

Indikator pencapaian GERMAS sesuai dengan INPRES 2017:


1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan minimal 5 tema kampanye
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
2. Persentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di minimal 50 persen sekolah
3. Jumlah petugas kesehatan yang menjadi konselor menyusui
4. Jumlah kegiatan kampanye ASI eksklusif
5. Jumlah kegiatan sosialisasi gemar beraktivitas fisik
6. Jumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun
7. Jumlah pedoman pelaksanaan deteksi dini di instansi pemerintah dan
swasta

5. PENUTUP
Pedoman Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Bidang Kesehatan ini
disusun dengan harapan semua pihak yang terkait dapat memahami latar
belakang munculnya gerakan ini dan agar gerakan ini dapat diterapkan dan
bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa mengabaikan kondisi sosial
budaya dan tatanan yang sudah ada.

Segala sesuatu yang dirancang dengan baik tentu memerlukan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari masyarakat (mulai dari individu, keluarga, kelompok
potensial, dll), lintas program, lintas sektor, maupun pemerintah. Tentunya potensi
masing-masing daerah berbeda dalam menerapkan Germas, hal ini akan
tercermin dari tersedianya sumber dana (APBN, APBD, dekonsentrasi, bantuan,
hibah, dll), sumber daya manusia pelaksana, komitmen yang mendukung,
kebijakan, peraturan perundang-undangan yang ada, dan semangat untuk
sukses. Untuk itu diperlukan kreativitas dan inovasi dalam pelaksanaannya.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
AKTIVITAS FISIK DALAM UPAYA GERMAS

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui Proporsi Aktivitas Fisik
Kurang Penduduk 10 tahun menurut Provinsi sebesar 26,1%, dimana
Provinsi yang Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang paling tinggi terdapat di
DKI Jakarta (44.2%) dan Provinsi yang Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang
paling rendah adalah Provinsi Bali (14.2%). Karakteristik Jenis Kelamin,
menunjukandimana Laki-laki lebih tinggi Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yaitu
26.3% dibandingkan dengan perempuan yaitu 25,8%. Menurut persebaran
karakteristik Domisili, masyarakat yang berada di Perkotaan Proporsi
Aktivitas Fisik Kurang nya lebih tinggi yaitu 28.2% dibandingkan dengan
Perdesaan yaitu 23.9%. Menurut Karakteristik Pekerjaan, Penduduk yang
bekerja lebih banyak Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yaitu 74.1%
dibandingkan dengan yang tidak bekerja yaitu 35,9%. Dilihat juga dari segi
karakteristik status ekonomi, Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang paling
tinggi terdapat di Status Ekonomi Teratas yaitu 30.8% dan yang paling
rendah Status Ekonomi Menengah Bawah 23.6%.

Pemeriksaan/skrining kesehatan dan kebugaran secara rutin merupakan


upaya promotif preventif dengan tujuan untuk: mendorong masyarakat
mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan upaya
pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat.
Pemeriksaan kebugaran jasmani dilakukan untuk mengetahui tingkat
kebugaran seseorang sehingga dapat diberikan dosis latihan fisik yang
sesuai kondisi fisik nya (BBTT).

Tes kebugaran jasmani Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan


Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 pada 12.240
siswa SD, SMP, SMA/SMK di 17 provinsi menyatakan kategori kebugaran
jasmani baik 17%, sedang 38%, kurang 45%.

Aktivitas fisik sebagai salah satu fokus kegiatan Germas tahun 2016-2017
perlu disosialisasikan agar masyarakat sadar, mau dan mampu untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.
Pembiasaan melakukan aktivitas fisik di masyarakat dapat dilakukan di
rumah, sekolah, perjalanan, tempat kerja, tempat rekreasi, sehingga
pemerintah bersama masyarakat (termasuk dunia usaha) perlu memfasilitasi
sarana prasarana untuk masyarakat beraktivitas fisik.

B. Pengerrtian
1. Kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan
aktivitas fisik, latihan fisik, dan/atau olahraga sesuai kaidah kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif, tanpa
mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif;
2. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari dengan efektif dan efisien
tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki tenaga
cadangan untuk melakukan kegiatan yang mendadak;
3. Aktivitas fisik adalah semua bentuk aktivitas sehari-hari dengan
melakukan gerakan tubuh yang mengeluarkan tenaga.
Contoh aktivitas fisik: membersihkan rumah, menyapu, mencuci,
berkebun, naik turun tangga, mencuci mobil, dll;
4. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
berulang-ulang secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan
dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Contoh latihan fisik: jalan kaki, jogging, berlari, berenang, senam,
bersepeda, dll;
5. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
berulang-ulang secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan
dengan mengikuti aturan tertentu mengandung unsur kompetisi yang
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
Contoh olahraga: sepakbola, bulutangkis, basket, voli, tenis lapangan,
tenis meja, balap sepeda, dll;

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup melalui
aktivitas fisik bagi seluruh lapisan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk
membiasakan melakukan aktivitas fisik.
b. Terwujudnya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan
latihan fisik.

D. Manfaat
1. mengurangi ketegangan otot
2. mengurangi kelelahan
3. mengurangi keluhan nyeri saat menstruasi
4. mengoptimalkan aktivitas sehari-hari
5. meningkatkan relaksasi

E. Sasaran Kegiatan
Seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, serta elemen
masyarakat lainnya harus terlibat dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

II. PELAKSANAAN
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk hidup yang memerlukan gerak untuk
menjaga kualitas hidupnya, sehingga perlu melakukan aktivitas fisik.
Pembiasaan melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari perlu
dilakukan sebagai bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat.
1. Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji
Tujuan : meningkatkan kebugaran jasmani jemaah haji
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian
Agama, Pusat Kesehatan Haji, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
Puskesmas.
Lokasi : Puskesmas, dinas kesehatan, KBIH
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran : jemaah haji
Kegiatan:
- Melakukan prapartisipasi untuk keamanan pengukuran kebugaran jasmani
- Melakukan pengukuran kebugaran jasmani
- Mengkoordinir dan melakukan kegiatan latihan fisik bersama: senam haji,
jalan kaki, dll

2. Pembudayaan aktivitas fisik bagi anak sekolah


Tujuan : meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang anak sekolah
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Direktorat
Kesehatan Keluarga (Usekrem), Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
Puskesmas, sekolah.
Lokasi : sekolah
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran : anak sekolah dasar
Kegiatan:
- Melaksanakan peregangan pada pergantian jam pelajaran: gerakan
sederhana sesuai dengan umur dan kesenangan
- Menyediakan fasilitas dan mendorong anak sekolah untuk
bermain/aktivitas fisik waktu istirahat: permainan tradisional (lompat tali,
enggrang, gobak sodor, engklek, gasing, dll)
3. Pembudayaan aktivitas fisik bagi pekerja
Tujuan : meningkatkan kesehatan pekerja
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian
Tenaga Kerja, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, Puskesmas.
Lokasi : di tempat kerja
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran : pekerja
Kegiatan :
- Melakukan peregangan setiap pukul 10.00 dan pukul 14.00 dengan
gerakan sederhana yang mudah diikuti (dalam bentuk senam, dll)
- Menyediakan fasilitas untuk bergerak, seperti lift ganjil-genap, parkir
kendaraan/pintu masuk agak jauh dari pemberhentian, dll.
- Mengkoordinir dan melakukan latihan fisik/olahraga bersama setiap Jumat,
seperti jalan kaki, senam, dll. sesuai kemampuan dan minat (bagi yang
sudah biasa melakukan aktivitas fisik).

4. Seminar pembudayaan aktivitas fisik agar sehat dan bugar


Tujuan : meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pembudayaan
aktivitas fisik untuk kesehatan
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Direktorat
Kesehatan Kerja dan Olahraga, Puskesmas.
Lokasi : di mana saja
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran : masyarakat
Kegiatan :
- Menyampaikan paparan aktivitas fisik untuk kesehatan
- Menyampaikan demonstrasi aktivitas fisik
- Melakukan diskusi dan tanya-jawab
- Membuat komitmen bersama
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
KONSUMSI SAYUR BUAH DALAM UPAYA GERMAS

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam 30 tahun terakhir ini, terjadi perubahan pola penyakit yang
disebabkan berubahnya perilaku manusia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat semakin maju, informasi dan transportasi yang semakin mudah
sehingga mengubah gaya hidup masyarakat. Bergesernya gaya hidup
masyarakat menjadi faktor risiko penyebab penyakit tidak menular (PTM).

Sebagian besar penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, hipertensi serta strok juga diabetes,
berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang
disebabkan oleh kelebihan gizi. Kelebihan gizi ini timbul selain akibat
kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh,
gula dan garam; tetapi juga kekurangan asupan pangan bergizi seperti
sayuran dan buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan
aktivitas fisik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa lebih dari 90% penduduk Indonesia berusia di atas 10
tahun mengonsumsi sayur dan buah di bawah rekomendasi yang
dianjurkan. Hasil tersebut didukung dengan hasil Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 yang menggambarkan kecenderungan konsumsi sayur dan
buah masyarakat Indonesia yang masih rendah, dimana konsumsi sayur
baru sebanyak 57,1 gram perorang perhari dan konsumsi buah sebanyak
33,5 gram perorang perhari, atau hanya memenuhi sekitar 18% kebutuhan
yang ditetapkan dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014.

Untuk mewujudkan kesadaran masyarakat mengonsumsi sayur dan buah


serta gizi seimbang yang optimal, maka diperlukan suatu gerakan yang
masif yang bernama GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
(GERMAS). Gerakan ini menjadi sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik, melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup. Gerakan ini merupakan suatu tindakan yang sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup.Pada tanggal 15 November 2016,
GERMAS telah dicanangkan secara serentak di 10 lokasi di Indonesia.

Penyusunan petunjuk teknis ini diharapkan dapat memberi arahan


pelaksanaan kegiatan yang mendukung peningkatan konsumsi sayur dan
buah masyarakat di semua tingkat administrasi.

B. Pengertian
1. Gizi seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
2. Tumpeng gizi seimbang
Tumpeng gizi seimbang adalah panduan konsumsi sehari-hari.
Tumpeng gizi seimbang memberikan gambaran 4 pilar gizi seimbang,
yaitu a) mengenai jumlah porsi yang dianjurkan untuk setiap kelompok
pangan pada konsumsi makanan sehari-sehari; b) membiasakan
perilaku hidup bersih; c) Aktivitas fisik; dan d) Memantau berat badan
secara teratur.
3. Piring makanku
Panduan sajian makanan dan minuman pada setiap kali makan dengan
pembagian antara makanan pokok, lauk pauk, serta sayur dan buah.
4. Konsumsi sayur dan buah
Pedoman Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang
dewasa.

C. Tujuan
Mewujudkan kesadaran berperilaku hidup sehat melalui peningkatan
konsumsi sayur dan buah bagi seluruh lapisan masyarakat.

D. Sasaran Kegiatan
Seluruh masyarakat Indonesia, yang meliputi individu, keluarga, kelompok,
masyarakat dan institusi.

II. PELAKSANAAN

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi


keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi status gizi sehingga akan
mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang tidak optimal
berkaitan dengan kesehatan yang buruk, meningkatkan risiko penyakit infeksi
dan penyakit tidak menular (PTM). Pola makan seimbang/ gizi seimbang dapat
menjaga tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi.

Tahun 2014 Kementerian Kesehatan menerbitkan Permenkes Nomor 41/2014


tentang Pedoman Gizi Seimbang. Pedoman ini berisi panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi aneka
ragam pangan, perilaku hidup bersih sehat, aktivitas fisik dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahanankan berat badan normal.
Untuk memudahkan penerapan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari,
maka dibuat visual gizi seimbang dalam bentuk tumpeng gizi seimbang dan
piring makanku.
Tumpeng Gizi Seimbang terdiri dari empat lapis berurutan dari bawah ke atas.
Empat lapis berarti gizi seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi
beranekaragam pangan, aktivitas fisik, kebersihan diri, dan pemantauan berat
badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin keatas ukuran
tumpeng semakin kecil, berarti kelompok pangan pada lapis paling atas
dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Pada setiap kelompok pangan
dituliskan berapa jumlah porsi setiap kelompok pangan yang dianjurkan.

Lapis terbawah tumpeng gizi seimbang menggambarkan kelompok pangan


makanan pokok. Makanan pokok adalah pangan mengadung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik
di Indonesia sejak lama. Contoh pangan karbohidrat adalah beras, ubi, singkong,
jagung, talas, sorgum, jewawut, sagu dan produk olahannya. Pada kelompok
pangan ini tertulis 3-4 porsi sehari, artinya makanan pokok dikonsumsi sejumlah
porsi tersebut.
Lapis selanjutnya pada kelompok pangan sayur dan buah tertulis 3-4 porsi sehari
untuk sayur dan 2-3 porsi sehari untuk buah. Artinya sayuran dikonsumsi
sejumlah 3-4 mangkuk sehari.

Selanjutnya lapis kelompok lauk pauk yang mengandung protein. Lauk pauk
terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati.
Dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan (hewani dan nabati)
ini perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah
dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan
pangan hewani 2-4 porsi, setara dengan 70-140 gram (2-4 potong) daging sapi
ukuran sedang, atau 80-160 gram (2-4 potong) daging ayam ukuran sedang;
atau 80-160 gram (2-4 potong) ikan ukuran sedang sehari. Kebutuhan pangan
protein nabati 2-4 porsi sehari, setara dengan 100-200 gram (4-8 potong) tempe
ukuran sedang; atau 200-400 gram (4-8 potong) tahu ukuran sedang. Porsi yang
dianjurkan tersebut tergantung kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil,
menyusui, lansia, anak, remaja, dewasa).

Lapisan teratas merupakan anjuran dalam mengonsumsi pangan manis, asin


dan berlemak. Permenkes 30/2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan
Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan
Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 gram (4
sendok makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak
total lebih dari 67 gram (5 sendok makan) per orang per hari akan meningkatkan
risiko hipertensi, strok, diabetes, dan serangan jantung.

Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air
putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang dianjurkan untuk
minum air putih sekitar 8 gelas sehari.
Piring makanku: sajian sekali makan, merupakan panduan sajian makanan
dan minuman pada setiap kali makan (misal sarapan, makan siang dan
makan malam). Visual Piring Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat
dimana piring dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan piring lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk. Piring Makanku
juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus lebih banyak dari porsi
buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Piring
makanku juga menganjurkan perlu minum setiap kali makan, bisa sebelum,
ketika atau setelah makan. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih
dan aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan
dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

50%
merupakan
Porsi Buah
dan Sayur
Konsumsi sayur dan buah merupakan bagian yang paling penting dalam pola
konsumsi makanan sehari-hari. Sayur dan buah merupakan sumber utama
vitamin dan mineral seperti potassium, vitamin C, folat dan lain-lain, serat
pangan dan zat-zat non-gizi lainnya seperti flavonoid dan antioksidan yang
bermanfaat untuk daya tahan tubuh dan kesehatan. Rendahnya konsumsi sayur
dan buah berkaitan erat dengan rendahnya asupan vitamin dan mineral
(kekurangan zat gizi mikro) yang berdampak pada meningkatnya risiko anemia
dan rendahnya imunitas. Diketahui pula bahwa kurangnya konsumsi sayur dan
buah meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti diabetes,
hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Pedoman Gizi Seimbang secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan


buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak usia
sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa.
Yang terdiri dari 2/3 dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan
tersebut adalah porsi sayur (100-250 gram setara dengan 1-2 porsi atau 1-2
gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan bagi anak balita dan anak usia
sekolah; dan 250-400 gram setara dengan 2-4 porsi atau 2-4 gelas sayur
setelah dimasak dan ditiriskan bagi remaja dan orang dewasa).
1 Porsi Buah = berbeda-beda tergantung
jenis buahnya
1 Porsi Sayuran = 100 gram Mengandung:
Megandung: 12 gr KH 50 Kaliori
5 gr KH, 1 gr Protein, 25 Kalori
1 p belimbing = 1 bh besar = 140 gram

1 p pisang = 1 buah kecil = 50 gram

1 p jambu air = 2 bh besar = 110 gram

1 p apel malang = 1 bh sdg = 75


gram

1 p semangka = 2 bh besar = 180 gram

1 p mangga = buah sedang atau buah


Untuk sayur yang isinya 2 macam sayuran, diperkirakan masing- besar = 90 gram
masing sayur sekitar 50 gr, jadi per sajian diperkirakan 100 gr
Dalam rangka mendorong Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang
mengajak masyarakat untuk mengonsumsi sayur dan buah terutama sayur dan
buah nusantara, beberapa kegiatan yang dapat diterapkan di masyarakat,
seperti:

1. Sosialisasi Manfaat Konsumsi Sayur dan Buah


Tujuan: meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi sayur dan
buah sesuai anjuran.
Kegiatan:
- Menyampaikan informasi tentang keutamaan dan manfaat sayur dan buah
dalam konsumsi sehari-hari kepada para pengambil keputusan di semua
tingkat administrasi.
- Menyebarluaskan informasi tentang keutamaan dan manfaat sayur dan buah
dalam melalui media radio, televisi, media sosial, media cetak, spanduk, dan
lainnya kepada masyarakat luas.
- Menyebarluaskan informasi tentang keutamaan dan manfaat sayur dan buah
melalui workshop, seminar, kegiatan penimbangan di posyandu, kelas ibu
hamil, sekolah, tempat kerja, dan lainnya.
Pelaksana: Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan,
Dinas Komunikasi dan Informasi, TP-PKK, kader kesehatan serta
instansi terkait.
Lokasi : fasilitas pemerintah, fasilitas umum, sekolah, posyandu, dan lainnya.
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran :seluruh lapisan masyarakat

2. Makan Sayur dan Buah Bersama Di Sekolah


Tujuan:
- membiasakan konsumsi buah dan sayur pada anak sekolah;
- meningkatkan pemahaman anak-anak sekolah mengenai manfaat buah dan
sayur untuk kesehatan;
- menjadikan anak-anak sekolah sebagai agent of change untuk peningkatan
konsumsi buah dan sayur di tingkat keluarga;
- menjadikan sayur dan buah sebagai bagian dari program makanan tambahan
anak sekolah.
Kegiatan:
- melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan melalui program UKS terkait
pelaksanaan makan sayur dan buah bersama di sekolah.
- mensosialisasikan kegiatan dan manfaat sayur dan buah kepada kepala
sekolah/guru.
- melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan, Dinas
Pendidikan, dan aparat desa untuk mengidentifikasi ketersediaan sayur dan
buah di wilayah kerja atau lingkungan sekolah. Suplai dapat diperoleh melalui
hasil pekarangan masyarakat sekitar, kebun sekolah, atau pasar setempat.
- memberi masukan kepada pengelola kantin sekolah untuk
menyediakan/menjual sayuran yang telah diolah dan buah-buahan.
- melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian/Penyuluh Pertanian dalam
mengidentifikasi dan membangun kerjasama dengan sekolah yang ingin
memanfaatkan pekarangan di lingkungan sekolah untuk ditanami sayur dan
buah.
- melakukan koordinasi dengan DInas Pertanian/Penyuluh Pertanian untuk
pelaksanaan pelatihan bagi guru terkait pemanfaatan pekarangan sekolah dan
penyediaan bibit sayur dan buah.
- Melatih pengelola kantin sekolah dalam menyiapkan dan memproses makanan
ringan yang bersumber sayur dan buah yang bergizi dan aman.
Penanggung jawab: Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan
Lokasi : sekolah (TK, SD, SMP, SMA)
Waktu : pelaksanaan makan sayur dan buah bersama di sekolah diharapkan
dapat dilaksanakan setiap 1 minggu sekali.
Sasaran: anak sekolah, guru, pengelola kantin sekolah

3. Membudayakan Makan Sayur dan Buahdi Tempat Kerja


Tujuan: meningkatkan asupan zat gizi terutama sayur dan buah, untuk
meningkatkan status kesehatan pegawai.
Kegiatan:
- mendorong pengambil kebijakan untuk mengeluarkan surat edaran/kebijakan
mengenai buah sebagai bagian dari kudapan rapat.
- mendorong pengambil kebijakan untuk mengeluarkan surat
edaran/kebijakanuntuk menjadikan sayuran dan buah sebagai bagian dari
menu makan harian pegawai.
- menjadikan buah sebagai menu kudapan (makanan selingan) rapat
- menjadikan sayuran dan buah sebagaibagian dari menu makan harian
pegawai
Penanggung jawab: Dinas Tenaga Kerja, DInas Kesehatan, pengelola di tempat
kerja
Lokasi: tempat kerja (kantor pemerintahan dan swasta)
Waktu: setiap rapat, setiap waktu makan
Sasaran: pimpinan daerah, pimpinan kantor pemerintah dan swasta

4. Pelaksanaan Bazar Sayur Dan Buah


Tujuan: meningkatkan akses terhadap sayur dan buah bagimasyarakat
khususnya para pegawai pemerintahan/swasta.
Kegiatan:
- melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan UKM
dalam rangka pelaksanaan bazar sayur dan buah
- melaksanakan bazar buah dan sayur
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, UKM,Dinas
Perdagangan
Lokasi: Kantor SKPD, Kantor Kecamatan, Kantor Desa, Alun-alun kecamatan
dan desa, tempat-tempat strategis.
Waktu: 1-2 kali/bulan dan/atau saat memperingati hari-hari besar nasional
Sasaran: masyarakat luas

5. Pemanfaatan Pekarangan
Tujuan: menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangannya serta
mendekatkan akses keluarga dalam pemenuhan kebutuhan makanan
keluarga sehari-hari, terutama sayur dan buah. Kegiatan ini secara tidak
langsung dapat mendorong perekonomian rakyat.
Kegiatan:
menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian/Penyuluh Pertanian untuk:
- menyediakan dan membagikan bibit sayur dan buah pada masyarakat
- melatih masyarakat cara menanam sayur buah yang benar
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian
Lokasi: setiap rumah di wilayah kerja
Waktu: sepanjang tahun.
Sasaran: rumah tangga di seluruh wilayah kerja

6. Demo Mengolah bahan pangan lokal bagi balita dan Ibu hamil
Tujuan: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan pengasuh dalam
mengolah bahan pangan menjadi makanan yang sehat bagi balita dan
ibu hamil, sehingga masyarakat tidak tergantung kepada makanan
pabrikan.
Kegiatan: membuat makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi usia 6 bulan
keatas dan makanan bagi ibu hamil dengan menggunakan bahan
pangan lokal terutama sayur dan buah nusantara.
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan,TP-PKK, kader
Lokasi : posyandu, kelas ibu hamil, fasilitas pemerintah, fasilitas umum,
kegiatan PKK
Waktu : 1 kali/bulan
Sasaran: ibu, ibu hamil, pengasuh

7. Demo dan Lomba Pengolahan Sayur dan Buah


Tujuan:
- meningkatkan kreativitas masyarakat dalam mengolah buah dan sayur
- meningkatkan keinginan masyarakat untuk mengonsumsi sayur dan buah,
terutama anak-anak.
- meningkatkan pengetahuan dalammengolah sayur dan buah yang benar
tanpa mengurangi kandungan gizi di dalamnya
Kegiatan : melaksanakan demo/praktik dan lomba pengolahan sayur dan buah.
Penanggungjawab:Dinas Kesehatan bekerja sama dengan TP-PKK
Lokasi : posyandu, kelas ibu hamil, kegiatan PKK, fasilitas pemerintah, fasilitas
umum
Waktu : 1 kali/bulan dan/atau saat memperingati hari-hari besar nasional
Sasaran: masyarakat luas
SKRINING / PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
DALAM UPAYA GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM), menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 juta sekitar 63% dari seluruh kematian yang terjadi di seluruh
dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang
berkembang dan 16 juta kematian dini atau prematur terjadi pada usia
kurang dari 70 tahun. Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sampai dengan tahun 2020. Situasi di
Indonesia pun tidak berbeda, hasil dari Sample Registration Survey (SRS)
tahun 2014, menunjukkan bahwa penyebab kematian tertinggi oleh PTM
yaitu: strok 21,1%, jantung 12,9%, diabetes melitus 6,7%, dan hipertensi
5,3%. Data Riskesdas tahun 2013, bahwa prevalensi hipertensi sebesar
25,6% (sekitar 42 juta orang) dan diabetes melitus (DM) sebesar 6,9%
(sekitar 9,1 juta orang). Diperkirakan baru sebanyak 30 persen kasus
hipertensi dan diabetes mellitus yang dapat dideteksi dan mengakses
pelayanan kesehatan, sedangkan 70% kasus masih belum
terdeteksi/terdiagnosis dan hal ini sangat mengkhawatirkan karena dapat
menjadi bom waktu dimana terjadi peningkatan komplikasi penyakit,
kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular.
Penurunan angka kematian akibat PTM sebesar 25% pada tahun 2025
sudah ditetapkan menjadi target Global dan Nasional yaitu SDG's
(Sustainable Development Goal's). Oleh karena itu Indonesia perlu
membangun program pencegahan dan pengendalian PTM yang kuat dalam
menghadapi tantangan tersebut.

Pada awal perjalanan PTM, seringkali tidak bergejala dan tidak


menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga banyak orang yang
merasa sehat ternyata sudah menyandang PTM dan terdeteksi dalam
kondisi yang sudah lanjut atau sudah disertai dengan berbagai komplikasi
yang parah. PTM dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya
dengan upaya pelayanan kesehatan yang berbasis promotif dan preventif.

Penyebab terjadinya PTM adalah karena perilaku /gaya hidup yang tidak
sehat seperti diet tinggi Gula, Garam, dan Lemak(GGL) kemudian
kurangnya konsumsi sayur buah, diet gizi tidak seimbang, kurangnya
aktivitas fisik, serta konsumsi tembakau/rokok dan alkohol. Data Riskesdas
tahun 2013, menyebutkan bahwa prevalensi faktor risiko PTM sebagai
berikut 93,5% penduduk usia> 10 tahun kurang mengkonsumsi buah dan
sayur, 53,1% konsumsi makanan tinggi manis, kemudian 36,3% penduduk
usia 15 tahun merokok, 26,2% konsumsi makanan asin, 26,1% penduduk
kurang aktivitas fisik, 4,6% penduduk > 10 tahun minum minuman beralkohol
dan gangguan mental 6,0%. Perilaku yang tidak sehat ini cukup
mengkhawatirkan dan berpotensi untuk menimbulkan kasus PTM dimasa
mendatang untuk itu segera diintervensi dan dikendalikan dengan cara
merubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat baik oleh individu,
keluarga maupun masyarakat.

Pemeriksaan kesehatan / skrining kesehatan secara secara berkala


merupakan upaya promotif preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan
oleh Bupati/walikota sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18 tahun
2016 dan Permenkes No. 43 tahun 2016, dengan tujuan untuk mendorong
masyarakat mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan
upaya pencegahan dan pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan
masyarakat; mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM
yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah
tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; serta mendorong percepatan
rujukan kasus berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan lanjut. Oleh karena itu
melalui GERMAS, peran dan dukungan Kementerian/Lembaga/Organisasi
Kemasyarakat/ Agama dan Sektor Swasta di semua level pemerintahan
agar melaksanakan skrining/pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan
minimal 1kali/tahun

b. Pengertian
1) Skrining adalah kegiatan menapis/menjaring pada sekelompok
orang/masyarakat untuk menentukan seseorang sehat, mempunyai faktor
risiko atau sakit. Skrining Faktor Risiko PTM bertujuan untuk memperoleh
profil faktor risiko PTM melalui deteksi dini dan pemantauan terhadap
faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin dan periodik.

2) Deteksi Dini adalah kegiatan untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan


kasus, maka dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah contohnya di fasilitas kesehatan atau di masyarakat dalam
bentuk Posbindu PTM

3) Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang


dilaksanakan pada waktu/periode tertentu oleh individu dan merupakan
perilaku promotif preventif yang perlu dibudayakan. Pemeriksaan
kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat
kesehatan yang optimal serta menilai adanya faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi dan perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

c. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Membudayakan masyarakat melakukan skrining/pemeriksaan
kesehatan berkala untuk mempertahankan derajat kesehatan yang
optimal serta mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan
upaya pencegahan dan pengendalian segera ditingkat individu, keluarga
dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi
faktor risiko PTM bersama yang menjadi penyebab terjadinya PTM
terutama penyakit Jantung, Kanker, Diabetes Melitus dan Penyakit
Paru kronik yaitu diet tidak sehat (kurang mengkonsumsi sayur dan
buah, mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula, lemak dan diet
gizi tidak seimbang), kurangnya aktivitas fisik 30 menit setiap hari,
konsumsi tembakau/rokok serta alcohol.
Mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu
kelebihan berat badan dan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah
tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; serta mendorong
percepatan rujukan kasus berpotensi PTM, khususnya Hipertensi
dan Diabetes ke FKTP dan sistem rujukan lanjut.
Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan
perubahan perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup
sehat mulai dari individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian PTM secara masif.
Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur
akibat penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan
untuk mendeteksi PTM utamanya hipertensi dan diabetes melitus
pada tahap dini.

d. Sasaran Kegiatan
1) Setiap individu/ penduduk semua usia sesuai siklus kehidupan
2) Seluruh desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota
3) Seluruh pegawai di jajaran lintas Kementerian dan lintas SKPD di
seluruh Indonesia, meliputi ASN, pegawai pramubakti serta keluarga

II. PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala /skrining sebagai upaya pencegahan
harus dilakukan pada setiap penduduk sesuai siklus kehidupan dengan
penekanan pada usia produkstif (15-59 th) dan Lanjut usia ( 60 th) untuk
mendeteksi secara dini adanya faktor risiko PTM yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit jantung, kanker, DM, penyakit paru kronik, gangguan indera
serta gangguan mental.

1. Pemeriksaaan deteksi dini pada ibu hamil:


Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan yang dilakukan oleh
Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR).
Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan yang
dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
2. Ukur tekanan darah;
3. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
4. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);
6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan;
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
8. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi); yang
pemberian pelayanannya disesuaikan dengan trimester kehamilan.
9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
10. Temu wicara (konseling)
Implementasi pemantauan kesehatan ibu hamil di masyarakat dapat
dilakukan melalui pemanfataan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), kelas
ibu hamil serta stiker P4K (Program perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi)
2. Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) Pada Bayi Baru lahir
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan
yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan
Neonatal Esensial sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun
2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, Bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik
utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit
pemerintah maupun swasta), Posyandu dan atau kunjungan rumah
Skrining Hipotiroid Kongenital yang selanjutnya disingkat SHK, adalah
skrining/uji saring untuk memilah bayi yang menderita HK dari bayi yang
bukan penderita.
Skrining Hipotiroid Kongenital ditujukan untuk mencegah terjadinya
hambatan pertumbuhan dan retardasi mental pada bayi baru lahir.
Skrining Hipotiroid Kongenital dilakukan pada bayi usia 48 (empat puluh
delapan) sampai 72 (tujuh puluh dua) jam.
Pelaksanaan SHK harus dikoordinasikan dengan seluruh pihak terkait,
dari mulai keluarga, petugas kesehatan, tokoh agama maupun tokoh
masyarakat setempat mengingat budaya di Indonesia yang masih
mengangap bayi baru lahir tidak boleh dibawa keluar rumah sampai
berumur 40 hari, bentuk dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
keliompok Kerja (Pokja) baik di pusat maupun di daerah yang berisikan
stake holder dari lintas sektor terkait

3. Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh


Kembang Pada Anak (SDIDTK)
Anak adalah seseorang yang sampai berusia 18 tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.
Bayi adalah anak mulai umur 0 sampai 11 bulan.
Anak Balita adalah anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Anak Prasekolah adalah anak umur 60 bulan sampai 72 bulan
Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak (P3GTKA) merupakan acuan bagi tenaga kesehatan
yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar/primer, kelompok
profesi, tenaga pendidik, petugas lapangan Keluarga Berencana, petugas
sosial yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak, organisasi
profesi dan pemangku kepentingan terkait pertumbuhan, perkembangan,
dan gangguan tumbuh kembang anak.
P3GTKA dilakukan untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
usia dini dan kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan formal dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan di taman
kanak-kanak
Pemantauan di taman kanak-kanak diselenggarakan oleh guru taman
kanak-kanak bekerjasama dengan orang tua anak didik dan tenaga
kesehatan. Pemantauan pertumbuhan pada anak usia 0 (nol) sampai 72
(tujuh puluh dua) bulan melalui penimbangan berat badan setiap bulan
dan pengukuran tinggi badan setiap 3 (tiga) bulan serta pengukuran
lingkar kepala sesuai jadwal.
Pemantauan perkembangan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan pada anak
usia 0 (nol) sampai 12 bulan dan setiap 6 (enam) bulan pada anak usia
12 (dua belas) sampai 72 bulan
P3GTKA harus diselenggarakan secara komprehensif dan berkualitas
oleh tenaga kesehatan dan petugas lintas sektor melalui kegiatan:
a. stimulasi yang memadai;
b. deteksi dini; dan
c. intervensi dini,
Implementasi pelasksanaan SDIDTK di masyarakat dilakukan di kelas ibu
balita, posyandu serta di taman Kanak-Kanak, apabila dari hasil skrining
tersebut ditemukan satu atau lebih kelainan atau ketidak sesuaian maka
petugas harus merujuk ke FKTP untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut
4. Skrining kesehatan pada Anak Usia Sekolah
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan
kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar, minimal
satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh Puskesmas.
Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang
meliputi :

a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis anemia);

b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas);

c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut;

d) Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster snellen;

e) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu tala;


Bentuk pemantauan kesehatan anak usia sekolah ini adalah penjaringan
kesehatan anak usia sekolah yang dilaksanakan pada saat anak
memasuki sekolah tingkat dasar (SD kelas 1 dan SMP kelas 7) serta
kelas menengah (SMA kelas 10) dan pemantauan kesehatan berkala
yang dilakukan setiap tahun. Kegiatan ini tertuang dalam Usaha
Kesehatan Sekolah yang melibatkan lintas sektor (Kesehatan,
Pendidikan, Agama serta Dalam Negeri) di tiap tingkastan adminstrasi
Pemantauan kesehatan ini dituangkan dalam buku Raport kesehatanku
yang bedrisi tentang hasil pemeriksaan keeatan anak didik di awal tahun
ajaran serta di setiap tahun ajaran.

5. Skrining Kesehatan usia produktif


Setiap warga negara Indonesia usia 15-59 tahun mendapatkan
pemeriksaan kesehatan berkala/ skrining sesuai standar. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar pada warga negara usia 15 59 tahun di wilayah kerjanya.
Pelayanan pemeriksaan kesehatan berkala / skrining usia >15 tahun keatas
diberikan, sesuai kewenangannya, oleh: Dokter; Bidan; Perawat;
Nutrisionis/ Tenaga Gizi, Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
Pelayanan pemeriksaan kesehatan berkala /skrining dilakukan di
Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Pemeriksaan kesehatan berkala / skrining pada usia15 tahun keatas
dilakukan minimal dilakukan satu tahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan berkala / skrining sesuai standar usia 15-59 tahun
meliputi:
o Deteksi faktor risiko riwayat PTM keluarga dan faktor risiko perilaku
(merokok dan terpapar asap rokok, diet tidak sehat kurang konsumsi
sayur dan buah, tidak melakukan aktivitas fisik 30 menit perhari,
mengkonsumsi alkohol)
o Deteksi kemungkinan Obesitas dilakukan dengan melakukan
pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan serta lingkar perut.
o Deteksi Hipertensi dengan melakukan pengukuran tekanan darah
sebagai pencegahan primer.
o Deteksi kemungkinan DM dengan melakukan pemeriksaan tes cepat
gula darah secara selektif dengan kriteria sebagai berikut:
Pada semua orang dengan usia 40 tahun
Orang usia 15 tahun dengan ketentuan mempunyai IMT > 23 dan
mempunyai salah satu faktor risiko perilaku (kurang konsumsi sayur
dan buah, kurang aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol)
o Deteksi kolesterol darah dilakukan dengan kriteria sbb:
pada semua orang dengan usia 35 tahun
Orang usia dengan ketentuan mempunyai IMT > 23 dan
mempunyai salah satu faktor risiko perilaku (kurang sayur buah,
kurang aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol)
o Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis
(SADANIS) dan pemeriksaan leher rahim dengan metoda Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA) khusus untuk wanita usia 30 59
tahun dan atau wanita sudah kontak seksual.
o Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku
o Pemeriksaan ketajaman penglihatan
o Pemeriksaan ketajaman pendengaran
o Deteksi Gangguan Mental Emosional dan Perilaku dengan
menggunakan kartu SRQ20
Individu yang ditemukan mempunyai tekanan darah tinggi atau ditemukan
faktor risiko biomarker (gula darah tinggi dan kolesterol darah tinggi) wajib
ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
tatalaksana.

6. Lingkup pemeriksaan kesehatan berkala /skrining usia > 60 tahun


keatas adalah sebagai berikut :
Deteksi obesitas dengan pengukuran IMT dan lingkar perut
Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah
Deteksi DM dengan pemeriksaan kadar gula darah
Deteksi kadar kolesterol dalam darah
Deteksi kadar asam urat dalam darah
Deteksi Gangguan Mental Emosional dan Perilaku, termasuk Kepikunan
menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status Examination
(MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan
Geriatric Depression Scale (GDS).
Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau
menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu tatalaksana.

III. Langkah Kegiatan:


Melakukan pemetaan sasaran pelaksanaan skrining faktor risiko PTM dan
gangguan mental emosional dan perilaku (sesuai siklus kehidupan)
Menetapkan besaran sasaran yang akan dijangkau
Menyiapkan sarana prasarana skrining PTM di puskesmas dan komunitas
(posbindu, posyandu dll)
Pelatihan/pembekalan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga
kesehatan dan petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)
Memberikan intervensi FR PTM dan gangguan mental emosional dan
perilaku
Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
Pelayanan rujukan kasus ke FKTP
Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
Monitoring dan Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai