PEDOMAN PELAKSANAAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
BIDANG KESEHATAN
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 serta
didukung oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Pasal 3, 46, 47, 48, dan 174 yang pada intinya menyebutkan bahwa
kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat, maka
sudah sudah selayaknya kita wajib memberikan perhatian yang tinggi untuk
pembangunan kesehatan agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Promotif dan preventif merupakan upaya yang sangat efektif untuk mencegah
meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit baik menular maupun
tidak menular. Mengingat pencegahan penyakit akan sangat tergantung pada
perilaku individu yang didukung oleh kualitas lingkungan, ketersediaan sarana
dan prasarana serta dukungan regulasi untuk hidup sehat, diperlukan
keterlibatan aktif seluruh komponen baik pemerintah pusat dan daerah, sektor
non-pemerintah, dan masyarakat. Gerakan yang sistematis dan terus menerus
diperlukan untukmendorong masyarakat berperilaku hidup sehat. Upaya
promotif dan preventif sejalan dengan RPJMN 2015-2019 yaitu upaya
reformasi kesehatan yang difokuskan pada penguatan upaya kesehatan dasar
(primary health care) dan penguatan upaya promotif dan preventif.
Perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku kearah yang lebih sehat perlu
dilakukan secara sistematis dan terencana oleh semua komponen bangsa;
untuk itu GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) menjadi
sebuah pilihan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Gerakan ini sudah dicanangkan pada tanggal 15 November 2016 di 10
lokasi secara serentak, oleh karenanya perlu disusun Pedoman Pelaksanaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Bidang Kesehatan yang dapat dijadikan
acuan bagi semua daerah, pimpinan institusi pemerintah dan masyarakat,
perguruan tinggi dan dunia usaha untuk mengawali dan melaksanakan
kegiatan Germas di lingkup tanggung jawabnya masing-masing.
B. Dasar Hukum
1. Undang Undang Dasar
2. Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif
4. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 tahun 2016 tentang pedoman
penyusunan, pengendalian dan evaluasi rencana kerja pemerintah daerah
Tahun 2017 (12 indikator SPM)
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
9. Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang Kesehatan
10. Permenkes Nomor 71 Tahun 2015 tentang penanggulangan penyakit
tidak menular (termasuk deteksi dini)
11. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak
12. Permenkes Nomor 78 Tahun 2014 tentang Skrining Hipoteroid
Kongenital
Dalam 30 tahun terakhir ini, terjadi perubahan pola penyakit yang disebabkan
berubahnya perilaku manusia. Pada era tahun 1990an, penyebab kematian dan
kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan
Atas, TB, Diare, dll. Sejak tahun 2010 penyebab terbesar kesakitan dan kematian
adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan kencing manis.
FAKTA
1990 2010
ISPA, STROKE,
TB, KECELAKAAN,
DIARE JANTUNG, KANKER,
DIABETES
ANUNG untuk RAKERKESNAS 2017
Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini dapat menyerang bukan hanya usia tua
tetapi telah bergeser ke usia muda, dari semua kalangan kaya dan miskin dan
tinggal di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan masyarakat semakin maju,
informasi dan transportasi yang semakin mudah dan merubah gaya hidup
masyarakat.
Faktor risiko penyebab Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkait dengan gaya
hidup masyarakat yang bergeser diantaranya adalah:
1. Penduduk kurang beraktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan waktu
dengan menonton TV, bermain game dan terlalu lama di depan komputer.
Hal ini dapat menyebabkan faktor risiko kegemukan.
2. Pola makan yang berubah dimana kecenderungan masyarakat untuk makan
makanan olahan, siap saji, tinggi gula, garam dan lemak dan kurang
makanan yang berserat seperti buah dan sayur menyebabkan gangguan
pencernaan.
3. Faktor risiko selanjutnya adalah minum minuman berakohol. Kebiasaan
minum minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan
berisiko kematian.
4. Selanjutnya adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat menyebabkan
bermacam-macam penyakit di antaranya kanker paru, kanker mulut.
5. Buang air besar sembarangan. Saat ini masih terdapat 63 juta penduduk
yang masih membuang air di sungai, danau, laut, dan daratan. Membuang air
besar sembarangan dapat menyebabkan sakit perut dan diare.
Risiko terjadinya PTM dapat dicegah, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu
kegiatan pencegahan oleh seluruh masyarakat Indonesia dari semua kalangan
yaitu dari umur muda sampai tua, jenis pekerjaan, status sosial, status ekonomi,
di desa maupun kota melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
5 PENYAKIT
beban biaya rawat inap
dengan
tertinggi adalah Penyakit Tidak Menular
Miliar
1,82 794,08 750 313,64 313,09
Tanpa intervensi yang berarti, beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyeksi dapat terus meningkat
A. Tujuan
Tujuan umum dari Gerakan Masyarakat Sehat atau GERMAS adalah untuk:
(a) menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik
kesakitan, kecacatan maupun kematian; (b) menurunkan beban pembiayaan
pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit; (c) menghindari
terjadinya penurunan produktivitas penduduk; dan (d) menghindari terjadinya
peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.
Kegiatan jangka pendek yang dapat dilakukan dalam bidang Kesehatan antara
lain:
a. Meningkatkan aktifitas fisik
b. Meningkatkan konsumsi sayur buah
c. Melakukan deteksi dini Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
B. Sasaran
Seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, serta elemen
masyarakat lainnya harus terlibat dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
C. Prinsip
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dibangun dalam konsep pengendalian
penyakit yang terintegrasi dan multisektor. Prinsip dan pendekatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat terdiri dari:
1. Fokus pada pemerataan intervensi. Upaya penurunan beban penyakit
difokuskan pada penyakit akibat faktor determinan sosial seperti
kemiskinan, gender, lingkungan, dll.
2. Pentingnya kerjasama multisektor dan para pemangku kepentingan.
Penguatan kerjasama antar sektor kesehatan dan sektor lain, dengan
stakeholder pemerintahan, masyarakat sipil, akademisi, dunia usaha dan
LSM dalam pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
3. Keseimbangan masyarakat, keluarga, dan individu. Intervensi
penurunan faktor risiko penyakit dilaksanakan di tingkat populasi serta
pada individu berisiko tinggi.
4. Pemberdayaan masyarakat. Upaya pengendalian penyakit ditekankan
pada adanya pemberdayaan masyarakat untuk berkemauan hidup sehat
serta menjadi mitra dalam pengendalian penyakit.
5. Penguatan sistem kesehatan. Penguatan pelaksanaan reformasi dan
reorientasi sistem pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya penguatan
pelayanan preventif dan promotif kesehatan.
6. Pendekatan siklus hidup. Pengendalian penyakit dilaksanakan pada
seluruh bagian siklus hidup sejak kesehatan ibu hamil, anak dalam
kandungan, balita, remaja, dewasa, hingga lanjut usia.
7. Selaras dengan Implementasi Jaminan kesehatan nasional (JKN).
Upaya memastikan semua penduduk mempunyai akses terhadap
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam pencegahan terhadap
penyakit.
8. Strategi atau rencana kegiatan berdasarkan bukti. Penyusunan
rencana dan strategi dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
dilaksanakan berdasarkan data dan fakta muncul di masyarakat.
D. Strategi Pelaksanaan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran diatas, maka diterapkan strategi
pelaksanaan sebagai berikut:
- Koordinasi dan kerjasama lintas program dan lintas sektor: Melakukan
koordinasi dengan lintas sektor atau SKPD lainnya dalam menyosialisasikan
GERMAS
- Advokasi: Melakukan advokasi ke pembuat keputusan baik ke Pemerintah
Daerah maupun sektor BUMN, BUMD, swasta, organisasi masyarakat, dll.
- Penggerakkan masyarakat melalui pendekatan Keluarga Sehat
- Pendekatan siklus hidup (continum of care)
Pelaksanaan
Pencanangan GERMAS
Penyebarluasan informasi melalui media, advokasi, dan sosialisasi di
tingkat nasional
Berkoordinasi dengan K/L lainnya serta menggandeng mitra kerja dan
mitra usaha di tingkat nasional
B. Provinsi
Persiapan
Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam
bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang Germas
Membuat konsep desain pelaksanaan Germas dengan menginventarisir
sumber daya yang dimiliki oleh provinsi
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung Germas
Mengkoordinasikan skema persiapan Germas dengan SKPD lainnya
dan organisasi masyarakat, dunia usaha serta akademisi di tingkat
provinsi
Memberikan dukungan dana dan sumber daya lain untuk pelaksanaan
Germas
Pelaksanaan
Penyebarluasan informasi melalui media advokasi dan sosialisasi ke
setiap jajaran SKPD di kab/kota
Mempromosikan kegiatan Germas dengan menggandeng mitra kerja
dan mitra usaha di tingkat provinsi
Menggerakkan setiap elemen SKPD, akademisi dan ormas serta dunia
usaha di tingkat provinsi untuk bersama-sama mempraktekkan pola
hidup sehat sehari-hari
C. Kabupaten/Kota
Persiapan
Menetapkan kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam
bentuk penetapan peraturan atau keputusan tentang pelaksanaan
Germas
Menyusun desain pelaksanaan teknis Germas sesuai dengan arahan
provinsi dan masukan pemerintah daerah
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung Germas secara
terpadu bekerjasama dengan provinsi
Mengkoordinasikan skema persiapan Germas dengan SKPD lainnya
dan organisasi masyarakat, dunia usaha serta akademisi di tingkat
kabupaten/kota
Memberikan bantuan pembiayaan dari APBD Kabupaten/Kota dan
sumber pembiayaan lain untuk pelaksanaan Germas
Pelaksanaan
Penyebarluasan informasi melalui media advokasi dan sosialisasi ke
setiap jajaran fasilitas pelayanan kesehatan/fasyankes primer serta
jaringan UKBMnya
Mempromosikan program Germas dengan menggandeng mitra kerja
dan mitra usaha di tingkat kabupaten/kota
Menggerakkan setiap elemen SKPD, akademisi dan ormas serta dunia
usaha di tingkat kabupaten/kota untuk bersama-sama mempraktikkan
pola hidup sehat sehari-hari
Memfasilitasi kecamatan dan desa untuk ikut mendukung Germas
Melaksanakan hal-hal lain yang dianggap perlu sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing daerah dalam mendukung Germas
Tujuan pemantauan:
Memastikan bahwa kemajuan pelaksanaan kegiatan Germas tidak
menyimpang dari jadwal yang telah ditentukan pada setiap tahapan.
Memastikan proses fasilitasi kegiatan pelaksanaan Germas sesuai acuan
yang ada (Pedoman, Petunjuk Teknis, dan lainnya), sehingga capaian
substansi sesuai indikator yang telah ditentukan
B. Evaluasi
Evaluasi dalam Germas dilakukan untuk menilai secara berkala apa yang
telah dihasilkan melalui pengukuran indikator kinerja utama untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama Germas. Evaluasi difokuskan pada
keluaran dan dampak proyek untuk menilai kesesuaiannya dengan tujuan dan
rencana yang ditetapkan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara bersinergi
dengan survey-survei nasional misalnaya RISKESDAS, dll.
5. PENUTUP
Pedoman Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Bidang Kesehatan ini
disusun dengan harapan semua pihak yang terkait dapat memahami latar
belakang munculnya gerakan ini dan agar gerakan ini dapat diterapkan dan
bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa mengabaikan kondisi sosial
budaya dan tatanan yang sudah ada.
Segala sesuatu yang dirancang dengan baik tentu memerlukan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari masyarakat (mulai dari individu, keluarga, kelompok
potensial, dll), lintas program, lintas sektor, maupun pemerintah. Tentunya potensi
masing-masing daerah berbeda dalam menerapkan Germas, hal ini akan
tercermin dari tersedianya sumber dana (APBN, APBD, dekonsentrasi, bantuan,
hibah, dll), sumber daya manusia pelaksana, komitmen yang mendukung,
kebijakan, peraturan perundang-undangan yang ada, dan semangat untuk
sukses. Untuk itu diperlukan kreativitas dan inovasi dalam pelaksanaannya.
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
AKTIVITAS FISIK DALAM UPAYA GERMAS
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui Proporsi Aktivitas Fisik
Kurang Penduduk 10 tahun menurut Provinsi sebesar 26,1%, dimana
Provinsi yang Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang paling tinggi terdapat di
DKI Jakarta (44.2%) dan Provinsi yang Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang
paling rendah adalah Provinsi Bali (14.2%). Karakteristik Jenis Kelamin,
menunjukandimana Laki-laki lebih tinggi Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yaitu
26.3% dibandingkan dengan perempuan yaitu 25,8%. Menurut persebaran
karakteristik Domisili, masyarakat yang berada di Perkotaan Proporsi
Aktivitas Fisik Kurang nya lebih tinggi yaitu 28.2% dibandingkan dengan
Perdesaan yaitu 23.9%. Menurut Karakteristik Pekerjaan, Penduduk yang
bekerja lebih banyak Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yaitu 74.1%
dibandingkan dengan yang tidak bekerja yaitu 35,9%. Dilihat juga dari segi
karakteristik status ekonomi, Proporsi Aktivitas Fisik Kurang yang paling
tinggi terdapat di Status Ekonomi Teratas yaitu 30.8% dan yang paling
rendah Status Ekonomi Menengah Bawah 23.6%.
Aktivitas fisik sebagai salah satu fokus kegiatan Germas tahun 2016-2017
perlu disosialisasikan agar masyarakat sadar, mau dan mampu untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.
Pembiasaan melakukan aktivitas fisik di masyarakat dapat dilakukan di
rumah, sekolah, perjalanan, tempat kerja, tempat rekreasi, sehingga
pemerintah bersama masyarakat (termasuk dunia usaha) perlu memfasilitasi
sarana prasarana untuk masyarakat beraktivitas fisik.
B. Pengerrtian
1. Kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan
aktivitas fisik, latihan fisik, dan/atau olahraga sesuai kaidah kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
masyarakat dengan mengutamakan pendekatan promotif, preventif, tanpa
mengabaikan pendekatan kuratif dan rehabilitatif;
2. Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk
melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari dengan efektif dan efisien
tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki tenaga
cadangan untuk melakukan kegiatan yang mendadak;
3. Aktivitas fisik adalah semua bentuk aktivitas sehari-hari dengan
melakukan gerakan tubuh yang mengeluarkan tenaga.
Contoh aktivitas fisik: membersihkan rumah, menyapu, mencuci,
berkebun, naik turun tangga, mencuci mobil, dll;
4. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
berulang-ulang secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan
dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Contoh latihan fisik: jalan kaki, jogging, berlari, berenang, senam,
bersepeda, dll;
5. Olahraga adalah salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan
berulang-ulang secara terstruktur, terencana, dan berkesinambungan
dengan mengikuti aturan tertentu mengandung unsur kompetisi yang
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.
Contoh olahraga: sepakbola, bulutangkis, basket, voli, tenis lapangan,
tenis meja, balap sepeda, dll;
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup melalui
aktivitas fisik bagi seluruh lapisan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya kemauan dan kesadaran masyarakat untuk
membiasakan melakukan aktivitas fisik.
b. Terwujudnya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk melakukan
latihan fisik.
D. Manfaat
1. mengurangi ketegangan otot
2. mengurangi kelelahan
3. mengurangi keluhan nyeri saat menstruasi
4. mengoptimalkan aktivitas sehari-hari
5. meningkatkan relaksasi
E. Sasaran Kegiatan
Seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, serta elemen
masyarakat lainnya harus terlibat dalam Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
II. PELAKSANAAN
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk hidup yang memerlukan gerak untuk
menjaga kualitas hidupnya, sehingga perlu melakukan aktivitas fisik.
Pembiasaan melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari perlu
dilakukan sebagai bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat.
1. Pembinaan Kebugaran Jasmani Jemaah Haji
Tujuan : meningkatkan kebugaran jasmani jemaah haji
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian
Agama, Pusat Kesehatan Haji, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
Puskesmas.
Lokasi : Puskesmas, dinas kesehatan, KBIH
Waktu : sepanjang tahun
Sasaran : jemaah haji
Kegiatan:
- Melakukan prapartisipasi untuk keamanan pengukuran kebugaran jasmani
- Melakukan pengukuran kebugaran jasmani
- Mengkoordinir dan melakukan kegiatan latihan fisik bersama: senam haji,
jalan kaki, dll
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam 30 tahun terakhir ini, terjadi perubahan pola penyakit yang
disebabkan berubahnya perilaku manusia. Hal ini disebabkan karena
masyarakat semakin maju, informasi dan transportasi yang semakin mudah
sehingga mengubah gaya hidup masyarakat. Bergesernya gaya hidup
masyarakat menjadi faktor risiko penyebab penyakit tidak menular (PTM).
Sebagian besar penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, seperti penyakit
jantung dan pembuluh darah, hipertensi serta strok juga diabetes,
berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang
disebabkan oleh kelebihan gizi. Kelebihan gizi ini timbul selain akibat
kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh,
gula dan garam; tetapi juga kekurangan asupan pangan bergizi seperti
sayuran dan buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan
aktivitas fisik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
menunjukkan bahwa lebih dari 90% penduduk Indonesia berusia di atas 10
tahun mengonsumsi sayur dan buah di bawah rekomendasi yang
dianjurkan. Hasil tersebut didukung dengan hasil Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 yang menggambarkan kecenderungan konsumsi sayur dan
buah masyarakat Indonesia yang masih rendah, dimana konsumsi sayur
baru sebanyak 57,1 gram perorang perhari dan konsumsi buah sebanyak
33,5 gram perorang perhari, atau hanya memenuhi sekitar 18% kebutuhan
yang ditetapkan dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) tahun 2014.
B. Pengertian
1. Gizi seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
2. Tumpeng gizi seimbang
Tumpeng gizi seimbang adalah panduan konsumsi sehari-hari.
Tumpeng gizi seimbang memberikan gambaran 4 pilar gizi seimbang,
yaitu a) mengenai jumlah porsi yang dianjurkan untuk setiap kelompok
pangan pada konsumsi makanan sehari-sehari; b) membiasakan
perilaku hidup bersih; c) Aktivitas fisik; dan d) Memantau berat badan
secara teratur.
3. Piring makanku
Panduan sajian makanan dan minuman pada setiap kali makan dengan
pembagian antara makanan pokok, lauk pauk, serta sayur dan buah.
4. Konsumsi sayur dan buah
Pedoman Gizi Seimbang menganjurkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang
dewasa.
C. Tujuan
Mewujudkan kesadaran berperilaku hidup sehat melalui peningkatan
konsumsi sayur dan buah bagi seluruh lapisan masyarakat.
D. Sasaran Kegiatan
Seluruh masyarakat Indonesia, yang meliputi individu, keluarga, kelompok,
masyarakat dan institusi.
II. PELAKSANAAN
Selanjutnya lapis kelompok lauk pauk yang mengandung protein. Lauk pauk
terdiri dari pangan sumber protein hewani dan pangan sumber protein nabati.
Dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan (hewani dan nabati)
ini perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah
dan kualitas zat gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan
pangan hewani 2-4 porsi, setara dengan 70-140 gram (2-4 potong) daging sapi
ukuran sedang, atau 80-160 gram (2-4 potong) daging ayam ukuran sedang;
atau 80-160 gram (2-4 potong) ikan ukuran sedang sehari. Kebutuhan pangan
protein nabati 2-4 porsi sehari, setara dengan 100-200 gram (4-8 potong) tempe
ukuran sedang; atau 200-400 gram (4-8 potong) tahu ukuran sedang. Porsi yang
dianjurkan tersebut tergantung kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil,
menyusui, lansia, anak, remaja, dewasa).
Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air
putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang dianjurkan untuk
minum air putih sekitar 8 gelas sehari.
Piring makanku: sajian sekali makan, merupakan panduan sajian makanan
dan minuman pada setiap kali makan (misal sarapan, makan siang dan
makan malam). Visual Piring Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat
dimana piring dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan piring lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk. Piring Makanku
juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus lebih banyak dari porsi
buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari porsi lauk-pauk. Piring
makanku juga menganjurkan perlu minum setiap kali makan, bisa sebelum,
ketika atau setelah makan. Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih
dan aman termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan
dengan prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
50%
merupakan
Porsi Buah
dan Sayur
Konsumsi sayur dan buah merupakan bagian yang paling penting dalam pola
konsumsi makanan sehari-hari. Sayur dan buah merupakan sumber utama
vitamin dan mineral seperti potassium, vitamin C, folat dan lain-lain, serat
pangan dan zat-zat non-gizi lainnya seperti flavonoid dan antioksidan yang
bermanfaat untuk daya tahan tubuh dan kesehatan. Rendahnya konsumsi sayur
dan buah berkaitan erat dengan rendahnya asupan vitamin dan mineral
(kekurangan zat gizi mikro) yang berdampak pada meningkatnya risiko anemia
dan rendahnya imunitas. Diketahui pula bahwa kurangnya konsumsi sayur dan
buah meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti diabetes,
hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
5. Pemanfaatan Pekarangan
Tujuan: menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan pekarangannya serta
mendekatkan akses keluarga dalam pemenuhan kebutuhan makanan
keluarga sehari-hari, terutama sayur dan buah. Kegiatan ini secara tidak
langsung dapat mendorong perekonomian rakyat.
Kegiatan:
menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian/Penyuluh Pertanian untuk:
- menyediakan dan membagikan bibit sayur dan buah pada masyarakat
- melatih masyarakat cara menanam sayur buah yang benar
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian
Lokasi: setiap rumah di wilayah kerja
Waktu: sepanjang tahun.
Sasaran: rumah tangga di seluruh wilayah kerja
6. Demo Mengolah bahan pangan lokal bagi balita dan Ibu hamil
Tujuan: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan pengasuh dalam
mengolah bahan pangan menjadi makanan yang sehat bagi balita dan
ibu hamil, sehingga masyarakat tidak tergantung kepada makanan
pabrikan.
Kegiatan: membuat makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi usia 6 bulan
keatas dan makanan bagi ibu hamil dengan menggunakan bahan
pangan lokal terutama sayur dan buah nusantara.
Penanggungjawab: Dinas Kesehatan,TP-PKK, kader
Lokasi : posyandu, kelas ibu hamil, fasilitas pemerintah, fasilitas umum,
kegiatan PKK
Waktu : 1 kali/bulan
Sasaran: ibu, ibu hamil, pengasuh
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM), menjadi penyebab kematian utama
sebesar 36 juta sekitar 63% dari seluruh kematian yang terjadi di seluruh
dunia, dimana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang
berkembang dan 16 juta kematian dini atau prematur terjadi pada usia
kurang dari 70 tahun. Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang
diproyeksikan akan terus terjadi sampai dengan tahun 2020. Situasi di
Indonesia pun tidak berbeda, hasil dari Sample Registration Survey (SRS)
tahun 2014, menunjukkan bahwa penyebab kematian tertinggi oleh PTM
yaitu: strok 21,1%, jantung 12,9%, diabetes melitus 6,7%, dan hipertensi
5,3%. Data Riskesdas tahun 2013, bahwa prevalensi hipertensi sebesar
25,6% (sekitar 42 juta orang) dan diabetes melitus (DM) sebesar 6,9%
(sekitar 9,1 juta orang). Diperkirakan baru sebanyak 30 persen kasus
hipertensi dan diabetes mellitus yang dapat dideteksi dan mengakses
pelayanan kesehatan, sedangkan 70% kasus masih belum
terdeteksi/terdiagnosis dan hal ini sangat mengkhawatirkan karena dapat
menjadi bom waktu dimana terjadi peningkatan komplikasi penyakit,
kecacatan dan kematian dini akibat penyakit tidak menular.
Penurunan angka kematian akibat PTM sebesar 25% pada tahun 2025
sudah ditetapkan menjadi target Global dan Nasional yaitu SDG's
(Sustainable Development Goal's). Oleh karena itu Indonesia perlu
membangun program pencegahan dan pengendalian PTM yang kuat dalam
menghadapi tantangan tersebut.
Penyebab terjadinya PTM adalah karena perilaku /gaya hidup yang tidak
sehat seperti diet tinggi Gula, Garam, dan Lemak(GGL) kemudian
kurangnya konsumsi sayur buah, diet gizi tidak seimbang, kurangnya
aktivitas fisik, serta konsumsi tembakau/rokok dan alkohol. Data Riskesdas
tahun 2013, menyebutkan bahwa prevalensi faktor risiko PTM sebagai
berikut 93,5% penduduk usia> 10 tahun kurang mengkonsumsi buah dan
sayur, 53,1% konsumsi makanan tinggi manis, kemudian 36,3% penduduk
usia 15 tahun merokok, 26,2% konsumsi makanan asin, 26,1% penduduk
kurang aktivitas fisik, 4,6% penduduk > 10 tahun minum minuman beralkohol
dan gangguan mental 6,0%. Perilaku yang tidak sehat ini cukup
mengkhawatirkan dan berpotensi untuk menimbulkan kasus PTM dimasa
mendatang untuk itu segera diintervensi dan dikendalikan dengan cara
merubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi lebih sehat baik oleh individu,
keluarga maupun masyarakat.
b. Pengertian
1) Skrining adalah kegiatan menapis/menjaring pada sekelompok
orang/masyarakat untuk menentukan seseorang sehat, mempunyai faktor
risiko atau sakit. Skrining Faktor Risiko PTM bertujuan untuk memperoleh
profil faktor risiko PTM melalui deteksi dini dan pemantauan terhadap
faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin dan periodik.
c. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Membudayakan masyarakat melakukan skrining/pemeriksaan
kesehatan berkala untuk mempertahankan derajat kesehatan yang
optimal serta mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan
upaya pencegahan dan pengendalian segera ditingkat individu, keluarga
dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi
faktor risiko PTM bersama yang menjadi penyebab terjadinya PTM
terutama penyakit Jantung, Kanker, Diabetes Melitus dan Penyakit
Paru kronik yaitu diet tidak sehat (kurang mengkonsumsi sayur dan
buah, mengkonsumsi makanan tinggi garam, gula, lemak dan diet
gizi tidak seimbang), kurangnya aktivitas fisik 30 menit setiap hari,
konsumsi tembakau/rokok serta alcohol.
Mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu
kelebihan berat badan dan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah
tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; serta mendorong
percepatan rujukan kasus berpotensi PTM, khususnya Hipertensi
dan Diabetes ke FKTP dan sistem rujukan lanjut.
Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan
perubahan perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup
sehat mulai dari individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian PTM secara masif.
Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur
akibat penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan
untuk mendeteksi PTM utamanya hipertensi dan diabetes melitus
pada tahap dini.
d. Sasaran Kegiatan
1) Setiap individu/ penduduk semua usia sesuai siklus kehidupan
2) Seluruh desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota
3) Seluruh pegawai di jajaran lintas Kementerian dan lintas SKPD di
seluruh Indonesia, meliputi ASN, pegawai pramubakti serta keluarga
II. PELAKSANAAN
Kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala /skrining sebagai upaya pencegahan
harus dilakukan pada setiap penduduk sesuai siklus kehidupan dengan
penekanan pada usia produkstif (15-59 th) dan Lanjut usia ( 60 th) untuk
mendeteksi secara dini adanya faktor risiko PTM yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit jantung, kanker, DM, penyakit paru kronik, gangguan indera
serta gangguan mental.
a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis anemia);