Anda di halaman 1dari 10

Meraih kasih Allah dengan ihsan

dan
Memaksimalkan potensi diri untuk menjadi
yang terbaik
Tadarus
Kewajiban untuk tadarus al-Qurān dengan sebenar-benarnya
(Q.S.al- Baqarah/2:121) bertujuan menumbuhkan keinginan peserta
didik untuk mentadabburi dan mengetahui manfaatnya, yaitu
paham makna al-Qurān dan mengetahui rahasia keagunganya.
Dengan mengetahui manfaatnya,peserta didik diharapkan dapat
melaksanakan dan mengikutinya karena al-Qurān sudah membekas
dalam jiwa (Q.S. Taha/20 : 112-113, Q.S. al-Baqarah/2:38),sehingga
peserta didik akan memperoleh ketenteraman dan kebahagiaan
(Q.S.Taha/20:2-3).
Meraih kasih Allah dengan Ihsan

Pengertian Ihsan

Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsam berasal dari kata kerja (fi’il) Hasu-
na-Yahsunu-Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat tambahan hamzah di
depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat
baik. Jadi, Ihsan adalah menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan
jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan
bahwa sesungguhnya Allah Swt. melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan
adalah beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat
dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).
Bentuk - bentuk Ihsan
1. Sabar. 4. Keyakinan pada Hari Akhir.
2. Menunaikan sholat. 5. Jihad.
3. Menunaikan zakat. 6. Infaq.

Pihak yang berhak mendapat


Ihsan
> Ihsan kepada Allah SWT.
> Ihsan kepada sesama mahluk ciptaan Allah SWT. yaitu :
1. Orang tua 6. Tamu
2. Kerabat karib 7. Karyawan/Pekerja
3. Anak yatim 8. Binatang
4. Fakir miskin 9. Alam sekitar
5. Tetangga
Hikmah dan Manfaat Ihsan

“Kebaikan akan berbalas kebaikan”, adalah janji Allah Swt. dalam


al-Quran. Berbuat Ihsan adalah tuntutan kehidupan kolektif.
Karena tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri, maka Allah
Swt. menjadikan saling berbuat baik sebagai sebuah keniscayaan.
Berbuat baik Ihsan kepada siapa pun, akan menjadi stimulus ter-
jadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah
Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas.
Semua manusia diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keingi-
nan untuk membalas budi baik. Peristiwa di samping hanya sedikit
dari percikan hikmah Ihsan.
Memaksimalkan potensi diri untuk
menjadi yang terbaik

Pengertian Potensi Diri


Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun
yang terwujud, yang dimiliki seseorang tetapi belum sepenuhnya terlihat atau
dipergunakan secara maksimal. Manusia menurut agama Islam adalah makhluk
Allah yang potensial. Dalam Al-Qur’an ada tiga kata yang menunjuk pada manusia
yang digunakan, yaitu Basyar, Insan atau nas dan Bani Adam. Kata Basyar diambil
dari akar kata yang berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata
itu juga muncul kata Basyarah yang artinya kulit. Jadi manusia disebut Basyar
karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih
oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi alasan mengapa dipilih sebagai Khalifah
karena manusia memiliki berbagai potensi.
Jenis - jenis potensi diri
1. Potensi Akal
Manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun
konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan menge-
mukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin di
muka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat
mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran

2. Potensi Ruh
Manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang
ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia
adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami
ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan
kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan ma-
nusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan.
Biarlah urusan ruh menjadi urusan Tuhan.
Bekerja keras dan
Bertanggung jawab
Bekerja Keras berarti berusaha atau berikhtiar secara sungguh-sungguh,
dengan kata lain bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sung-
guh-sungguh untuk mencapai suatu yang dicita-citakan. Orang yang
bekerja keras tidak berarti harus “banting tulang” dengan mengeluarkan
tenaga secara fisik, akan tetapi dapat dilakukan dengan berpikir sung-
guh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya atau belajar sung-
guh-sungguh untuk mencari ilmu.

Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas’uli-
yyah. Setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang
mendorong-nya dalam berperilaku, bertutur kata, bertindak dan meren-
canakan sesuatu. Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ke-
takwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, atau ambisi
pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan mere-
spon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertang-
gung jawab kepada yang lain.
Prinsip Kerja keras dan Tanggung jawab

1. Bekerja secara halal (thalaba addunya halalan). Halal dari segi jenis pekerjaan
sekaligus cara menjalankannya.
2. Bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’af
fufan an almas’alah).
3. Bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
4. Bekerja untuk meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala jarihi).

kemuliaan pekerjaan sungguh tidak bisa dilihat dari jenisnya. Setelah memenuhi
empat prinsip di atas, nilai sebuah pekerjaan akan diukur dari kualitas niat (sha-
hihatun fi anniyat) dan pelaksanaannya (shahihatun fi at tahshil). Itulah peker-
jaan yang bernilai ibadah dan kelak akan mengantarkan pelakunya ke pintu
surga.
Terimakasih !

Anda mungkin juga menyukai