Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan ekonomi merupakan suatu aktivitas yang produktif dalam turut

serta membangun perekonomian masyarakat dalam suatu Negara. Pada

bagian ini pengembangan serta keberlanjutan dalam kegiatan suatu usaha

memang terkadang perlu ada cara khusus yang harus dilakukan dan serta

dengan pengaplikasian nilai-nilai usaha sebagaimana mestinya. Maksutnya

adalah, dengan menggunakan metode-metode yang bisa memberikan suatu

efek tersendiri secara positif untuk suatu kegiatan usaha atau proses

operasionalisai yang tengah dijalankan oleh seseorang atau pun kelompok

usaha, instansi pendidikan maupun lembaga pemerintahan dalam

menjalankan operasionalnya.

Dalam setiap kegiatan dunia usaha, keberagaman serta perkembangan

yang dihasilkan dari berbagai pengembang pada kalangan pelaku bisnis atau

sering disebut wirausaha, adalah sebuah keputusan yang sudah dipilih dengan

maksud untuk menghasilkan keuntungan serta dalam rangka memenuhi

persaingan pada kegiatan usahanya masing-masing. Pada bagian tersebut

diatas, sesungguhnya orientasi tersebut menjadi sesuatu bentuk yang wajar

untuk ditiru, mulai dari cara menjalankan (yang berdasarkan keilmuan dan

non keilmuan formal) serta sistem aturan yang harus ditaati dalam

melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang bernilai ekonomi kreatif.


2

Maksud dari ekonomi kreatif adalah bentuk kegitan pengembangan

kegiatan ekonomi yang selalu dijalankan sesuai pada aturan-aturan tertentu

yang sudah dipilih sebagai tindakan untuk mencari solusi agar dapat

dipandang layak atau tidaknya suatu kegiatan itu sebagai contoh dalam

pengembangan setiap kegiatan usaha profit dan baik menurut umum

(masyarakat) khusus-nya menurut sudut pandang syar’i.

Praktek pelayanan dalam usaha pada umumnya sering di jumpai dalam

setiap operasional, pemilik usaha menggunakan metode sebagai berikut:

1. Optimalisasi pelayanan terhadap pemakai jasa;

2. Tingkat sikap responsif terhadap pemakai jasa;

3. Kemampuan kontrol diri pemberi layanan serta;

4. Pemberian Jaminan rasa aman terhadap pemakai layanan.

Empat hal tersebut diatas menjadi aplikatif apabila digunakan oleh

pemilik usaha (warung) dalam menjamin setiap pemakai jasa (konsumen).

Pada bagian itu, sebanarnya banyak makna yang dapat memberikan asumsi

positif, dimana implementasi nilai-nilai akan menunjukan daya tarik

tersendiri terhadap apa yang disebut dengan imbal balik. Pada dasarnya

kemauan serta keikhlasan dalam melakukan penyajian pelayanan cenderung

akan ikut mempengaruhi setiap karakteristik pemakai jasa atau layanan.


3

Dalam Al-Qur’an allah berfirman;

ۡ َ ۡ َ َ ًّ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ ‫فَب َما َر ۡح‬


‫ب‬
ِ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ٱل‬ ‫يظ‬ ِ ‫ل‬ ‫غ‬ ‫ا‬‫ظ‬‫ف‬ ‫نت‬ ‫ك‬ ‫و‬‫ل‬‫و‬ ‫م‬
ۡۖ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ِنت‬ ‫ل‬ ِ ‫ٱلل‬ ‫ِن‬
‫م‬ ‫ة‬
ٖ ‫م‬ ِ
ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َُ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ ُۡ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ
‫لٱنفضوا مِن حول ِكۖۡ فٱعف عنهم وٱستغفِر لهم وشاوِرهم ف ِي‬
َ َ َ ُ ۡ ُ ُ ََ َ َ َ َ ََََۡ َ َۡ َ َ َ َۡۡ
٩٥١ ‫حب ٱلمتو ِك ِين‬ ِ ‫ٱلأم ِر فإِذا عزمت فتوّك علي ٱللهِ إِن ٱلل ي‬

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka; mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakalah kepada Allah. Sesuangguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”(Q.s. Ali
Imran,159).

Pada bagian ayat diatas sebenarnya, memberikan sikap yang baik dalam

wujud pelayanan terhadap pemakai jasa pada masing-masing individu

maupun kelompok sudah tentu mempunyai banyak cara sendiri untuk

menyikapi. Maksud dari pada implementasi suatu metode dalam praktek

pelayanan adalah bertujuan agar tetap dapat selalu tersambung dari konsumen

satu dan lainnya, yang pada akhirnya pemberi layanan akan menerima

manfaat-manfaat lain yang baik. Diantara manfaatnya adalah : Satu,

konsumen loyal terhadap suatu usaha yang bisa memberikan pelayanan

dengan baik. Dua, konsumen akan merasa kebutuhannya bisa tercapai tanpa

merasa khawatir akan adanya suatu keburukan di lokasi. Tiga, konsumen

merasa yakin bahwa setiap apa yang di sajikan akan memberikan kebaikan

terhadap setiap pemakai jasa.


4

Dalam melakukan kegiatan usaha khususnya wirasuasta, di era sekarang

sangat diminati oleh berbagai kalangan, baik muda sampai yang berkeluarga,

dari tingkat lokal maupun di berbagai Negara. Menurut hasil penelitian

(research) tingkat pertumbuhan ekonomi didominasi oleh usaha menegah

kecil mikro (UMKM). Dimana 99% yang dijalankan pada kegiatan ekonomi

masyarakat adalah usaha kecil. Pada bagian ini terjumlah 40% volume bisnis

di banyak Negara oleh usaha kecil, 75% dari pekerjaan baru dihasilkan oleh

sektor usaha kecil, dan 50% dari usaha kecil gagal pada dua tahun pertama,

dan usaha kecil penampung terbesar pegawai dalam industri ritel grosir dan

jasa.1

Jika melihat perkembangan menurut penelitian diatas, sesungguhnya

yang perlu diperhatikan kembali adalah regenerasi usahawan bagi setiap

manusia yang kemudian perlu diajarkan sejak dalam tataran pendidikan,

khususnya Indonesia. Akan tetapi fakta yang ada memberikan persepsi seolah

para generasi muda lebih mengambil sebuah keputusan hanya pada tindakan

bersifat instan, namun tidak tahan pada tahapan yang sebanarnya bisa menjadi

nilai positif (proses) dalam kegiatan ekonomi ditengah kehidupan

bermasyarakat yang serba instan. Oleh karenanya Action (sikap atau

tindakan) yang diaplikasikan adalah penanaman pengetahuan berwirausaha

atau memberikan pendidikan dan pelatihan yang esensinya sebagai proses

transformasi nilai-nilai ekonomis dalam pendidikan formal maupun non

formal dalam diri setiap manusianya.

1
Daryanto, Pengantar Kewirausahaan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), 2.
5

Dewasa ini, beberapa praktek pemberian pelayanan di setiap warung

kopi (keddai) yang ada di kota kediri terlihat hanya terfokus pada orientasi

mencari pendapatan semata, tanpa mempertimbangkan sebuah kemungkinan

keburukannya pemberian jasa yang ter repersentasi dalam wujud pelayanan

oleh warung kopi. Sehingga dampak yang terjadi banyak keburukan yang

bersifat langsung maupun tidak, akan sulit bisa di cegah terjadinya. Sebab,

akibat dari dampak pelayanan yang digunakan akan berkelanjutan dan dapat

memberi contoh ketidak baikan pada warung-warung lainnya. Dalam hal

wirasusaha, khususnya kelurahan Ngronggo kota kediri petumbuhan

pendirian usaha yakni pada bidang warung kopi sangat tinggi, dari mulai

pelajar dan masyarakat umum sekitar. Berkembangnya usaha tersebut tidak

lain adalah didukungnya keberadaan instansi pendidikan, lembaga

pemerintahan dan lembaga keungan. Kemudian melihat kondisi tersebut,

dapat diketahui bahwa tingkat kebutuhan yang ingin dimiliki oleh seluruh

kalangan, mulai dari kebutuhan pokok dengan ditambah keinginan yang lebih

serta gaya hidup yang tinggi, akan senantiasa dicari oleh orang yang

membutuhkan. Maka keadaan demikian menjadi pemicu cara berfikir yang

timbul dari masyarakat yang ber jiwa wiraswasta dan pelaku usaha yang

sudah lama bergelut berasumsi bahwa, hal ini dapat menghadirkan inovasi

serta cara agar supaya bisa mendapatkan keuntungan melalui kondisi dengan

melakukan aktifitas ekonomi yang dilakukan dengan beragam cara agar dapat

memenuhi kebutuhan orang lain. Dari sinilah awal langkah dimana nilai-nilai

islam dapat diimplementasikan dengan baik sebagai panduan yang


6

diharapkan dapat mengiringi aktifitas ekonomi masyarakat agar tidak

terjerumus pada keburukan dan tetap pada jalan kebaikan.

Pada perkembangan usaha warung kopi hususnya di Kelurahan

Ngronggo, ternyata masih banyak dijumpai hal yang menjadi keprihatinan.

Upaya-upaya pencegahan yang dilakukan oleh pemilik usaha terhadap

pelanggaan yang ber almamater siswa tidak terealisai degan penuh, sehingga

yang terjadi adalah dampak dari akibat pemakaian layanan yang diberikan

oleh pemilik warung memberi dampak yang begitu terasa. Adapun beberapa

kejadian yang muncul pada praktek pelayanan di warung kopi yang ada di

Kelurahan Ngronggo adalah sebagai:

1. Membudayanya kebebasan pada sikap pelanggan di dalam lokasi

warung, serta pada sikap dan rasa tnggung jawab seorang pelaggan yang

tidak semestinya dilakukan. Kemudian beberapa tindakan amoral yang

memprihatinkan dan prilaku yang tidak etis.

2. Demikian juga dengan banyaknya usaha warung yang berdiri dan

menyediakan berbagai ragam model tempatnya, dari mulai yang wajar

hingga yang di luar batas (berpotensie nilai kemadharatan), dan juga

yang ramai di tengah masyarakat sampai dengan yang pedalaman.

Karena sudah menjadi kebiasaan buruk yang dimiliki, sehingga norma-

norma yang diajarkan islam kurang diperhatikan dan sampai terabaikan.

3. Pelanggan pelajar sekolah-sekolah baik Swasta maupun Negeri yang

tidak pada umumnya jam waktu belajar akan tetapi memilih singgah di

warung tersebut sebagai ajang tempat yang nyaman untuk tidak


7

mengikuti pelajaran secara formal di kelas, mulai dari yang tingkat (SMP

Sederajat, SMA Sederajat).2 Jika melihat permasalahan tersebut, maka

sikap yang semestinya ditunjukan bagi pemilik warung itu seperti apa

dalam memberi pelayanan terhadap pelanggan peserta didik yang

demikian!

Berpijak dari permasalahan di atas mendorong penyusun mengadakan

penelitian di warung kopi dengan mengambil judul “Analisis Pelayanan

Warung Kopi di Lingkungan Pendidikan Perspektif Sadd Al-Dhari’ah”

(Studi Kasus di Kelurahan Ngronggo Kota Kediri)

B. Fokus Penelitian

Dengan adanya latar belakang demikian, maka dilakukan pemaparan

sehingga membentuk konteks penelitian sebagaimana permasalahan dalam

penelitian yang ada. Diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana pelayanan pemilik warung kopi terhadap peserta didik?

2. Bagaimana penerapan “sadd al-dhariah” pada pelayanan warung kopi

terhadap pelanggan peserta didik?

3. Bagaimana analisa dan perspektif sadd al dhari’ah pada pelayanan

warung kopi terhadap peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah seperti dikemukakan di depan,

penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

2
Observasi, Warung Kopi Kelurahan Ngronggo Siang Malam, kota kediri, 14 september 2015
8

1. Untuk mendeskripsikan pelayanan warung kopi terhadap pelanggan

peserta didik serta untuk memberikan penjelasan tentang etika dalam

pelayanan di lingkungan pendidikan tentang sikap yang harus

dilakukan oleh pemilik warung kopi proses pelayanan warung

terhadap pelanggan peserta didik.

2. Membuat sebuah langkah-langkah: seperti membuat suatu kebijakan

pada proses manajerial dalam rangka mempertahankan pelanggan

dan meningkatkan sikap positif baik pada persepsi hingga pada

minat beli ulang pelanggan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran, agar warung kopi tetap eksis dalam pengembangan dan

konsep pelayanannya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam diantaranya

pada aspek pencegahan terhadap jalan menuju keburukan pada penyajian

pelayanannya.

2. Secara praktis, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi penyusun sendiri dan bagi warung kopi yang ada di

Kelurahan Ngronggo, agar dalam praktek layanannya tidak menimbulkan

keburukan secara ekonomi dalam usaha.

3. Secara kelembagaan warung kopi dapat memperoleh masukan secara

khusus dalam menetapkan langkah-langkah: seperti membuat suatu

kebijakan pada proses manajerial dalam rangka mempertahankan


9

pelanggan lain yang bukan peserta didik serta untuk meningkatkan

metode pelayanan nya terhadap kompleksnya pelanggan warung

kopi.hususnya pelanggan peserta didik yang mbolos agar tidak mbolos

dan tidak melakukan perlakuan buruk di dalam warung.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka mempunyai tujuan untuk menjelaskan judul dan isi

singkat kajian-kajian yang pernah dilakukan, buku-buku atau tulisan-tulisan

yang ada terkait dengan topik/masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini

setidaknya ada dua penelitian yang pernah diteliti terkait dengan judul,:3

1. Dari penelitian yang dilakukan oleh Abror Aflah Amador, Fakultas,

Jurusan : Ekonomika Dan Bisnis / Manajemen: Pengaruh Kualitas

Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Sikap Pelanggan, Dan

Implikasinya Terhadap Minat Beli Ulang, menunjukkan bahwa

kualitas produk dan kualitas pelayanan mempengaruhi sikap

pelanggan dan sikap pelanggan mempengaruhi minat beli ulang.

Dengan demikian, dengan menjaga dan meningkatkan kualias

produk dan kualitas pelayanan di Semerbak Coffee Tembalang, maka

akan terbentuk sikap pelanggan yang positif dimana akan

3
Tim Revisi Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Tahun 2009, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri (Kediri: STAIN Kediri, 2011), 62.
10

mempengaruhi minat beli ulang pelanggan di Semerbak Coffee

Tembalang Semarang.4

2. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Freida Triastuti Ratna Jati, Jurusan

:Ekonomika dan Bisnis, Manajemen, yang berjudul :Analisis Pengaruh

Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk Dan Promosi Penjualan Terhadap

Minat Beli Ulang Konsumen Di Kedai Kopi. Dari hasil analisis regresi

dapat diketahui bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap

minat beli ulang konsumen, hal ini berarti apabila terjadi perubahan pada

satu atau lebih variabel independen maka akan terjadi perubahan juga

pada variabel dependennya. Selain itu, diperoleh hasil bahwa kualitas

produk memiliki pengaruh yang paling besar. Oleh karena itu, dapat

disarankan kepada Buket untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas

produknya, seiring dengan perbaikan dan penciptaan kualitas pelayanan

dan promosi penjualan yang menarik, sehingga akan tercipta minat beli

ulang yang tinggi pada konsumen.5

3. Dalam teori selanjutnya yang terdapat dalam bukunya Haroen Nasron,

Ushul Fiqih1, tentang Sadd-Al-Dhari’ah. Dalam bab ini bertujuan untuk

mengkaji kaidah hukum fiqih.

Ulama’ Hanafiah dan Syafi’iyah mengatakan bahwa dalam suatu

transaksi yang dilihat dan diukur adalah (akad) nya, bukan niat dari orang

4
Skripsi Abror Aflah Amador, Pengaruh Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Sikap
Pelanggan, Dan Implikasinya Terhadap Minat Beli Ulang (Studi Kasus Pada Semerbak Coffee
Temabalang Semarang) Semarang, 11 april 2012.
5
Freida Triastuti Ratna Jati, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk Dan Promosi
Penjualan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Di Kedai Kopi (Studi Pada Konsumen Buket
Koffee+Jazz)Dosen Pembimbing ,Semarang, 1 Juni 2012.
11

yang melakukan akad. Apabila akad yang telah disepakati kedua orang telah

memenuhi rukun dan syarat, maka akad itu sah. Adapun masalah niat yang

tersembunyi dalam akad, diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Mereka

mengatakan bahwa, selama tidak ada indikasi yang menunjukan niat dari

pelaku, maka berlaku kaidah.

‫ىواْل ُم ْعتَبَ ِر فِى اْلُ ُم ْو ِر ا ْل ِعبَا ِد‬ ِ ‫ا َ ْل ُم ْعتَبَ ُر فِ ْي أ َ َو‬


َ ِ‫ام ِرى الل ِه ا ْل َمعَن‬
‫س ِم َواْلّل ْفظ‬ ِْ
ْ ‫اْل‬
Artinya :Patokan dasar dalam hal-hal yang berkaitan dengan hak allah
adalah niat, sedangkan yang berkaitan dengan hak-hak hamba
atau manusia adalah lafalnya.

Akan tetapi, jika tujuan orang yang berakat dapat diketahui melalui

beberapa indicator yang ada, maka ketika itu berlaku kaidah.

ُ ‫ا َ ْل ِعبَ َرةُ ِباْل َمعَانِي ْْلَ ِبا األَلَ ْفا‬


‫ظ َوا ْل َمبَا ِن ْي‬
Artinya: Yang menjadi patokan adalah makana, bukanlah lafal atau
bentuk.

Ulama’ Malikiyah dan Hanabilah mengatakan untuk mengukur suatu

pekerjaan adalah niat tujuan dari akibat pekerjaan itu sendiri. Ibnu Al-qayim

Al-jauziyah, mengatakan apabila niat sejalan dengan prilaku, maka akad itu

sah. Apabila tujuan itu tidak sesuai dengan semestinya, tetapi tidak ada

indikasi bahwa niatnya sesuai dengan tujuan tersebut, maka dianggap sah,

tetapi antara pelaku dengan allah tetap pada perhitungan, karena alllah yang

mengetahui niat nya. Apabila ada indikator yang dapat menunjukan niat nya

dan niat itu tidak bertentangan dengan tujuan syara’, maka akadnya sah.

Namun apabila kehendaknya bertentangan dengan syara’, maka perbuatan itu

fasik dan rusak dan tidak ada efek hukumnya. Dengan demikian, menurut
12

wahab Al-Zuhaili, malikiayah dan hanabila dalam menilai perbuatan

seseorang berpegang kepada tujuan dan akibat hukum dari perbuatan itu,

sedangkan hanafiah dan syafi’iyah, berpegang kepada bentuk akad dan

perbuatan yang dilakukan. Ulama zhahiriyyah tidak menerima Sadd Al-

Dhari’ah sebagai salah satudalil dalam menetapkan hukum syara’. Penolakan

ini hanya sesuai dengan prinsip mereka yang hanya beramal berdasarkan nash

secara harfiyah dan tidak menerima campur tangan logika dalam masalah

hukum.6

Dari penelitian skripsi diatas dan penekankannya adalah pada produk dan

kualitas pelayanan yang diberikan terhadap pelanggan serta mengetahui minat

beli ulang pelanggan. Berbeda lagi jika dengan skripsi yang ditulis oleh

penulis, dimana dalam penelitian ini ditegaskan dalam konteks apakah upaya

pencegahan dengan menutup jalan kemadharatan “sadd al dhari’ah” pada

pelayanan yang disajikan pemilik kepada pelanggan sudah secara nyata

terealisasi dengan baik ataukah tidak. Sehihngga penekanan praktek hukum-

hukumnya pada operasional usaha bisa sesuai dengan ka’idah pelayanan yang

ada dalam Islam.

6
Haroen Nasroen, Ushul Fiqih 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu:1997), 170.

Anda mungkin juga menyukai