ISU PELAYANAN PUBLIK DAN WHOLE OF GOVERNMENT DI UPT PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR OLEH : AANK KURNIATI NIP. 19910323 202012 2 005
PESERTA LATSAR CPNS ANGKATAN X
PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2021 A. PELAYANAN PUBLIK Pelayanan Publik menurut Undang – undang Nomer 25 Tahun 2009. Pelayanan Publik adalah kegiatan / rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara Pelayanan Publik. Adapun isu yang terkait dengan Pelayanan Publik di lingkungan UPT Puskesmas Ciputat Timur adalah sebagai berikut : 1. Menurunnya tingkat kepatuhan pengunjung untuk melakukan cuci tangan 6 langkah saat datang ke lingkungan UPT Puskesmas Ciputat Timur. Dalam era pandemi Covid 19. Cuci tangan 6 langkah sebelum memasuki area yang dikunjungi merupakan hal wajib yang harus dilakukan karena cuci tangan merupakan salah satu praktek protokol kesehatan yang wajib dilakukan. Melakukan cuci tangan 6 langkah merupakan salah satu indikator mutu dari program PPI yang ada di UPT Puskesmas Ciputat Timur. Jika salah satu indikator target pencapaian mutu tidak tercapai maka kualitas pelayanan publik menjadi menurun. Menurut data dari TIM PPI UPT Puskesmas Cipuatat Timur pada bulan Juli tingkat kepatuhan pengunjung dalam melakukan hand hygiene / cuci tangan target capaiannya hanya 66 %. Masih banyak pasien mencuci tangan menggunakan hand sanitizer dan tidak sesuai dengan 6 langkah cuci tangan. Adapun penyebab dari isu diatas dapat terjadi adalah sebagai berikut : Kurangnya komitmen dari petugas screening dalam mengedukasi pengunjung untuk selalu melakukan cuci tangan 6 langkah sebelum masuk ke puskesmas. Ketidakmampuan petugas dalam hal mengubah kultur dan perilaku masyarakat ( pengunjung ) dalam mentaati protokol kesehatan yaitu cuci tangan 6 langkah. Bagaimana dampak jika isu diatas tidak terselesaikan : Menurunnya kualitas yang diberikan kepada masyarakat karena tidak sesuai dengan pearturan selama era pandemi yaitu melakukan protokol kesehatan mencuci tangan. Resiko tinggi terjadinya penularan Covid 19. Rekomendasi penyelesaian dari isu diatas adalah : Meningkatkan kesadaran petugas dalam pelaksanaan protokol keaehatan. Ketegasan petugas dalam berkomunikasi dengan pengunjung agar mematuhi untuk melaksanakan protokol kesehatan. Adanya pengawasan dan penilaian kepada petugas. Menata sistem dan prosedur pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan indikator mutu yang ada. 2. Tidak tersedianya lahan atau tempat parkir khusus bagi pegawai dan pengunjung UPT Puskesmas Ciputat Timur. Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian dari pelayanan publik yang termasuk kedalam fasilitas penunjang, yang mana fasilitas penunjang ini harus tersedia sebelum suatu pelayanan publim tertentu dapat diselenggarakan atau ditawarkan kepada masyarakat. Adanya lahan parkir dalam suatu tempat pelayanan publik merupakan salah satu fasilitas penunjang yang dapat dinikmati oleh pengunjung dalam mendaparkan pelayanan yang terbaik. Adapun penyebab isu diatas adalah sebagai berikut : Keterbatasan lahan yang dimiliki oleh puskesmas dalam menyediakan tempat parkir. Bagaimana dampak yang diakibatkan jika isu diatas tidak terselesaikan : Pelayanan di UPT Pusekesmas Ciputat Timur terlihat tidak rapi dikarenakan lahan parkir yang digunakan yaitu lahan kecil yang terdapat dipinggir jalan dan tidak memenuhi kapasitas kendaraan yang parkir. Sempitnya jalan utama bagi masyarakat umum yang melintas disekitar area depan puskesmas, yang dapat menimbulkan kemacetan pada area jalan. Kurangnya penilaian masyarakat terhadap sarana serta pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas. Rekomendasi penyelesaian untuk isu diatas yaitu UPT Puskesmas Ciputat Timur dapat berkoordinasi dengan Instansi sekitar untuk menggunakan lahan yang kosong untuk dijadikan sebagai lahan parkir pegawai maupun pengunjung. 3. Tidak tersedianya ruangan khusus pemeriksaan Swab di UPT Puskesmas Ciputat Timur Dalam era pandemi Covid 19 salah satu tindak lanjut yang dilakukan oleh Puskesmas dalam penanganan Covid 19 salah satunya adalah dengan membuka pelayanan Swab PCR di Puskesmas yang mana dalam pemeriksaannya sample akan dibawa ke Labkesda Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Dalam pelaksanaan swab ini Puskesmas harus dapat menyediakan ruangan khisus dan tidak bergabung dengan pelayanan lainnya. Dalam pelaksanaan yang telah berlangsung di Puskesmas Ciputat Timur, pihak Puskesmas menggunakan ruangan poli TB sebagai ruangan untuk swab. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada pelayanan poli TB yang harus menggunakan ruangan lain sebagai tempat pelayanan. Penyebab terjadinya isu diatas adalah terbatasnya ruangan serta lahan dari Puskesmas untuk menyediakan ruangan khusus pemeriksaan swab. Dampak yang terjadi jika isu diatas tidak terselesaikan yaitu Pelayanan Poli TB menjadi terganggu dan petugas pelayanan TB dengan terpaksa mencari atau berpindah keruangan lain sementara ruangan Poli TB digunakan untuk pemeriksaan swab. Terpaparnya ruangan lain dikarenakan ruangan tersebut digunakan sebagai tempat pelayanan Poli TB yang memang seharusnya menggunakan ruangan yang khusus tidak bercampur dengan pelayanan lain. Rekomendasi untuk penyelesaian isu diatas adalah : Membuka ruangan kembali yang akan digunakan sebagai pengganti Poli TB secara khusus agar tidak bercampur dengan pelayanan lainnya. Jika tidak memiliki ruangan lain sebagai pengganti ruangan TB maka setiap setelah melakukan pelayanan poli TB dilakukan disinfektan secaravmaksimal guna menghindari terjadinya kontaminasi silang. B. WHOLE OF GOVERNMENT WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan. Adapun isu-isu yang berkaitan dengan pataktek dari WoG di Instansi UPT Puseksmas Ciputat Timur adalah : 1. Kurangnya koordinasi dalam ketepatan pemberian dosis obat pada pasien anak di UPT Puskesmas Ciputat Timur. Di UPT Puskesmas Ciputat Timur memiliki beberapa pelayanan poli yaitu Poli Lansia,Poli Umum, Poli MTBS dan Poli KIA. Dalam pelaksanaannya setiap dokter maupun tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan resep obat kepada pasien selalu berkolaborasi dengan petugas di unit Apotek baik mengenai stok obat maupun mengenai dosis obat. Pada kenyataannya dalam kolaborasi tersebut masih sering ditemukan ketidakseauaian pemberian dosis obat bagi pasien dan hal ini terjadi kebanyakan terjadi pada pasien-psien anak dari Poli MTBS. Menurut data dari POKJA UKP dalam Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut Peningkatan Mutu dan Layanan Klinis UPT Puskesmas Ciputat Timur untuk indikator ketepatan dosis obat sesuai dengan berat badan target pencapaiannya belum tercapai yakni hanya mencapai 83,51 %. Hal ini telah menjadi isu dan masalah yang sering dibahas pada rapat Tim Mutu UPT Puskesmas Ciputat Timur. Beberapa hal yang menjadi penyebab isu itu terjadi adalah sebagai berikut : Kurangnya pemahaman pada petugas yang bertugas di Poli MTBS tentang penghitungan dosis obat pada pasien anak. Kurangnya koordinasi antar petugas Poli MTBS dengan dokter yang sedang bertugas serta kurangnya koordinasi dengan petugas Apotek. Bagaimana dampak yang muncul jika isu tersebut tidak terselesaikan : Kesalahan dalam pemberian dosis obat bagi pasien karena ketidaksesuaian dosis obat yang diberikan dengan berat badan pasien. Penurunan mutu pelayanan dan kinerja petugas. Rekomendasi penyelesaian dari isu diatas adalah sebagai berikut : Melakukan brifieng berupa sharing ilmu tentang penghitungan dosis obat sesuai berat badan pasien. Pemantauan terhadap resep-resep yang masuk ke unit Apotek yang dilakukan petugas Apotek apakah resep tersebut sudah sesuai dengan perhitungan berdasarkan berat badan. Membuat catatan tentang cara penghitungan dosis obat sesuai berat badan untuk dapat ditempel diruangan pelayanan. 2. Kurangnya koordinasi Lintas Sektor dengan petugas di Puskesmas dalam penanganan Covid 19. Dalam penanganan Covid 19, terdapat beberapa isntansi lain yang terlibat yaitu yang termasuk kedalam Satgas Covid 19 yang teridiri dari Rt,Rw ,Kader ,Binmas serta Babinsa. Namun pada pelaksanaannya tidak jarang satgas Covid ini justru tidak mengetahui adanya penambahan kasus baru di lingkungan tempat tinggalnya, ketika satgas Covid tidak mengetahui adanya penanmabahn kasus baru di lingkungannya bisa terjadi karena tidak adanya laporan dari pasien yang bersangkutan.tidak melaporkan baik kepada pihak RT,RW maupun kader setempat. Pasien sering kali hanya langsung melaporkan kepada pihak Puskesmas. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya isu diatas adalah sebagai berikut : Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang siapa saja yang menjadi Satgas Covid 19. Kurang aktifnya Satgas Covid dalam perihal tracing Covid 19. Bagaimana dampak yang muncul jika isu diatas tidak diselesaikan : Menyulitkan pihak puskesmas dalam mentracing kontak erat di lingkungan Rt dan Rw. Perbedaan selisih data kasus yang dimiliki oleh pihak Puskesmas dan pihak Kelurahan. Rekomendasi penyelesaian dari isu diatas adalah : Edukasi terhadap masyarakat tentang siapa saja yang menjadi bagian dari Satgas Covid serta tugas dari Satgas Covid. Melakukan pemantauan kinerja Satgas Covid agar selalu berkoordinasi dengan pihak Puskesmas perihal adanya kasus baru .