Anda di halaman 1dari 2

Ritual Magis Adat Kajang Ammatoa

Ada yang sangat berbeda dari gelaran Festival Pinisi delapan kali ini, selain
mempromosikan kekayaan wisata bahari, event tahunan Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Bulukumba juga mempromosikan kekayaan adat budayanya.
Pada Festival Pinisi ini, ada dua ritual sakral ditampilkan, yaitu ritual Andingingi
dan ritual Attunu Panroli yang dihadiri oleh Bupati Bulukumba, A.M. Sukri A.
Sappewali, Kapolres Bulukumba, AKBP M. Anggi Naulifar Siregar, Dandim
1411/Bulukumba, Letkol Arm Sutikno, Kajari Bulukumba, Muh. Ihsan di Kawasan
Hutan Kajang, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sabtu, (4/10).
Kedua ritual yang termasuk sakral itu dilakukan di dalam kawasan hutan Kajang
yang mengharuskan tamunya masuk harus mengenakan pakaian serba hitam dan
tanpa beralas kaki, meskipun tamu yang datang sekelas Bupati, Gubernur bahkan
Menteri sekalipun yang ingin masuk ke kawasan hutan Kajang tersebut.
Meskipun ritual kali ini dihadiri oleh puluhan photografer dari berbagai daerah yang
mengikuti Jambore Fotografi pada gelaran Festival Pinisi 8, para peserta fotografi
tidak boleh mengambil gambar apabila belum ada ijin dari para pemangku adat, jadi
tidak semua prosesi ritual bisa diabadikan.
Ritual Andingingi yang artinya ‘mendinginkan’ adalah salah satu ritual yang
dilaksanakan oleh suku Kajang untuk meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa
agar hujan bisa turun tepat waktu, sehingga pertanian masyarakat Bulukumba
memperoleh hasil yang maksimal.
Salah satu pemangku adat Kajang, Baso Tanrialo Kahar (Loha Lombo)
mengungkapkan bahwa selain memohon hujan ini adalah salah satu cara untuk
memohon kepada Tuhan, ritual ini juga dilaksanakan untuk tetap menjaga
kelestarian adat budaya suku Kajang.

“Adat istiadat adalah aset kekayaan kita, jadi sudah wajib dijaga oleh semua orang.
Andingingi adalah proses untuk meminta hujan sehingga alam bisa asri dan
tanaman yang ditanam oleh rakyat bisa jadi hasilnya,” ungkap Baso Tanrialo Kahar.
Sementara itu, dr. Ronald EL, SpB. yang merupakan salah satu dokter bedah dari 80
dokter bedah seluruh Indonesia yang mengikuti ritual adat ini mengaku sangat
kagum oleh apa yang dilaksanakan oleh masyarakat dan suku Kajang Bulukumba.
“Ini adalah hal baru dan sangat istimewa bagi kami, karena bisa mengikuti dan
melihat langsung prosesi ritual adat Kajang, nilai magis dan spiritualnya sangat
kuat, setiap kali kami hadir di salah satu kota, kami hanya disuguhkan oleh wisata
alam. Baru kali ini kami disuguhkan wisata adat budaya yang sangat luar biasa,
kami sangat berterima kasih kepada Pemkab bisa diundang untuk menyaksikan adat
budaya Bulukumba yang luar biasa,” ujar dr. Ronald.
Ritual yang paling menarik perhatian adalah ritual Attunu Panroli atau ‘Membakar
Linggis’ dimana ritual ini dilakukan untuk mengungkap kebenaran dari salah satu
masalah yang dialami oleh masyarakat suku Kajang.
Terlihat Bupati Bulukumba, A.M. Sukri A. Sappewali juga menyempatkan dirinya
untuk mencoba menyentuh linggis panas tersebut.
“Ritual Attunu Panroli dilakukan ketika ada masalah kemudian tidak diketahui
pelakunya, biasanya dilakukan dalam kasus pencurian, jadi barang siapa yang
memegang linggis yang dibakar dia merasa panas maka dialah pelakunya, namun
apabila bukan pelaku maka dia akan merasakan yang sebaliknya,” ujar Camat
Kajang, Andi Buyung Saputra sekaligus salah satu pemangku adat Kajang. (MC
Bulukumba,A3/Intan/Eyv).

Anda mungkin juga menyukai