Anda di halaman 1dari 8

PROJECT KEBANGSAAN

RUWATAN MASSAL DAN KAYANGAN API

Dosen Pengampu:
Mochammad Reizza Al Ariyah, S. Sosio., M. Sosio

Disusun oleh:
Marsya Yollanda Althalita
005221081

PDB A68
Universitas Airlangga
2022
Kabupaten Bojonegoro bisa dibilang kota yang kaya akan minyak bumi nya. Kabupaten
Bojonegoro sendiri terletak di provinsi jawa timur. Dengan letak geograafis berbatasan dengan
Kabupaten tuban di sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Lamongan di sebelah Timur,
berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi di sebelah
selatan, dan juga berbatasan dengan Kabupaten Blora di sebelah Barat.

Bojonegoro juga merupakan wilayah yang pada zaman dahulu mendapat pengaruh
yang kuat dari kebudayaan hindu, kebudayaan hindu tersebut datang sejak abad I. Dari abad I
hingga abad ke 16, wilayah Bojonegoro merupakan salah satu bagian Kerajaan Majapahit. Dan
tepat pada abad ke 16, wilayah Bojonegoro menjadi salah satu bagian kekuasaan kerajaan
Demak. Pengaruh budaya hindu di Bojonegoro mulai menurun pada saat ajaran agama islam
mulai menyebar di wilayah jawa. Sejarah kota Bojonegoro mampu memberikan potensi wisata
terhadap masyarakat sekitar, dimana kota Bojonegoro memiliki peninggalan kerajaan
majapahit.

SEJARAH

Sejarah kayangan api sendiri berawal dari dulunya ada seorang dari kerajaan majapahit
bernama Mbah Kriyo Kusumo alias Mpu Supa yang bertapa untuk membuat keris yang
kemudian mengembalikkan masa kejayaan majapahit ke tangan gadjah mada dan rajanya.
Keris tersebut bernama Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo yang dibakar dengan
menggunakan api yang keluar dari dalam danah. Konon, Mpu Supa membawa api dan
menyalakan api tersebut di bebatuan tepat di sebelah tempat Mpu Supa bersemedi tersebut. Api
itu yang kemudian menjadi cikal bakal kayangan api yang masih menyala sampai saat ini.
Dibawah ini adalah gambar tempat Mpu Supa membuat pusaka pada zaman dahulu.

Gambar 1 tempat Mpu Supo membuat pusaka


KEUNIKAN

Api yang tidak pernah padam

Kabupaten Bojonegoro memiliki banyak tempat wisata, salah satu nya seperti tempat
wisata kayangan api yang terletak di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten
Bojonegoro, Jawa timur. Kayangan api merupakan tempat wisata alam yang biasa disebut
sumber api abadi yang merupakan fenomena geologi alam yang terjadi akibat keluarnya gas
alam dari dalam tanah melalui rekahan. Fenomena geologi tersebut menyebabkan api pada
kayangan api tidak bisa padam meskipun saat sedang hujan lebat. Dalam ilmiah, api tersebut
berasal dari gas bumi, karena pada kawasan Bojonegoro termasuk kawasan yang mengandung
banyak gas dan minyak bumi yang menjadi faktor api pada kayangan api terus menyala dan
tidak pernah padam. Namun, menurut juru kunci setempat, beliau memiliki kepercayaan yang
berbeda terhadap kayangan api yang memiliki api yang tidak bisa padam.

Gambar 2 Api pada kayangan api

Air belerang yang mendidih tetapi tidak panas


Selain api yang tidak bisa padam, pada kayangan api juga terdapat sumber mata air
yang mengandung belerang dan memiliki bau menyengat. Air belerang tersebut biasa disebut
air sumur blukutuk karena air tersebut memiliki tampilan seperti air mendidih tetapi anehnya
air belerang tersebut tidak panas. Volume air pada sumur tersebut juga tdak pernah meluap
ataupun kering, meskipun di musim hujan maupun musim kemarau, air pada sumur tersebut
tetap stabil. Air sumur blukutuk biasanya untuk mencuci benda benda pusaka seperti keris. Air
sumur blukutuk konon dipercaya sebagai air yang paling baik untuk jamasan pusaka dan sejak
dulu sudah dimanfaatkan untuk jamasan pusaka.

Gambar 3 air belerang atau air sumur blukutuk

Ritual pengambilan api abadi


Kayangan api selain menjadi tempat wisata, masih ada yang menganggap bahwa
kayangan api merupakan tempat yang keramat. Ritual maupun upacara di kayangan api ini
masih berjalan hingga saat ini. Contoh ritual tersebut seperti ritual pengambilan api abadi.
Ritual pengambilan api abadi dilaksanakan oleh camat setempat dalam rangka hari jadi
Bojonegoro pada tanggal 19 Oktober lalu. Sedangkan untuk pengambilan api tersebut
dilakukan oleh juru kunci kayangan api. Sebelum dilakukan pengambilan api oleh juru kunci,
biasanya dilakukan kirab bermacam macam tubeng yang berawal dari gerbang Desa
Sendangharjo. Setelah kirab berlangsung dilanjut dengan penyerahan sesaji yang diberikan
kepada juru kunci dan diteruskan sambil mengelilingi kayangan api sebanyak 3 kali yang
diiringi oleh penari waranggo dan diakhiri dengan tabur bunga. Setelah pengambilan api
berlangsung, api tersebut kemudian dikirab menuju ke kantor badan koordinasi wilayah atau
Bakorwil untuk dilanjutkan kirab tersebut menuju Pendapa Malawapati Bojonegoro.
Penyerahan api diserahkan kepada ketua DPRD Bojonegoro yang nantinya dijadikan sebagai
puncak kegiatan hari jadi Kabupaten Bojonegoro.
Ritual slametan dan ruwatan
Proses ritual yang dilaksanakan di kayangan api bisa berupa selametan dan berdoa
meminta izin supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Selametan dilakukan pada
setiap jumat pahing yang dilakukan dengan menyembelih kambing, dan membawa tumpeng
panggang ayam. “Ritual tersebut harus dilakukan karena adat yang sudah turun temurun,
karena sudah janji apabila tidak dilaksanakan kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepan nya”
menurut Pak Parlan selaku juru kunci setempat. Selain ritual wajib yang dilaksanakan setiap
jumat pahing, ada juga ritual ruwatan massal yang dilakukan setiap bulan suro. Ruwatan massal
biasanya dilakukan di pendopo yang berada di depan kayangan api tersebut.

Gambar 4 Pendopo yang biasa digunakan ritual

Ruwatan merupakan tradiri upacara adat yang dilakukan pada masyarakat jawa dan
mash dilestarikan oleh sebagian orang. Kata ruwatan berasal dari bahasa jawa “ruwat” yang
memiliki arti membuang sial atau menyelamatkan orang dari suatu gangguan yang tertentu
yang terjadi pada dirinya. Ruwatan sendiri konon diyakini apabila seseorang telah melakukan
ruwatan maka gangguan tertentu yang terdapat pada dirinya akan hilang dan orang yang
melakukan ruwatan tersebut akan mendapat keberkahan hidup yang berupa kesehatan,
keselamatan, kesejahteraan dan kebahagian. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang
lain di lingkungan sekitarnya.

Ruwatan bisa dilakukan secara individu dan bisa juga secara massal atau secara
bersama sama. Untuk ruwatan yang dilakukan secara individu biasanya dilakukan dengan
pertunjukkan wayang dan biasnya hanya memanggil dalang saja tanpa sinden dan gamelan.
Tetapi bagi yang beragama islam biasanya hanya mendatangkan kiai atau ustadz untuk
membacakan ayat suci Al Quran. Sedangkan ruwatan yang dilakukan secara massal biasanya
dilakukan bersama sama di kayangan api yang berada di desa Sendangharjo Kecamatan
Ngasem Kabupatrn Bojonegoro. Upacara ruwatan massal yang berlangsung terdiri dari 3 sesi
yaitu sesi pra acara, sesi ini acara tersebut, dan sesi terakhir yaitu sesi penutupan. Sesi pra acara
merupakan sesi alunan gamelan jawa yang diriiringi dengan nyanyian sinden dan tarian.
Setelah sesi pra acara berlangsung, dilanjut dengan sesi inti acara tersebut, dimana sesi ini
merupakan sesi oengambilan api yang dilakukan oleh juru kunci setempat. Tujuan
pengambilan api adalah untuk melestarikan api keabadian dan dipercaya untuk menumbuhkan
semangat dalam mencari rezeki. Setelah dilakukan pengambilan api, yaitu pembacaan doa yang
dilakukan oleh kiayi maupun ustadz dan juru kunci kayangan api. Doa tersebut doa yang
menggunakan bahasa jawa dengan tujuan untuk membuang penyakit yang ada dan untuk
melindungi dari bahaya dan malapetaka. Setelah sesi inti berlangsung, selanjutnya adalah sesi
penutupan yang dilakukan dengan permainan tradisi wayang oelh dalang dengan tujuan untuk
memberi gambaran kepada masyarakat tentang kehidupan pada zaman dahulu supaya warga
sekitar dapat mengambil nilai moral yang terkandung pada cerita wayang yang diberikan oleh
dalang terzebut tentang kehidupan pada zaman dahulu. Tradisi ruwatan sendiri dilakukan
dengan tujuan untuk pelestarian kebuadayaan lokal dan kesenian wayang kulit yang semakin
langka.

Gambar 6 Juru kunci kayangan api

URGENSI
Kayangan api didirikan pada tahun 2000 yang berarti sudah 22 tahun wisata kayangan
api beroperasi. Majunya sebuah tempat wisata dapat dilihat dari jumlah peningkatan dan
pemanfaatan tempat wisata tersebut. Pada kayangan api juga terdapat ritual yang masih
berjalan hingga saat ini. Dari mulai ritual pengambilan api yang tidak boleh dilakukan oleh
sembarangan orang hingga selametan yang dilakukan pada setiap jumat pahing. Tradisi
tersebut tidak lepas dari kepercayaan masyarakat yang konon sebagai janji pada zaman dahulu
yang tidak bisa diingkari dan ditinggalkan sampai saat ini. Ruwatan sendiri konon diyakini
oleh masyarakat sekitar bahwa apabila seseorang telah melakukan ruwatan maka gangguan
tertentu yang terdapat pada dirinya akan hilang dan orang yang melakukan ruwatan tersebut
akan mendapat keberkahan hidup yang berupa kesehatan, keselamatan, kesejahteraan dan
kebahagian. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain di lingkungan sekitarnya.

Kayangan api juga memiliki manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar. Baik manfaat
dalam bidang sosial, bidang ekonomi maupun bidang budaya. Manfaat pengembangan bagi
masyarakat sekitar ada apabila terdapat penambahan fasilitas yang menambah minat wisatawan
untuk berkunjung. Manfaat pengembangan tersebut juga dapat berupa terbukanya lapangan
pekerjaan yang bagi masyarakat sekitar. Karena adanya pemberdayaan pada masyarakat, dan
juga pelestarian budaya seperti tarian, ritual ruwatan, dan lain lain

STRATEGI
Setiap obyek wisata pasti memiliki sejarah, cerita, dan keunikan tersendiri yang dapat
meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung. Contohnya seperti kayangan api yang
merupakan tempat peninggalan zaman majapahit dan sampai sekarang dijadikan tempat wisata
yang juga memiliki tradisi dan ritual yang masih berjalan hingga saat ini, kegiatan tersebut
bertujuan untuk melestarikan keberadaan maupun benda peninggalan sejarah yang masih bisa
dinikmati oleh generasi sekarang ataupun generasi yang akan datang. Kayangan api memiliki
potensi yang harus dikembangkan pada generasi saat ini. Dengan cara memperkenalkan
sejarah, melestarikan budaya ataupun tradisi yang masih berjalan sampai sekarang dan juga
meningkatkan mutu daya tarik tersendiri pada kayangan api. Sebagai masyarakat sekaligus
wisatawan juga turut menjaga kelestarian peninggalan sejarah, seperti menjaga fasilitas yang
ada dan tidak merusaknya. Selain fasilitas juga bisa berupa menghormati kepercayaan dan
tradisi yang ada. Kita sebagai generasi muga harus tetap menjaga dan melestarikan peninggalan
sejarah pada zahulu agar peninggalan tersebut tidak punah dan bisa terus berkembang sampai
generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Nugrahutama, N., A. 2017. Dinamika Manfaat Pengembangan Wisata Kayangan Api Bagi
Masyarakat Di Desa Sendang Harjo Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro. Surabaya:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Miranda, M 2017. Penerapan Motif Jati dan Kayangan Api Pada Batik Bojonegoro

Dewi, V., M., 2018. Upacara Adat Wisuda Waranggono di Kayangan Api Desa Sendangharjo
Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro (Nilai Budaya dan Potensinya Sebagai Sumber
Pembelajaran Sejarah) Madiun: Universitas PGRI Madiun. Diakses pada 2 Desember 2028
dari http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/gulawentah

Anda mungkin juga menyukai