Anda di halaman 1dari 14

MATERI MIND MAP AKBI

1. Biaya per unit, Cost per unit adalah total pengeluaran yang dihabiskan untuk
memproduksi satu unit barang atau jasa. Biaya ini bisa diketahui dengan cara
memasukkan biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap atau biaya variabel
(variable cost) dalam proses produksi atau pengiriman. Bagi perusahaan manufaktur,
biaya per unit penting untuk penilaian persediaan, penentuan laba, dan pengambilan
sejumlah keputusan penting seperti apakah akan membuat atau membeli produk,
menerima atau menolak suatu pesanan khusus, atau mempertahankan atau
menghentikan suatu lini produk. Nilai biaya total dapat dihitung dengan rumus
berikut: Biaya Total = (Rata-rata Biaya Tetap + Rata-rata Biaya Variabel) / Jumlah Unit
Yang Diproduksi.
2. Kalkulasi biaya produk secara tradisional, biaya tradisional adalah perhitungan biaya
produk dengan membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung pada produk dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan
penggerak aktivitas unit.
3. Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
- Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi

-Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.

-Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead


yang berbeda beda.

Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer
kepada harga pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat
atau terjadinya distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa
diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.
-Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga
pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif
sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global.

-Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada
distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi
pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

-Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena
seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume
produk atau jam kerja langsung.

-Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi


sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan
keunggulan perusahaan.

-Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung
serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya
volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut
menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

-Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-


pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek.

-Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih


biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan standar.

-Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik
yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.

-Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk.
Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-
aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup
produk.
4. Kalkulasi biaya produk berdasarkan aktivitas, "Activity Based Costing (ABC) atau
kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas merupakan suatu sistem perhitungan biaya
dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu atau
lebih factor yang tidak berkaitan dengan volume.”

Bagaimana tahap dalam kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas?

Mengembangkan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas membutuhkan tiga


tahap: (1) mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas, (2) membebankan biaya
sumber daya ke aktivitas, serta (3) membebankan biaya aktivitas ke objek biaya.

Total biaya utama = Biaya utama x volume produksi

Total biaya overhead = Biaya overhead x volume produksi

Harga per unit = ( Seluruh Biaya Utama + Seluruh Biaya Overhead) Jumlah unit yang
diproduksi

= Biaya utama x Volume produksi (Biaya Overhead x Volume Produksi) Jumlah unit yang
diproduksi.

5. Pengklasifikasian aktivitas
Klasifikasi biaya sendiri terbagi dalam berbagai jenis. Berdasarkan intensitas
terjadinya, jenis jenis biaya meliputi:
- Biaya Tetap (Fixed Cost)
Jenis biaya pertama yakni biaya tetap atau fixed cost. Pengertian biaya tetap adalah
biaya yang besarnya akan selalu tetap dan tidak berubah karena perubahan volume
dan aktivitas tidak mempengaruhinya. Oleh sebab itu, biaya tetap per unit berbanding
terbalik dengan perubahan kapasitas suatu kegiatan. Semakin besar suatu aktivitas,
maka semakin kecil biaya tetap per unit.
- Biaya Variabel (Variable Cost)
Pengertian biaya variabel yakni biaya yang total keseluruhannya akan selalu berbeda
mengikuti perubahan aktivitas. Nilai biaya variabel akan berbanding lurus dengan
pergerakan volume kegiatan. Semakin besar volume aktivitas maka biaya variabel juga
semakin tinggi.
- Biaya Campuran (Mixed Cost)
Biaya campuran mempunyai aspek biaya tetap dan variabel. Dalam hal ini, biaya tetap
sebagai jumlah biaya minimum dalam menunjang aktivitas, sedangkan biaya variabel
mempengaruhi volume kegiatan.

6. Konsep dasar JIT, Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada
permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang
diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Sistem Just In Time sangat sulit
diterapkan pada perusahaan manufaktur yang beroperasi di Indonesia. Pada
umumnya perusahaan tidak dapat menerapkan sistem Just In Time disebabkan karena
faktor infrastruktur yang kurang memadai.
7. Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional,

• · Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan


konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam
perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan
aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.

System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-


aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas
produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

• · Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan


Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak
signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system
tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan
sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang
diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga.
Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan
jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

• · Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak

JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi
aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan
berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk
memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas
tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan
dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.

• · Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun
hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok
bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah
serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-
kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah
harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

• · Struktur seluler dibanding struktur departemen

Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya
kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan
untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan.
Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam
pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang
tidak bernilai tambah. Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah
struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-
tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi
departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta
waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

• · Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan
struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan
dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup,
inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi
berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen
jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik,
reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada
aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

• · Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi

System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada
masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada
masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi
tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si
struktur selulernya.

• · Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah

Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena
karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen
harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau
member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut
pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan
produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk
membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

• · Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi
utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan
pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan,
maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi
perintah.

• · TQC dibanding AQL

TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup
seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar
tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena
dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.

AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian
mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh
melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

8. Konsep Backflush costing, Pendekatan sistem akuntansi yang digunakan dalam


perusahaan yang menerapkan JIT adalah backflush costing, yaitu suatu sistem
akuntansi biaya yang menghilangkan beberapa pencatatan jurnal yang terkait dengan
empat tahapan pencatatan pembebanan biaya ke dalam produk.
9. Hubungan JIT dengan backflush costing
Backflush costing digunakan oleh perusahaan yang telah mengaplikasikan JIT untuk
persediaannya. Perhitungan harga pokok ini menghindari penelusuran biaya di
sepanjang proses produksi. Perhitungan ini mempercepat proses akuntansi karena
tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku dan saat ada selisih
biaya.
10. Analogi dasar dari akuntansi keuangan
Dua metode persediaan yang berbeda digunakan oleh perusahaan nonmanufaktur,
yaitu: metode perpetual dan metode periodik. Dalam metode perpetual, akun
persediaan barang dagangan didebit atas setiap pembelian barang dan dikredit atas
biaya dari setiap penjualan barang. Tujuannya adalah untuk mencatat setiap
peningkatang atau penurunan dalam biaya barang dagangan yang ada dalam
persediaan. Akuntansi terinci dalam jumlah yang signifikan dilakukan dalam metode
ini, dan hal ini bisa dianalogikan dengan penelusuran terinci atas barang dalam proses
yang diperlukan oleh perhitungan biaya berdasarkan pesanan dan perhitungan biaya
berdasarkan proses untuk perusahaan manufaktur. Akan tetapi, metode persediaan
periodik membiarkan saldo awal dari akun persediaan barang dagangan tidak berubah
selama periode akuntansi. Penyesuaian di akhir periode dibuat agar saldo akhirnya
sama dengan hasil perhitungan fisik. Harga Pokok penjualan, yang merupakan total
aliran keluar dari barang dagangan untuk periode akuntansi tersebut, dihitung dan
dicatat hanya di akhir periode. Hal ini dilakukan dengan menambhkan saldo awal biaya
persediaan barang dagangan ke total pembelian dan menguranginya dengan biaya
persediaan barang akhir. Ayat
jurnal diginakan menyesuaikan akun persediaan barang dagangan ke saldo akhir yang
benar dan mencatat harga pokok penjualan untuk periode tersebut. Seperti tidak
dilakukannya akuntansi yang terinci atas persediaan barang dagangan pada metode
periodik, demikian pula tridak ada penelusuran terinci atas persediaan WIP yang
dilakukan oleh produsen yang menggunakan perhitungan biaya backflushkeduanyan
bergantung pada perhitungan di akhir periode dan penyesuaian atas akun persediaan.

11. Standar Costing, Biaya standar dapat diartikan sebagai ukuran tertentu yang dipakai
sebagai patokan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa.
Biaya standar merupakan suatu benchmark atau tingkat pengukur yang dipilih secara
hati-hati untuk melakukan penilaian atas suatu kinerja.
12. Kegunaan standar costing, Standard cost bermanfaat untuk menyediakan informasi
kepada manajemen mengenai kendali suatu sistem, sebagai dasar atau basis suatu
sistem evaluasi kinerja, menyediakan informasi mengenai opportunity cost berkenaan
dengan produksi suatu produk, dan penentuan harga pokok produk
13. Hubungan standar costing dan anggaran, biaya standar sangat diperlukan dan
mempunyai peranan besar terhadap penyusunan anggaran. Dengan menggunakan
biaya standar penyusunan anggaran lebih dapat diandalkan dan dapat dilakukan tepat
waktu. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa biaya standar
merupakan dasar dalam penyusunan anggaran dimana standar menyatakan “yang
seharusnya”, bila pelaksanaan tertentu tercapai sedangkan anggaran merupakan
“yang diharapkan” pada volume kegiatan tertentu dan bila keduanya dipakai
bersama-sama, maka anggaran merupakan ikhtisar dari biaya-biaya
standar. persamaan anggaran dan biaya standar adalah sama-sama mempunyai
tujuan yang sama yaitu :

- Pengendalian managerial

- Keduanya menggunakan biaya di tentukan terlebih dahulu untuk periode


mendatang

- Baik anggaran maupun biaya standar memungkinkan penyusunan laporan


manajerial yang di bandingkan biaya actual dengan biaya yang ditentukan terlebih
dahulu

14. Penentuan jenis jenis standar costing

jenis biaya standar yang bisa Anda ketahui yaitu:

1. Biaya Rata-rata

Beberapa perusahaan biasanya menggunakan biaya waktu rata-rata. Di mana biaya standar
tersebut hanya digunakan ketika perusahaan mulai menggunakan biaya standar dalam
produksi.

2. Standar Teoritis

Standar teoritis merupakan biaya standar yang ditetapkan di awal, sehingga menghasilkan
perhitungan kasar. Selain itu pemakaian biaya standar ini biasanya digunakan dalam jangka
waktu yang relatif lama, meskipun tidak selalu tepat. Maka dari itu fungsinya hanya
memberikan konsep kasar.

3. Attainable High Performance, Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapa

Pada keunikan jenis biaya ini adalah bahwa kinerja yang tinggi dapat mencapai efisiensi biaya
di masa depan.

4. Standar Lama

Adanya keunikan dari biaya standar ini adalah mencakup unsur normatif dan prediksi biaya
yang terjadi di masa depan.

dua komponen dalam menentukan biaya standar, adapun penjelasannya yaitu:


1. Biaya Bahan Baku Standar

Pada bahan baku standar ini untuk menentukan harga, maka bahan baku standar dapat
dikalikan dengan kuantitasnya. Di mana catatan ini diperoleh dari periode sebelumnya.

Biasanya komponen dari biaya standar ini juga digunakan untuk menyusun bahan baku
standar. Adapun biaya bahan baku standar yang terdiri dari:

o Harga unit

o Perubahan harga

o Penetapan bahan-bahan

o Departemen pembelian

2. BiayaTenaga Kerja Langsung

Dalam komponen kedua ini terjadi pada tenaga kerja langsung, di mana tenaga kerja
merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggaji karyawan. Adapun
biaya tenaga kerja yang ditentukan oleh jam kerja yaitu:

o Keseluruhan jumlah rata-rata jam kerja

o mengevaluasi operasi produksi di bawah standar keadaan normal

o Mengetahui nilai produktivitas dari karyawan secara langsung

o Memberikan penyesuaian taksiran dengan kapasitas, pengalaman, serta


pengetahuan karyawan

15. konsep target costing, Menurut Witjaksono (2006:157), Target Costing adalah suatu
sistem dimana penentuan harga pokok produksi adalah sesuai dengan yang diinginkan
(target) sebagai dasar penetapan harga jual produk yang akan memperoleh laba yang
diinginkan, atau penentuan harga pokok sesuai dengan harga jual yang pelanggan rela
membayarnya.
16. Konsep kaizen costing, Kaizen costing adalah konsep perbaikan terus menerus
(continuous improvement) dimana setiap tahap produksi diusahakan adanya
perbaikan-perbaikan agar lebih optimal dan efektif, sehingga nantinya akan dapat
mengurangi biaya.

17. Perbedaan target costing, standar costing, dan kaizen costing

Contoh Kasus:
Pada akhir tahun 2010, Indosat mengalami peningkatan jumlah pelanggan seluler,
yaitu sebesar 34,3%. Hal ini bisa terjadi karena Indosat terus meningkatkan kualitas dan
pelayanan kepada pelanggan. Indosat mencurahkan dana dan sumber daya dalam jumlah
yang besar untuk memodernisasi dan melakukan perluasan seluler di tahun 2010. Pada tahun
2010, Indosat mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 12,1% dan peningkatan EBITDA
yang bertumbuh pesat sebesar 9,7%. Peningkatan marjin EBITDA ini menunjukkan
kemajuan Indosat dalam program efisiensi biaya yang mencakup penyesuaian
struktur insentif penjualan pulsa isi ulang untuk distributor dan pengecer, sehingga biaya
pemasaran dan penjualan lebih efisien. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, Indosat
melakukan beberapa strategi penting, diantaranya adalah melakukan pengefisiensian
biaya atau Kaizen Costing. Di awal tahun 2010, Indosat berusaha untuk mengevaluasi
seluruh pengeluaran perusahaan dan mencoba untuk memperketat pengeluaran
perusahaan. Pengeluaran yang dianggap tidak terlalu penting, ditekan semaksimal
mungkin. Di bidang Procurement, Indosat menerapkan suatu strategi baru dengan
pihak pemasok, sehingga Indosat memperoleh harga peralatan yang lebih kompetitif.
Kemudian
Indosat juga menetapkan prioritas yang lebih ketat untuk pembelanjaan modal (CAPEX),
melalui pengkajian apakah proposal investasi yang diajukan akan menguntungkan secara
komesial. Tanpa mengurangi kualitas jaringan dan pengembangan, Indosat mampu
mengurangi rasio CAPEX-to-sales secara signifikan, yaitu mengalami penurunan sebesar
Rp11.584 miliar dari tahun 2009.
2.8 Perbedaan Target Costing, Standar Costing dan Kaizen Costing
Biaya target lebihkecil dari biaya yang dapat dicapai sekarang yang didasarkan atas
prosesdan teknologi standar. Standar berperan sebagai benhmarks (ukuran
perbandingan)
yang mengukur tambahan kemajuan dalam proses pencapaian biaya target.
1) Biaya target menunjukkan standar penggerak pasar
Harga pasar kompetitif –markup yang diinginkan = biaya yang diperkenankan
2) Biaya standar menunjukkan standar penggerak teknis
Biaya standar yang ditentuksn secara teknis + markup yang diinginkan = harga pasar uang
diinginksn
Perbedaan lainnya adalah kalkulasi niaya target menunjukkan metode perencanaan
biaya yang menekankan pada pengendalian spesifikassi rancangan dan teknik produksi. Dan
biaya target ditentukan oleh pasar dasn berasal dari sumber eksternal, ssedangkan
biaya standar ditentukan terlebih dahulu dari analisis internal atas proses produksi
Contoh Kasus:
Pada akhir tahun 2010, Indosat mengalami peningkatan jumlah pelanggan seluler,
yaitu sebesar 34,3%. Hal ini bisa terjadi karena Indosat terus meningkatkan kualitas dan
pelayanan kepada pelanggan. Indosat mencurahkan dana dan sumber daya dalam jumlah
yang besar untuk memodernisasi dan melakukan perluasan seluler di tahun 2010. Pada tahun
2010, Indosat mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 12,1% dan peningkatan EBITDA
yang bertumbuh pesat sebesar 9,7%. Peningkatan marjin EBITDA ini menunjukkan
kemajuan Indosat dalam program efisiensi biaya yang mencakup penyesuaian
struktur
insentif penjualan pulsa isi ulang untuk distributor dan pengecer, sehingga biaya pemasaran
dan penjualan lebih efisien.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, Indosat melakukan beberapa strategi penting,
diantaranya adalah melakukan pengefisiensian biaya atau Kaizen Costing. Di awal
tahun
2010, Indosat berusaha untuk mengevaluasi seluruh pengeluaran perusahaan dan mencoba
untuk memperketat pengeluaran perusahaan. Pengeluaran yang dianggap tidak
terlalu
penting, ditekan semaksimal mungkin.
Di bidang Procurement, Indosat menerapkan suatu strategi baru dengan pihak
pemasok, sehingga Indosat memperoleh harga peralatan yang lebih kompetitif. Kemudian
Indosat juga menetapkan prioritas yang lebih ketat untuk pembelanjaan modal (CAPEX),
melalui pengkajian apakah proposal investasi yang diajukan akan menguntungkan secara
komesial. Tanpa mengurangi kualitas jaringan dan pengembangan, Indosat mampu
mengurangi rasio CAPEX-to-sales secara signifikan, yaitu mengalami penurunan sebesar
Rp11.584 miliar dari tahun 2009.
2.8 Perbedaan Target Costing, Standar Costing dan Kaizen Costing
Biaya target lebihkecil dari biaya yang dapat dicapai sekarang yang didasarkan atas
prosesdan teknologi standar. Standar berperan sebagai benhmarks (ukuran
perbandingan)
yang mengukur tambahan kemajuan dalam proses pencapaian biaya target.
1) Biaya target menunjukkan standar penggerak pasar
Harga pasar kompetitif –markup yang diinginkan = biaya yang diperkenankan
2) Biaya standar menunjukkan standar penggerak teknis
Biaya standar yang ditentuksn secara teknis + markup yang diinginkan = harga pasar uang
diinginksn
Perbedaan lainnya adalah kalkulasi niaya target menunjukkan metode perencanaan
biaya yang menekankan pada pengendalian spesifikassi rancangan dan teknik produksi. Dan
biaya target ditentukan oleh pasar dasn berasal dari sumber eksternal, ssedangkan
biaya
standar ditentukan terlebih dahulu dari analisis internal atas proses produksi

Anda mungkin juga menyukai