NIM : 01031181722031
Activity Based Costing adalah suatu system pendekatan perhitungan biaya yang
dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. System ini dilakukan
dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang
dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan penggunaan dari aktivitas tersebut.
Penerapan sistem ABC dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang
tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya, dialokasikan kepada objek
biaya berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas yang kemudian pada akhirnya
akan dialokasikan pada objek biaya berdasarkan konsumsi dari masing-masing aktivitas
tersebut.Penerapan ABC akan mendukung proses pengambilan keputusan-keputusa
strategis dalam perusahaan seperti, Keputusan tentang harga dan proses efisiensi.
Perbedaan antara Activity Based Costing & Traditional Costing
Hirarki biaya
Ada empat kategori dalam pengelompokan biaya pada Activity Based Costing, yaitu :
1. Biaya untuk setiap unit (output unit level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan meningkat pada setiap
unit produksi atau jasa yang dihasilkan.
Contoh: biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok tertentu (batch level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan
sekelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan.
Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk melakukan set-up terhadap mesin.
3. Biaya untuk setiap produk atau jasa tertentu (product/service sustaining level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas menghasilkan suatu produk atau
jasa.
Contoh : biaya desain dan biaya pembuatan prototype
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level )
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan
secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung
organisasi secara keseluruhan.
Contoh : biaya keamnan pabrik, biaya penyusutan pabrik, dan biaya kebersihan pabrik
B. Just In Time
Dalam industri tertentu, banyak proses produksi menggunakan pengendalian
persediaan just-in-time (JIT). Sesuai dengan namanya, idenya adalah bahwa persediaan
diperoleh dan dimasukkan tepat saat dibutuhkan. Jadi filosofi manajemen JIT
memfokuskan pada menarik persediaan ke dalam proses produksi dengan dasar “ketika
dibutukan”, bukan pada mendorong persediaan ke dalam proses dengan dasar “ketika
diproduksi”. Hal ini membutuhkan sistem informasi produk dan persediaan yang sangat
akurat, pembelian yang sangat efisien, pemasok yang sangat dapat diandalkan, dan
sistem penanganan persediaan yang efisien. Meskipun persediaan bahan baku dan
persediaan dalam transit tidak pernah sampai nol, istilah “just in time” merupakan salah
satu pengendali yang sangat ekstrem untuk memotong persediaan. Namun, tujuan dari
sistem JIT bukan hanya mngurangi persediaan tapi juga memperbaiki produktivitas,
kualitas produk, dan fleksiblitas produksi secara berkelanjutan.
Sekilas, sistem JIT- di mana persediaan dikurangi hingga tingkat minimum dan
eoq untuk barang tertentu dapat mendekati satu unit-tampaknya bertentangan dengan
model eoq. Padahal, tidak demikian. Sebaliknya, sistem JIT menolak istilah bahwa biaya
pemesanan perlu tetap berada pada tingkat kini. Ebagai bagian dari sistem JIT, ada
beberapa langkah yang terus dilakukan untuk mengurangi biaya tersebut, misalnya :
Truk pengiriman berukuran kecil, dengan urutan penurunan barang yang telah
ditetapkan sebelumnya, digunakan untuk mengekonomiskan waktu dan biaya
penerimaan barang.
Tekanan diberikan pada pemasokk untuk memproduksi bahan baku yang “tanpa
cacat”, sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan biaya pemeriksaan.
Produk, peralatan, dan prosedur yang dimodifikasi untuk mengurangi waktu dan biaya
penyetelan.
Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui
eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan kompopnen sebaiknya tiba di lokasi kerja
pada saat dibutuhkan-tepat waktu. Produk sebaiknya diselsaikan dan tersedia bagi
pelanggan, di saat dibutuhkan. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan
kebutuhan akan tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Namun di lain pihak,
eliminasi persediaan juga menghilangkan perlindungan yang disediakan oleh persediaan
terhadap kesalahan produksi dan ketidakseimbangan. Akibatnya, diperlukan beban kerja
bermutu tinggi dan seimbang dalam sistem JIT guna menghindari penghentian produksi
yang berbiaya mahal serta kekecewaan pelanggan. Oleh karena itu, membutuhkan
kualitas dan produksi yang seimbang, JIT sering kali dikaitkan dengan usaha untuk
mengeliminasi pemborosan dalam segala bentuk, dan merupakan bagian yang penting
dalam usaha manajemen mutu total (TQM).
Persediaan terdapat di hampir semua sistem karena kondisi ideal tersebut tidak
pernah ada. Konsep persediaan sama dengan nol mengandung arti tingkat kesempurnaan
yang umumnya tidak dapat dicapai. Tetapi, JIT menstimulasi perbaiikan konstan dalam
kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan. Pengurangan
persediaan secara kontinu dicapai melalui proses berikut :
Salah satu pendekatan JIT adalah untuk berubah dari tata letak tradisional menjadi
sel atau sel-sel kerja. Suatu sel bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari suatu
produk atau komponen, atau sekelompok produk atau kompopnen yang serupa. Pabrik
yang diatur secara tradisional mungkinn saja memiliki departemen pemotongan di mana
semua pemotongan dilakukan, dan dvpartemen pengeboran di mana semua pengeboran
dilakukan, tetapi pengaturan sel menempatkan satu mesin pemotong dan satu mesin bor
di setip sel. Setiap pekerja di sel dilatih untuk dapat melakukan berbagai tugas sekaligus,
sehingga tenaga kerja mudah dipindahkan ke titik yang membutuhkan dalam suatu sel.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi sel-sel JIT, hasilnya adalah hilangnya departemen
produksi (dalam contoh departemen pemotonga dan pengeboran), serta hampir semua
departemen jasa. Penjadwalan, penerimaan, penanganan bahan baku, penyimpanan
peralatan, persiapan, pemeliharaan, inspeksi barang dalam proses, dan inspeksi barang
jadi semuanya dilakukan oleh pekerja sel dan bukannya oleh departemen jasa yang
terpisah.
Asumsikan biaya pemesanan per pesanan, O, adalah konstan berapa pun ukuran
pesanannya. Dalam pembelian bahan baku atau barang lainnya, biaya ini merupakan biaya
adminisrasi yang dilibatkan saat melakukan pesanan bersama dengan penerimaan dan
pemeriksaan barang tersebut ketika datang. Untuk persediaan barang jadi, biaya
pemesanan melibatkan penjadwalan operasi produksi. Ketika biaya persiapan besar-
contoh, seperti dalam memproduksi bagian-bagian berbahan logam-biaya pemesanan
dapat cukup besar. Untuk persediaan dalam transit, biaya pemesanan cenderung akan
melibatkan pencatatan saja. Biaya total pemesanan untuk suatu periode hanyalah biaya
pemesanan per pesanan dikali jumlah pesanan untuk periode tersebut.
Jika penggunaan barang persediaan berada pada tingkat yang tetap selama suatu
periode waktu tertentu dan tidak ada persediaan pengaman, rata-rata persediaan (dalam
unit) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Selain mengetahui seberapa banyak yang harus dipesan, perusahaan juga harus
tahu kapn harus memesan. “kapan” dalam situasi ini, berarti jumlah persediaan yang
tersisa yang memberikan tanda untuk pemesanan ulang jumlah EOQ. Dalam contoh
sebelumnya, diasumsikan bahwa persediaan dapat dipesan dan diterima tanpa adanya
penundaan. Biasanya terdapat waktu antara penyerahan pesanan pembelian dan
penerimaan persediaan, atau dengan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang
tersebut setelah pemesanan dilakukan. Waktu tunggu ini harus dipertimbangkan.
Anggaplah bahwa permintaan persediaan diketahui dengan pasti, akan tetapi perlu
waktu 3 hari antara penyerahan dengan penerimaan pesanan. Saat pemesanan dapat
dinayatakan sebagai berikut :
Ahmad, Firdaus Dunia dan Wasilah Abdullah. 2018. Akuntansi Biaya. Edisi 4. Revisi
Jakarta: Salemba Empat.
Carter, Wilimiam K. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H; Noreen, W Eric; Brewer, Peter C;.(2016). Akuntansi Manajerial. Edisi 14.
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Horne, Jems C Van dan Jr., John M.Wachowicz .2016. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi 13. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Samryn, LM. 2013. Akuntansi Manajemen: Kencana
Hansen dan Mowen. 2006. Buku I Management Accounting Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.