Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ELLISA MIRESTI

NIM : 01031181722031

MATA KULIAH : AKUNTANSI MINYAK DAN GAS

A. Activity Based Costing

Activity Based Costing adalah suatu system pendekatan perhitungan biaya yang
dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. System ini dilakukan
dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang
dilakukan dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan penggunaan dari aktivitas tersebut.
Penerapan sistem ABC dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang
tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya, dialokasikan kepada objek
biaya berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas yang kemudian pada akhirnya
akan dialokasikan pada objek biaya berdasarkan konsumsi dari masing-masing aktivitas
tersebut.Penerapan ABC akan mendukung proses pengambilan keputusan-keputusa
strategis dalam perusahaan seperti, Keputusan tentang harga dan proses efisiensi.
Perbedaan antara Activity Based Costing & Traditional Costing

Activity Based Costing Traditional Costing

System ABC mengharuskan pengunaan Tanpa memperdulikan jumlah departemen,


tempat penampungan overhead lebih dari tempat penampungan biaya overhead
satu, tetapi tidak setiap system dengan maupun dasar alokasi yang berbeda,system
penampungan yang lebih dari satu. perhitungan biaya tradisional ditandai oleh
penggunaan eksklusif dari ukuran yang
berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat
unit sebagai dasar untuk mengalokasikan
overhead ke output, sehingga traditional
costing juga disebut dengan ssitem berbasis
unit ( unit-based system)

Jumlah tempat penampungan biaya Jumlah tempat penampungan biaya overhead


overhead dan dasar alokasi cenderung dan dasar alokasi cenderung hanya satu
lebih banyak. tempat.
Merupakan system perhitungan dua tahap Menggunakan system perhitungan dua tahap
 Tahap pertama, tempat hanya apabila jika departemen atau pusat
penampungan biaya aktivitas biaya lain dibuat.
dibentuk ketika biaya sumber  Tahap pertama, Biaya sumber daya
daya dialokasikan ke aktivitas dialkoasikan ke pusat biaya
berdasarkan pemicu sumber daya  Tahap kedua, biaya dialokasikan dari
 Tahap kedua, biaya aktivitas pusat biaya ke produk
dialokasikan dari tempat
penampungan biaya aktivitas ke
produk atau objek biaya final
lainnya
Memfokuskan biaya overhead- overhead Cenderung mengandalkan basis alokasi
produksi, overhead penjualan, umum dan tingkat unit seperti jam kerja langsung dan
administrasi. jam mesin.

Hirarki biaya
Ada empat kategori dalam pengelompokan biaya pada Activity Based Costing, yaitu :
1. Biaya untuk setiap unit (output unit level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan meningkat pada setiap
unit produksi atau jasa yang dihasilkan.
Contoh: biaya perbaikan mesin, biaya listrik, dan biaya penyusutan mesin.
2. Biaya untuk setiap kelompok tertentu (batch level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan
sekelompok unit produk atau jasa yang dihasilkan.
Contoh : biaya yang dikeluarkan untuk melakukan set-up terhadap mesin.
3. Biaya untuk setiap produk atau jasa tertentu (product/service sustaining level)
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas menghasilkan suatu produk atau
jasa.
Contoh : biaya desain dan biaya pembuatan prototype
4. Biaya untuk setiap fasilitas tertentu (facility sustaining level )
Adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan
secara langsung dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung
organisasi secara keseluruhan.
Contoh : biaya keamnan pabrik, biaya penyusutan pabrik, dan biaya kebersihan pabrik

Proses implementasi ABC :


1. Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan
2. Menentukan tujuan penerapan system ABC
3. Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada biaya tidak langsung
atau biaya overhead
4. Menghubungkan biaya tidak langsung dengan kativitas sehingga dapat dihitung tarif
biaya tidak langsung per unit untuk setiap dasar alokasi yang digunakan untuk
membebankan biaya tidak langsung
5. Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap objek biaya
6. Menhitung total biaya untuk setiap objek biaya
Total biaya dari objek biaya = biaya langsung + biaya tidak langsung
7. Menggunkan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan perbaikan atau
pengambilan keputusan yang relevan.

Manfaat penerapan system ABC :


1. Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi dalam proses produksi, baik
per departemen, per produk atau pun per aktivitas.
2. Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena perhitungan biaya atas
suatu objek menjadi lebih akurat karena perusahaan lebih mengenal perilaku biaya
overhead pabrik dan dapat membantu mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
perusahaan ke objek biaya yang lebih menguntungkan.
3. Membantu mengendalikan biaya ( terutama biaya overhead pabrik) kepada tingktan
individual dan tingkatan departemental. Hal ini dapat dilakukan mengingat ABC lebih
focus pada biaya per unit dibandigkan total biaya.

Kelebihan penerapan system ABC


1. Biaya produk lebih akurat, baik pada perusahaan manufaktur maupun pada
perusahaan jasa khususnya jika perusahaan memiliki proporsi biaya overhead pabrik
yang lebih besar dalam biaya produksi per unit
2. System ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin banyak
biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.
3. System ABC mengakui bahwa aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya
sehingga manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut
dengan lebih baik ( focus pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) sehingga dapat
melakukan efisiensi yang akan menurunkan biaya
4. System ABC mengakui kompleksitas dari bergam proses produksi yang modern yang
banyak berdasarkan transaksi terutama pada perusahaan jasa dan manufaktur
bertekhnologi tinggi dengan menggunakan pemicu biaya ( multiple cost drivers)
5. Sistem memberikan perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam biaya tidak
langsung
6. System ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai objek
biaya, baik itu proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerian dan juga biaya
produk

Kekurangan penerapan system ABC :


1. Tidak seluruh biaya akan mudah dibebankan kebapada objek, karena disebabkan
biaya-biaya yang dieklompokkan dalam sustaining level ketika dialokasikan
seringkali juga menggunakan dasar yang bersifat arbiter.
Contoh : biaya keamanan pabrik.
Saat biaya keamanan pabrik akan dialokasikan ke objek biaya (produk) maka
kemungkinan akan digunakan pendekatan arbiter, seperti berdasarkan jumlah jam
kerja tenaga kerja dengan alasan semkin lama proses produksi membutuhkan jasa
keamanan semakin lama .
2. Metode untuk melakukan implementasi dan pengembangan Activity Based Costing
terbilang mahal.
3. Waktu untuk implementasi ABC dari mulai hingga selesai membutuhkan waktu yang
lama, biasanya lebih dari satu tahun sampai bisa berhasil.

B. Just In Time
Dalam industri tertentu, banyak proses produksi menggunakan pengendalian
persediaan just-in-time (JIT). Sesuai dengan namanya, idenya adalah bahwa persediaan
diperoleh dan dimasukkan tepat saat dibutuhkan. Jadi filosofi manajemen JIT
memfokuskan pada menarik persediaan ke dalam proses produksi dengan dasar “ketika
dibutukan”, bukan pada mendorong persediaan ke dalam proses dengan dasar “ketika
diproduksi”. Hal ini membutuhkan sistem informasi produk dan persediaan yang sangat
akurat, pembelian yang sangat efisien, pemasok yang sangat dapat diandalkan, dan
sistem penanganan persediaan yang efisien. Meskipun persediaan bahan baku dan
persediaan dalam transit tidak pernah sampai nol, istilah “just in time” merupakan salah
satu pengendali yang sangat ekstrem untuk memotong persediaan. Namun, tujuan dari
sistem JIT bukan hanya mngurangi persediaan tapi juga memperbaiki produktivitas,
kualitas produk, dan fleksiblitas produksi secara berkelanjutan.

 EOQ Dalam Dunia Just In Time

Sekilas, sistem JIT- di mana persediaan dikurangi hingga tingkat minimum dan
eoq untuk barang tertentu dapat mendekati satu unit-tampaknya bertentangan dengan
model eoq. Padahal, tidak demikian. Sebaliknya, sistem JIT menolak istilah bahwa biaya
pemesanan perlu tetap berada pada tingkat kini. Ebagai bagian dari sistem JIT, ada
beberapa langkah yang terus dilakukan untuk mengurangi biaya tersebut, misalnya :

 Truk pengiriman berukuran kecil, dengan urutan penurunan barang yang telah
ditetapkan sebelumnya, digunakan untuk mengekonomiskan waktu dan biaya
penerimaan barang.
 Tekanan diberikan pada pemasokk untuk memproduksi bahan baku yang “tanpa
cacat”, sehingga mengurangi atau bahkan menghilangkan biaya pemeriksaan.
 Produk, peralatan, dan prosedur yang dimodifikasi untuk mengurangi waktu dan biaya
penyetelan.

Just In Time adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui
eliminasi persediaan. Semua bahan baku dan kompopnen sebaiknya tiba di lokasi kerja
pada saat dibutuhkan-tepat waktu. Produk sebaiknya diselsaikan dan tersedia bagi
pelanggan, di saat dibutuhkan. Eliminasi persediaan di satu pihak menghilangkan
kebutuhan akan tempat penyimpanan dan biaya penyimpanan. Namun di lain pihak,
eliminasi persediaan juga menghilangkan perlindungan yang disediakan oleh persediaan
terhadap kesalahan produksi dan ketidakseimbangan. Akibatnya, diperlukan beban kerja
bermutu tinggi dan seimbang dalam sistem JIT guna menghindari penghentian produksi
yang berbiaya mahal serta kekecewaan pelanggan. Oleh karena itu, membutuhkan
kualitas dan produksi yang seimbang, JIT sering kali dikaitkan dengan usaha untuk
mengeliminasi pemborosan dalam segala bentuk, dan merupakan bagian yang penting
dalam usaha manajemen mutu total (TQM).

Prinsip-prinsip JIT dapat diterapkan dalam meningkatkan pemeliharaan rutin,


seperti lokasi dan pengaturan alat-alat, cetakan, dan perlengkapan yang digunnakan
bersama-sama dengan mesin produksi. Di samping itu, JIT juga berguna dalam mengelola
pekerjaan di suatu kantor, bisnis jasa, atau apartemen jasa dari suatu praktik;dalam
menurunkan kebutuhan persediaan di pabriik atau toko rirl; dan dalam banyak aspek lain
dari operasi suatu perusahaan. Implementasi JIT di indusri di Amerika Serikat merupakan
fenomena baru, tetapi JIT itu sendiri bukanlah hal yang baru. Enam puluh tahun yang
lalu, buku Henry Ford berjdul today and Tomorrow menjelaskan sistem produksi JIT.
Perusahaan otomotif Jepang mengembangkan sistem JIT pada tahun 1950an.
Aspek paling mencolok dari JIT adalah usaha untuk mengurangi persediaan
barang dalam proses (WIP) dan bahan baku. Kebanyakan tulisan mengenai JIT
berkonsentrasi pada satu aspek ini, yang disebut dengan produksi tanpa persediaan,
produksi ramping atau produksi dengan persediaan nihil. Dalam JIT, wewenang untuk
memproduksi suatu kompponen di suatu lokasi kerja didasarkan pada kebutuhan atas
komponen tersebut di lokasi kerja berikutnya dalam lini produksi tersebut. Ketika
kompponen-komponen tersebut diotorisasi. Proses ini diulang di semua lokasi kerja
sebelumnya svhingga menarik komponen melalui sistem produksi ktika dibutuhkan pada
akhirnya menarik bahan baku dari pemasok. Hal ini berbeda dengan sistem tradisonal, di
mana pada umumnya persediaan WIP dalam jumlah besar disimpan di banyak komponen
sesuai dengan kebutuhan. JIT merupakan kasus khusus dari kuantitas pemesanan
akonomis (economic order quantity-Eoq) dalam jumlah yang sangat kecil. Tujuan akhir
JIT adalah ukuran batch saama denngan satu unit. Agar JIT dapat beroperasi dengan
seharusnya. Waktu persiapan haruss pendek. Selain itu, arus produksi melalui berbagai
lokasi kerja harus seragam, suatu karakteristik yang umum terdapat dalam proses
manufaktur yang repetitif. Untuk menghindari penumpukan persediaan, seluruh lini
produksi dihentikan jika terdapat komponen hilang dalam tahap manapun ataupun jika
ditemukan barang cacat. Barang cacat harus ditemukan segera sebelum lebih banyak unit
yang dibuat, sehingga jika ingin mencapai tingkat arus yang wajar, jumlah barang cacat di
lokasi kerja mana pun dapat menghentikan proses produksi.

JIT berusaha mengurangi persediaan karena persediaan dipandang sebagai


pemborosan. Persediaan mencerminkan sumber daya yang tidak digunakan dan dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan lainnya. Tetapi tujuan mengurangi persediaan ke
titik nol hanya mungkin dicapai dalam kondisi berikut ;

1. Biaya dan waktu persiapan yang rendah atau tidak signifikan


2. Ukuran lot sama dengan satu
3. Wakktu tunggu minimum atau hampir seketika
4. Beban kerja seimbang dan merata
5. Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan, kualitas yang buruk, pemeliharaan
mesin yang tidak sesuai jadwal, perubahaan spesifikasi, atau perubahan lain yang
tidak terencana.

Persediaan terdapat di hampir semua sistem karena kondisi ideal tersebut tidak
pernah ada. Konsep persediaan sama dengan nol mengandung arti tingkat kesempurnaan
yang umumnya tidak dapat dicapai. Tetapi, JIT menstimulasi perbaiikan konstan dalam
kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya penumpukan persediaan. Pengurangan
persediaan secara kontinu dicapai melalui proses berikut :

1. Persediaan dikurangi sampai suatu masalah ditemukan dan diidenntifikasi


2. Sekali menelaah sudah didefinisakn, tingkat persediaan dinaikkan untuk menyerap
dampak dari masalah ini dan agar sistem dapat beroperasi dengan lancar.
3. Masalah tersebut dianalisis dan cara-cara praktis diidentifikasi untuk mengurangi atau
menghilangkan masalah
4. Sekali masalah telah dikurangi atau dihilangkan, tingkat persediaan dikurangi lagi
sampai masalah berikutnya ditemukan dan diidentifikasi
5. Langkah 2 sampai 4 diulangi hingga pada tingkat persediaan minimum yang paling
mungkin untuk dicapai.
Dengan cara ini, pengurangan persediaan mengungkapkan masalah dan
menstiimulasi pencarian cara-cara praktis guna menyelesaikannya, sehingga perbaikan
secara kontinu dapat dilakukan untuk mengeliminasi pemborosan, pengurangan tingkat
persediaan juga mempengaruhi kesepakatan pemrosesan atau kecepatan dengan mana
suatu tugas atau unit melewati sistem.

 JIT dan Pengorganisasian pabrik

Salah satu pendekatan JIT adalah untuk berubah dari tata letak tradisional menjadi
sel atau sel-sel kerja. Suatu sel bertanggung jawab untuk seluruh produksi dari suatu
produk atau komponen, atau sekelompok produk atau kompopnen yang serupa. Pabrik
yang diatur secara tradisional mungkinn saja memiliki departemen pemotongan di mana
semua pemotongan dilakukan, dan dvpartemen pengeboran di mana semua pengeboran
dilakukan, tetapi pengaturan sel menempatkan satu mesin pemotong dan satu mesin bor
di setip sel. Setiap pekerja di sel dilatih untuk dapat melakukan berbagai tugas sekaligus,
sehingga tenaga kerja mudah dipindahkan ke titik yang membutuhkan dalam suatu sel.
Jika seluruh pabrik diatur menjadi sel-sel JIT, hasilnya adalah hilangnya departemen
produksi (dalam contoh departemen pemotonga dan pengeboran), serta hampir semua
departemen jasa. Penjadwalan, penerimaan, penanganan bahan baku, penyimpanan
peralatan, persiapan, pemeliharaan, inspeksi barang dalam proses, dan inspeksi barang
jadi semuanya dilakukan oleh pekerja sel dan bukannya oleh departemen jasa yang
terpisah.

C. Economic Order Quantity


Economic Order Quantity adalah konsep yang penting dalam pembelian bahan
baku dan dalam pnyimpanan persediaan barang jadi dan barang dalam transit. Dalam
analisis ini, akan ditentukan jumlah pvsanan optimal untuk barang persediaan tertentu,
denngan menggunakan prediksinya, biaya pesanan, dan biaya penggudangan. Pemesanan
dapat berarti pembelian barang atau produksinya. Asumsikan sementara ini bahwa
penggunaan barang persediaan tertentu diktahui dengan tepat. Penggunaannya berada pada
tingkat yang tetap sepanjang periode waktu yng dianalisis. Dengan kata lain, jika
penggunnaannya adalah 2.600 barang untuk periode enam bulan, maka terdrapat 100
barang yang digunakan perminggunya.

Asumsikan biaya pemesanan per pesanan, O, adalah konstan berapa pun ukuran
pesanannya. Dalam pembelian bahan baku atau barang lainnya, biaya ini merupakan biaya
adminisrasi yang dilibatkan saat melakukan pesanan bersama dengan penerimaan dan
pemeriksaan barang tersebut ketika datang. Untuk persediaan barang jadi, biaya
pemesanan melibatkan penjadwalan operasi produksi. Ketika biaya persiapan besar-
contoh, seperti dalam memproduksi bagian-bagian berbahan logam-biaya pemesanan
dapat cukup besar. Untuk persediaan dalam transit, biaya pemesanan cenderung akan
melibatkan pencatatan saja. Biaya total pemesanan untuk suatu periode hanyalah biaya
pemesanan per pesanan dikali jumlah pesanan untuk periode tersebut.

Jika penggunaan barang persediaan berada pada tingkat yang tetap selama suatu
periode waktu tertentu dan tidak ada persediaan pengaman, rata-rata persediaan (dalam
unit) dapat dinyatakan sebagai berikut :

Rata-rata persediaan =Q/2

Selain mengetahui seberapa banyak yang harus dipesan, perusahaan juga harus
tahu kapn harus memesan. “kapan” dalam situasi ini, berarti jumlah persediaan yang
tersisa yang memberikan tanda untuk pemesanan ulang jumlah EOQ. Dalam contoh
sebelumnya, diasumsikan bahwa persediaan dapat dipesan dan diterima tanpa adanya
penundaan. Biasanya terdapat waktu antara penyerahan pesanan pembelian dan
penerimaan persediaan, atau dengan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang
tersebut setelah pemesanan dilakukan. Waktu tunggu ini harus dipertimbangkan.

Anggaplah bahwa permintaan persediaan diketahui dengan pasti, akan tetapi perlu
waktu 3 hari antara penyerahan dengan penerimaan pesanan. Saat pemesanan dapat
dinayatakan sebagai berikut :

Saat pemesanan = waktu tunggu x penggunaan harian


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Firdaus Dunia dan Wasilah Abdullah. 2018. Akuntansi Biaya. Edisi 4. Revisi
Jakarta: Salemba Empat.
Carter, Wilimiam K. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1, Edisi 14. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Ray H; Noreen, W Eric; Brewer, Peter C;.(2016). Akuntansi Manajerial. Edisi 14.
Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Horne, Jems C Van dan Jr., John M.Wachowicz .2016. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi 13. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Samryn, LM. 2013. Akuntansi Manajemen: Kencana
Hansen dan Mowen. 2006. Buku I Management Accounting Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai